Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

SETRATEGI PEMBELAJARAN
DESAIN PENILAIAN OTENTIK DALAM KONTEKS
KURIKULUM 2013

Disusun oleh:

Nama : Annisa Dwi Lestari (A1E016044)


Herni Suryaningsih (A1E016052)
Kelompok : 9 (Sembilan)
Dosen Pengampu : Dr. Indra Sakti Lubis, M.Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Tuhan YME karena berkat Nya
lah sehingga kami dapat menyusun makalah setrategi pembelajran.

Dalam penyusunan makalah ini, kami banyak mendapkan tantangan dan


hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak, kami dapat mengatasi
itu. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dan kepada Bapak Dr. Indra Sakti Lubis, M.Pd. yang telah
membimbing dalam penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini belum sempurna, oleh karena itu
kami sangat mengharapkan kritikan dari pembaca untuk penyempurnaan
makalah selanjutnya. Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi kita semua.

Bengkulu, 20 oktober 2017

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Penilaian adalah rangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis dan


menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan
secara sistematis dan berkesinambungan sehingga dapat menjadi informasi yang
bermakna dalam pengambilan keputusan.
Standar Penilaian kurikulum 2013 bertujuan untuk menjamin perencanaan
penilaian peserta didik sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai dan
berdasarkan prinsip-prinsip penilaian, pelaksanaan penilaian peserta didik secara
profesional, terbuka, edukatif, efektif, efisien, dan sesuai dengan konteks sosial
budaya; dan pelaporan hasil penilaian peserta didik secara objektif, akuntabel, dan
informatif.
Penilaian kelas merupakan penilaian internal yang dilaksanakan oleh
pendidik dalam hal ini guru di kelas atas nama satuan pendidikan untuk menilai
kompetensi peserta didik pada saat dan akhir pembelajaran. Sistem penilaian hasil
belajar yang diterapkan dalam kurikulum sekolah adalah sistem penilaian otentik
atau lebih dikenal dengan nama asesmen otentik. Penilaian otentik ini harus
dipahami secara mendalam oleh guru-guru mengingat bahwa setiap pengukuran
kompetensi peserta didik tidak cukup hanya dengan tes objektif saja, karena tes
tersebut tidak dapat menunjukkan seluruh kompetensi yang dikuasai siswa.
Penilaian otentik merupakan penilaian yang secara langsung bermakna, dalam arti
bahwa apa yang dinilai adalah merupakan sesuatu yang benar-benar diperlukan
siswa dalam kehidupan nyata sehari-hari.

1.2 Rumusan Masalah


a) Apa pengertian konsep dasar penilaian pembelajaran ?
b) Apa saja ragam penilaian pembelajaran ?
c) Bagaimna penilaian otentik dalam konteks kurikulum 2013 ?
d) Apa keutamaan penilaian otentik dalam konteks kuriklum 2013?
e) Bagaimana mendesain penilaian otentik dalam konteks kurikulum
2013?
f) Bagaimna implementasi penilain otentik dalam konteks kurikulum
2013?

1.3 Tujuan
a) Untuk menegtahui konsep dasar penilaian pembelajaran
b) Untuk mengetahui berbagai ragam penilaian pembelajaran
c) Untuk mengetahui penilaian otentik dalam konteks kurikulum 2013
d) Untuk mengetahui keutamaan penilaian otentik dalam konteks kurikulum
2013
e) Untuk mengetahui cara mendesain penilaian otentik dalam konteks
kurikulum 2013
f) Untuk mengetahui implementasi penilaian otentik dalam konteks
kurikulum2013
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep dasar penilain pembelajaran

Dalam dunia pendidikan terdapat beberapa istilah yang erat kaitannya


dengan penilaian yaitu, evaluasi, tes, penilaian dan pengukuran. Keempat istilah
itu mengacu dalam hal yang sama. Namun, pada prinsipnya keempat istilah itu
memiliki perbedaan.
Berkenaan dengan perbedaan antara pengukuran dengan tes. Niko (1996)
Ebel dan Friensbie (1991) menyatakan bahwa pengukuran merupakan sebuah
prosedur penentuan dan penetapan skor untuk menentukuan spesifikasi atribut
atau karakteristik siswa.
Miller,et al. (2009) menyatakan bahwa pengukuran dipandang sebagai
proses menetapkan nilai hasil tes atau jenis penilaian lainnya yang memiliki
aturan-aturan khusus.
Angelo dan Croos menyatakan bahwa penilaian merupakan sebuah proses
yang yang didesain untuk membantu guru menemukan apa yang telah dipelajari
siswa di dalam kelas.
Popham (2011) menyatakan bahwa penilaian merupakan usaha formal
yang dilakukan untik menjelaskan status siswa dalam variabel penting pendidikan.
Senada dengan Popham, Miller,et al (2009) menyatakan bahwa penilaian
sebagai istilah umum yang berisi seluruh prosedur untuk mendapatkan informasi
tentang status belajar siswa dan membuat keputusan berdasarkan pengalaman
belajar siswa.
Anserson (2003) menyatakan bahwa penilaian merupakan sebuah proses
untuk mengumpulkan informasi yang akan digunakan untuk membuat keputusan
tentang siswa, kurikulum, program pembelajaran, dan kebijakan pendidikan
secara umum
Richard dan Rodgers (2011:158) mengungkapkan bahwa evaluation refers
to procedures for gathering data on the dynamics, efeectivesness, acceptability
and efficiencyof language program for the purpose of decision making. Basically,
evaluation addresses whether the program is effective in abslute term.
Gronlund (1993) menyatakan bahwa evaluasi adalah proses seismik
untuk mengukur tugas belajar siswa secara representatif. Gronlund, Gullo (2005)
evaluasi sebagai sebuah proses membuat keputusan tentang prestasi, nilai,
keberhasilan program pendidikan, keberhasilan proyek, kualitas bahan, dan
keunggulan teknik tertentu.
Sebagai akhir bagaikan ini perlu kiranya ditegaskan bahwa keempat istilah
yakni pengukuran, penilaian, tes, dan evaluasi merupakan hal yang berbeda.
Pengukura penilaian dn evaluasi bersifat berharap (herarki). Maksudnya kegiatan
dilakukan secara berurutan, dimulai dengan pengukuran, kemudian penilain, dan
terakhir evaluasi. Tes sendiri hanya merupakan alat yang digunakan untuk
melakukan kegiatan penilaian. Secara lebih terperinci dapat dinyatakan bahwa
evaluasi merupakan proses penilaian yang dilakukan secara luas pada seluruh
aspek pendidikan baik pembelajaran, program, maupun kelembaan. Penilaian
merupakan bagian dari kegiatan evaluasi yang terfokus pada dimensi pembeljaran
yang didalamnya terkandung juga istilah tes dan pengukuran. Tes merupakan
salah satu instrumen yang digunakan untuk melakukan penilaian. Pengukuran di
pihak dan merupakan prosedur penerapan skor atas capaian kinerja yang diperoleh
siswa.

2.2 Menata Ulang Ragam Penilaian Pembelajaran


1. Penilaian Formatif dan Penilaian Sumatif

Dalam pelaksanaan penilaian dikenla dua istilah umum penilian yakni


penilaian formatif dan susmatif. Penilaian formatif dipandang sebgaia penilaian
yang dilakukan setelah siswa mencapai satu pokok bahasan atau keterampilan
tertentu. Penilaian susmatif dipandang sebagai penilaian yang dilakukan pada
akhir beberapa pokok bahasan atau akhir semester.
Penilain formatif merupakan penilaian yang dilakukan pada setiap tahapan
pembelajran berbasis pencapaian bukti aktifitas belajar siswa dalam rangka
pencapaian satu ketermpilan tertentu. Dengan demikian penilaian formatif
sebenarnya merujuk pada penilian proses bukan semata-mata penilaian akhir hasil
belajar. Marzono (2006: 9) menyatakan bahwa penlaian kelas yang sesungguhnya
adalah penilaian formatif yang dilakukan secara rutin pada setiap proses
pembelajaran. Lebih lanjut dibahas oleh Tierney, et.al (1991: 35) menyatakn
bahwa penilaian yang demikian akan berfungsi untuk memberikan gambaran
tentang perkembangan belajar siswa secara jelas dalam mencapai tujuan tertentu
serta mengetahui hal yang harus dilakukan dalam rangka meningkatkan kinerja
belajar siswa guna mencapai hasil akhir yang optimal. Berdasarkan pandangan ini
sangat jelas bahwa penilaian formatif bukan penilaian yang dilakukan padaakhir
program melaiankan dalam proses pembelajran itu sendiri.
Popham (2011: 6) menyatkan bahwa penilaian formatif sebenarnya bukan
semata-mata tes melaiankan proses itu sendiri yakni proses yang direncanakan
secar cermat untuk menentukan sampai dimana belajar siswa. Peniaian formatif
yang sesungguhnya adalah gambaran kemajuan siswa belajar dalam menguasai
satu kompetensi tertentu.
Penilaian formatif haruslah dilaksanakan secara cermat oleh guru.
Penilaian ini ditujukan untuk mengukur proses, performa, dan produk belajar yang
dihasilkan siswa selama mengikuti pembelajaran. Oleh sebab itu, Greenstein
(2010: 6) menyatakan penilaian formatif sebagai penilain yang dilakukan untuk
meningkatkan focus pembelajaran, mengkreasikan pembelajaran, dan penilaian.
Berbeda dengan formatif, penilaian sumatif lebih memfokuskan diri dalam
menjaring data berupa hasil belajar akhir yang harus dimiliki siswa. Penilaian ini
berfungsi umtuk mengetahui apakah satu kompetensi telah dikuasai siswa secara
utuh atau belum. Penilaian ini bukanlah penilaian yang dilakukan di akhir
semester melainkan penilaian yang dilakukan pada akhir pokok bahasan tertentu.

2. Penilaian Pengetahuan dan Penilaian Perfoma


Penilaian pengetahuan merupakan penilaian yang dilakukan untuk
mengukur pengetahuan yang dimiliki siswa. Pengetahuan biasanya diukur
berdasarkan jenjang kognitif sebagai mana dikemukakan ole Bloom (1956)
meliputi tahap ingatan, pemahaman, penerapan, analisis, evaluasi, dan
menciptakan. Instrument yang biasa digunakan dalam mengukur kemampuan
pengetahuan itu adalah penilaian respons tertulis atau lebih dikenal dengan istilah
tes tertulis.
Tes tertulis adalah tes yang bentuknya berupa soal dan jawaban yang
diberikan kepada siswa dalam bentuk bahan tulisan. Dalam menjawab soal siswa
tidak selalu terus merspon dalam bentuk menulis kalimat jawaban tetpi dapat pula
dalam bentuk mewarai, memberi tanda, menggambar grafik, diagram dan
sebagainya.
Dalam konteks kurikulum 2013, guru dapat menilai kompetisi kemampuan
siswa melalui tes tilis, tes lisan, jawaba singkat, benar-salah, mejodohkan, dan
uraian. Instrument ini harus di sertai dengan uraian dilengkapi tentang pedoman
perskornya. Instrument tes lisanini bisa saja berupa wawancara, kuis atau yang
laianya.
Penilaian kinerja, merupakn bagian dari asesmen alternatif, asesmen ini
muncul sekitar tahun 1980-an, sebagai kritikan terhadap kelemahan tes baku yang
menggunakan tes objektif. Asesmen kerja dianggap sebagai upaya untuk
mengintegrasikan pengukuran hasil belajar dengan keseluruhan proses
pembelajaran, maka secara sederhana asesmen kinerja dapat dimaksudkan sebagai
pemanfaatan pendekatan nontradisional untuk memeberi penilaian kinerja atau
hasil beajar siswa.
Penilaian kinerja dalam pandangan Lewin dan Shoemaker (2011)
merupakn ragam penilaian yang cukup luas yang menggambarkan seluruh
kemampuan berpikir siswa semenjak awal kegiatan pembelajaran, kemampuan
siswa bekeja selama proses pembelajaran, dan kemampuan pemahaman siswa
diakhir pembelaran. Penilain kinerja senantiasa menggambarkan :

1. Kebebasan siswa menentukan tugas yang akan dilakukan


2. Tugas yang menentukan siswa mengkolaborasiakan penggunaan proses
belajar sebagai kunci dalam memehami materi inti pembelajaran
3. Tugas yang dirancang bukan hanya dapat dinilai oleh guru melainkan
dinilai oeh orang lain
4. Sistem penilaian yang eksplisit
5. Proses pengukuran yang akurat sejalan dengan tugas yang terancang
dibuat

Menurut Popham (2011) ada beberapa faktor yang harus diperhatiakan dalam
membuat penilaian kinerja. Beberapa kriteria evaluasi untuk penilaian kinerja
adalah sebagai berikut:
a) Generalisasi, hasil penilaian kinerja harus dapat digeneralisasikan denagn
penilaian yang lain
b) Otentik, penilain harus mencermikan konteks kehidupan nyata
c) Bnayak fokus, dapat mengukur berbagai hasil belajara
d) Dapat diterapkan dalam pembelajaran
e) Adil, harus memberikan penilaian sesuai dengan kemampuan siswa
f) Layak, dapat digunakan karena ekonomis, praktis, dan efisien
g) Berbasis skor, penilaian harus menggunakan skor dan prosedur penskoran
yang jelas.

Dalam praktik penilaian, ada dua cara yang digunakan dalam menilaia
kinerja siswa yakni cara holistic dan cara analisis. Cara holistic digunaka apabila
para penskor hnya memeberikan satu buah skor atau nilai berdasarkan penilaian
mereka secar secara keseluruhan dari hasil kinerja peseta tes. Cara analisis para
penskor memberikan skor pada berbagai aspek yang berbeda yang berhubungan
dengan kinerja yang dinilai.
Popham (2011) menyatakan bahwa penilaian kinerja setidaknya memiliki
tiga karakteristik umum yaitu sebagai berikut :
a) Multikriteria, kinerja siswa harus menggunakan penilaian yang memeiliki
lebih dari satu kriteria
b) Standar kwalitas yang spesifik, masing-masing kriteria kinerja siswa dapat
dinilai secar jelas dan eksplisit dalam memajukan evaluasi kwalitas kinerja
siswa
c) Adanya judgement penilaian, asesmen kinerja membutuhkan penilain yang
bersifat manusiawi untuk menilai bagaimana kinerja siswa dapat diterima
secara nyata, bukan meniali dengan menggunakan angka pada komputer
atau mesin (seperti pada tes baku).

Dalam konteks kurikulum 2013, penilaian kinerja menjadi penilaian


penting yang akan banyak digunakan guru. Hal ini sejaln dengan kenyataan
bahwa proses pembelajaran dalam konteks kurikulum 2013 akan diletakkan pada
pengembangan keterapilan siswa. Oleh sebab itu, guru harus benar-benar
menguasi teknik pengembangan penilaian kinerja agar mampu menilai siswa
secara tepat, valid, dan reliable
3. Penilaian Proyek, produk, dan Portofolio

Proyek adalah tugas yang haris diselesaikan dalam periode atau waktu
tertentu. Tugas tersebut dapat berupa investigasi, pengorganisasian,
pengeevaliasian hingga penyajian data. Penilaian proyek dapat digunakan untuk
mengetahui pemahaman, kemampuan mengaplikasikan, kemampuan
penyelidikan, dan kemampuan menginformasikan sesuatu secara jelas.
Dalam menerapkan penialian proyek setidaknya ada 3 hal yang perlu
dipertimbangkan guru yaitu sebagi berikut:
a) Kemampuan pengelolaan
Kemampuan peserta didik dalam memlih topic, mencari informasi dan
mengelola waktu pengumpulan data serta penulisan laporan
b) Relevansi
Kesesuaian dengan mata pelajaran, dengan mempertimbangkan tahap
pengetahuan, pemahaman dan keterampilan dalam pembelajaran.
c) Keaslian
Proyek yang dilakukan peserta didik harus merupakan hasil karyanya,
dngan mempertimbangkan konstribusi pendidik berupa petunjuk dan
dukungan terhadap proyek peserta didik (Depdiknas, 2007).

Penilain proyek dilakukan mulai dari perencanaan, proses pengerjaan,


sampai hasil akhir proses. Secara lebih rinci proses penilaian proyek harus
dilakukan pada setiap tahap proyek meliputi:
1) Tahap persiapan dengan aspek yang dinilai meliputi penilaian kemampuan
peserta didik dan merencanakan, menggali, dan menegmbangkan gagasan,
dan mendesain produk
2) Tahap pembuatan dengan aspek yang dinilai meliputi penilaian
kemampuan peserta didik dalam menyeleksi dan menggunakan bahan,
alat, dan teknik.
3) Tahap penilaian produk, dengan aspek yang dinilai meliputi penilaian
kualiatas produk yang dihasilkan peserta didik sesuai kriteria yang
diinginkan.

Penilain produk merupakan penilaian yang akan banyak digunakan dalam


kurikilum 2013. Penilaian produk adalah penilaian terhadap proses pembuatan
dan kualitas suatu produk. Penilaian produk meliputi penilaian kemampuan
peserta didik membuat produk-produk teknologi dan seni.
Dalam penilaian produk guru dapat menggunakan dua cara sebagai
menilai kineja yakni cara holistic dan analitis. Cara holistik adalah berdasarkan
kesan keseluruhan dari produ, biasanya dilakukan dengan pada tahap appraisal.
Cara analitis, yaitu berdasarkan aspek-aspek produk, pada tahap proses
pengembangan.
Penilaian lain yang dianjurkan dalam pembelajaran pada kurikulum 2013
adalah penilaian portofolio. Portofolio dapat diartikan sebagai kumpulan hasil
evidence (objek penilaian) atau hasil belajar atau karya pesrta didik dari waktu ke
waktu dan dari satu mata pelajaran yang lain. Digunakan guru dan peserta didik
untuk menilai dan memantau perkembangan, pengetahuan, keterampilan dan
sikap peserta didik dalam mata pelajaran tertentu.
Penilaian portofolio bertujuan sebagai alat formatif maupun sumatif untuk
memantau kemajuan pesertadidik dari hari ke hari dan untuk mendorong pesrtas
didik daam merefleksi pembeljaran mereka sendiri. Portofolio dapat pula
berfungsi sebagai alat untuk:
a. Melihat perkembangan tangguang jawab peserta didik dalam belajar
b. Perluasan dimensi belajar
c. Pemahaman kembali proses belajar mengajar
d. Memberikan informasi kepada orang tua tentang perkembangan peserta
didik secara lengkap dengan dukungan data dan dokumen yang akurat
(Popham, 2011).
4. penilian sikap, penilaian diri, dan penilaian proses

Penilaian sikap merupakan penilaian kelas terhadap suatu konsep


psikologis yang kompleks. Penilaian ini bermanfaat untuk mengetahui factor-
faktor psikologis yang mempengaruhi proses pembelajaran. Pada umumnya
penilaian siap dalam berbagai mata pelajaran dapat dilakukan berkaitan dengan
objek sikap sebagai berukut:
a. Sikap terhadap mata pelajaran
b. Sikap terhadap guru mata pelajaran
c. Sikap terhadap proses pembelajaran
d. Sikap terhadap materi pembelajaran
e. Sikap berhubungan dengan nilai-nilai yang ingin ditanamkan dalam diri
siswa melalui materi tertentu
f. Sikap berhubungan dengan efektivitas kurikulum.

Pengukuran sikap dapat dilakukan dngan beberapa cara diantaranya


adalah: obsvasi, penilaian diri, penilaian teman, dan penggunan jurnal. Oservasi
merupakan penilaian yang dilakukan oleh guru secara berkesinambunagan dengan
menggunakan indera. Penilaian diri adalah teknik penilian dengan cara meminta
peserta didik untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangannya dalam konteks
dalam pencapaian kompetensi.
Penilain diri adalah suatu teknik penilain dimana peserta didik diminta
untuk meniali dirinya sendiri berkaitan denga status, proses dan tingkat
pencapaian kompetensi yang dipelajarinya, yang digunakan dalam mengukur
kompetensi kognitif, afektif dan psikomotor. Penggunaan teknik ini dapat
memberi dampak positif terhadap kepribadian seseorang.
Penilaian diri dipandang memiliki kelemahan utama yakni bahwa ada
kecenderungan peserta didik akan menilai diri terlalu tinggi dan subjektif. Karena
itu, penilaian diri harus dilakukan berdasarkan kriteria yang jelas dan objektif.
Untuk itu penilian diri oleh peserta didik dikelas perlu dilakukan melalui langkah-
langkah sebagai berikut:
a. Menjelaskan kepada peserta didik tujuan penilian diri
b. Menemukan kompetensi atau aspek kemampuan yang akan dinilai
c. Menentukan kriteria penilaian yang digunakan
d. Merumuskan format penilaian, dapat berupa pedoaman penskoran, daftar
tanda cek, atau skala penilaian.
e. Meminta peserta didik untuk melakukan penilaian diri
f. Guru mengkaji hasil penilaian, untuk mendorong peserta didik supaya
senantiasa melakukan penialian didri secara cermat dan objektif.
Lakukan tindakan lanjutan, anatar lain guru memberikan balikan tertulis,
guru dan siswa membahas bersama proses dan hasil penilaian
(Setiamharja, 2012).

Penilaian proses merupakan penilaian yang dilakukan atas hasil kinerja


selam proses pembelajaran. Penilaian mengukur aktif atau tidak aktif jenis
pengukuran kualitatif lainnya, melainkan penilaian yang dilakukan atas capain
belajar yang diperoleh siswa pada setiap tahapan belajar. Dengan demikian
penilaian yang proses bersifat formstiif.

2.3 Penilaian Otentik dalam Konteks Kurikulum 2013

Nurgiyantoro (2011: 4) menyatakan bahwa pada hakikatnya penilaian


otentik merupakan kegiatan penilaian yang dilakukan tidak semata-mata menilai
hasil belajar siswa, melainkan juga berbagai factor yang lain, antara lain kegiatan
pengajaran yang dilakukan iu sendiri. Hart (gulikers, Bastiens dan Kirschener,
2008) menyatakan bahwa penilaian otentik yaitu penilain yang melibatkan siswa
di dalam tugas-tugas otentik yang bermanfaat, penting, dan bermakna yang
selanjutnya dapat dikatakan sebagai penilaian perfoma.
Penilain otentik juga merupakan sebutan yang digunakan untuk
menggambarkan tugas-tugas yang riil yang dibutuhkan siswa-siswa untuk
dilaksanakan dalam menghasilkan pengetahuan mereprodusi informasi. Sebagai
contoh, dalam pembelajran membaca seorang siswa belumlah dikatakan dikatakan
belajar secara bermakna bilamana dia belum mampu menyusun prediksi,
membuktikan prediksi, dan menceritakan kembali isi bacaan. Oleh karena itu,
dalam pembelajran sangat perlu dilakukan penilaian otentik untukenjamin
pembentukan kompetensi riil pada siswa.
Johnsonn, et al. (2009: 2) mengatakan bahwa penilain otentik pada
dasarnya adalah penilian performa yakni penilaian yang dilakukan untuk
mengetahui pengetahuan dan keterampilan siswa selama proses pembelajaran
dalam mencapai produk atau hasil belajar tertentu.
Richardson, et al. (2009: 59) mengemumukakan beberapa karakteristik
penilaian otentik sebagai berikut:
1. Berisi seperangkat tugas penting yang dirancang secara luas dalam
mempresentasikan bidang kajian tertentu
2. Menekankan kemempuan berpikir tingkat tinggi
3. Kriteria selelu diberikan di muka sehingga siswa tahu bagaimana mereka
akan dinilai
4. Penilaian berpadu dalam kerja kurikulum sehari-hari sehingga sulit untuk
membedakan antara penilain dan pembelajaran
5. Peran guru berubah dari penyampain pengetahuan (atau bahkan antagonis)
menjadi berperan sebagai fasilitator, model, dan teman dalam belajar
6. Siswa mengetahui bahwa akan ada persentasi di hadapan public atas
pekerjaan yang telah dicapai sehingga mereka akan sungguh-sungguh
menegrjakan tugas tersebut
7. Siswa tahu bahwa aka nada pemerikasaan baik dari proses yang mereka
digunakan adalam pembelajaran dan produk-produk yang dihasilkan dari
pembelajaran.

Berdasarkan beberpa pendapat di atas, penilian otentik memiliki sifat


berpusat pada peserta didik, terintegrasidengan pembelajaran, otentik,
berkelanjutan, dan individual. Sifat penilain otentik yang komprehensif juga dapat
membentuk unsur-unsur metakognisi dalam diri peserta didik seperti kemauan
menggambil resiko, kreatif, mengembangkan kemempuan berpikir tingkat tinnggi
dan berpikir kreatif, tanggung jawab terhadap tugas dan karya, dan rasa
kepemilikan.
Penilaian otenti sudah ada sejak lama, namun sebelum era KTSP guru
lebih memilih penilaian tradisional. Penilain tradisonal apabila dilihat sebagai
penilaian yang lebih banyak menyadap pengetahuan yang telah dikuasai oleh
siswa sebagai hasil belajar yang pada umumnya ditagih lewat bentuk-bentuk tes
objektif. Di pihak lain, penilain otentik lebih menekankan pada pemberiantugas
yang menuntut siswa menampilkan, mempraktikkan, atau mendemonstrasikan
hasil pembelajarannya di dunia nyata secara bermakna yang mencerminkan
penguasaan pengetahuan dan keterampilan dalam suatu mata pelajaran.
Singkatnya, penilian tradisional lebih menekankan tagihan penguasaan
pengetahuan, sedang otentik kinerja atau tampilan yang mencerminkan
penguasaan pengetahuan dan keterampilan (Nurguyanto, 2008)
2.4 Keutamaan Penilaian Otentik dalam Konteks Kurikulum 2013

Penilaian otentik memiliki keutamaan dibandingkan dengan jenis penilian


yang lain. Keutamaan penilaian otentik dibandingkan dengan penilaian yang lain
di kemukakan oleh Newmann, et al. (1995: 3-5) adalah sebagai berikut:
1. Penilaian otentik memeiliki legimitasi yang jelas dalam hal bahan ajar,
keterampilan, dan karakter sehingga bahan ajar, keterampilan, dan karakter
yang terkandung dalam penilaian otentik dianggap penting dan dibutuhkan
dalam proses belajar mengajar maupun bagi kehidupan sehari-hari siswa
2. Penilaian oentik mampu menilai secara akurat kemempuan siswa sejaln
dengan capaian perkembangan yang diperolehnya dalam setiap tahapan
pemebelajaran
3. Penilaian otentik merupakan penilaian yang mengutamakan kebermaknaan
belajar sehingga penilian otentik menutut siswa untuk membangun
pengetahuannya sendiri melalui pola-pola inkuiri dan sekaligus
mengembangkan nilai-nilai kehidupan yang beguna bagi siswa bukan
hanya di sekolah tetapi juga dalam kehidupannya dimasyarakat.

Penggunaan penilaian otentik dalam proses pebelajaran dinilai sangat


penting oleh berbgai pihak. Kemendikbud (2013) secarategas menyatakan bahwa
proses penilain dalam kurikulum 2013 harus bergeser dari penilain konvensional
menuju penilaian otentik. Hal ini disebabkan model pembelajaran yang
ditawarkan kurikulum 2013. Mengharuskan guru menggunakan penilaian otentik ,
penggunaan penilaian otentik ini diyakini akan mampu memberikan kemampuan
siswa dalam menyelasaikan persoalan nyata sekligus memberikan kesempatan
kepada siswa untuk berpikir, bertindak, dan bekerja secara sistematis bukan
dengan jalan lintas.
Selain kemendikbud , Fulcher dan Davidson (2007: 51) menemukakan
bahwa sistem pembelajaran yang dilakukan saat ini masih menempatkan tes
sebagai pelengkap proses pembelajaran. Kondisi semacam ini harusnya mulai
diholangkan dan sebaliknya teslah yang menjadi pemandu pembelajaran. Konsep
semacam ini dikenal dengan istilah Test Driven Instruction. Konsep ini
merupapakan sebuah konsep yang meyakini bahwa mutu proses pemebelajaran
akan mampu meningkatkan dengan optimaljika pembelajaran dipandu oleh
serangkaian kegiatan penilaian.
Penerapan penilaian sebagai pemandu proses pemebalajaran yang
dikemukakan oleh para ahli yang selanjutnya melahirkan istilah Test Driven Era.
Hal ini berarti sudah saatnya tes atau penilain digunakan sebagia pemandu proses
pembelajaran yang baik akan tercipa sebuah proses pembelajaran yang baik.
Berdasarkan beberapa urain di atas, bahwa pendidikan berkarakter
merupakn hal tidak dapat dipisahan dari kurikulum 2013. Dengan kata lain,
pembelajaran kurikulum 2013 harus tetap merupakan sarana pendidikan karakter
bagi siswa. Oleh karena itu, tujuan performasi yang dikembangkan dalam desain
sistem pemebelajaran kurikulum 2013 tetap harus mencantumkan karakter sebagai
salah satu tujuan permormasi yang harus dicapai siswa.

2.5 Mendesain Penilaian Otentik dalam Konteks Kurikulum 2013

Rhodes dan Shanklin Richardson (2009: 60) menyarankan tiga langkah


awal untuk mengrmbangkan penilaian otentik di dalam kelas. Ketiga langkah
tersebut adalah sebagai berikut :

1. Biarkan siswa menggunakan bahasa dalam konteks sosial yang alami.


2. Berikan pilihan siswa baik dalam bahan maupun kegiatan untuk
memastikan mereka akan menemukan tujuan yang jelas dan asli selama
pembelajaran membaca dan menulis.
3. Ikuti fokus arah siswa untuk berkomunikasi secara alami melalui interaksi
dengan orang lain.

Johnson, et al. ( 2009: 36) menjelaskan bahwa ada lima langkah utama
dalam mengembangkanpenilaian otentik. Kelima langkah tersebut diuraikan
sebagai berikut:

1. Menentukan konten. Pada kegiatan ini harus dilakukan adalah


menentukan jenis penilaian yang akan digunakan, materi ajar yang akan
diujikan, proses yang harus ditempuh oleh siswa, dan spesifikasi materi
dan keterampilan yang akan diujikan.
2. Mengembangkan tugas. Pada tahap ini yang harus dilakukan adalah
menentukan jumlah tugas, waktu yang di butuhkan untuk mengerjakan
tiap-tiap tugas, format responsyang do butuhkan, materi pendukung yang
di butuhkan, konteks yang digunakan, format penilaian yang akan
digunakan dan contoh materi dan kriteria penskoran.
3. Mengadministrasikan tes. Yang harus dilakukan adalah menyusun manual
penilaian, menguji kesesuaian materi dengan siswa yang akan diukur,
menyusun petunjuk umum penilaian, menyusun jadwal penilaian dan
menyiapkan alat teknogi pendukung.
4. Menskor dan melaporkan. Yang harus dilakukan adalah melaksanakan
penilaian sesuai dengan tugas yang telah ditetapkan dan mengembangkan
panduan interpretasi skor dan interpretasi hasil penilaian.
5. Meninjau ulang penilaian . Pada tahap ini harus dilakukan kegiatan
pengujian validitas, reliabilitas, dan revisi penilaian jika diperlukan.
Mueller Nigriyanto (2011) dan Newmann, et al. (1995)
mengemukakan sejumlah langkah yang perlu ditempuh dalam pengembangan
penilaian otentik, yaitu yang meliputi :

1. Penentuan standar

Standar dimaksudkan sebagai sebuah pernyataan tentang apa yang harus


diketahui atau dapat dilakukan pembelajaran. Disamping standar ada goal (tujuan
umum) dan objektif (tujuan khusus), dan standar berada diantara keduanya.
Standar dapat diobservasi dan diukur ketercapaiannya. Di kurikulum dikenal
adanya standar kompetensi lulusan yang artinya kualifikasi kemampuan lulusan
yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan (PP No. 19 Tahun 2005: 2),
dan kompetensi dasar yang berarti kompetensi atau standar minimal yang harus
tercapai atau dikuasai oleh pembelajar.

2. Penentuan tugas otentik

Tugas otentik adalah tugas-tugas yang secara nyata dibebeankan kepada


pembelajar untuk mengukur pencapaian kompetensi yang dibelajarkan, baik
ketika kegiatan pembelajaran masih berlangsung atau sudah berakhir. Pengukuran
hasil pencapaian kompetensi pemelajar yang secara realistik dapat bersifat model
tradisional atau otentik tergantung kompetensi atau indikator yang akan diukur.
Tugas otentik disinonimkan dengan penilaian otentik walau cakupan makna yang
kedua lebih luas. Permasalahan yang segera muncul adalah tugas-tugas atau
model-model pengukuran apa yang dapat dikategorikan sebagai tugas atau
penilaian otentik.

Semua kegiatan pengukuran pendidikan harus mengacu pada standar yang


telah ditetapkan. Pemilihan tugas-tugas otentik pertama-tama haruslah merujuk
pada kompetensi mana yang akan diukur pencapaiannya. Kedua, harus
mencerminkan keadaan atau kebutuhan yang sesungguhnya di dunia nyata. Jadi
dalam sebuah penilaian otentik terkandung dua hal sekaligus yaitu sesuai dengan
standar dan relevan dengan kehidupan nyata dan dijadikan sebagai acuan ketika
membuat tugas-tugas otentik untuk mengukur pencapaian kompetensi
pembelajaran.

3. Pembuatan kriteria

Kriteria merupakan pernyataan yang menggambarkan tingkat capaian dan


bukti-bukti nyata capaian subjek belajar dengan kualitas tertentu yang diinginkan.
Dalam kurikulum berbasis kompetensi kriteria dikenal dengan sebutan indikator.
Jika dalam lingkup penilaian otentik harus melibatkan dua macam standar dan
relevansi, kriteria atau indikator penilaian yang dikembangkan harus juga
mengandung kedua tuntutan tersebut. Sebuah kriteria penilaian capaian hasil
belajar harus cocok dengan kompetensi yang dibelajarkan dan sekaligus bermakna
atau relevan dengan kehidupan nyata. Jumlah kriteria yang dibuat bersifat relatif,
tetapi sebaiknya dibatasi, dan kriteria harus mengungkap capaian hal-hal yang
esensial dalam sebuah standar karena hal itulah yang menjadi inti penguasaan
terhadap kompetensi pembelajaran.

Selain itu, pembuatan kriteria harus mengacu pada ketentuan-ketentuan yang


selama ini dinyatakan baik, baik dalam arti efektif untuk keperluan penilaian hasil
belajar. Ketentuan itu antara lain :

a. harus dirumuskan secara jelas,


b. singkat padat,
c. dapat diukur,
d. menunjuk pada tingkah laku hasil belajar, apa yang mesti dilakukan dan
bagaimana kualitas yang dituntut, dan
e. sebaiknya ditulis dalam bahasa yang dipahami oleh subjek didik.

4. Pembuatan Rubrik

Nilai seorang pemelajar ditentukan seberapa tinggi kinerja ditampilkannya


secara nyata yang menunjukkan tingkat capaian kompetensi yang dibelajarkan.
Untuk menentukan tingi rendahnya skor kinerja, haruslah dipergunakan alat skala
untuk memberikan skor-skor tiap kriteria yang telah ditentukan yang disebut
rubrik. Rubrik dipahami sebagai sebuah skala penskoran yang dipergunakan untuk
menilai kinerja subjek didik untuk tiap kriteria terhadap tugas-tugas tertentu
( Mueller dalam Nurgiyantoro, 2011: 30-33).

Dalam sebuah rubrik terdapat dua hal pokok yang harus dibuat, yaitu
kriteria dan tingkat capaian kinerja tiap kriteria. Kriteria berisi hal-hal esensial
standar yang ingin diukur tingkat capaian kinerjanya yang secara esensial dan
konkret mewakili standar yang diukur capaiannya. Selain itu, kriteria haruslah
dirumuskan atau dinyatakan sinkat padat, komunikatif, dengan bahasa yang
gramatikal ,dan benar-benar mencerminkan hal-hal esensial yang diukur. Tingkat
capainya kinerja, umumnya ditunjukkan dalam angka dan yang lazim adalah 1-3
atau 1-5, sesuai dengan kritetia yang akan diukur. Banyak variasi dalam
pembiatan rubrik, juga untuk kriteria dan angka tingkat capaian kinerja. Rubrik
lazimnya ditampilkan dalam tabel, dan dapat juga dibuat secara analitis ( analytic
rubrics) dan holistik ( holistic rubrics).

Tahapan yangharus dilakukan guru dalam implementasikan penilaian otentik


dalam konteks pembelajaran pada kurikulum 2013 adalah :

1) membuat kriteria yang akan digunakan,


2) menentukan tugas yang akan dikerjakan siswa
3) pembuatan kriteria, dan
4) penyusunan rubrik penilaian.

2.6. Implementasi Penilaian Otentik dalam Konteks Kurikulum 2013

Implementasi penilaian otentik dalam konteks kurikulum 2013 telah secara


tegas dinyatakan dalam Permendikbud Nomor 66 tahun 2013 tentang standar
penilaian yang dipandang sebagai kriteria mengenai mekanisme, prosedur, dan
instrumen penilaian hasil belajar peserta didik. Penilaian pendidikan sebagai
proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil
belajar peserta didim mencakup penilaian otentik, penilaian diri, penilaian
berbasis portofolio, ulangan, ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan
akhir semester, ujian tingkat kompetensi, ujian mutu tingkat kompetensi, ujian
nasional, dan ujian sekolah/ madrasah. Jenis penilaian tersebut diuraikan
Permendikbud Nomor 66 tahun 2013 sebagaiberikut.

1) Penilaian otentik merupakan penilaian yang dilakukan secara


komprehensif untuk menilai mulai dari masukan (input), proses dan
keluaran (output) pembelajaran.
2) Penilaian diri merupakan penilaian yang dilakukan sendiri oleh peserta
didik secara reflektif untuk membandingkan posisi relatifnya dengan
kriteria yang telah ditetapkan.
3) Penilaian berbasis portofolio merupakan penilaian untuk menilai
keseluruhan entitas ptoses belajar peserta didik.
4) Ulangan merupakan proses untuk mengukur pencapaian kompetensi
peserta didik secara berkelanjutan dan untuk memantau hasil beljar peserta
didik.
5) Ulangan harian merupakan kegiatan yang dilakukan secara periodik untuk
menilai kompetensi peserta didik setelah menyelesaikan satu kompetensi
dasar (KD) atau lebih.
6) Ulanagan tengah semester merupakan kegiatan untuk mengukur
pencapaian kompetensi peserta didik setelah melaksanakan 8-9 minggu
kegiatan pembelajaran.
7) Ulangan akhir semester merupakan kegiatan untuk mengukur pencapaian
kompetensi peserta didik di akhir semester.
8) Ujian tingkat kompetensi merupakan kegiatan pengukuran oleh satuan
pendidikan untuk mengetahui pencapaian tingkat kompetensi.
9) Ujian mutu tingkat kompetensi merupakan kegiatan pengukuran oleh
pemerintah untuk mengetahui pencapaian tingkat kompetensi.
10) Ujian nasional merupakan kegiatan pengukuran kompetensi tertentu dalam
rangka menilai pencapaian standar nasional pendidikan secara nasional.
11) Ujian sekolah/ madrasah merupakan kegiatan pengukuran pencapaian
kompetensi diluar kompetensi yang diujikan pada UN.
Berdasarkan rincian penilaian diatas, dapat dikemukakan bahwa penilaian
otentik dipandang sebagai penilaian yang lebih sempit dari yang seharusnya.
Permendikbud Nomor 66 tahun 2013 menjelaskan penilaian hasil belajar peserta
didik pada jenjang pendidikan dasar dan menengah didasarkan pada prinsip-
prinsip sebagai berikut.

1) Objektif, berarti penilaian berbasis pada standar dan tidak dipengaruhi


faktor subjektivitas penilai.
2) Terpadu, berarti penilaian secara terencana, menyatu dengan kegiatan
pembelajaran dan berkesinambungan.
3) Ekonomis, berarti penilaian yang efisien dan efektif dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan pelaporannya.
4) Transparan, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar
pengambilan keputusan dapat diakses oleh semua pihak.
5) Akuntabel, penilaian dapat dipertanggungjawabkan kepada pihak internal
sekolah maupun ekternal untuk aspek teknik, prosedur, dan hasilnya.
6) Edukatif, berarti mendidik dan memotivasi peserta didik dan guru.

Dalam konteks kurikulum 2013, fungsi penilaian meliputi sebagai berikut.

1) Penilaian untuk menentukan persepsi masyarakat tentang keefektifan


pendidikan.
2) Penilaian terhadap perform siswa harus semakin dipandang sebagai
bagian proses evaluasi guru.
3) Penilaian digunakan sebagai alat untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran.

Berdasarkan ketiga fungsi diatas, dapat di jelaskan bahwa penilaian dalam


konteks kurikulum 2013 haris mampu membentuk persepsi masyarakat bahwa
penilaian yang digunakan benar-benar mengukur kemampuan siswa. Penilaian
dalam konteks kurikulum 2013 digunakan sebagai pemandu proses pembelajaran.
Proses pengembangan instrumen penilaian harus dilakukan sebelum
mengembangkan strategi pembelajaran. Selama ini penilaian lebih banyak
dikembangkan setelah pengembangan strategi pembelajaran.

Hal lain yang dijelaskan dalam Permendikbud No. 66 Tahun 2013 adalah
pendekatan penilaian. Pendekatan penilaian yang digunakan dalam pembelajaran
dalam konteks kurikulum 2013 adalah penilaian acuan kriteria (PAK). PAK
merupakan penilaian pencapaian kompetensi yang didasarkan pada kriteria
ketuntasan minimal (KKM). KKM merupakan kriteria ketuntasan belajar minimal
yang ditentukan oleh satuan pendidikan dengan mempertimbangkan karakteristik
kompetensi dasar yang akan dicapai, daya dukung, dan karakteristik peserta didik.
Penilaian hasil belajar peserta didik dalam konteks kurikulum 2013
mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dilakukan
secara berimbang sehingga dapat digunaoan untuk menentukan posisi relatif
setiap peserta didik terhadap standar yang telah ditetapkan. Dalam Permendikbud
No. 66 Tahun 2013 dinyatakan bahwa cakupan penilaian merujuk pada ruang
lingkup materi, kompetensi mata pelajaran/ kompetensi muatan / kompetensi
program dan proses. Sejalan dengan itu, teknik dan instrumen yang digunakan
untuk penilaian kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan adalah sebagai
berikut.

1. Penilaian Kompetensi sikap

Permendikbud No. 66 Tahun 2013 menjelaskan bahwa pendidik


melakukan penilaian kompetensi sikap melalui observasi, penilaian diri, penilaian
teman sejawat oleh peserta didik, dan jurnal, instrumen yang digunakan adalah
daftar cek atau skala penilaian yang disertai rubrik, sedangkan pada jurnal berupa
catatan pendidik.

a. Observasi merupakan teknik penilaian yang berkesinambungan dengan


menggunakan indera.
b. Penilaian diri merupakan teknik penilaian untuk mengemukakan
kelebihan dan kekurangan dalm pencapaian kompetensi.
c. Penilaian antarpeserta merupakan teknik penilaian yang saling menilai
terkait dengan pencapaian kompetensi.
d. Jurnal merupakan catatan pendidik didalam dan diluar kelas yang
berkaitan dengan sikap dan perilaku.

2. Penilaian Kompetensi Pengetahuan

Permendikbud No. 66 tahun 2013 menjelaskan bahwa pendidik menilai


kompetensi pengetahuan siswa melalui tes tulis, tes lisan, dan penugasan.
Instrumen yang digunakan berupa soal pilihan ganda, isian, jawaban singkat,
benar-salah, menjodohkan, dan uraian penskoran. Instrumen tes lisan berupa
daftar pertanyaan, instrumen penugasan berupa pekerjaan rumah, atau proyek
yang dikerjakan sesuai karakteristik tugas.

Pemberian tugas pekerjaan rumah dilakukan atas beberapa prinsip penting


sebagai berikut.

a. Materi yang di tugaskan dalam PR adalah materi yang telah dikuasai oleh
siswa.
b. Jenis tuagas PR mempertimbangkan tingkat kemampuan siswa.
c. Tugas dalam PR tidak menuntut keterlibatan orang tua.
d. . PR hendaknya benar-benar dibahas dan dinilai.
Hasil penilaian tugas PR tidak dijadikan satu-satunya alat ukur
kompetwnsi siswa.

3. Penilaian Kompetensi Keterampilan

Permendikbud No. 66 tahun 2013 menjelaskan bahwa pendidik menilai


kompetensi keterampilan melalui penilaian kinerja, yaitu penilaian yang menuntut
peserta didik mendemonstrasikan suatu kompetensi dengan menggunakan tes
praktik ( penilaian sesuai dengan tuntutan kompetensi), proyek (tugas-tugas
belajar), dan penilaian portofolio (penilaian dengan mengumpulkan seluruh karya
peserta didik). Instrumen yang digunakan berupa daftar cek atau skala penilaian
yang dilengkapi rubrik. Penilaian keterampilan dapat berupa penilaian proses
pembelajaran. Penilaian proses pembelajaran adalah penilaian terhadap capaian
tugas belajar selama proses pembelajaran yang ditunjukkan dengan hasil aktivitas
belajar. Guna untuk mencapai tujuan, pembelajaran harus dikembangkan melalui
beberapa aktivitas, misalnya :

1) Menemukan ide dan menuangkannya dalam bentuk peta konsep,


2) Membuat kerangka karangan,
3) menulis draft,
4) Menyunting draf,
5) Memublikasi karangan.

Permendikbud No. 66 Tahun 2013 menyatakan bahwa instrumen penilaian


harus memenuhi persyaratan sebagai berikut.

1) Substansi yang merepresentasikan kompetensi yang dinilai,


2) Konstruksi yang memenuhi persyaratan teknis sesuai dengan bentuk
instrumen yang digunakan, dan
3) Penggunaan bahasa yang baik dan benar serta komunikatif sesuai dengan
tingkat perkembangan peserta didik.

Berdasarkan Permendikbud No. 66 Tahun 2013 juga mengemukakan


bahwa penilaian hasil belajar dilakukan secara berkesinambungan untuk
memantau proses dan kemajuan belajar peserta didik serta untuk meningkatkan
efektivitas pembelajaran dan juga harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut.

1) Proses penilaian diawali dengan mengkaji silabus sebagai acuan dalam


membuat rancangan dan kriteria penilaian.
2) Pelaksanaan penilaian diawali dengan penelusuran dan diakhiri dengan tes
dan atau nontes.
3) Penilaian pada pembelajaran tematik-terpadu dengan mengacu pada
indikator dari kompetensi dasar.
4) Hasil penilaian dianalisis lebih lanjut untuk mengetahui kemajuan dan
kesulitan belajar.
5) Laporan hasil penilaian berbentuk :
a. Nulan dan atau deskripsi pencapaian kompetensi, untuk hasil
penilaian kompetensi pengetahuan dan keterampilan.
b. Deskripsi sikap, untuk hasil penilaian kompetensi sikap spiritual
dan sikap sosial.
6. Laporan hasil penilaian disampaikan Kepada kepala sekolah/madrasah
dan pihak lain yang terkait.
7. Penilaian kompetensi sikap spiritual dan sosial dilakukan oleh semua
pendidik selama satu semester.

Berdasarkan Permendikbud No. 66 Tahun 2013 penilaian hasil belajar


oleh satuan pendidikan meliputi kegiatan sebagai berikut.

1) Menentukan kriteria minimal pencapaian tingkat kompetensi.


2) Mengoordinasikan semua ulangan dan ujian yang dilakukan.
3) Menyelenggarakan ujian sekolah/madrasah dan menentukan kelulusan
peserta didik.
4) Menentukan kriteria kenaikan kelas.
5) Melaporkan hasil pencapaian kompetensi dan tingkat kompetensi kepada
orangtua/wali dalam bentuk buku rapot.
6) Melaporkan pencapaian hasil belajar.
7) Melaporkan hasil ujian.
8) Menentukan kelulusan melalui rapat dewan sesuai dengan kriteria.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Penilaian autentik merupakan sebuah konsep evaluasi untuk menilai


kemampuan atau hasil belajar anak secara holistic. Penilaian ini diperoleh melalui
pengumpulan informasi oleh guru tentang perkembangan dan pencapaian
pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik melalui berbagai teknik yang
mampu mengungkapkan, membuktikan atau menunjukkan secara tepat bahwa
tujuan pembelajaran telah benar-benar dikuasai dan dicapai.

Penilaian ini dilakukan melalui 4 jenis penilaian yaitu Penilaian Kerja


Penilaian porto folio, penilain proyek dan penilaian tertulis. Hasil dari kombinasi
seluruh penilaian ini akan lebih mencerminkan penilaian yang lebih holistic untuk
melihat kemampuan anak secara objektif.

Asesmen autentik ini memiliki relevansi kuat terhadap pendekatan ilmiah


dalam pembelajaran sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013. Karena, asesmen
semacam ini mampu menggambarkan peningkatan hasil belajar peserta didik, baik
dalam rangka mengobservasi, menalar, mencoba, membangun jejaring, dan lain-
lain.
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Yunus. 2014. Desain Sistem Pembelajaran dalam Konteks Kurikulum


2013. Bandung: PT Refika Aditama

https://jurnalalishlah.wordpress.com/2014/09/06/penilaian-autentik-dalam-
kurikulum-2013/

https://www.academia.edu/28734636/MAKALAH_PENILAIAN_AUTENTIK

Anda mungkin juga menyukai