Anda di halaman 1dari 18

Tugas kuliah Landasan Pengelolaan Sumber Belajar

By: Dr. Erma Yulia M.T

PENGEMBANGAN SISTEM INSTRUKSONAL

ESRA P.H SITANGGANG (8176122008)

KRISTINAWATY PURBA (8176122014)

PRODI TEKNOLOGI PENDIDIKAN

FAKULTAS PASCASARJANA

UNIMED

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang
“Pengembangan Sistem Instruksional” dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya.
Dan juga kami berterima kasih pada Ibu Dr. Erma Yulia, M.T selaku Dosen Pengampu pada
mata kuliah Pengelolaan Sumber Belajar.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai perkembangan teknologi pendidikan. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh
sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah
kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran
yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan
kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Medan, September 2018

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Dewasa ini perkembangan teori-teori tentang bagaimana siswa belajar, berkembang
bermacam-macam paket atau media belajar, ditemukannya metode-metode belajar baru, telah
mendorong para pendidik untuk mencari pendekatan baru dalam mengembangkan sistem dan
disain instruksional. Pendekatan baru ini didasarkan atas kenyataan bahwa kegiatan belajar
mengajar merupakan suatu hal yang sangat kompleks, terdiri atas banyak komponen yang satu
sama lain harus bekerja bersama secara baik untuk mencapai hasil yang sebaik-baiknya. Model-
Model Belajar dan Pembelajaran yang diterapkan saat ini berbeda dengan masa kini. Makin maju
ilmu pengetahuan mengakibatkan tiap generasi harus meningkatkan pola frekuensi belajarnya.
Agar pendidikan dapat dilaksanakan lebih baik tidak terkait oleh aturan yang mengikat
kreativitas pembelajar, dan sekiranya tidak memadai hanya digunakan sumber belajar, seperti
dosen/guru, buku, modul, audio visual, dan lain-lain, maka hendaknya diberikan kesempatan
yang lebih luas dan aturan yang fleksibel kepada pembelajar untuk menentukan strategi
belajarnya.
Pengembangan pembelajaran berkenaan dengan pemahaman, perbaikan, dan penerapan
metode-metode dalam menciptakan pembelajaran (methods of creating instruction).
Pengembangan pembelajaran merupakan proses perumusan dan penggunaan prosedur yang
optimal untuk menciptakan pembelajaran baru dalam situasi tertentu.
Pengembangan perencanaan untuk tujuan tersebut yang sekarang mendapatkan perhatian
besar adalah yang didasarkan atas konsep sistem. Konsep sistem ini menurut Kemp (1977, p. 6)
"refers to the terhnleal integration of men and machine". Konsep pendekatan sistem (systems
approach) tersebut membedakan mana-mana tugas yang kiranya lebih baik bila dikerjakan oleh
manusia, dan mana yang paling baik bila dilakukan oleh mesin. Diterapkan kepada kegiatan
pendidikan, konsep pendekatan sistem pada hakekatnya adalah proses untuk menemukan suatu
cara untuk memecahkan problem pendidikan dan mencari altematif pemecahannya. Untuk
memahami hal tersebut berbagai model pengembangan sistem instruksional telah dikembangkan
dewasa ini, berikut akan diuraikan mengenai definisi, dasar-dasar dan model pengembangan
sistem instruksional.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka adapun yang menjadi rumusan masalah dalam
makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian sistem instruksional ?
2. Apa yang dimaksud dengan Model Pengembangan Sistem Instruksional ?
3. Apa yang menjadi Dasar Pengembangan Siatem Instruksional ?
4. Apa saja Model – Model Pengembangan Sistem Istruksional ?

1.3 Tujuan Penulisan


Berdasarkan rumusan masalah tersebut diatas, adapaun tujuan penulisan dalam makalah
ini adalah sebagai berikut:
1. Pengertian Sistem Instruksional.
2. Pengertian Model Pengembangan Sistem Instruksional .
3. Dasar Pengembangan Siatem Instruksional .
4. Model – Model Pengembangan Sistem Istruksional .
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. PENGERTIAN SISTEM INSTRUKSIONAL


Model sistem instruksional adalah metode yang digunakan dalam proses pembelajaran
yang sering dipakai oleh banyak tenaga pengajar, model instruksional yaitu suatu model yang
terdiri atas empat komponen yang secara hakiki berbeda satu sama lainnya, model ini
menitikberatkan pembuatan keputusan intelektual oleh guru sebelum dan sesudah pengajaran dan
oleh karenanya, sebenarnya lebih berupa suatu model perencanaan dan penilaian dari suatu
model “prosedur mengajar” yang meliputi:
a. Penentuan tujuan-tujuan yang spesifik
Tujuan-tujuan instruksional didalam model-model komponen ini harus dirumuskan
secara spesifik dalam bentuk perilaku akhir siswa. Hampir setiap pendidik mengakui pentingnya
penentuan tujuan, tetapi akhir-akhir inipun hanya sedikit yang menganjurkan perlunya
dirumuskan tujuan itu secara jelas, yaitu tujuan : bagaimana seharusnya siswa berperilaku pada
akhir pengajaran. Model instrusional ini menuntut agar tujuan-tujuan tersebut dirumuskan secara
jelas dan tegas dalam bentuk perilaku siswa.
b. Penilaian pendahuluan
langkah kedua dalam model instruksional ini menuntut agar guru memeriksa perilaku
mula siswa. Istilah penilaian “pendahuluan“ digunakan sebagai pengganti dari “tes-awal” hanya
karena “penilaian pendahuluan” mencakup macam prosedur penilaian yang lebih banyak dari
pada hanya dari pada tes ter tulis. Satu keuntungan nyata dari penilaian pendahuluan ialah bahwa
guru dapat mengetahui sudahkah siswanya memiliki perilaku yang hendak dikembangkannya.
Sangat mungkin kemampuan siswa lebih besar dari pada yang diduga guru. Kalau itu terjadi
waktu berminggu-minggu terbuang sia-sia karena siswa-siswa “diajarkan” hal-hal yang sudah
mereka ketahui. Dalam arti yang sama, sering pengetahuan mereka jauh lebih sedikit dari apa
yang diduga oleh guru.
c. Pengajaran
setelah guru mengadakan penilaian pendahuluan, dan barangkali mengubah tujuan-tujuan
instruksional, langkah berikutnya yaitu merencanakan program pengajaran yang diharapkan
dapat mencapai tujuan-tujuan yang dikehendakinya. Perencanaan ini memang rumit sekali,
namun demikian, sesudah ada pernyataan yang jelas tentang tujuan apa yang dikehendaki, maka
masalah itu menjadi jauh lebih mudah.
d. Penilaian
langkah keempat dalam model instrusional ini adalah menilai taraf pencapaian tujuan-
tujuan instruksional oleh para siswa. Pada waktu inilah guru menentukan sudahkah siswa-
siswanya seperti yang direncanakan ketika ia merumuskan tujuan-tujuan. Masalah
pengembangan prosedur penilaian tertentu, seperti siapan suatu tes, sebagian besar pastilah
terpecahkan, jika tujuan telah dirumuskan secara spesifik.
Dengan demikian, maka dapat ditarik kesimpulan. Pengembangan sistem pembelajaran
adalah suatu pola atau rencana yang sistematis dalam menilai, mendeskripsikan,
mengidentifikasi, mengembangkan serta menggunakan komponen-komponen sistem
pembelajaran (peserta didik, tujuan, materi, media, metode, dan evaluasi) demi tercapainya
tujuan pembelajaran yang diharapkan.

2.2 DEFINISI MODEL PENGEMBANGAN SISTEM INSTRUKSIONAL


Model adalah seperangkat prosedur yang berurutan untuk mewujudkan suatu proses,
seperti penilaian suatu kebutuhan, pemilihan media, dan evaluasi". (Briggs, 1978, p. 23).
Sedangkan Istilah pengembangan sistem instruksional (instructional systems development) dan
disain instruksional (instructional design) sering dianggap sama, atau setidak-tidaknya tidak
dibedakan secara tegas dalam penggunaannya, meskipun menurut arti katanya ada perbedaan
antara "disain" dan "pengembangan". Kata "disain" berarti "membuat sketsa atau pola atau
outline atau rencana pendahuluan". Sedang "mengembangkan" berarti "membuat tumbuh secara
teratur untuk menjadikan sesuatu lebih besar, lebih baik, lebih efektif, dan sebagainya."
Beberapa definisi yang menunjukkan persamaan antara keduanya adalah sebagai berikut
1. Pengembangan sistem istruksional adalah suatu proses sedara sistematis dan logis untuk
mempelajari problem-problem pengajaran, agar mendapatkan pemecahan yang teruji
validitasnya, dan praktis bisa dilaksanakan (Ely, 1979, p.4).
2. Sistem instruksional adalah semua materi pelajarari dan metode yang telah diuji dalam
praktek yang dipersiapkan untuk mencapai tujuan dalam keadaan senyatanya (Baker;
1971, p: 16).
3. Disain instruksional adalah keseluruhan proses analisis kebutuhan dan tujuan belajar serta
pengembangan teknik mengajar dan materi pengajarannya untuk memenuhi kebutuhan
tersebut. Termasuk di dalamnya adalah pengem-bangan paket pelajaran, kegiatan menga-
jar, uji coba, revisi, dan kegiatan mengevaluasi hasil belajar (Briggs, 1979, p. 20).
4. Disain sistem instruksional ialah pendekatan secara sistematis dalam perencanaan dan
pengembangan sarana serta alat untuk mencapai kebutuhan dan tujuan instruksional.
Semua komponen sistem ini (tujuan, materi, media, alat, evaluasi) dalam hubungannya
satu sama lain dipandang sebagai kesatuan yang teratur sistematis. Komponen-komponen
tersebut terlebih dulu diuji coba efektifitasnya sebelum disebarluaskan penggunaannya
(Briggs, 1979, p. XXI).
Sesuai dengan pengertian tersebut di atas, maka yang dimaksud dengan model
pengembangan sistem instruksional adalah seperangkat prosedur yang berurutan untuk
melaksanakan pengembangan sistem instruksional.

2.3. DASAR - DASAR PENGEMBANGAN SISTEM INSTRUKSIONAL

Untuk memahami dasar-dasar pengembangan sistem instruksional, perlu diketahui


terlebih dahulu apakah yang dimaksud dengan "Pengajaran" (instruction). Menurut Merril (1971,
p. 10), "pengajaran" adalah suatu kegiatan di mana seseorang dengan sengaja diubah dan
dikontrol, dengan maksud agar ia dapat bertingkah laku atau bereaksi trrhadap kondisi tertentu.
Pengajaran merupakan salah satu bagian dari keseluruhan kegiatan mengajar. Termasuk di
dalamnya adalah menyiapkan pengalaman yang siap dipakai, mengerjakan tugas-tugas
administrasi, mengadakan pendekatan terhadap siswa,dan sebagainya.
Pengajaran berbeda dengan pengembangan kurikulum. Pengembangan kurikulum
meliputi penyusunan disain suatu bidang studi (subject matter) dari suatu tingkat sekolah atau
lembaga pendidikan tertentu. Pengajaran lebih menekankan pada aspek bagaimana (how to),
sedang pengembangan kurikulum lebih menekankan pada aspek "apa" (what to). Keputusan
yang berkenaan dengan kurikulum berorientasi kepada isi atau materi (content oriented), sedang
putusan yang berkenan dengan pengajaran adalah berorientasi kepada proses (process oriented).
Pengajaran erat berkait dengan belajar namun tak persis sama. Belajar merupakan suatu proses
yang berlangsung sepanjang kehidupan makhluk hidup. Pengajaran hanya berlangsung manakala
usaha tertentu telah dibuat untuk mengubah suatu keadaan sedemikian rupa, sehingga suatu hasil
belajar tertentu dapat dicapai. Dengan demikian "kesengajaan" merupakan karakteristik dari
suatu pengajaran.
Apakah yang dimaksudkan dengan Pengembangan Sistem lnstruksional? Dihubungkan
dengan pengertian "Instruction" seperti tersebut di atas, maka definisi pengembangan sistem
instruksional adalah "suatu. proses menentukan dan menciptakan situasi dari kondisi tertentu
yang menyebabkan siswa dapat berinteraksi sedemikian rupa sehingga terjadi perubahan di
dalam tingkah lakunya" (Carey, 1977, p. 6). Pengembangan sistem instruksional lebih lanjut
meliputi proses "monitoring" interaksi siswa dengan situasi dan pengalaman belajar, agar para
penyusun disain instruksional dapat menilai efektifitas suatu disain.
Pengembangan sistem instruksional senantiasa didasarkan atas pengalaman empiris, dan
prinsip-prinsip yang telah teruji kebenarannya, dalam arti telah ditentukan berdasar prosedur
yang sistematis, pengamatan yang tepat, dan percobaan yang terkontrol. Hal ini berbeda dengan
metode atau cara mengajar yang diperoleh secara tradisional dan dikembangkan melalui
pengalaman semata-mata.

2.4. MODEL – MODEL PENGEMBANGAN SISTEM INSTRUKSIONAL


Ada banyak model perencanaan pembelajaran, diantaranya yaitu:
1. Model ASSURE
Model desain pembelajaran Assure ini adalah suatu model desain pembelajaran yang
merupakan sebuah formulasi untuk kegiatan belajar mengajar (KBM) yang beriorientasi kelas.
Heinich mengungkapkan bahwa model desain pembelajaran ini terdiri atas enam tahap kegiatan
sebagai berikut:
a. Analyze learners
b. States objectivies
c. Select methods, media, and material
d. Utilize media and materials
e. Require learners participation
f. Evaluate and revise
Analyze Learners, perlu diketahui bagaimana kebutuhan dan tingkat kemampuan siswa.
Ada tiga hal penting dapat dilakuan untuk mengenal mereka, yaitu berdasarkan ciri-ciri umum,
keterampilan awal khusus dan gaya belajar.
States Objectives , menyatakan tujuan pembelajaran harus difokuskan kepada
pengetahuan, kemahiran, dan sikap yang baru untuk dipelajari.
Select Methods, Media, and Material, ada tiga hal penting dalam pemilihan metode,
bahan dan media yaitu menentukan metode yang sesuai dengan tugas pembelajaran,
dilanjutkan dengan memilih media yang sesuai untuk melaksanakan media yang dipilih, dan
langkah terakhir adalah memilih dan atau mendesain media yang telah ditentukan.
Utilize Media and materials , ada lima langkah bagi penggunaan media yang baik yaitu,
preview bahan, sediakan bahan, sedikan persekitaran, pelajar dan pengalaman pembelajaran.
Require Learner Participation, sebelum pelajar dinilai secara formal, pelajar perlu
dilibatkan dalam aktivitas pembelajaran seperti memecahkan masalah, simulasi, kuis atau
presentasi.
Evaluate and Revise, penilaian yang dimaksud melibatkan beberaoa aspek diantaranya
menilai pencapaian pelajar, pembelajaran yang dihasilkan, memilih metode dan media, kualitas
media, penggunaan guru dan penggunaan pelajar.

2. Model ADDIE
Salah satu model desain pembelajaran yang lebih sifatnya lebih generik adalah model
ADDIE (Analysis-Design-Develop-Implement-Evaluate). ADDIE muncul pada tahun 1990-an
yang dikembangkan oleh Reiser dan Mollenda.Salah satu fungsinya ADIDE yaitu menjadi
pedoman dalam membangun perangkat dan infrastruktur program pelatihan yang efektif, dinamis
dan mendukung kinerja pelatihan itu sendiri.
Model ini menggunakan 5 tahap pengembangan yakni :
a. Analysis
b. Design
c. Development
d. Implementation
e. Evaluation
Analysis (analisa), yaitu melakukan needs assessment (analisis kebutuhan),
mengidentifikasi masalah (kebutuhan), dan melakukan analisis tugas (task analysis).
Design (desain/perancangan), yang kita lakukan dalam tahap desain ini,
pertama, merumuskan tujuan pembelajaran yang SMAR (spesifik, measurable, applicable, dan
realistic). Selanjutnya menyusun tes, dimana tes tersebut harus didasarkan pada tujuan
pembelajaran yag telah dirumuskan tadi. Kemudian tentukanlah strategi pembelajaran media
danyang tepat harusnya seperti apa untuk mencapai tujuan tersebut. Selain itu, dipertimbangkan
pula sumber-sumber pendukung lain, semisal sumber belajar yang relevan, lingkungan belajar
yang seperti apa seharusnya, dan lain-lain. Semua itu tertuang dalam sautu dokumen bernama
blue-print yang jelas dan rinci.
Development (pengembangan), pengembangan adalah proses mewujudkan blue-print
alias desain tadi menjadi kenyataan. Artinya, jika dalam desain diperlukan suatu software berupa
multimedia pembelajaran, maka multimedia tersebut harus dikembangkan. Satu langkah penting
dalam tahap pengembangan adalah uji coba sebelum diimplementasikan. Tahap uji coba ini
memang merupakan bagian dari salah satu langkah ADDIE, yaitu evaluasi.
Implementation (implementasi/eksekusi) , implementasi adalah langkah nyata untuk
menerapkan sistem pembelajaran yang sedang kita buat. Artinya, pada tahap ini semua yang
telah dikembangkan diinstal atau diset sedemikian rupa sesuai dengan peran atau fungsinya agar
bisa diimplementasikan.
Evaluation (evaluasi/ umpan balik), yaitu proses untuk melihat apakah sistem
pembelajaran yang sedang dibangun berhasil, sesuai dengan harapan awal atau tidak. Sebenarnya
tahap evaluasi bisa terjadi pada setiap empat tahap di atas. Evaluasi yang terjadi pada setiap
empat tahap di atas itu dinamakan evaluasi formatif, karena tujuannya untuk kebutuhan revisi.

3. Model Kemp
Model desain system interuksional yang dikembangkan oleh Kemp merupakan model
yang membentuk siklus. Menurut Kemp pengembangan desain sistem pembelajaran terdiri atas
komponen-komponen, yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan, tujuan dan berbagai
kendala yang timbul.
Model system intruksional yang dikembangkan Kemp ini tidak ditentukan dari komponen
mana seharusnya guru memulai proses pengembangan. Mengembangkan sistem instruksional,
menurut Kemp dari mana saja bisa, asal saja urutan komponen tidak diubah, dan setiap
komponen itu memerlukan revisi untuk mencapai hasil yang maksimal. Oleh karena itu model
Kemp, dilihat dari kerangka sistem merupakan model yang sangat luwes.
Komponen-komponen dalam suatu desain instruksional menurut Kemp adalah:
a. Hasil yang ingin dicapai
b. Analisi tes mata pelajaran
c. Tujuan khusus belajar
d. Aktivitas belajar
e. Sumber belajar
f. Layanan pendukung
g. Evaluasi belajar
h. Tes awal
i. Karakteristik belajar
Kesembilan komponen itu merupakan suatu siklus yang terus-menerus direvisi setelah
dievaluasi baik evaluasi sumatife maupun formatife dan diarahkan untuk menentukan kebutuhan
siswa, tujuan yang ingin dicapai, prioritas, dan berbagai kendala yang muncul.

4. Model Banathy
Model desain sistem pembelajaran dari Banathy berbeda dengan model Kemp. Model ini
memandang bahwa penyusunan sisten instruksional dilakukan melalui tahapan-tahapan yang
jelas.
Terdapat 6 tahap dalam mendesain suatu program pembelajaran yakni:
a. Menganalisis dan merumuskan tujuan, baik tujuan pengembangan sistem maupun
tujuan spesifik. Tujuan merupakan sasaran dan arah yang harus dicapai oleh siswa atau peserta
didik.
b. Merumuskan kriteria tes yang sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Item tes
dalam tahap ini dirumuskan untuk menilai perumusan tujuan. Melalui rumusan tes dapat
meyakinkan kita bahwa setiap tujuan ada alat untuk menilai keberhasilannya.
c. Menganalisis dan merumuskan kegiatan belajar, yakni kegiatan mengiventarisasi
seluruh kegiatan belajar-mengajar, menilai kemampuan penerapannya sesuai dengan kondisi
yang ada serta menentukan kegiatan yang mungkin dapat diterapkan.
d. Merancang sistem, yaitu kegiatan menganalisis sistem menganalisis setiap komponen
sistem, mendistribusikan dan mengatur penjadwalan.
e. Mengimplementasi dan melakukan kontrol kualitas sistem, yakni melatih sekaligus
menilai efektifitas sistem, melakukan penempatan dan melaksanakan evaluasi.
f. Mengadakan perbaikan dan perubahan berdasarkan hasil evaluasi.
b. Manakala kita lihat langkah 1-4 merupakan tahapan dalam rangka proses rancangan,
sedangkan tahap 5 dan 6 adalah tahap pelaksanaan dari perencanaan yang sudah
dirumuskan.

5. Model Dick and Carrey


Seperti desain model banathy, dalam mendesain pembelajaran model Dick and Cery
harus dimulai dengan mengidentifikasi tujuan pembelajaran umum. Menurut model ini, sebelum
desainer merumuskan tujuan khusus yakni performance goals, perlu menganalisis pembelajaran
serta menentukan kemampuan awal siswa terlebih dahulu. Mengapa hal ini perlu dirumuskan?
Oleh sebab rumusan kemampuan khusus harus berpijak dari kemampuan dasar atau kemampuan
awal. Manakala telah dirumuskan tujuan khusus yang harus dicapai selanjutnya dirumuskan tes
dalam bentuk Criterion Reference Test, artinya tes yang mengukur kemampuan penguasaan
tujuan khusus.
Untuk mencapai tujuan khusus selanjutnya dikembangkan strategi pembelajaran, yakni
scenario pelaksanaan pembelajaran yang diharapkan dapat mencapai tujuan secara optimal,
setelah itu dikembangkan bahan-bahan pembelajaran yang sesuai dengan tujuan. Langkah akhir
dari desain adalah melakukan evaluasi, yakni evaluasi formatife dan evaluasi sumative. Evalusi
formative berfungsi untuk menilai evektivitas program dan evaluasi sumatife berfungsi untuk
menentukan kedudukan setiap siswa dalam penguasaan materi pelajaran. Berdasarkan hasil
evaluasi inilah selanjutnyadilakukan umpan balik dalam merevisi program pembelajaran.
Model ini termasuk ke dalam model prosedural. Langkah–langkah Desain Pembelajaran
menurut Dick and Carey adalah:
a. Mengidentifikasikan tujuan umum pembelajaran.
b. Melaksanakan analisi pembelajaran
c. Mengidentifikasi tingkah laku masukan dan karakteristik siswa
d. Merumuskan tujuan performansi
e. Mengembangkan butir–butir tes acuan patokan
f. Mengembangkan strategi pembelajaran
g. Mengembangkan dan memilih materi pembelajaran
h. Mendesain dan melaksanakan evaluasi formatif
i. Merevisi bahan pembelajaran
j. Mendesain dan melaksanakan evaluasi sumatif.

6. Model PPSI (Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional)


Model PPSI (Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional) adalah model yang
dikembangkan di Indonesia untuk mendukung pelaksanaan kurikulum 1975. PPSI berfungsi
untuk mengefektifkan perencanaan dan pelaksanaan program pengajaran secara sistemis, untuk
dijadikan sebagai pedoman bagi guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar. PPSI terdiri
dari 5 tahap yakni:
a) Merumuskan tujuan, yakni kemampuan yang harus dicapai oleh sisiwa, ada 4
syarat dalam perumusan tujuan ini yakni tujuan harus operasional, artinya tujuan
yang dirumuskan harus spesifik atau dapat diukur, berbentuk hasil belajar bukan
proses belajar, berbentuk perubahan tingkah laku dan dalam setiap rumusan
tujuan hanya satu bentuk tingkah laku.
b) Mengembangkan alat evaluasi, yakni menentukan jenis tes dan menyusun item
soal untuk masing-masing tujuan. Alat evaluasi disimpan pada tahap 2setelah
perumusan tujuan untuk meyakinkan ketepatan tujuan sesuai dengan kriteria yang
telah di tentukan.
c) Mengembangkan kegiatan belajar mengajar, yakni merumuskan semua
kemungkinan kegiatan belajar dan menyeleksi kegiatan belajar perlu ditempuh.
d) Mengembangkan program kegiatam pembelajaran yakni merumuskan materi
pelajaran. Menetapkan metode dan memilih alat dan sumber pelajaran.
e) Pelaksanaan program, yaitu kegiatan mengadakan pra tes, menyampaikan materi
pelajaran, mengadakan psikotes, dan melakukan perbaikan.

7. Model Gerlach dan Ely


Model pengebangan intruksional yang di kembangan Gerlach dan Ely ini maksudkan
untuk pedoman perencanaan mengajar. Menurutnya langkah langkah dalam pengembangan
intruksional terdiri dari:
a. Merumuskan tujuan intruksional
b. Menentukan isi materi pelajaran
c. Menetukan kemampuan awal peserta didik
d. Menentukan teknik dan strategi
e. Pengelompokan belajar
f. Menentukan pembagian waktu
g. Menentukan ruang
h. Memilih media intruksional yang sesuai
i. Mengevaluasi hasil belajar
j. Menganalisis umpan balik.

8. Model Pengembangan Sistem Instruksional (MPSI)


Istilah pengembangan sistem instruksional (instructional systems development) dan disain
instruksional (instructional design) sering dianggap sama, atau setidak-tidaknya tidak dibedakan
secara tegas dalam penggunaannya, meskipun menurut arti katanya ada perbedaan antara
"disain" dan "pengembangan". Kata "disain" berarti "membuat sketsa atau pola atau outline atau
rencana pendahuluan". Sedang "mengembangkan" berarti "membuat tumbuh secara teratur untuk
menjadikan sesuatu lebih besar, lebih baik, lebih efektif, dan sebagainya."

9. Model Briggs
Model Brigs ini berorientasi pada rancangan sistim dengan sasaran dosen atau guru yang
akan bekerja sebagai perancang kegiatan instruksional maupun tim pengembangan instruksional
yang susunan anggotanya meliputi: dosen, administrator, ahli bidang studi, ahli evaluasi, ahli
media dan perancang instruksional (Mudhoffir, 1986 : 34)
Brigs berkeyakinan bahwa banyak pengetahuan tentang belajar mengajar dapat diterapkan
untuk semua jajaran dalam bidang pendidikan dan latihan. Karena itu dia berpendapat bahwa
model ini juga sesuai untuk pengembangan program latihan jabatan, tidak hanya terbatas pada
program-program akademis saja. Di samping itu, model ini dirancang sebagai metodologi
pemecahan masalah instruksional.
Dalam pengembangan instruksional ini berlaku prinsip keselarasan antara tujuan yang akan
dicapai, strategi pencapaiannya dan evaluasi keberhasilannya, yang ketiganya merupakan tiang
pancang desain instruksionalnya Briggs.
10. Model IDI
Pengembangan instruksional model ID (Instruksional Development Institute) merupakan
suatu hasil konsorsium antar perguruan tinggi di Amerika Serikat yang dikenal dengan
Uniiversity Consorsium Instructional Development and Technology (UCIDT).
Model IDI ini telah dikembangkan dan diuji-cobakan pada beberapa negara di Asia dan
Eropa dan telah berhasil di 334 institusi pendidikan di Amerika. Sebagaimana halnya dengan
model-model pengembangan instruksional lainnya, model ini juga menggunakan model
pendekatan sistim yang meliputi tiga tahapan, yakni;
a) Tahap pembatasan (define)
Identifikasi masalah, dimulai dengan analisis kebutuhan atau yang disebut need assesment.
Pada dasarnya need assisment ini berusaha menemukan suatu perbedaan (descrypancy) antara
apa yang ada dan apa yang idealnya (yang diinginkan). Karena banyaknya kebutuhan
pengajaran, maka perlu diadakan prioritas mana yang didahulukan dan mana yang dikemudian.
b) Tahap Pengembangan
Identifikasi tujuan; tujuan instruksional yang hendak dicapai perlu diidentifikasikan terlebih
dahulu, baik tujuan instruksional umum (TIU) dalam hal ini IDI menyebutkan dengan Terminal
Objectives dan tujuan instruksional khusus (TIK) yang disebut Enabling Objectives. TIK adalah
penjabaran yang lebih rinci dari TIU, maka TIK dianggap penting sekali dalam pengembangan
instruksional, disamping itu TIK perlu karena;
 Membantu siswa dan guru untuk memahami secara jelas apa-apa yang diharapkan
sebagai hasil kegiatan instruksional;
 TIK merupakan building blocks dari pengajaran yang diberikan
 TIK merupakan penanda tingkah laku yang harus diperlihatkan oleh siswa sesuai dengan
kegiatan instruksional yang diberikan.
Penentuan metode;
 Untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan perlu ditempuh suatu cara, dalam hal
ini metode apa yang cocok digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkn
tersebut.
 Bagaimanakah urutan isi/ bahan yang akan disajikan?
 Bentuk instruksional apakah yang dipilih sesuai dengan karakteristik siswa dalam situasi
dan kondisinya? Apakah dipakai metode ceramah, diskusi, praktikum, karyawisata, tugas
individual dan lain-lainnya?
c) Tahap penilaian
Tes uji coba;
Setelah prototipa program instruksional tersebut disusun, maka langkah berikutnya harus
diadakan uji-coba. Uji-coba ini dapat dilakukan pada sampel audien untuk menentukan
kelemahan dan kebaikan serta efesiensi dan keefektifan suatu program yang dikembangkan.
Analisis hasil
Hasil uji coba yang dilakukan perlu dianalisis terutama yang berkenaan dengan;
1) Apakah tujuan dapat dicapai, bila tidak atau belum semuanya, dimanakah letak
kesalahannya?
2) Apakah metode atau teknik yang dipakai sudah cocok denganpencapaian tujuan-tujuan
tersebut, mengingat karakteristik siswa yang telah diidentivikasi?
3) Apakah tidak ada kesalahan dalam pembuatan instrumen evaluasi?
4) Apakah sudah dievaluasi hal-hal yang seharusnya perlu dievaluasi?
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Setelah kami uraikan tentang Model - model Pengembangan Sistem Instruksional , secara
garis besar dapat diambil kesimpulan sebagai berikut.
1) Model pengembangan sistem instruksional adalah seperangkat prosedur yang berurutan
untuk melaksanakan pengembangan sistem instruksional.
2) Dasar – dasar Pengembangan sistem instruksional adalah atas dasar pengalaman empiris,
dan prinsip-prinsip yang telah teruji kebenarannya.
3) Prosedur atau proses yang ditempuh oleh para pengembang sistem instruksional bisa
meliputi dua cara: Pendekatan secara Empiris dan Dengan mengikuti atau membuat suatu
model (paradigm approach).
4) Model – Model pengembangan instruksional, antara lain pengembangan instruksional
model Banathy, PPSI, model Kemp, model Briggs, model Gerlach & Ely, model IDI
(Instruksional Development Institute), dan lain-lainnya.

3.2 Saran
Saran dari kami kepada seluruh pembaca adalah lebih banyak menambah buku-buku atau
pembelajaran tentang model pengembangan system pembelajaran serta agar lebih mendalami
lagi tentang hal tersebut, karena hal tersebut akan membantu kita dalam mengatasi masalah-
masalah pengajaran kelak.
DAFTAR PUSTAKA

AECT. (1979). The defenitions of educational technology. Washington.

Banathy. (1968). Instruction system. Belmond: Fearon.

Gagne. (1988). Prinsiples of instruction design, third edition. New York: Rinehart and Winston.

Harjanto. (2006). Perencanaan pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Miarso. (1988). Survey model pengembangan instruksional. Jakarta: PAU-UT.

http://hardysengawang.blogspot.co.id/2011/12/makalah-model-model-pengembangan.html

http://ilmujunek.blogspot.co.id/2015/02/aplikasi-berbagai-model-pengembangan.html

http://samudra99ilmu.blogspot.co.id/2015/03/macam-macam-model-perencanaan.html

https://rismaalqomar.wordpress.com/2010/06/08/model-model-pengembangan-sistem-
pembelajaran

Anda mungkin juga menyukai