FAKULTAS PASCASARJANA
UNIMED
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang
“Pengembangan Sistem Instruksional” dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya.
Dan juga kami berterima kasih pada Ibu Dr. Erma Yulia, M.T selaku Dosen Pengampu pada
mata kuliah Pengelolaan Sumber Belajar.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai perkembangan teknologi pendidikan. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh
sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah
kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran
yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan
kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
2. Model ADDIE
Salah satu model desain pembelajaran yang lebih sifatnya lebih generik adalah model
ADDIE (Analysis-Design-Develop-Implement-Evaluate). ADDIE muncul pada tahun 1990-an
yang dikembangkan oleh Reiser dan Mollenda.Salah satu fungsinya ADIDE yaitu menjadi
pedoman dalam membangun perangkat dan infrastruktur program pelatihan yang efektif, dinamis
dan mendukung kinerja pelatihan itu sendiri.
Model ini menggunakan 5 tahap pengembangan yakni :
a. Analysis
b. Design
c. Development
d. Implementation
e. Evaluation
Analysis (analisa), yaitu melakukan needs assessment (analisis kebutuhan),
mengidentifikasi masalah (kebutuhan), dan melakukan analisis tugas (task analysis).
Design (desain/perancangan), yang kita lakukan dalam tahap desain ini,
pertama, merumuskan tujuan pembelajaran yang SMAR (spesifik, measurable, applicable, dan
realistic). Selanjutnya menyusun tes, dimana tes tersebut harus didasarkan pada tujuan
pembelajaran yag telah dirumuskan tadi. Kemudian tentukanlah strategi pembelajaran media
danyang tepat harusnya seperti apa untuk mencapai tujuan tersebut. Selain itu, dipertimbangkan
pula sumber-sumber pendukung lain, semisal sumber belajar yang relevan, lingkungan belajar
yang seperti apa seharusnya, dan lain-lain. Semua itu tertuang dalam sautu dokumen bernama
blue-print yang jelas dan rinci.
Development (pengembangan), pengembangan adalah proses mewujudkan blue-print
alias desain tadi menjadi kenyataan. Artinya, jika dalam desain diperlukan suatu software berupa
multimedia pembelajaran, maka multimedia tersebut harus dikembangkan. Satu langkah penting
dalam tahap pengembangan adalah uji coba sebelum diimplementasikan. Tahap uji coba ini
memang merupakan bagian dari salah satu langkah ADDIE, yaitu evaluasi.
Implementation (implementasi/eksekusi) , implementasi adalah langkah nyata untuk
menerapkan sistem pembelajaran yang sedang kita buat. Artinya, pada tahap ini semua yang
telah dikembangkan diinstal atau diset sedemikian rupa sesuai dengan peran atau fungsinya agar
bisa diimplementasikan.
Evaluation (evaluasi/ umpan balik), yaitu proses untuk melihat apakah sistem
pembelajaran yang sedang dibangun berhasil, sesuai dengan harapan awal atau tidak. Sebenarnya
tahap evaluasi bisa terjadi pada setiap empat tahap di atas. Evaluasi yang terjadi pada setiap
empat tahap di atas itu dinamakan evaluasi formatif, karena tujuannya untuk kebutuhan revisi.
3. Model Kemp
Model desain system interuksional yang dikembangkan oleh Kemp merupakan model
yang membentuk siklus. Menurut Kemp pengembangan desain sistem pembelajaran terdiri atas
komponen-komponen, yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan, tujuan dan berbagai
kendala yang timbul.
Model system intruksional yang dikembangkan Kemp ini tidak ditentukan dari komponen
mana seharusnya guru memulai proses pengembangan. Mengembangkan sistem instruksional,
menurut Kemp dari mana saja bisa, asal saja urutan komponen tidak diubah, dan setiap
komponen itu memerlukan revisi untuk mencapai hasil yang maksimal. Oleh karena itu model
Kemp, dilihat dari kerangka sistem merupakan model yang sangat luwes.
Komponen-komponen dalam suatu desain instruksional menurut Kemp adalah:
a. Hasil yang ingin dicapai
b. Analisi tes mata pelajaran
c. Tujuan khusus belajar
d. Aktivitas belajar
e. Sumber belajar
f. Layanan pendukung
g. Evaluasi belajar
h. Tes awal
i. Karakteristik belajar
Kesembilan komponen itu merupakan suatu siklus yang terus-menerus direvisi setelah
dievaluasi baik evaluasi sumatife maupun formatife dan diarahkan untuk menentukan kebutuhan
siswa, tujuan yang ingin dicapai, prioritas, dan berbagai kendala yang muncul.
4. Model Banathy
Model desain sistem pembelajaran dari Banathy berbeda dengan model Kemp. Model ini
memandang bahwa penyusunan sisten instruksional dilakukan melalui tahapan-tahapan yang
jelas.
Terdapat 6 tahap dalam mendesain suatu program pembelajaran yakni:
a. Menganalisis dan merumuskan tujuan, baik tujuan pengembangan sistem maupun
tujuan spesifik. Tujuan merupakan sasaran dan arah yang harus dicapai oleh siswa atau peserta
didik.
b. Merumuskan kriteria tes yang sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Item tes
dalam tahap ini dirumuskan untuk menilai perumusan tujuan. Melalui rumusan tes dapat
meyakinkan kita bahwa setiap tujuan ada alat untuk menilai keberhasilannya.
c. Menganalisis dan merumuskan kegiatan belajar, yakni kegiatan mengiventarisasi
seluruh kegiatan belajar-mengajar, menilai kemampuan penerapannya sesuai dengan kondisi
yang ada serta menentukan kegiatan yang mungkin dapat diterapkan.
d. Merancang sistem, yaitu kegiatan menganalisis sistem menganalisis setiap komponen
sistem, mendistribusikan dan mengatur penjadwalan.
e. Mengimplementasi dan melakukan kontrol kualitas sistem, yakni melatih sekaligus
menilai efektifitas sistem, melakukan penempatan dan melaksanakan evaluasi.
f. Mengadakan perbaikan dan perubahan berdasarkan hasil evaluasi.
b. Manakala kita lihat langkah 1-4 merupakan tahapan dalam rangka proses rancangan,
sedangkan tahap 5 dan 6 adalah tahap pelaksanaan dari perencanaan yang sudah
dirumuskan.
9. Model Briggs
Model Brigs ini berorientasi pada rancangan sistim dengan sasaran dosen atau guru yang
akan bekerja sebagai perancang kegiatan instruksional maupun tim pengembangan instruksional
yang susunan anggotanya meliputi: dosen, administrator, ahli bidang studi, ahli evaluasi, ahli
media dan perancang instruksional (Mudhoffir, 1986 : 34)
Brigs berkeyakinan bahwa banyak pengetahuan tentang belajar mengajar dapat diterapkan
untuk semua jajaran dalam bidang pendidikan dan latihan. Karena itu dia berpendapat bahwa
model ini juga sesuai untuk pengembangan program latihan jabatan, tidak hanya terbatas pada
program-program akademis saja. Di samping itu, model ini dirancang sebagai metodologi
pemecahan masalah instruksional.
Dalam pengembangan instruksional ini berlaku prinsip keselarasan antara tujuan yang akan
dicapai, strategi pencapaiannya dan evaluasi keberhasilannya, yang ketiganya merupakan tiang
pancang desain instruksionalnya Briggs.
10. Model IDI
Pengembangan instruksional model ID (Instruksional Development Institute) merupakan
suatu hasil konsorsium antar perguruan tinggi di Amerika Serikat yang dikenal dengan
Uniiversity Consorsium Instructional Development and Technology (UCIDT).
Model IDI ini telah dikembangkan dan diuji-cobakan pada beberapa negara di Asia dan
Eropa dan telah berhasil di 334 institusi pendidikan di Amerika. Sebagaimana halnya dengan
model-model pengembangan instruksional lainnya, model ini juga menggunakan model
pendekatan sistim yang meliputi tiga tahapan, yakni;
a) Tahap pembatasan (define)
Identifikasi masalah, dimulai dengan analisis kebutuhan atau yang disebut need assesment.
Pada dasarnya need assisment ini berusaha menemukan suatu perbedaan (descrypancy) antara
apa yang ada dan apa yang idealnya (yang diinginkan). Karena banyaknya kebutuhan
pengajaran, maka perlu diadakan prioritas mana yang didahulukan dan mana yang dikemudian.
b) Tahap Pengembangan
Identifikasi tujuan; tujuan instruksional yang hendak dicapai perlu diidentifikasikan terlebih
dahulu, baik tujuan instruksional umum (TIU) dalam hal ini IDI menyebutkan dengan Terminal
Objectives dan tujuan instruksional khusus (TIK) yang disebut Enabling Objectives. TIK adalah
penjabaran yang lebih rinci dari TIU, maka TIK dianggap penting sekali dalam pengembangan
instruksional, disamping itu TIK perlu karena;
Membantu siswa dan guru untuk memahami secara jelas apa-apa yang diharapkan
sebagai hasil kegiatan instruksional;
TIK merupakan building blocks dari pengajaran yang diberikan
TIK merupakan penanda tingkah laku yang harus diperlihatkan oleh siswa sesuai dengan
kegiatan instruksional yang diberikan.
Penentuan metode;
Untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan perlu ditempuh suatu cara, dalam hal
ini metode apa yang cocok digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkn
tersebut.
Bagaimanakah urutan isi/ bahan yang akan disajikan?
Bentuk instruksional apakah yang dipilih sesuai dengan karakteristik siswa dalam situasi
dan kondisinya? Apakah dipakai metode ceramah, diskusi, praktikum, karyawisata, tugas
individual dan lain-lainnya?
c) Tahap penilaian
Tes uji coba;
Setelah prototipa program instruksional tersebut disusun, maka langkah berikutnya harus
diadakan uji-coba. Uji-coba ini dapat dilakukan pada sampel audien untuk menentukan
kelemahan dan kebaikan serta efesiensi dan keefektifan suatu program yang dikembangkan.
Analisis hasil
Hasil uji coba yang dilakukan perlu dianalisis terutama yang berkenaan dengan;
1) Apakah tujuan dapat dicapai, bila tidak atau belum semuanya, dimanakah letak
kesalahannya?
2) Apakah metode atau teknik yang dipakai sudah cocok denganpencapaian tujuan-tujuan
tersebut, mengingat karakteristik siswa yang telah diidentivikasi?
3) Apakah tidak ada kesalahan dalam pembuatan instrumen evaluasi?
4) Apakah sudah dievaluasi hal-hal yang seharusnya perlu dievaluasi?
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Setelah kami uraikan tentang Model - model Pengembangan Sistem Instruksional , secara
garis besar dapat diambil kesimpulan sebagai berikut.
1) Model pengembangan sistem instruksional adalah seperangkat prosedur yang berurutan
untuk melaksanakan pengembangan sistem instruksional.
2) Dasar – dasar Pengembangan sistem instruksional adalah atas dasar pengalaman empiris,
dan prinsip-prinsip yang telah teruji kebenarannya.
3) Prosedur atau proses yang ditempuh oleh para pengembang sistem instruksional bisa
meliputi dua cara: Pendekatan secara Empiris dan Dengan mengikuti atau membuat suatu
model (paradigm approach).
4) Model – Model pengembangan instruksional, antara lain pengembangan instruksional
model Banathy, PPSI, model Kemp, model Briggs, model Gerlach & Ely, model IDI
(Instruksional Development Institute), dan lain-lainnya.
3.2 Saran
Saran dari kami kepada seluruh pembaca adalah lebih banyak menambah buku-buku atau
pembelajaran tentang model pengembangan system pembelajaran serta agar lebih mendalami
lagi tentang hal tersebut, karena hal tersebut akan membantu kita dalam mengatasi masalah-
masalah pengajaran kelak.
DAFTAR PUSTAKA
Gagne. (1988). Prinsiples of instruction design, third edition. New York: Rinehart and Winston.
http://hardysengawang.blogspot.co.id/2011/12/makalah-model-model-pengembangan.html
http://ilmujunek.blogspot.co.id/2015/02/aplikasi-berbagai-model-pengembangan.html
http://samudra99ilmu.blogspot.co.id/2015/03/macam-macam-model-perencanaan.html
https://rismaalqomar.wordpress.com/2010/06/08/model-model-pengembangan-sistem-
pembelajaran