Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH PENGELOLAAN KELAS

“PENDEKATAN DALAM MANAJEMEN KELAS”


Tugas ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengelolaan Kelas
Dosen : Dra Nunu Nuchiyah, M.Pd.

Oleh :
Sridini Sopiani

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2014
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta hidayah kepada kita semua, sehingga berkat Karunia-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah Pengelolaan Kelas tentang “Pendekatan
Manajemen Kelas” dengan tepat waktu.

Makalah ini berisikan tentang “Pendekatan Manajemen Kelas” , yang


didalamnya membahas tentang beberapa Pendekatan dalam manajemen Kelas
yang dapat dilakukan oleh guru dalam proses pembelajaran untuk menciptakan
suasana kelas yang kondusif dan aktif.

Tentunya dalam penyusunan makalah ini tidak terlepas dari berbagai pihak
yang telah banyak membantu. Oleh karena itu kami mengucapkan terimakasih
banyak kepada pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini tidaklah sempurna, oleh karena itu kami
menerima Kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun. Selalu
kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini serta guna penyempurnaan
pembuatan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini memberikan manfaat bagi
kita semua.

Serang, November 2014

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendekatan Manajemen Kelas


B. Macam-macam Pendekatan Manajemen Kelas

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kelas merupakan tempat untuk belajar yang di dalamnya terdapat siswa
dengan berbagai latar belakang, karakter, kepribadian, tingkah laku, dan
emosi yang berbeda beda. Karena itu perlu adanya pengelolaan dalam kelas
untuk mempermudah tugas manajemen itu sendiri.
Guru adalah tenaga profesional. Guru berperan sebagai pengelola
aktivitas yang bekerja berdasar pada kerangka acuan pendekatan manajemen
kelas. Peran seorang guru pada pengelolaan kelas sangat penting khususnya
dalam menciptakan suasana pembelajaran yang menarik. Itu karena secara
prinsip, guru memegang dua tugas sekaligus masalah pokok, yakni
pengajaran dan pengelolaan kelas. Tugas sekaligus masalah pertama, yakni
pengajaran, dimaksudkan segala usaha membantu murid dalam mencapai
tujuan pembelajaran
Guru harus memlilki, memahami dan terampil dalam menggunakan
bermacam-macam pendekatan dalam manajemen kelas, dalam hal ini guru
dituntut untuk terampil memilih bahkan memadukan pendekatan yang di
anggapnya meyakinkan untuk menangani kasus manajemen kelas yang tepat
dengan masalah di hadapinya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Pendekatan dalam Manajemen Kelas/
pengelolaan kelas?
2. Apa saja macam-macam pendekatan?
C. Tujuan
1. Memaparkan tentang pendekatan dalam pengelolaan kelas.
2. Memaparkan macam-macam pendekatan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendekatan
Pendekatan pembelajaran diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang
dalam proses pembelajaran yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya
suatu proses yang bersifat umum. Adapun pendekatan merupakan unsur
penting yang harus dikuasai pengajar sebelum mempersiapkan perencanaan
pembelajaran.
Sebagai pekerja profesional, seorang guru harus mendalami kerangka
acuan pendekatan-pendekatan kelas, sebab di dalam penggunaannya ia harus
terlebih dahulu meyakinkan bahwa pendekatan yang dipilihnya untuk
menangani sesuatu kasus pengelolaan kelas merupakan alternatif yang terbaik
sesuai dengan hakikat masalahnya. Artinya seorang guru terlebih dahulu
harus menetapkan bahwa penggunaan sesuatu pendekatan memang cocok
dengan hakikat masalah yang ingin ditanggulangi. Ini tentu tidak
dimaksudkan mengatakan bahwa seorang guru akan berhasil baik setiap kali
ia menangani kasus pengelolaan kelas. Sebaliknya, keprofesionalan cara kerja
seorang guru adalah demikian sehingga apabila alternatif tindakannya yang
pertama tidak memberikan hasil sebagaimana yang diharapkan, maka ia
masih mampu melakukan analisis ulang terhadap situasi untuk kemudian tiba
pada alternatif pendekat yang yang kedua, dan seterusnya.

B. Macam-macam Pendekatan
Secara prinsip guru memegang dua tugas sekaligus yaitu melakukan
pengajaran dan pengelolaan kelas. Masalah pengelolaan adalah masalah yang
berkaitan dengan usaha untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi
kelas sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif dan
efisien demi tercapainya tujuan pembelajaran. Pengelolaan kelas menjadi
tugas dan tanggung jawab guru dengan memberdayakan segala potensi yang
ada dalam kelas demi kelangsungan proses pembelajaran. Hal ini berarti
setiap guru dituntut secara profesional mengelola kelas sehingga tercipta
suasana kelas yang kondusif mulai dari awal hingga akhir pembelajaran.
Penciptaan suasana kelas yang kondusif menuntut kemampuan guru
untuk mengetahui, memahami, memilih, dan menerapkan pendekatan yang
dinilai efektif yaitu ada sebelas pendekatan:

1. Pendekatan Otoriter
Pendekatan otoriter adalah suatu pendekatan pengendalian perilaku peserta
didik oleh guru. Tujuan guru yang utama adalah mengendalikan perilaku
peserta didik karena gurulah paling mengetahui dan berurusan dengan peserta
didik. Tugas ini sering dilakukan guru dengan menciptakan dan menjalankan
peraturan dan hukuman.
Pendekatan otoriter menawarkan lima strategi yang diterapkan dalam
manajemen kelas:
 Menciptakan dan menegakkan peraturan
Merupakan kegiatan guru menggariskan pembatasan-pembatasan dengan
memberitahukan kepada peserta didik dan mengapa hal tersebut diperlukan.
Dengan demikian, kegiatan menciptakan dan menegakkan peraturan adalah
proses mendefinisikan dengan jelas dan spesifik harapan guru mengenai
perilaku peserta didik di kelas.
 Memberikanperintah, pengarahandanpesan
Merupakan strategi atau cara guru dalam mengendalikan perilaku peserta
didik agar peserta didik melakukan perilaku yang diinginkan oleh guru.
 Menggunakanteguranramahdalamstrategi
Merupakan strategi mengelola kelas yang digunakan guru dengan cara
memarahi peserta didik yang berperilaku tidak sesuai dan yang melanggar
peraturan cara lemah lembut
 Menggunakanpengendaliandenganmendekati
Merupakan tindakan guru bergerak mendekati peserta didik yang
dilihatnya berperilaku menyimpang atau cenderung menyimpang. Strategi
ini dimaksudkan untuk mencegah berkembangnya situasi yang
mengacaukan atau yang mempunyai kemungkinan mengacaukan.
Tindakan itu tidak dimaksudkan untuk menghukum atau mengintimidasi.
Strategi ini didasarkan pada pada asumsi bahwa kehadiran guru secara
fisik akan ckup berhasil mencegah peserta didik berperilaku menyimpang.
 Menggunakan pemisahan dan pengucilan.
Merupakan strategi guru dalam merespon terhadap perilaku menyimpang
peserta didik yang tingkat penyimpangannya cukup berat.

2. Pendekatan Intimidasi
Pendekatan intimidasi adalah pendekatan yang memandang manajemen
sebagai proses pengendalian perilaku peserta didik, berbeda dengan
pendekatan otoriter yang menekankan perilaku guru yang manusiawi
pendekatan intimidasi menekankan pada perilaku guru mengintimidasi.
Bentuk-bentuk intimidasi itu seperti hukuman yang kasar, ejekan, hinaan,
paksaan, ancaman dan menyalahkan, peranan peserta didik berperilaku sesuai
dengan perintah guru.

3. Pendekatan Permisif
Pendekatan permisif adalah pendekatan yang menekan kaperlunya
memaksimalkan kebebasan siswa. Tema sentral dari pendekatan ini adalah
apa, kapan, dan dimana juga guru hendaknya membiarkan peserta didik
bertindak bebas sesuai dengan yang diinginkannya. Peranan guru adalah
meningkatkan kebebasan peserta didik, sebab dengan itu akan membantu
pertumbuhan secara wajar. Campur tangan guru hendaknya seminimal
mungkin, dan berperan sebagai pendorong mengembangkan potensi peserta
didik secara penuh.
Pendekatan permisif sedikit penganjurnya. Pendekatan ini kurang
menyadari bahwa sekolah dan kelas adalah sistem susila yang memiliki
pranata-pranata sosial. Dalam sistem sosial para anggotanya, dalam hal ini
guru dan peserta didik, menyandang hak dan kewajiban. Mereka diharapkan
bertindak sesuai dengan hak dan kewajibannya dan diterima oleh semua
pihak. Perbuatan yang bebas tanpa batas akan memperkosa dan mengancam
hak-hak orang lain.

4. Pendekatan Buku Masak atau Pendekatan TextBook


Pendekatan buku masak atau pendekatan texs book biasanya dilakukan
atas dasar anjuran atau rekomendasi dari satu artikel atau buku tertentu.
Daftar langkah yang dianjurkan merupakan resep yang dapat dicoba untuk
diterapkan. Oleh karena itu, pendekatan ini disebut pendekatan buku masak
(pedekatan resep) atau pendekatan text book. Di bawah ini anjuran untuk
meningkatakan prilaku guru yang meningkatkan prilaku guru yang positi
fdalam rangka mewujudkan lingkungan belajar menyenagkan :

 Hangat, bersahabat dan baik hati, tetapi tegas dan penuh disiplin.

 Bertindak dan berbicara penuh keyakinan dan bijaksana serta


mengekspresikan rasa humor yang alami (spontan).

 Selalu bekerja berdasarkan rencana sebelum mulai mengajar.

 Melayani semua siswa secara sama dengan mendengarkan pendapat-


pendapat mereka serta mempertimbangkan perasaan-perasaan mereka.

Berikut ini contoh khas jenis pernyataan yang dapat dijumpai dalam daftar
“bukumasak” :
 Selalu menegur siswa secara empat mata,
 Jangan sekali-kali meninggikan suara pada saat memperingati siswa,
 Tegas dan bertindak adil sewaktu berurusan dengan siswa,
 Jangan pandang bulu dalam memberikan penghargaan,
 Senantiasalah meyakinkan diri lebih dahulu akan kesalahan siswa sebelum
menjatuhkan hukuman,
 Selalulah meyakinkan diri bahwa siswa mengetahui semua peraturan yang
ada,
 Tetaplah konsekuen dalam menegakkan peraturan.
Guru yang bekerja dengan pendekatan buku masak tetapi malas menggali
pengetahuan dari sumber-sumber lain, maka saat mengalami kegagalan akan
menemui kesulitan untuk mencari alternative pendekatan-pendekatan lainnya.

5. Pendekatan intruksional

Pendekatan intruksional (pengajaran) memandang bahwa proses


pembelajaran yang efektif sekaligus dapat mengurangi dan mencegah
timbulnya sebagian besar permasalahan manajemen kelas. Pendekatan
intruksional memandang bahwa menejemen kelas yang efektif adalah bagian
dari hasil usaha-usaha perencanaan pengajaran yang baik pula untuk
terciptanya kegiatan pembelajaran yang efektif.Jika manajemen kelas berjalan
efektif maka akan membantu terciptanya kegiatan pengajaran yang efektif pula.
Sebaliknya, jika kegiatan pengajaran berjalan efektif, maka kegiatan
manajemen kelas juga akan berjalan efektif.

Berkaitan dengan masalah efektifitas pengajaran dan efektifitas manajemen


kelas, maka guru perlu berupaya untuk menggali, memahami dan memperluas
wawasan pengetahuan tentang kiat-kiat pengajaran dan manajemen kelas yang
efektif dan mencoba mengaplikasikannya dalam melaksanakan tugas sehari-
hari. Guru yang mau menggali dan memperluas wawasan dari berbagai bidang
pengetahuan, bukan hanya menggeluti satu bidang pengetahuan saja, maka
guru yang demikian sesungguhnya telah meritis jalan untuk menjadi guru yang
kreatif.

Oleh karena itu, para pengembang pendekatan instruksional menyarankan


guru dalam mengembangkan strategi manajemen kelas memperhatikan hal-
hal berikut ini:
 Menyampaikan kurikulum dan pembelajaran yang menarik, relevan dan
sesuai
 Menerapkan kegiatan yang efektif
 Menyediakan daftar kegiatan rutin kelas
 Memberikan pengarahan yang jelas
 Menggunakan dorongan yang bermakna
 Memberikan bantuan mengatasi rintangan
 Merencanakan perubahan lingkungan
 Mengatur kembali struktur situasi.

6. Pendekatan Pengubahan Tingkah Laku


Pendekatan pengubahan perilaku didasarkan pada prinsip-prinsip
psikologi behaviorisme yang berasumsi antara lain bahwa :
1) Semua tingkah laku, yang baik maupun yang kurang baik,
merupakan hasil dari proses belajar.
2) Sejumlah proses psikologi yang fundamental dapat digunakan
untuk menjelaskan terjadinya proses belajar dan berusaha
menanggulangi dan mencar solusi-solusi terhadap oermasalahan
pembelajaran yang muncul.
Dengan demikian, tugas pokok guru adalah menguasai dan menerapkan
keempat proses yang telah terbukti (bagi kaum behavioris) merupakan
pengontrol tingkah laku manusia, yaitu: penguatan positif, penghukuman,
penghilangan dan penguatan negatif.
a. Penguatan positif
Penguatan positif berupa memberikan stimulus positif, berupa
ganjaran atau pujian terhadap perilaku atau hasil yang memang
diharapkan, misalnya berupa ungkapan seperti “Nah seperti ini kalau
mengerjakan tugas, tulisannya rapi mudah dibaca”.
Jenis-jenis penguatan positif :
 Penguatan primer (dasar) yaitu penguatan-penguatan yang tidak
dipelajari dan selalu diperlukan untuk berlangsungnya hidup, seperti,
makanan, air, udara yang segar dan sebagainya. Suasana seperti ini
dapat membentuk perilaku siswa yang baik dan betah di dalam kelas
 Penguatan sekunder (bersyarat) yang menjadi penguat sebagai hasil
proses belajar atau dipelajari, seperti diperhatikan, pujian (penguat
sosial), nilai angka, ranking (penguatan simbolik), kegiatan atau
permainan yang disenangi siswa (penguatan bentuk kegiatan).
b. Penguatan Negative
Penguatan negative adalah berupa peniadaan tingkah laku yang tidak
disukai (biasanya berupa hukuman) yang selalu diberikan kepada siswa,
karena siswa yang bersangkutan telah meninggalkan tingkah laku yang
menyimpang misalnya dengan memberi hukuman , penghapusan(
pembatalan pemberian ganjaran yang sebenarnya diharapkan siswa), atau
penundaan/ pembatalan kesempatan bagi siswa untuk memperoleh
ganjaran, baik berupa barang atau berupa kegiatan yang disenanginya.
- Penghukuman
Penghukuman merupakan pemberian stimulus yang tidak
menyenangkan untuk menghilangkan dengan segera perilaku peserta didik
yang tidak dikehendaki. Tindakan hukuman dalam pengelolaan kelas
masih bersifat kontroversial (dipertentangkan). Sebagian menganggap
bahwa hukuman merupakan alat yang efektif untuk dengan segera
menghentikan tingkah laku yang tidak dikehendaki, sekaligus merupakan
contoh “yang tidak dikehendaki” bagi siswa lain. Sebagian lain melihat
bahwa akibat sampingan dari hubungan pribadi antara guru (yang
menghukum) dan siswa (terhukum) menjadi terganggu, atau siswa yang
dihukum menjadi “Pahlawan” di mata teman-temannya.
- Penghilangan
Penghilangan adalah upaya mengubah perilaku peserta didik dengan
cara menghentikan pemberian respon terhadap suatu perilaku peserta didik
yang semula dilakukan dengan respon tersebut. Pengilangan ini
menghasilkan penurunan frekuensi tingkah laku yang semula mendapat
penguatan. Penundaan Penundaan merupaan tindakan tidak jadi
memberikan ganjaran atau pengecualian pemberian ganjaran untuk siswa
tertentu. Penundaan seperti ini menurunkan frekuensi penguatan dan
menurunkan frekuensi tingkah laku yang dimaksud itu.
7. Pendekatan Iklim Sosio-emosional
Pendekatan iklim sosioemosional dilandasi oleh psikologi klinis
dan psikologi konseling. Pendekatan ini berasumsi bahwa:

1. Proses belajar mengajar yang efektif memerlukan iklim sosioemosional


yang baik, yaitu terbinanya hubungan antar personal yang baik antara
guru-siswa dan siswa-siswa.
2. Guru memiliki posisi penting bagi terbentuknya iklim sosioemosional
yang baik.

Carl R. Rogers, salah seorang tokoh pendidikan humanisme, menekankan


pentingnya sikap guru yang tulus dihadapan siswa; menerima dan
menghargai siswa sebagai manusia; dan memahami diri siswa dari sudut
pandang siswa sendiri.

Ginnot memandang pentingnya kemampuan guru melakukan komunikasi


yang efektif dengan siswa, dalam diskusi, pemecahan masalah, dan dalam
berbagai kegiatan siswa terlibat aktif didalamnya.

a. Tipe kepemimpinan
Tipe kepemimpinan guru yang lebih menekankan kepada sikap demokratis
lebih memungkinkan terbinanya sikap persahabatan guru dan siswa
dengan dasar saling memahami dan saling mempercayai. Sikap ini dapat
membantu terciptanya iklim yang menguntungkan bagi terciptanya kondisi
belajar yang optimal. Siswa akan belajar secara produktif baik pada saat
ada guru maupun tidak ada guru. Dalam kondisi semacam ini biasanya
problema manajemen kelas bisa diperkecil sesedikit mungkin.
b. Sikap guru
Sikap guru dalam menghadapi siswa yang melanggar peraturan sekolah
hendaknya tetap sabar, dan tetap bersahabat dengan suatu keyakinan
bahwa tingkah laku siswa akan dapat diperbaiki. Kalaupun guru terpaksa
membenci, bencilah tingkah laku siswa dan bukan membenci siswanya itu
sendiri. Terimalah siswa dengan hangat, sehingga ia insyaf dengan akan
kesalahannya. Berlakulah adil dalam bertindak. Ciptakan satu kondisi yang
menyebabkan siswasadar akan kesalahannya sehingga ada dorongan untuk
memperbaiki kesalahannya.
c. Suara guru
Suara guru, walaupun bukan faktoryang besar, turut mempunyai pengaruh
besar dalam belajar. Suara yang melengking tinggi atau senantiasa tinggi
atau demikian rendah sehingga tidak terdengar oleh siswa secara jelas dari
jarak yang agak jauh akan mengakibatkan suasana gaduh. Keadaan seperti
itu, juga akan membosankan sehingga pelajaran cenderung tidak
diperhatikan. Suara yang relatif rendah tetapi cukup jelas dengan volume
suara yang penuh dan kedengarannya rileks akan mendorong siswa untuk
memperhatikan pelajaran. Mereka yang lebih berani mengajukan
pertanyaan, melakukan percobaan sendiri, dan sebagainya. Tekanan suara
hendaknya bervariasi sehingga tidak membosankan siswa yang
mendengarnya. Hal yang penting dari itu semuanya adalah proses
pembelajarannya akan semakin terarah.
d. Pembinaan hubungan baik
Pembinaan hubungan baik (report) antara guru dan siswa dalam masalah
manajemen kelas adalah hal yang sangat penting. Dengan terciptanya
hubungan baik guru-siswa senantiasa gembira, penuh gairah dan semangat,
bersikap optimistik, realistik dalam kegiatan belajar mengajar yang sedang
dilakukan serta terbuka terhadap hal-hal yangakan ada pada dirinya.

8. Pendekatan Proses Kelompok


Pendekatan proses kelompok ( group process ) didasarkan pada psikologi
sosila dan dinamkika kelompok. Asumsi pokoknya yaitu :

1. Pengalaman belajar itu berlangsung konteks kelompok sosial

2. Tugas guru yang utama dalam manajemen kelas adalah membina dan
memelihara kelompok siswa agar kohesif dan produktif .
Unsur – unsur yang menunjang manajemen kelas melalui pendekatan proses
kelompok antara lain sebagai berikut :

1. adanya harapan timbal balik yang dapat menumbuhkan prilaku positif baik
bagi siswa maupun bagi guru.

2. kepemimpinan yang baik, dari pihak guru maupun dari pihak siswa,
termasuk kepemimpinan kelompok.

3. pola persahabatan antar anggota kelas dan anggota kelompok.

4. Adanya komunikasi yang efektif sehingga hal-hal yangharus dilakukan dan


tujuan-tujuan yang harus dicapai dapat dilaksanakan dengan baik melalui
proses informasi yang jelas.

5. tumbuhnya norma kelompok yang positif sehingga terwujudnya kelompok


yang produktif.

9. Pendekatan Ekletik
Istilah pendekatan Eklektik (Eclectic Counseling) menunjuk pada suatu
sistematika dalam konseling yang berpegang pada pandangan teoretis dan
pendekatan (approach), yang merupakan perpaduan dari berbagai unsur yang
diambil atau dipilih dari beberapa konsepsi serta pendekatan. Konselor yang
berpegang pada pola eklektik berpendapat bahwa mengikuti satu orientasi
teoretis serta menerapkan satu pendekatan saja terlalu membatasi ruang gerak
konselor. Oleh karenanya dalam pendekatan ini konselor menggunakan
variasi dari sudut pandangan, prosedur, dan teknik sehingga dapat melayani
masing-masing konsep sesuai dengan kebutuhannya dan sesuai dengan ciri
khas masalah yang dihadapinya. Ini tidak berarti bahwa konselor berpikir dan
bertindak seperti orang yang bersikap oportunis, dalam arti diterapkan saja
pandangan, prosedur, dan teknik yang kebetulan membawa hasil yang paling
baik. Dengan demikian, konselor bermaksud mengembangkan suatu
fleksibilitas besar yang memungkinkan konselor untuk bisa melayani banyak
orang dengan cara yang cocok untuk setiap orang guna dapat memperoleh
hasil yang maksimal atau optimal.
Wiford A Weber menyatakan bahwa pendekatan dengan cara
menggabungkan semua aspek terbaik dari berbagi pendekatan manajemen
kelas untuk menciptakan suatu kebulatan atau keseluruhan yang bermakna,
yang secara filosifis, teoritis dan/atau psikologis dinilai benar, yang bagi guru
merupakan sumber pemilihan perilaku pengelolaan tertentu yang sesuai
dengan situasi disebut pendekatan elektik (WilfordA.Weber, 1986).
Dua syarat yang perlu dikuasai oleh guru dalam menerapkan pendekatan
elektik ( Raka Joni, 1980:8) yaitu:
 Menguasai pendekatan-pendekatan manajemen kelas yang potensial,
seperti pendekatan pengubahan perilaku, penciptaan iklim sosio-
emosional, proses kelompok,
 Dapat memilih pendekatan yang tepat dan melaksanakan prosedur yang
sesuai dengan baik dalam masalah manajemen.

10. Pendekatan Analistik Pluralistik


Berbeda dengan pendekatan eklektik, pendekatan analistik pluralistik
memberi kesempatan kepada guru memilih strategi manajemen kelas
gabungan beberapa strategi dari berbagai pendekatan manajemen yang
dianggap mempunyai potensi terbesar berhasil menanggulangi masalah
manajemen kelas dalam situasi yang dianalisis guru yang bijaksana
menghargai pendekatan dan strategis manajemen kelas yang baik. Dengan
demikian, pendekatan analitik berupa pemilihan diantara berbagai strategi
manajemen kelas suatu atau beberapa strategi yang mempunyai kemungkinan
menciptakan dan menampung kondisi-kondisi yang member kemudahan
kepada pembelajaran yang efektif dan efesien.
Ada 4 tahap pendekatan analitik pluralistic menurut Rachman (1998/1999) ::
1) Menentukan kondisi kelas yang diinginkan Dalam hal ini, guru perlu
mengetahui dengan jelas dan mendalam tentang kondisi – kondisi yang
menurut penilaiannya akan memungkinkan mengajar secara efektif.
Keuntungan utama terciptanya kondisi kelas yang diyakini guru sesuai
adalah:
a. Guru tidak memandang kelas semata-mata hanya sebagai reaksi atas
masalah yang timbul.
b. Guru akan memiliki seperangkat tujuan yang mengarahkan dan yang
menjadi tolak ukur penilaian atas hasil upayanya.
2) Menganalisis kondisi kelas yang nyata Dengan mengadakan analisis ini,
akan memungkinkan guru mengetahui:
a. Kesenjangan antara kondisi sekarang dan yang diharapkan.
b. Kesenjangan yang timbul jika guru gagal mengambil tindakan
pencegahan.
c. Kondisi sekarang yang perlu dipelihara dan dipertahankan karena
dianggap kurang baik.
3) Memilih dan menggunakan strategi pengelolaan Guru yang efektif adalah
guru yang menguasai berbagai strategi manajerial yang tergantung dalam
berbagai pendekatan manajemen kelas dan mampu memilih dan
menggunakan strategi yang paling sesuai dalam situasi tertentu yang
dianalisis sebelumnya.
4) Menilai keefektifan pengelolaan Proses penilaian ini memusatkan
perhatian kepada 2 perangkat perilaku yaitu :
a. Perilaku guru yaitu sejauh mana guru telah menggunakan perilaku
manajemen yang direncanakan akan dan dilakukan.
b. Perilaku peserta didik yaitu sejauh mana peserta didik berperilaku yang
sesuai, yakni apakah mereka telah melakukan apa – apa yang
diharapkan untuk dilakukan. Contoh Pendekatan Analitik Pluralistik:
guru bisa menangani masalah yang terjadi di dalam kelas dengan
mudah, seperti anak yang nakal, berkelahi, pemalu dll, karena dalam
pendekatan analitik pluralistik guru bisa memilih strategi manajemen
kelas yang dianggapnya paling berpotensi untuk pembelajaran.
11. Pendekatan Integratif
Pendekatan integratif (terpadu) merujuk pada kemampuan guru
untuk memanfaatkan hal-hal atau bagian –bagian terbaik dari berbagai
tradisi (sistem) atau pendekatan manajemen kelas untuk menciptakan
kondisi kelas yang kondusif sehingga terlaksana kegiatan pembelajaran
yang efektif. Hasil riset yang dilakukan Evertsoon dan Emmer, dan Doyle
(1982; 1986, dalam Borich, 1996:520) dijelaskan bahwa manajer kelas
yang efektif adalah manajer kelas yang mampu meramu atau
menggabungkan suatu kesatuan dari bagian-bagian terbaik dari berbagai
pendekatan yang berbeda. Cara-cara yang dilakukan oleh guru-guru yang
efektifb umumnya mereka mampu memanfaatkan hal tersebut.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Pendekatan pembelajaran diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang
dalam proses pembelajaran yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya
suatu proses yang bersifat umum. Dalam hal ini terdapat sepuluh pendekatan
yang digunakan yaitu pendekatan otoriter, pendekatan intimidasi, pendekatan
permisif, pendekatan buku masak, pendekatan instruksional, pendekatan
perubahan perilaku, pendekatan iklim sosio-emosional, pendekatan proses
kelompok, pendekatan eklektik, pendekatan analitik pluralistik dan
pendekatan integratif.
Dengan adanya pendekatan pembelajaran, guru dapat lebih menguasai
kelas dengan menggunakan pendekatan-pendekatan tersebut.
B. Saran
Dalam pelaksanaan manajemen kelas tentunya banyak cara atau
pendekatan yang dilakkukan yang kemudian diharapkan sistem manajemen
kelas agar lebih ditingkatkan lagi. Untuk itu, seorang guru harus pandai-
pandai dalam memilih dan melaksanakan pendekatan yang ada agar sesuai
dengan situasi dan kondisi kelas
DAFTAR PUSTAKA

Dra. Nunu Nuchiyah, M.Pd: Pengelolaan Kelas. Universitas pendidikan


Indonesia Kampus Serang

Faizah.Nurul.2013.Pendekatan pengelolaan Kelas.From:http://nurulfaizah13.


blogspot.com/2013/04/pendekatan-pengelolaan-kelas-managerial.html.24
November 2014

Anda mungkin juga menyukai