Anda di halaman 1dari 32

Latar Belakang

Memang tidak semua orang menyadari bahwa setiap saat kita melakukan pekerjaan evaluasi. Dalam
beberapa kegiatan sehari-hari, kita jelas-jelas mengadakan pengukuran dan penilaian.

Ada tiga istilah yaitu evaluasi, pengukuran dan penilaian. Sementara orang lebih cenderung mengartikan
ketiga kata tersebut sebagai suatu pengertian yang sama sehingga dalam penggunaannya hanya
tergantung dari kata mana yang siap untuk diucapkannya dan sementara orang yang lainnya
membedakan ketiga istilah tersebut.

Awalnya pengertian evaluasi pendidikan selalu dikaitkan dengan prestasi belajar siswa. Dalam
pembelajaran yang terjadi di sekolah atau khususnya di kelas, guru adalah pihak yang paling
bertanggung jawab atas hasilnya. Dengan demikian, guru patut dibekali dengan evaluasi sebagai ilmu
yang mendukung tugasnya, yakni mengevaluasi hasil belajar siswa.

Tujuan melakukan evaluasi dalam proses belajar mengajar adalah untuk mendapatkan informasi yang
akurat mengenai tingkat pencapaian tujuan instruksional siswa sehingga dapat diupayakan tindak
lanjutnya.

Dan dalam makalah ini akan membahas tentang pengertian evaluasi pendidikan, tujuan, fungsi dan ciri
penilaian dalam pendidikan.

B. Rumusan masalah

1. Apa pengertian evaluasi pendidikan ?

2. Apa saja tujuan dan fungsi evaluasi pendidikan ?

3. Apa saja ciri-ciri penilaian dalam pendidikan ?

C. Tujuan penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian evaluasi pendidikan.

2. Untuk mengetahui tujuan dan fungsi evaluasi pendidikan.

3. Untuk mengetahui ciri-ciri penilaian dalam pendidikan.

D. Pembahasan
1. Pengertian evaluasi pendidikan

Secara harfiah kata evaluasi berasal dari bahasa inggris evaluation; dalam bahasa arab al-Taqdir, dalam
bahasa Indonesia berarti penilaian. Dengan demikian secara harfiah, evaluasi pendidikan dapat diartikan
sebagai penilaian dalam (bidang) pendidikan atau penilaian mengenai hal-hal yang berkaitan dengan
kegiatan pendidikan.[1]

Menurut Bloom, evaluasi adalah pengumpulan kenyataan secara sistematis untuk menetapkan apakah
dalam kenyataannya terjadi perubahan dalam diri siswa dan menetapkan sejauh mana tingkat
perubahan dalam pribadi siswa.[2]

Dari segi istilah, evaluasi itu mengandung pengertian suatu tindakan atau suatu proses untuk
menentukan nilai dari sesuatu. Berbicara tentang pengertian istilah evaluasi pendidikan, Lembaga
Administrasi Negara mengemukakan batasan mengenai evaluasi pendidikan, sebagai berikut:

(1) Proses / kegiatan untuk menentukan kemajuan pendidikan, dibandingkan dengan tujuan yang telah
ditentukan;

(2) Usaha untuk memperoleh informasi berupa umpan balik (feedback) bagi penyempurnaan
pendidikan.[3]

Dua langkah kegiatan yang dilalui sebelum mengambil barang untuk kita lalui itulah yang disebut
mengadakan evaluasi, yakni mengukur dan menilai. Kita dapat mengadakan penilaian sebelum kita
mengadakan pengukuran.

(1) Mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan ukuran. Pengukuran bersifat kuantitatif.

(2) Menilai adalah mengambil suatu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk. Penilaian
bersifat kualitatif.

(3) Mengadakan evaluasi meliputi kedua langkah diatas yakni mengukur dan menilai.[4]

Istilah “pengukuran” dalam bahasa inggris dikenal dengan measurement dan dalam bahasa arabnya
adalah muqayasah, dapat diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan untuk mengukur sesuatu. Mengukur
pada hakikatnya adalah membandingkan sesuatu dengan atau atas dasar ukuran tertentu. Contoh: dari
100 butir soal yang diajukan dalam tes, Ahmad menjawab dengan betul sebanyak 80 butir soal.

Istilah “penilaian” dalam bahasa inggris dikenal dengan assessment. Menilai mengandung arti
mengambil keputusan terhadap sesuatu dengan mendasarkan diri atau berpegang pada baik atau
buruk, pandai atau bodoh, dan sebagainya. Contoh: dari 100 butir soal, 80 butir dijawab dengan betul
oleh Ahmad, dengan demikian dapat ditentukan bahwa Ahmad termasuk anak yang pandai.

Istilah “evaluasi” adalah mencakup dua kegiatan yaitu pengukuran dan penilaian. Evaluasi dapat juga
diartikan penafsiran atau interpretasi yang sering bersumber dari data kuantitatif (Sudijono, 2011).
Tetapi Prof. Dr. Masroen, M.A (dalam Sudijono, 2011) mengemukakan bahwa tidak semua penafsiran itu
bersumber dari keterangan-keterangan yang bersifat kuantitatif. Sebagai contoh misalnya keterangan-
keterangan mengenai hal-hal yang disukai siswa, pengalaman-pengalaman masa lalu, dan lain-lain, yang
kesemuanya itu bersifat kualitatif.

Sehingga keterkaitan antara ketiga istilah diatas adalah dalam evaluasi mencakup kegiatan mengukur
dan menilai, dua kegiatan tersebut dilalui sebelum mengambil keputusan terhadap sesuatu. Kita tidak
dapat mengadakan penilaian sebelum mengadakan pengukuran.[5]

2. Tujuan dan Fungsi Evaluasi Pendidikan

Tujuan Evaluasi pendidikan, antara lain:

(1) Tujuan Umum

a. Untuk menghimpun bahan-bahan keterangan yang akan dijadikan sebagai bukti mengenai taraf
perkembangan atau taraf kemajuan yang dialami oleh para peserta didik, setelah mereka mengikuti
proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu.

b. Untuk mengetahui tingkat efektifitas dari metode pengajaran yang telah dipergunakan dalam
proses pembelajaran selama jangka waktu tertentu.

(2) Tujuan Khusus

a. Untuk merangsang kegiatan peserta didik dalam menempuh program pendidikan.

b. Untuk mencari dan menemukan faktor-faktor penyebab keberhasilan dan ketidakberhasilan


peserta didik dalam mengikuti program pendidikan, sehingga dapat dicari dan ditemukan jalan keluar.[6]

Fungsi Evaluasi pendidikan, antara lain :

(1) Evaluasi berfungsi selektif.

Dengan cara mengadakan evaluasi guru mempunyai cara untuk mengadakan seleksi terhadap siswanya.
Seleksi itu sendiri mempunyai beberapa tujuan, antara lain:

a. Untuk memilih siswa yang dapat diterima disekolah tertentu.


b. Untuk memilih siswa yang dapat naik ke kelas atau tingkat berikutnya.

c. Untuk memilih siswa yang seharusnya mendapat beasiswa.

(2) Evaluasi berfungsi diagnostik.

Sebenarnya guru mengadakan diagnosis kepada siswa tentang kebaikan dan kelemahan siswa. Dan
dengan diketahui sebab-sebab kelemahan tersebut, maka akan lebih mudah dicari cara untuk
mengatasinya.

(3) Evaluasi berfungsi sebagai penempatan.

Setiap siswa sejak lahir mempunyai bakat sendiri-sendiri, sehingga pembelajaran akan lebih efektif
apabila disesuaikan dengan pembawaan yang ada. Untuk dapat menentukan dengan pasti kelompok
mana siswa harus ditempatkan, maka digunakan evaluasi. Sekelompok siswa yang mempunyai hasil
evaluasi yang sama akan berada dalam kelompok yang sama dalam belajar.

(4) Evaluasi berfungsi sebagai pengukur keberhasilan.

Fungsi ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana suatu program berhasil diterapkan. Keberhasilan
program ditentukan oleh beberapa faktor yaitu faktor guru, metode mengajar, kurikulum, sarana dan
sistem kurikulum.[7]

Adapun secara administratif, evaluasi pendidikan setidak-tidaknya memiliki tiga macam fungsi, yaitu:

(1) Memberikan laporan.

Dengan melakukan evaluasi, akan dapat disusun dan disajikan laporan mengenai kemajuan dan
perkembangan peserta didik setelah mereka mengikuti proses pembelajaran dalam jangka waktu
tertentu.

(2) Memberikan bahan-bahan keterangan (data).

(3) Memberikan gambaran.[8]

3. Ciri-ciri Penilaian Dalam Pendidikan

a. Penilaian dilakukan secara tidak langsung. Dalam contoh ini, akan mengukur kepandaian melalui
ukuran kemampuan menyelesaikan soal-soal.

b. Penggunaan ukuran kuantitatif. Penilaian pendidikan bersifat kuantitatif artinya menggunakan


simbol bilangan sebagai hasil pertama pengukuran. Setelah itu diinterprestasikan kebentuk kualitatif.
Contoh: dari hasil pengukuran, Tiko mempunyai IQ 125, sedangkan IQ Tini 105. Dengan demikian, maka
Tiko dapat digolongkan sebagai anak sangat pandai sedangkan Tini sebagai anak normal.

c. Penilaian pendidikan menggunakan unit-unit atau satuan-satuan yang tetap karena IQ 105 termasuk
anak normal, anak lain yang hasil pengukuran IQ-nya 80 menurut unit ukurannya termasuk anak dungu.

d. Bersifat relatif, artinya tidak sama atau tidak selalu tetap dari satu waktu ke waktu yang lain.

e. Bahwa dalam penilaian pendidikan itu sering terjadi kesalahan-kesalahan. Adapun sumber
kesalahan dapat ditinjau dari bebrapa factor yaitu:

1) Terletak pada alat ukurnya.

2) Terletak pada orang yang melakukan penilaian.

3) Terletak pada anak yang dinilai.

4) Terletak pada situasi dimana penilaian berlangsung.[9]

PRINSIP PRINSIP EVALUASI

Terdapat beberapan prinsip yang perlu diperhatikan dalam melakukan evaluasi, yaitu sebagai berikut :

1. Keterpaduan

Evaluasi merupakan komponen integral dalam program pengajaran disamping tujuan intruksional dan
materi serta metode pengajaran. Evauasi harus dilakukan dengan prinsip keterpaduan antara tujuan
intrusional pengajaran, materi pembelajaran dan metode pengjaran, serta evaluasi merupakan tiga
kesatuan terpadu yang tidak boleh dipisahkan. Karena itu perencanaan evaluasi harus sudah ditetapkan
pada waktu menyusun satuan pengajaran sehingga dapat disesuaikan secara harmonis dengan tujuan
intruksional dan materi pengajaran yang hendak disajikan.

2. Keterlibatan peserta didik ( siswa )

Prinsip ini berkaitan dengan metode belajar CBSA ( Cara Belajar Siswa Aktif ) yang menuntut keterlibatan
siswa secara aktif, karena keterlibatan peserta didik dalam evaluasi bukan alternatif, tapi kebutuhan
mutlak, untuk mengetahui sejauh mana siswa berhasil dalam kegiatan belajr mengajar yang dijalaninya
secara aktif. Penyajian evaluasi oleh guru merupakan upaya guru untuk memenuhi kebutuhan siswa
akan informasi mengenai kemajuannya dalam program belajar mengajar.

3. Koherensi

Dengan prinsip koherensi dimaksudkan evaluasi harus berkaitan dengan materi pengajaran yang sudah
disajikan dan sesuai dengan ranah kemampuan yang hendak diukur. Tidak dapat dibenarkan menyusun
alat evaluasi hasil belajar atau evaluasi pencapaian belajar yang mengukur bahan yang belum disajikan
dalam kegiatan belajar mengajar. Demikian pula tidak diterima apabila alat evaluasi berisi butir yang
tidak berkaitan dengan bidang kemampuan yang hendak diukur.
4. Pedagogis

Sebgai alat penilai hasil belajar. Di samping itu Perlu adanya tool penilai dari aspek pedagogis untuk
melihat perubahan sikap dan perilaku sehingga pada akhirnya hasil evaluasi mampu menjadi motivator
bagi diri siswa.

5. Akuntabel

Sejauh mana keberhasilan program pengajaran maka evaluasi haruslah menjadi alat akuntabilitas atau
bahan pertnggungjawaban bagi pihak yang berkepentingan seeprti orangtua siswa, sekolah, dan lainnya.

Ada beberapa langakah untuk mengetahui langkah-langkah evaluasi :

Langkah 1:

Praktek evaluasi tentang diri anak atau sekelompok anak. Ini merupakan langkah pertama kearah
evaluasi yang baik. Pembatasan ini biasanya ditentukan oleh sifat tugas kita dalam keseluruhan
pendidikan seorang anak. Seorang guru ilmu pasti atau sejarah dalam mengadakan evaluasi terhadap
murid-muridnya membatasi dirinya pada usaha untuk mengetahui kemajuan mereka dalam pelajaran
ilmu pasti atau sejarah saja. Sebaliknya seorang konselor pendidikan ( education counselor ) mempunyai
batasan tugas yang lebih luas dari pada guru ilmu pasti atau guru sejarah.

Langkah 2:

Evaluasi yang baik ialah data yang kita kumpulkan mengenai setiap aspek pribadi anak harus merupakan
“behavior sampling” cukup representative terhadap keseluruhan tingkah laku anak. Misalnya untuk
menetapkan apakah anak pada dasarnya bersifat pemalu atau tidak, tidak cukup hanya memperhatikan
tingkah laku anak pada satu kesempatan saja kita harus mencoba untuk mengetahui bagaimanakah
reaksi anak terhadap bermacap-macam situasi pada berulang kali kesempatan. Kalau prinsip ini
dilanggar biasanya kesimpulan yang kita rumuskan diwarnai oleh apa yang disebut “ halo effect” dan
tidak merupakan suatu “conclusion” melainkan “confusion”.

Langkah 3:

Evaluasi yang baik ialah bahwa cara-cara serta alat-alat yang hendak kita pergunakan untuk
pengumpulan data mengenai diri anak kita pilih betul-betul sebelumnya untuk mengumpulkan
keterangan mengenai cerdas atau tidaknya seorang anak, misalnya dapat kita pergunakan dua macam
cara observasi atau mengadakan tes. Tes yang dapat dipergunakan untuk keperluan. Ada tes individual
dan tes kelompok.

Langkah 4:

Evaluasi yang baik ialah bahwa data yang telah kita kumpulkan tadi kita olah, sebelum kita memberikan
tafsiran terhadap data yang telah kita kumpulkan tadi, pengolahan ini beragam, ada pengolahan yang
bersifat statistis, pengolahan mana yang paling tepat untuk dilakukan terhadap sekumpulan data yang
ditentukan oleh sifat dan jenis data yang dalam keseluruhan prosedur evaluasi yang sedang kita
kerjakan. Apabila sekumpulan data yang ada pada kita menghendaki jenis pengolahan yang tidak cukup
kita kuasai maka sebaiknya kita konsultasi dengan teman.

Langkah 5:

Evaluasi yang baik ialah memberikan interprestasi atau tafsiran terhadap data yang telah diolah tadi kita
berpedoman pada suatu kriterium yang jelas rumusannya serta dapat dipertanggungjawabkan. Pada
umumnya fase terakhir setiap prosedur evaluasi seorang evaluator dihadapkan kepada keharusan untuk
memberikan kualitatif terhadap orang yang sedang dievaluasi.

B. TEKNIK EVALUASI PEMBELAJARAN

Secara garis besar, Teknik evaluasi digolongkan menjadi 2 yaitu teknik tes dan teknik non Tes

1. Teknik non tes meliputi

Ada beberapa teknik non tes yaitu : skala bertingkat, kuesioner,daftar cocok, wawancara, pengamatan,
riwayat hidup.

a. Rating scale atau skala bertingkat

Menggambarkan suatu nilai dalam bentuk angka. Angka-angak diberikan secara bertingkat dari anggak
terendah hingga angkat paling tinggi. Angka-angka tersebut kemudian dapat dipergunakan untuk
melakukan perbandingan terhadap angka yang lain.

b. Kuesioner

Adalah daftar pertanyaan yang terbagi dalam beberapa kategori. Dari segi yang memberikan jawaban,
kuesioner dibagi menjadi kuesioner langsung dan kuesioner tidak langsung. Kuesioner langsung adalah
kuesioner yang dijawab langsung oleh orang yang diminta jawabannya. Sedangkan kuesiioner tidak
langsung dijawab oleh secara tidak langsung oleh orang yang dekat dan mengetahui si penjawab seperti
contoh, apabila yang hendak dimintai jawaban adalah seseorang yang buta huruf maka dapat dibantu
oleh anak, tetangga atau anggota keluarganya. Dan bila ditinjau dari segi cara menjawab maka
kuesioner terbagi menjadi kuesioner tertutup dan kuesioner terbuka. Kuesioner tertututp adalah daftar
pertanyaan yang memiliki dua atau lebih jawaban dan si penjawab hanya memberikan tanda silang (X)
atau cek (√) pada awaban yang ia anggap sesuai. Sedangkan kuesioner terbuka adalah daftar pertanyaan
dimana si penjawab diperkenankan memberikan jawaban dan pendapat nya secara terperinci sesuai
dengan apa yang ia ketahui.

c. Daftar cocok

Adalah sebuah daftar yang berisikan pernyataan beserta dengan kolom pilihan jawaban. Si penjawab
diminta untuk memberikan tanda silang (X) atau cek (√) pada awaban yang ia anggap sesuai.
d. Wawancara,

Suatu cara yang dilakukan secara lisan yang berisikan pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dengan tujuan
informsi yang hendak digali. wawancara dibagi dalam 2 kategori, yaitu pertama, wawancara bebas yaitu
si penjawab (responden) diperkenankan untuk memberikan jawaban secara bebas sesuai dengan yang ia
diketahui tanpa diberikan batasan oleh pewawancara. Kedua adalah wawancara terpimpin dimana
pewawancara telah menyusun pertanyaan pertanyaan terlebih dahulu yang bertujuan untuk menggiring
penjawab pada informsi-informasi yang diperlukan saja.

e. Pengamatan atau observasi,

Adalah suatu teknik yang dilakuakn dengan mengamati dan mencatat secara sistematik apa yang
tampak dan terlihat sebenarnya. Pengamatan atau observasi terdiri dari 3 macam yaitu :

1) observasi partisipan yaitu pengamat terlibat dalam kegiatan kelompok yang diamati.

2) Observasi sistematik, pengamat tidak terlibat dalam kelompok yang diamati. Pengamat telah
membuat list faktor faktor yang telah diprediksi sebagai memberikan pengaruh terhadap sistem yang
terdapat dalam obejek pengamatan.

3) Observasi eksperimental, terjadi jika pengamat tidak berprtisipasi dalam kelompok. Dalam hal ini ia
dapat mengendalikan unsure penting dalam situasi sedemikian rupa sehingga situasi dapat diatur sesuai
dengan tujuan evaluasi.

f. Riwayat hidup,

Evaluasi ini dilakukan dengan mengumpulkan data dan informasi mengenai objek evaluasi sepanjang
riwayat hidup objek evaluasi tersebut.

2. Teknik tes.

Dalam evaluasi pendidikan terdapat 3 macam tes yaitu :

a. Tes diagnostik

b. Tes formatif

c. Tes sumatif

Keterangan masing-maing tes adalah sebagai berikut:

a. Tes diagnostik

Seorang guru yang baik, tentu bahagia apabila dapat membantu siswanya sehingga dapat mencapai
kemajuan secara maksimal sesuai kemampuan yang dimiliki. Tes diagnostik adalah tes yang digunakan
untuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa sehingga kelemahan tersebut dapat memberikan
perlakuan yang tepat.

b. Tes formatif,

Dari arti kata “form” yang merupakaan dasaar dari istilah “formatif” makaa evaluasi formatif
dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana siswa tekah terbentuk setelah mengikuti program
tertentu.dalam kedudukannya seperti ini tes dapat juga dipandang sebagai tes diagnostik pada akhirnya
pelajaran evaluasi formatif atau tes formatif diberikan pada setiap akhir program.

c. Tes sumatif,

Evaluasi sumatif atau tes sumatif dilaksanakan setelah berakhirnya pemberian kelompok program atau
sebuah program yang lebih besar. Dalam pengalaman disekolah tes formatif dapat disamakan dengan
ulangan harian, sedangkan tes sumatif ini dapat disamakan dengan ulangan umum yang biasanya
dilaksanakan pada setiap akhir semester.

C. JENIS-JENIS DAN TUJUAN PENDIDIKAN

Setiap Negara mempunyai cita-cita tentang warga negaranya yang akan diarahkan. Yaitu cita-cita bangsa
Indonesia adalah terbentuknya manusia pancasila bagi seluruh warga negaranya. Semua institusi atau
lembaga pendidikan harus mengarahkan segala kegiatan disekolahnya bagi pencapaian tujuan itu. Inilah
yang disebut tujuan umum pendidikan yang secara eksplisit tertera didalam garis besar haluan Negara.

Semua aparat pemerintah termasuk petugas pendidikan, harus terlebih dahulu memahami makna dari
rumusan tersebut dan menerjemahkan dalam rumusan tujuan yang sesuai dengan tingkat dan jenis
pendidikan yang diselenggarakan pada lembaga. Pengembangan dibidang pendidikan didasarkan atas
filsafah Negara Pancasila dan diarahkan untuk membentuk manusia yang berpancasila dan membentuk
manusia Indonesia yang sehat jasmani dan rohaninya memiliki pengetahuan dan ketrampilan,dapat
mengembangkan kreatifitas dan tanggung jawab, dapat menyuburkan kecerdasan yang tinggi dan
disertai budi pekrti yang luhur, mencintai bangsanya dan mencintai sesame manusia.

Kegiatan yang muncul dalam kesamaan pendidikan, didasarkan pada rumusan tujuan pendidikan
nasional ini. Sedangkan materinya perlu diisi dari hasil studi empiris tentang harapan masyarakat
mengenai kemampuan, pengetahuan dan sikap yang harus dimiliki oleh para lulusan. Selanjutnya
sebagai tindak lanjut dari penjabaran tujuan umum menjadi tujuan institusional, adalah perumusan lain
telah disiapkan oleh para ahli bidanh studi sebagai penanggung jawab program kurikuler.

A. Jenis Tujuan Pendidikan dan Tujuan Instruksional

1. Jenis-jenis Tujuan Pendidikan

Sebuah. Tujuan institusional adalah tujuan dari masing-masing organisasi atau lembaga. Misalnya:
tujuan sekolah dasar, tujuan sekolah menengah pertama, tujuan pendidikan guru
b. Tujuan Kurikuler adalah tujuan masing-masing bidang studi. Contoh: tujuan pelajaran agama, tujuan
pelajaran, dll.

c. Setiap tujuan, baik tujuan maupun tujuan kurikuler, juga merupakan tujuan tercapainya tujuan umum,
yaitu tujuan pendidikan nasional.

2. Tujuan Instruksional

Proses atau kegiatan yang mempelajari materi ini terjadi dalam masa belajar sambil belajar atau
mengajar (instruksional). Dari perkataan yang berasal atau petunjuk, maka timbul istilah tujuan
instruksional, yaitu tujuan yang diperkirakan pengetahuan, kemampuan, keterampilan dan sikap yang
harus didukung oleh siswa sebagai hasil dari hasil yang diperoleh dalam bentuk tingkah laku (perilaku)
yang dapat dipilih dan dipilih.

Ada 2 macam tujuan instruksional, yaitu:

(1) Tujuan instruksional umum (TIU)

(2) Tujuan instruksional khusus (TIK)

Tujuan yang akan dicapai.

Didalam merumuskan tujuan instruksional harus diusahakan agar terlihat setelah tercapainya tujuan itu
terjadi pada diri anak yang dilengkapi dengan kemampuan intelektual, sikap / minat juga aspek kognitif,
afektif dan psikomotorik.

B. Merumuskan Tujuan Instruksional

1) Langkah Merumuskan TIK (tujuan intruksional khusus)

Sebuah. Membuat sejumlah TIU (tujuan instruksinal umum) untuk setiap mata pelajaran bidang studi
yang akan dibahas.

b. Dari masing-masing TIU diumumkan menjadi TIK yang rumusannya jelas, khusus, dapat dilihat,
terukur, dan ditampilkan perubahan tingkah laku.

Rumusan TIK yang lengkap tiga komponen yaitu:

1. Tingkah laku akhir (perilaku terminal)

2. Kondisi demonstrasi ( kondisi demonstrasi atau ujian)

3. Standar Sukses (standar kinerja)

2) Tingkah Laku Akhir


Tingkah laku akhir adalah tingkah laku yang diharapkan setelah seseorang memperbaiki proses
belajar.Di sini tingkah laku ini harus menampakkan dirimu dalam suatu kegiatan yang dapat dilihat dan
dilakukan (diamati dan diukur) .

3) Kata-Kata Operasional

Sebuah. Domain Kognitif; Level dan kata kerja tindakan yang sesuai

- Pengetahuan (knowledge)

- Pemahaman (pemahaman)

- Aplikasi

- Analisis

- Sintesis

- Evaluasi

b. Domain afektif; tingkat pembelajaran dan kata kerja tindakan yang sesuai

- Reesiving

- Menanggapi

- Menilai

- Organisasi

- Karakterisasi berdasarkan nilai kompleks

c . Domain psikomotor

- Keterampilan otot atau motorik

- Manipulasi bahan atau benda

- Koordinasi neuromuskuler

4) Kondisi Demonstrasi

Kondisi demonstrasi adalah komponen TIK yang menyatakan suatu situasi atau persyaratan yang
diperlukan pada siswa pada saat ia mendemonstrasikan tingkah laku akhir, misalnya:

- Dengan memperbarui yang betul

- Urut dari yang paling tinggi


- Dengan bahasanya sendiri

Dengan demikian maka rangkaian kata-kata dalam rumusan TIK menjadi:

- Siswa dapat menjumlahkan bilangan yang terdiri dari jumlah dan satuan dengan angka yang betul .

- siswa dapat melihat gunung-gunung yang ada di Jawa Tengah, urut dari yang paling tingg.i

-Siswa dapat dibaca kembali isi bacaan tentang kisah keluarga dengan bahasanya sendiri.

Kata-kata bercetak miring yang menunjukkan standar keberhasilan

Standar berhasil adalah komponen TIK yang menunjukkan jauh tingkat keberhasilan yang dituntut oleh
penilai untuk tingkah laku pelajar pada akhirnya.

Tingkat keberhasilan yang diumumkan;

- Dengan 75% betul

- Sekurang-kekurangan 5 dari 10

- Tanpa kesalahan

Dengan tambahan tingkat keberhasilan ini maka bunyi rumusan TIK menjadi;

- Siswa dapat menjumlahkan bilangan yang terdiri dari puluhan dan satuan tanpa kesalahan

- Siswa dapat menyebutka kembali kota-kota yangada di Jawa Barat urut dari yang paling Barat, dengan
hanya 25% dari kesalahan

Yang umum dikerjakan hingga saat ini hanya sampai tingkah laku akhir saja.

Setelah kurikulum tahun 1975 berjalan beberapa tahun timbullha berbagai ketidak puasan dikalangan
para pengembang kegiatan belajar mengajar. Dikatakan bahwa tujuan belajar itu terlalu Behavioristik
yaitu mementingkan tingkah laku, disamping juga hanya berorientasi pada ouput yang berorientasi
terlalu mementingkan hasil.

Dengan tekanan pada hal-hal tersebut, guru berusaha memberikan sebanyak-banyaknya informasi,
pengertian dan konsep kepada siswa. Pengembangan kegiatan belajar mengajar yang mengarah pada
proses belum mendapatkan pemahaman yang lengkap.

Dengan keluarnya kurikulum 1984, tekanan pada hasil ini agak meningkat. Dalam Kurikulum 1984 Proses
belajar Mengajar LEBIH Banyak ditekankan PADA bagaimana Seseorang memperoleh hasil temuan.

Dalam perundingan, perundingan tentang proses belajar mengajar guru diharuskan memperhatikan
pola ketrampilan siswa dalam hal memeperoleh hasil, yaitu memperoleh ketrampilan tentang
prosesnya. Persetujuan ini disebut dengan istilah persetujuan proses ketrampilan (PKP) . Ketrampilan-
ketrampilan yang diminta menyertakan ketrampilan dalam hal:
Sebuah. Mengamati

b. Menginterpretasikan (menentukan hasil pengamatan

c. Meramalkan

d. Menerapkan konsep

e. Merencanakan penelitian

f. Melaksanakan penelitian

g. mengkomunikasikan hasil penemuan

Tujuan Instruksional umum yang termuat sudah dirumuskan dalam satu rumusan yang menjelaskan:

A. Materi yang dipelajari

b. Perilaku mengutarakan hasil

c. Proses mencapainya

Berbagai teknik evaluasi

Istilah teknik sering kita dengar dalam kehidupan kita sehari-hari, “teknik-teknik” dapat kita artikan
dengan “alat-alat” jika kita kaji lebih dalam, maka arti dari istilah teknik disini adalah cara-cara atau
metode-metode. Jadi dalam hal ini kita dapat menyimpulkan bahwasanya “teknik evalusi pengajaran”
adalah alat-alat dan cara-cara yang digunakan dalam proses pengumpulan data tentang hasil
pembelajaran.

Dalam evaluasi terdapat dua teknik, teknik tes dan teknik non-tes. Istilah tes di ambil dari kata testum
dalam bahasa prancis kuno yang mengandung arti piring untuk penyulingan logam-logam mulia seperti
emas, perak, perunggu. Akan tetapi ada juga yang mengartikan bahwa testum adalah sebuah piring yang
terbuat dari tanah.

tes memiliki banyak istilah yang memerlukan penjelasannya, yaitu istilah test, testing, tester dan testee,
yang mana setiap istilah mempunyai pengertian yang berbeda. Test adalah alat untuk mengukur dan
menilai suatu objek. Testing adalah waktu berlangsungnya pengukuran dan penilaian. Tester adalah
orang yang melakukan pengukuran dan penilaian, dan testee adalang objek pengukuran dan penilaian
atau orang yang diukur dan dinilai.

Dari pengertian dan penjelasan tes di atas maka kita dapat pahami bahwa tes adalah alat yang
digunakan dalam penilaian dan penseleksian serta pengukuran terhadap objek yang telah ditentukan.
Jika kita mengkaji dalam segi pendidikan maka tes merupakan alat yang digunakan dalam rangka menilai
dan mengukur sejauh mana pendidikan dan seberapa besar kesuksesan yang telah dicapai selama
proses pembelajaran berlangsung, sehingga dengan demikian kita dapat menentukan kebijakan yang
harus dilakukan kedepannya.

B. Fungsi Tes

Dalam garis besar, ada dua macam fungsi yand dimiliki oleh tes, yaitu:

1. Tes sebagai alat pengukur atau penilai terhadap peserta didik. Dalam hal ini tes berfungsi mengukur
dan menilai besarnya perkembangan yang terjadi pada siswa didik setelah berlangsungnya proses
pembelajaran.

2. Tes sebagai alat mengukur dan menilai keberhasilan program pembelajaran atau kurikulum, oleh
karana adanya tes, maka kita dapat mengetahui seberapa jauh ketercapaian program pembelajaran
yang telah ditentukan.

3. Tes sebagai umpan balik untuk memperbaiki proses pembelajaran, sehingga dengan mudah kita
mengetahui pencapaian kompetensi.

C. Prosedur Melaksanakan Evaluasi

Dalam melaksanakan evaluasi pendidikan hendaknya dilakukan secara sistematis dan terstruktur. Dalam
evaluasi pendidikan secara garis besar melibatkan 3 unsur yaitu input, proses dan out put. Apabila
prosesdur yang dilakukan tidak bercermin pada 3 unsur tersebut maka dikhawatirkan hasil yang
digambarkan oleh hasil evaluasi tidak mampu menggambarkan gambaran yang sesungguhnya terjadi
dalam proses pembelajaran. Langkah-langkah dalam melaksanakan kegiatan evaluasi pendidikan secara
umum adalah sebagai berikut:

1. Perencanaan (mengapa perlu evaluasi, apa saja yang hendak dievaluasi, tujuan evaluasi, teknikapa
yang hendak dipakai, siapa yang hendak dievaluasi, kapan, dimana, penyusunan instrument, indikator,
data apa saja yang hendak digali, dsb).

2. Pengumpulan data ( tes, observasi, kuesioner, dan sebagainya sesuai dengan tujuan).

3. Verifiksi data (uji instrument, uji validitas, uji reliabilitas, dsb).

4. Pengolahan data ( memaknai data yang terkumpul, kualitatif atau kuantitatif, apakah hendak di olah
dengan statistikatau non statistik, apakah dengan parametrik atau non parametrik, apakah dengan
manual atau dengan software (misal : SAS, SPSS ).

5. penafsiran data, ( ditafsirkan melalui berbagai teknik uji, diakhiri dengan uji hipotesis ditolak atau
diterima, jika ditolak mengapa? Jika diterima mengapa? Berapa taraf signifikannya?) interpretasikan
data tersebut secara berkesinambungan dengan tujuan evaluasi sehingga akan tampak hubungan sebab
akibat. Apabila hubungan sebab akibat tersebut muncul maka akan lahir alternatif yang ditimbulkan oleh
evaluasi itu.
D. Teknik-Teknik Evaluasi Pengajaran

Dalam evaluasi secara garis besar, mempunyai dua macam teknik evaluasi, yaitu: teknik tes dan teknik
non tes.

1. Teknik Tes

Sebagai alat pengukur dan penilai, tes ada beberapa macam model menurut pemakain dan waktu atau
kapan digunakannya tes tersebut Model-model tes tersebut, yaitu: a. Tes Seleksi, b. Tes Awal, c. Tes
Akhir, d. Tes Diagnostik, e. Tes Formatif, f. Tes Sumatif.

a. Tes Seleksi

Tes seleksi ini tak jarang lagi kita dengar dalam kehidupan kita sehari-hari. Tes ini juga bisa kita sebut, tes
penyaringan bagi calon siswa tahun ajaran baru yang ingin memasuki suatu lembaga sekolah. Materi tes
yang digunakan dalam tes ini hanyalah materi prasyarat untuk mengikuti atau melanjutkan ke
pendidikan selanjutnya. Misalnya seorang siswa akan melanjutkan studinya di perguruan tinggi IAIN di
prodi bahasa arab, maka siswa tersebut akan di beri ujian atau tes seleksi yang soalnya mengenai bahasa
arab. Apabila nilai yang didapatkannya memenuhi syarat dan nilainya tinggi maka siswa tersebut dapat
melanjutkan studinya di IAIN. Tes ini bisa juga kita laksanakan secara lisan, secara tulis dan secara
perbuatan.

b. Tes Awal

Tes ini juga sering kita dengar dengan istilah pre-test. Tes ini digunakan pada saat akan berlangsungnya
penyempaian materi yang akan di ajarkan oleh guru kepada siswa dengan tujuan untuk mengetahui
sejauh manakah materi atau bahan yang akan di ajarkan telah dapat di kuasai oleh siswa didik. Tes ini
mengandung makna, yaitu: tes yang dilaksankan sebelum berlangsungnya proses pembelajaran terjadi.
Materi tes yang di berikan harus berkenaan dengan materi yang akan diajarkan dan soalnya mudah-
mudah akan tetapi memenuhi pokok pembahasan yang seharusnya materi tersebut telah dikuasai oleh
siswa. Contoh soal tentang huruf jarr yang di tanyakan pada mahasiswa bahasa arab semester lima.
Dengan catatan apa bila semua soal tes awal dapat dijawab atau dikuasai dengan baik dan benar, maka
materi tes yang ditanyakan tidak akan diajarkan lagi, dan apabila materi tes yang ditanya belum cukup
dipahami siswa, maka guru hanya mengajarkan materi yang belum dipahami. Tes ini dapat dilaksanakan
dan dilakukan dengan tes lisan dan tulisan.

c. Tes Akhir

Tes ini lebih banyak diketahui dengan post-test. tes ini dilaksanakan pada akhir proses pembelajaran
suatu materi dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa tentang materi dan
pokok penting materi yang dipelajari. Materi tes ini barkaitan dengan materi yang telah diajarkan
kepada siswa sebelumnya, terutama materi tentang sub-sub penting pelajaran. Naskah tes akhir sama
dengan tes awal supaya guru kita dapat mengetahui mana lebih baik hasil kedua tes tentang
pemahaman siswa. Apabila siswa lebih memahami suatu materi setelah proses pembelajaran maka,
program pengajaran dinilai berhasil.

d. Tes Diagnostik

Tes ini adalah tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa sehingga dengan
mengetahui kelemahan siswa tersebut, maka kita bisa memperlakukan siswa tersebut dengan tepat.
Materi tes yang ditanya dalam tes diagnostik biasanya mengenai hal-hal tertentu yang juga merupakan
pengalaman sulit bagi siswa. Tes ini dapat dilaksanakan dengan cara lisan, tulisan, atau dengan
mengkaloborasi kedua cara tes. dalam catatan, tes ini hanya untuk memeriksa, jika hasil pemeriksaan
tersebut membuktikan kelemahan daya serap siswa maka terhadap suatu pembelajaran. Maka siswa
tersebut akan dilakukan pembimbingan secara khusus kepadanya.

e. Tes Formatif

Tes ini merupakan tes hasil belajar yang tujuannya untuk mengetahui sejauh mana siswa menguasai
pelajaran setelah mengikuti proses pembelajaran dlam jangka wakt yang telah ditentukan, tes ini
dilaksanakan biasanya di tengah-tengah perjalanan program pembelajaran. Tes ini juga disebut dengan
“ujian harian”. Materi tes ini adalah materi yang telah di sampaikan kepada siswa sebelumnya. Soalnya
bisa dalam tingkat mudah maupun sulit. Dalam tes ini, jika siswa telah menguasai materi yang telah
diajarkan dengan baik, maka guru akan menyampaikan materi selanjutnya. Dan apabila materi belum
dapat dikuasai secara menyeluruh, maka guru harus mengajarkan bagian materi yang belum dipahami.

f. Tes Sumatif

Tes ini tidak asing bagi siswa, karena tes ini adalah tes akhir dari program pembelajaran. Tes ini juga bisa
disebut EBTA, tes akhir semestes, UAN. Tes ini dilaksanaka pada akhir program pembelajaran. Seperti
setiap akhir semester, akhir tahun. Materinya yang di tes adalah materi yang telah diajar kan selama
satu semester. Dengan demikian materi ini lebih banyak dari materi te yang ada pada tes formatif. Tes
ini biasanya dilakukan dengan cara tulisan, dan biasanya siswa memperoleh soal yang sama satu sama
lain. Tes ini memiliki tingkat tes yang sukar atau lebih berat dari tes formatif. Dengan ada tes ini maka
kita bisa menentukan peringkat atau rangking siswa selama program pembelajaran, dan juga tes ini
menentukan kelayakan seorang siswa untuk mengikuti program pembelajaran selanjutnya.

2. Teknik Non-Tes
Non tes adalah alat mengevaluasi yang biasanya di gunakan untuk menilai aspek tingkah laku termasuk
sikap, minat, dan motivasi. Ada beberapa non-tes sebagai alat evaluasi, diantaranya: a. skala bertingkat,
b. kuesioner, c. daftar cocok, d. wawancara, e. pengamatan, f. riwayat hidup.

a. Skala Bertingkat

Skala bertingkat menggambarkan suatu nilai yang berwujud angka terhadap suatu hasil penentuan. Kita
dapat menilai hampir segala aspek dengan skala. Dengan maksud agar pencatatannya objektif, maka
penilaian terhadap penampilan atau pengambaran kepribadian seseorang disiapkan dalam bentuk skala.

b. Kuesioner

Kuesioner juga dapat di artikan angket yang digunakan sebagai alat bantu dalam rangka pengukuran dan
penilaian hasil belajar. Dengan adanya angket yang harus diisi oleh siswa maka guru akan mengetahui
keadaan, pengalaman, pengetahuan dan tingkah. Angket atau soal kuesioner dapat di berikan secara
langsung dan dijawab atau diisi langsung oleh objeknya, ini dikatakan kuesioner langsung. Dan jika
angket atau soal kuesioner dikirim dan diisi oleh orang lain ( sanak saudaranya), namun soalnya dituju
untuk objek, ini disebut kuesioner tidak langsung. Dengan cara tes ini lebih menghemat waktu dan
tenaga.

c. Daftar Cocok

Daftar cocok adalah deretan pertanyaan yang singkat serta mudah dipahami oleh penjawabnya dengan
cara menconteng saja,Contoh:

Berikanlah tanda conteng pada kolom yang sesui dengan pendapatnya.

Pendapat

pernyataan penting biasa Tidak penting

1. Rajin belajar

2. Suka membaca

3. Sering bolos

4. Cepat memahami

d. Wawancara
Wawancara juga disebut dengan interview, secara umum adalah proses pengumpulan keterangan yang
dilakukang dengan tanya jawab lisan sepihak, bertatap muka langsung, dengan arah serta tujuan yang
telah ditentukan. Wawancara dapat dibedakan dengan dua jenis: 1. wawancara terpimpin,yang materi
pertanyaannya telah terstruktur dengan tujuannya 2. wawacara bebas, yang materi yang ditanyakan
bebas tidak terstruktur akan tetapi mempunyai tujuan. Objeknya bisa pada siswa langsung atau orang
tuanya.

e. Pengamatan

Pengamatan atau observasi adalah sebuah cara menghimpun data yang dilakukan oleh guru kepada
peserta didiknya dengan cara pengamatan yang teliti dan mencatat hasil pengamatan secara sistematis.
Observasi atau pengamatan dapat dibedakan menjadi 3 bentuk: 1. Pengamatan partisipan adalah
pengamatan yang pengamatnya langsung memasuki dan mengikuti kegiatan yang sedang diamati.
Seperti pengamatan tentang pertanian, maka pengamat harus bergabung menjadi petani. 2.
Pengamatan sistematik adalah observasi dimana faktor yang diamati sudah didaftar secara sistematis,
dan sudah diatur menurut kata gorinya. Pengamatan ini dilakukan di luar dari kelompok yang ingin
diamati. 3. Pengamatan eksperimental akan terjadi jika pengamat tidak berpartisipasi dalam kelompok.
Dalam hal ini ia dapat mengendalikan unsure-unsur penting dalam situasi sedemikian rupa sehingga
situasi dapat diatur sesuai dengan tujuan evaluasi.

f. Riwayat hidup

Riwayat hidup juga bisa kita katakan curiculum vite (CV). Atau gambaran hidup peserta didik, dalam
segala aspek. Dengan mengkaji atau menganalisis dukumen atau riwayat hidupnya maka seorang guru
akan dapat menarik kesimpulan tentang tingkah laku atau kepribadian dan sikap dari peserta didik. Soal-
soal yang biasa digunakan seperti. Nama siswa, status dalam keluarga, agama yang dianut, prestasinya
dll.

E. Ciri-Ciri Tes yang Baik

Tes akan dikatakan baik sebagai alat pengukur apabila memenuhi syarat sebagai berikut:

1. Validitas

Maksud dari validitas adalah apa bila tes tersebut sesuai dengan materi pembelajaran. Kata lainnya
adalah nilai tes tersebut tepat atau mempunyai nilai ketepatan jawabanya. Contoh: untuk mengukur
pertisipasi siswa terhadap proses pembelajaran dapat dilahat melaluai kehadiran, terpusatnya perhatian
siswa pada pelajaran, ketepatan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh guru dalam arti
yang relevan pada permasalahan.
2. Realibilitas

Maksud dari reabilitas tes adalah apa bila tes tersebut dapat dipercaya jika memberikan hasil yang tetap
apabila diteskan berkali-kali. Dengan kata lain, jika diberikan kepada siswa tes yang sama pada waktu
yang berlainan, maka siswa akan tetap berada dalam urutan atau tingkatan yang sama dalam
kelompoknya.

3. Objektivitas

Maksud dari objektivitas tes adalah tidak adanya unsur pribadi antara guru dengan peserta didik baik
dalam aspek membuat soal maupun dalam skoringnya.

4. Praktis dan Ekonomis

Istilah ini telah sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari. Dalam tes yang dimaksud dengan praktis
dan ekonomis adalah sebuah tes tidak boros waktu ataupun biaya, sehingga mudah diikuti oleh semua
murid.

Pengukuran ranah kognitif afektif dan psikomotor dalam pendidikan Islam

Pengukuran dalam sekolah berkaitan hanya dengan pencandraan (deskripsi) kuantitatif mengenai
tingkah laku siswa. Pengukuran tidak melibatkan pertimbangan mengenai baiknya atau nilai tingkah laku
yang diukur itu. Sepertihalnya tes, pengukuranpun tidak menentukan siapa yang lulus dan siapa yang
tidak lulus. Pengukuran hanya membuahkan data kuantitatif mengenai hal yang diukur. Pengukuran
sebuah silinder, misalnya hanya membuahkan data mengenai beberapa centimeter persegi luas alasnya
dan berapa tingginya.

Adapun suatu prosedur untuk memberikan angka (biasanya disebut skor) kepada suatu sifat atau
karakteristik tertentu seseorang sedemikian sehingga mempertahankan hubungan senyatanya antara
seseorang dengan orang lain sehubungan dengan sifat yang diukur.

Untuk mengukur seseorang menurut batasan tersebut di atas, perlu :

1. Mengidentifikasi orang yang hendak diukur itu;

2. Mengidentifikasi karakteristik (sifat-sifat khas) orang yang hendak diukur itu ; dan

3. Menetapkan prosedur yang hendak dipakai untuk dapat memberikan angka-angka pada karakteristik
tersebut.
Definisi diataspun menyiarkan bahwa aspek terpenting dari pengukuran adalah (skor) yang diberikan itu
tetap mempertahankan hubungan antar manusia seperti yang ada dalam kenyataannya.

A. Pengukuran Ranah Kognitif

Dalam hubungan dengan satuan pelajaran, ranah kognitif memegang peranan paling utama. Yang
menjadi tujuan pengajaran di SD, SMTP, dan di SMU pada umumnya adalah peningkatan kemampuan
siswa dalam aspek kognitif.

B. Pengukuran Ranah Afektif

Ranah afektif meliputi lima jenjang kemampuan ;

1. Menerima

Jenjang ini berhubungan dengan kesediaan atau kemauan siswa untuk ikut dalam fenomena atau stimuli
khusus (kegiatan dalam kelas, musik, baca buku, dan sebagainya).

2. Menjawab

Kemampuan ini bertalian dengan partisipasi siswa. Pada tingkat ini, siswa tidak hanya menghadiri suatu
fenomena tertentu tetapi juga mereaksi terhadapnya dengan salah satu cara.

3. Menilai

Jenjang ini bertalian dengan nilai yang dikenakan siswa terhadap suatu objek, fenomena, atau tingkah
laku tertentu.

4. Organisasi

Tingkat ini berhubungan dengan menyatukan nilai-nilai yamg berbeda, menyelesikan/memecahkan


konflik diantara nilai-nilai itu, dan mulai membentuk suatu system nilai yang konsisten secara internal.

5. Karakteristik dengan satu nilai atau komplek nilai.

Pada jenjang ini individu memiliki system nilai yang mengontrol tingkah lakunya untuk suatu waktu yang
cukup lama sehingga membentuk karakteristik "pola hidup". Jadi, tingkah lakunya menetap, konsisten
dan dapat diramalkan.
C. Pengukuran Ranah Psikomotorik

Meskipun peranan ranah psikomotor semakin dirasakan pentingnya, namun tidak dibicarakan meluas
dalam lingkup tulisan ini, sedangkan psikomotorik sendiri terfokus pada tingkah laku seseorang
(tindakan).

Perkembangan seseorang atau anak didik meliputi tiga aspek, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Perkembangan tersebut juga dipengaruhi oleh lingkungan ruang belajar dan bermain dimana anak didik
itu belajar.

Dengan menganalisa perkembangan anak didik dari ketiga aspek tersebut diharapkan hasil yang dicapai
menunjukkan bahwa penerapan ruang belajar dan bermain dimana anak didik tersebut belajar sesuai
dengan teori maupun pedoman kependidikan. Kesimpulan

Dari beberapa uraian di atas dapat kami simpulkan bahwa dalam proses belajar mengajar membutuhkan
pengukuran ranah afektif, kognitif dan psikomorik. Sehingga dapat melihat skor yang didapat oleh anak
didik tersebut.

Untuk itulah kemampuan (skil) dapat terkontrol sejak awal masuk sekolah hingga akan mendapatkan
peningkatan yang diinginkan sesuai dengan kemampuan anak didik itu sendiri.

Ketiga ranah tersebut sangat penting untuk diketahui dalam proses belajar mengajar, fungsinya adalah
untuk mengetahui sejauh mana siswa atau anak didik mampu mengaplikasikan apa yang telah didapat.

Prosedur pelaksanaan evaluasi

1. Perencanaan Evaluasi

Dalam melaksanakan suatu kegiatan tentunya harus sesuai dengan apa yang diencanakan. Hal ini di
maksudkan agar hasil yang diperoleh dapat lebih maksimal. Namun, banyak juga orang melaksanakan
suatu kegiatan tanpa perencanaan yang jelas sehingga hasilnya pun kurang maksimal oleh sebab itu,
seorang evaluator harus dapat membuat perencanaan evaluasi dengan baik. Yang perlu dilakukan dalam
kegiatan evaluasi adalah membuat perencanaan. Perencanaan ini penting karena akan mempengaruhi
langkah-langkah selanjut nya, bahkan mempengaruhi keefektifan prosedur evaluasi secara menyeluruh.
Implikasinya adalah perencanaan evaluasi harus di rumuskan secara jelas dan spesifik, terurai dan
komprehensif sehingga perencanaan tersebut bermakna dalam menentukan langkah-langkah
selanjutnya.
Hal penting yang harus dipahami evaluator adalah ketika melakukan analisis kebutuhan dalam
pembelajaran hendaknya dimulai dari peserta didik, kemudian komponen-komponen yang terkait
dengannya. Perencanaan evaluasi meliputi:[7]

a. Menentukan tujuan penilaian

Tujuan penilaian ini harus dirumuskan secara jelas dan tegas serta ditentukan sejak awal, karena
menjadi dasar untuk menentukan ,arah,ruang lingkup materi, jenis/model, dan karakter alat penilaian.
Tujuan penilaian jangan terlalu umum sehingga tidak menuntun guru dalam menyusun soal. Dalam
penilaian hasil belajar, ada empat kemungkinan tujuan penilaian yaitu:

1) Untuk memperbaiki kinerja atau proses pembelajaran (formatif).

2) Untuk menentukan keberhasilan peserta didik (sumatif).

3) Untuk mengidentifikasi kesulitan belajar peserta didik dalam proses pembelajaran (diagnostik).

4) Untuk menempatkan posisi peserta didik sesuai dengan kemampuannya (penempatan).

b. Mengidentifikasi kompetensi dan hasil belajar

Kompetensi adalah pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan
berfikir dan bertindak. Peserta didik di anggap kompeten apabila dia memiliki pengetahuan,
keterampilan, sikap dan nilai-nilai untuk melakukan sesuatu setelah mengikuti proses pembelajaan.
Dalam kurikulum berbasis kompetensi, semua jenis kompetensi dan hasil belajar sudah dirumuskan oleh
tim pengembang kuikilim, seperti standar kompetensi,kompetensi dasar,hasil belajar dan indikator. Jadi
guru tinggal mengidentifikasi kompetensi mana yang akan di nilai.

c. Menyusun kisi-kisi

Penyusunan kisi-kisi dimaksudkan agar materi penilaian betul-betul representatif dan relevan dengan
materi pelajaran yang sudah di berikan oleh guru kepada peserta didik. Jika materi penilaian tidak
relevan dengan materi pelajaran yang telah diberikan,maka akan berakibat hasil penilaian itu kurang
baik. Begitu juga materi penilaian terlalu banyak dibandingkan dengn materi pelajaran, maka akan
berakibat sama. Untuk itu guru harus menyusun kisi-kisi.

Kisi-kisi adalah format pemetaan soal yang menggambarkan distribusi item untuk berbagai topik atau
pokok bahasan berdasarkan jenjang kemampuan tertentu. Fungsi kisi-kisi adalah pedoman untuk
menulis soal atau merakit soal menjadi perangkat tes. Sebenarnya format kisi-kisi tidak ada yang baku,
karena itu banyak model format yang dikembangkan para pakar evaluasi. Format kisi-kisi soal dibagi 2
komponen pokok, yaitu komponen identitas dan komponen matriks.

1) Komponen identitas,

a) Di tulis di bagian atas matriks


b) Meliputi jenis/ jenjang sekolah, jurusan/ program studi, bidang studi/ mata pelajaran, tahun ajaran
dan semester, kurikulum acuan, alokasi waktu, jumlah soal keseluruhan, dan bentuk soal.

2) Komponen matriks.

a) Dibuat dalam bentuk kolom yang sesuai.

b) Terdiri dari kompetensi dasar, materi, jumlah soal, jenjang kemampuan, indikator dan nomor urut
soal.

Salah satu unsur penting dalam komponen matriks adalah indikator. Indikator adalah rumusan
pernyataan sebagai ukuran spesifik yang menunjukkan ketercapaiaan kompetensi dengan menggunakan
kata kerja operasional (KKO). Manfaatnya ialah guru dapat memilih materi, metode dan sumber belajar
yang tepat sesuai dangan kompetensi yang telah di tetapkan.

d. Mengembangkan draft instrument

Mengembangkan draft instumen penilaian merupakan salah satu langkah penting dalam prosedur
penilaian. Instrumen penilaian dapat disusun dalam bentuk tes maupun non tes. Dalam bentuk tes
berarti guru harus membuat soal. Sedangkan dalam bentuk non tes, guru dapat membuat angket,
pedoman observasi, pedoman wawancara, studi dokumentasi, skala sikap, penilaian bakat,minat,dsb.

e. Uji coba dan analisis soal

Jika semua soal sudah di susun dengan baik, maka perlu diuji cobakan terlebih dahulu di lapangan.
Tujuannya untuk mengetahui soal-soal mana yang perlu di ubah, diperbaiki, bahkan dibuang sama
sekali, serta soal-soal mana yang baik untuk dipergunakan selanjutnya. Dalam melaksanakan uji coba
soal, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, antara lain:

1) Ruangan tempatnya hendaknya diusahakan seterang mungkin, jika perlu dibuat papan
pengumuman diluar agar orang lain tahu bahwa ada tes sedang berlangsung.

2) Perlu disusun tata tertib pelaksanaan tes, baik yang berkenaan dengan peserta
didik,guru,pengawas maupun teknis pelaksanaan tes.

3) Para pengawas harus mengotrol pelaksanaan tes dengan ketat, teetapi tidak menganggu suasana
tes.

4) Waktu yang digunakan harus sesuai dengan banyaknya soal yang diberikan.

5) Peserta didik harus benar-benar patuh dengan semua petunjuk dan perintah dari penguji.

6) Hasil uji coba hendaknya diolah, dianalisis, dan di administrasikan dengan baik

f. Revisi dan merakit soal (instumen baru)


Setelah diuji coba dan dianalisis, kemudian di revisi sesuai dengan proporsi tingkat kesukaran soal dan
daya pembeda. Berdasarkan hasil revisi soal, barulah dilakukan perakitan soal menjadi suatu instrumen
yang terpadu. Untuk itu, semua hal yang dapat mempengaruhi validitas skor tes,seperti nomor urut soal,
pengelompokan bentuk soal, penataan soal, dan sebagainya.

2. Pelaksanaan Evaluasi

Pelaksanaan evaluasi artinya bagaimana cara melaksanakan evaluasi sesuai dengan perencanaan
evaluasi. Dalam perencanaan evaluasi telah di singgung semua hal yang berkaitan dengan evaluasi.
Pelaksanaan evaluasi sangat bergantung pada jenis evaluasi yang digunakan. Dalam pelaksanaan tes
maupun nontes tersebut akan berbeda satu dangan lainnya, sesuai dengan tujuan dan fungsinya
masing-masing.

Dalam pelaksanaan tes lisan , misalnya guru harus memperhatikan tempat tes diadakan. Tempatnya
harus tenang, enak dipandang dan tidak menyeramkan, sehingga peserta didik tidak takut dan gugup.
Guru harus dapat menciptakan suasana yang kondusif dan komunikatif, tetapi bukan berarti
menciptakan suasana tes lisan menjadi suasana diskusi, debat atau ngobrol santai. Dan informasi
keseluruhan aspek kepribadian dan prestasi belajar peserta didik yang meliputi :

a. Data pribadi (personal) peserta didik, seperti nama, tempat dan tanggal lahir, jenis kelamin,
golongan darah, alamat dan lain-lain.

b. Data tentang kesehatan peseeta didik, seperti pengihatan, pendengaran, penyakit yang sering
diderita dan kondisi fisik.

c. Data tentang prestasi belajar (achievement) peserta didik di sekolah.

d. Data tentang sikap (attitude) peserta didik, seperti sikap terhadap teman sebaya, sikap terhadap
kegiatan pembelajaran, sikap terhadap guru dan kepala sekolah, serta sikap terhadap lingkungan sosial.

e. Data tentang bakat (aptitude) peserta didik seperti ada tidaknya bakat di bidang olah raga,
keterampilan mekanis, manajemen kesenian dan keguruan.

f. Persoalan penyesuaian(adjustment), seperti kegiatan anak dalam organisasi di sekolah, forum


ilmiah, olah raga dan kepanduan.

g. Data tentang minat (interest) peserta didik.

h. Data tentang rencana masa depan perserta didik yang dibantu oleh guru dan orang tua sesuai
dengan kesanggupan anak.

i. Data tentang latar belakang keluarga peserta didik, seperti perkerjaan orang tua, penghasilan
tetap tiap bulan, kondisi lingkungan serta hubungan peserta didik dengan orang tua dan saudara-
saudaranya.
Tujuan untuk melaksanakan evaluasi adalah untuk mengumpulkan data. Ada beberapa hal yang
memungkinkan timbulnya kesalahan-kesalahan dalam pengumpulan data yaitu sebagai berikut :

a. Kesalahan-kesalahan yang mungkin ditimbulkan karena kurang sempurnanya instrumen evaluasi.

b. Kesalahan-kesalahan yang mungkin ditimbulkan oleh kurang sempurnanya prosedur pelaksanaan


evaluasi yang dilakukan.

c. Kesalahan yang mungkin ditimbulkannya oleh kurang sempurnanya cara pencatatan hasil evaluasi.

3. Monitoring Pelaksanaan evaluasi

Langkah ini dilakukan untuk melihat apakah pelaksanaan evaluasi pembelajaran telah sesuai dengan
perancanaan evaluasi yang telah ditetapkan atau belum. Tujuannya untuk mencegah hal-hal yang
negatif dan meningkatkan efisiensi pelaksanaan evaluasi. Monitoring mempunyai dua fungsi. Pertama,
untuk melihat elevansi pelaksanaan evaluasi dengan perencanaan evaluasi. Kedua, untuk melihat hal-hal
apa yang terjadi selama pelaksanaan evaluasi dilaksanakan.[8]

4. Pengolahan Data

Langkah pengolahan data dilakukan untuk memberikan “makna” terhadap data yang ada pada kita.
Macam-macam jenis pengolahan yang dapat dilihat bahwa ada beberapa macam jenis pengolahan
yang dapat dilakukan terhadap sekumpulan data .Pengolahan yang kita hadapi sekarang sebagai
seorang evaluator adalah menentukan pengolahan mana sajakah yang harus kita lakukan terhadap
sekumpulan data pada sat tertentu. Fungsi pengolahan data dalam proses evaluasi yang perlu disadari
bahwa untuk memperoleh gambaran yang lengkap tentang diri seorang yang sedang di evaluasi adalah
langkah pengolahan data.[9]

Ada dua jenis penafsiran data, yaitu:

a. Penafsiran kelompok, adalah penafsiran yang dilakukan untuk mengetahui karakteristik kelompok
berdasarkan data hasil evaluasi, seperti prestasi kelompok, rata-rata kelompok, sikap kelompok
terhadap guru dan materi pelajaran yang di berikan serta distribusi nilai kelompok.

Tujuan utamanya adalah sebagai persiapan utuk melaksanakan penafsiran kelompok, untuk mengetahui
sikap sikap tertentu pada kelompok dan untuk mengadakan pertandingan antar kelompok.

b. Penafsiran individual adalah penafsiran yang hanya dilakukan secara perorangan. Misalnya dalam
kegiatan bimbingan dan penyuluhan atau situasi klinis lainnya. Tujuan utamanya adalah untuk melihat
tingkat kesiapan peserta didik (readines), pertumbuhan fisik, kemajuan belajar, dan kesulitan-kesulitan
yang di hadapinya.

5. Pelaporan Hasil Evaluasi


Laporan merupakan bukti sejauh mana tujuan pendidikan yang diharapkan oleh anggota
masyarakat,khususnya orangtua peserta didik dapat tercapai. Pada akhir penggal waktu proses
pembelajaran, antara lain akhir catur wulan, akhir semester, akhir tahun ajaran, akhir jenjang
persekolahan diperlukan suatu laporan kemajuan peserta didik, yang selanjutnya merupakan laporan
kemajuan sekolah. Laporan ini akan memberikan bukti sejauh mana tujuan pendidikan yang diharapkan
oleh anggota masyarakat khususnya orang tua peserta didik dapat tercapai. Laporan terbagi atas:[10]

a. Laporan kemajuan umum

Berbentuk fisik,dapat dilaksanakan melalui berbagai kegiatan seperti pameran dan pertandingan
pameran diisi dengan:

1) Menunjukan karya ilmiah, misalnya : laporan kunjungan tempat,laporan pekerjaan


laboratorium,laporan penemuan baru.

2) Menunjukan karya seni, seni lukis,seni tari,seni drama,seni hasil karya bengkel.

3) Berbentuk media, laporan dalam bentuk media cetak maupun media elektronika.

b. Laporan kemajuan khusus

Bersifat pribadi.laporan ditunjukan khusus untuk orangtua peserta didik. Laporan disampaikan melalui:

1) Pertemuan dengan orangtua peserta didik

Dengan adanya pertemuan tatap muka ,kedua belah pihak akan membagi informasi tenteng peserta
didik.Sehingga masalah yang dihadapi di sekolah maupun dirumah bias dicari jalan keluarnya demi
keberhasilan peserta didik.

2) Buku laporan kemajuan atau buku rapor

Dalam buku rapor mencakup hasil kegiatan individu yang menyangkut penembangan kogintif (proses
berpikir), psikomotorik (ketrampilan),dan afektif (apresiasi, kreatifitas, ketelitian, kerjasama,
kecermatan, dan sebagainya).

6. Penggunaan hasil Evaluasi

Salah satu pengguanan hasil evaluasi adalah laporan. Laporan yang dimaksudkan untuk memberikan
feedback kepada semua pihak yang terlibat dalam pembelajaran, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Secara umum terdapat lima penggunaan hasil evaluasi untuk keperluan berikut:[11]

a. Laporan Pertanggungjawaban, dengan asumsi banyak pihak yang berkepentingan terhadap hasil
evaluasi, oleh karena itu laporan ke berbagai pihak sebagai bentuk akuntabilitas publik.

b. Seleksi, dengan asumsi setiap awal dan akhir tahun terdapat peserta didik yang masuk sekolah dan
menamatkan sekolah pada jenjang pendidikan tertentu dimana hasil evaluasi dapat digunakan untuk
menyeleksi baik ketika masuk sekolah/jenjang atau jenis pendidikan tertentu, selama mengikuti
program pendidikan, pada saat mau menyelesaikan jenjang pendidikan, maupun ketika masuk dunia
kerja.

c. Promosi, dengan asumsi prestasi yang diperoleh akan diberikan ijazah atau sertifikat sebagai bukti
fisik setelah dilakukan kegiatan evaluasi dengan kriteria tertentu baik aspek ketercapaian komptensi
dasar, perilaku dan kinerja peserta didik.

d. Diagnosis, dengan asumsi hasil evaluasi menunjukkan ada peserta didik yang kurang mampu
menguasai kompetensi sesuai dengan kriteria yang yang telah ditetapkan maka perlu dilakukan
diagnosis untuk mencari faktor-faktor penyebab bagi peserta didik yang kurang mampu dalam
menguasai komptensi tertentu sehingga diberikan bimbingan atau pembelajaran remedial. Bagi yang
telah menguasai kompetensi lebih cepat dari peserta didik yang lain, mereka juga berhak mendapatkan
pelayanan tindak lanjut untuk mengoptimalkan laju perkembangan mereka.

e. Memprediksi Masa Depan Peserta Didik, tujuannya adalah untuk mengetahui sikap, bakat, minat
dan aspek-aspek kepribadian lainnya dari peserta didik, serta dalam hal apa peserta didik diangap paling
menonjol sesuai dengan indikator keunggulan, agar dapat dianalisis dan dijadikan dasar untuk
pengembangan peserta didik dalam memilih jenjang pendidikan atau karier pada masa yang akan
datang.

Analisis butir butir instrumen evaluasi

Pengertian tes buatan sendiri (buatan guru)

Tes buatan guru adalah tes yang dibuat seorang guru untuk merumuskan bahan dan tujuan khusus
untuk kelasnya sendiri dan masih dalam ruang lingkup sekolah tempat dia mengajar.

Tidak ada usaha guru yang lebih baik selain usaha untuk selalu meningkatkan mutu tes yang disusun.
Guru yang berpengalaman mengajar dan menyusun soal-soal tes yang akan diberikan kepada siswa,
Juga masih sukar menyadari bahwa tesnya masih belum sempurna. Oleh karena itu, cara yang paling
baik adalah secara jujur melihat hasil yang diperoleh oleh siswa. Apabila keadaan setelah hasil tes
dianalisis tidak seperti yang diharapkan dalam kurva normal, maka tentu ada apa-apa dengan soal
tesnya.

Apabila hampir seluruh siswa memperoleh skor jelek, berarti bahwa tes yang disusun mungkin terlalu
sukar. Sebaliknya jika seluruh siswa memperoleh skor baik, dapat diartikan bahwa tesnya terlalu mudah.
Tentu saja interprestasi terhadap soal tes akan lain seandainya tes itu sudah disusun sebaik-baiknya
sehingga memenuhi persyaratan sebagai tes. Dengan demikian maka apabila kita memperoleh
keterangan tentang hasil tes, akan membantukita dalam mengadakan penilaian secara objektif terhadap
tes yang kita susun.
3. Ada 3 Kegunaan tes buatan guru, yakni :

a. Untuk menentukan sebarapa baik siswa telah menguasai bahan pelajaran yang diberikan dalam
waktu tertentu.

b. Untuk menentukan apakah suatu tujuan telah tercapai.

c. Untuk memperoleh suatu nilai.

4. Dalam menganalisis hasil tes ada 4 cara untuk menilai tes, yaitu :

1) Meneliti secara jujur soal-soal yang sudah disusun, kadang-kadang dapat diperoleh jawaban
ketidak jelasan perintah atau bahasa, taraf kesukaran, dan lain-lain keadaan soal tersebut.

2) Mengadakan analisis soal (item analysis). Analisis soal adalah suatu prosedur yang sistematis yang
akan memberikan informasi-informasi yang sangat khusus terhadap butir tes yang kita susun.

3) Mengadaka checking validitas. Validitas yang paling penting dari tes buatan guru adalah validitas
kurikuler, kita harus merumuskan tujuan setiap bagian pelajaran secara khusus dan jelas sehingga setiap
soal dapat kita jodohkan dengan setiap tujuan khusus tersebut.

4) Mengadakan checking reliabilitas. Salah satu indicator untuk tes yang mempunyai reliabilitas yang
tinggi adalah bahwa kebanyakan dari soal-soal tes itu mempunyai daya pembeda tinggi.

B. 1. Analisis butir soal (item analysis)

Analisis butir soal bertujuan untuk mengadakan identifikasi soal-soal yang baik , kurang baik, dan soal
yang jelek. Dengan analisis soal dapat diperoleh informasi tentang kejelekan sebuah soal dan petunjuk
untuk mengadakan perbaikan.

Kapan sebuah soal dikatakan baik ? perlu diterangkan tiga masalah yang berhubungan dengan analisis
soal, yaitu taraf kesukaran, daya pembeda, dan pola jawaban soal.

a. Taraf kesukaran

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar, soal yang terlalu mudah
tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha memecahkannya. Sebaliknya soal terlalu sukar akan
menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena
diluar jangkauannya. Bilangan yang menunjukan kesukaran dan mudahnya suatu soal disebut indeks
kesukaran (difficulty index). Besarnya indeks kesukaran antara 0,00 sampai dengan 1,0. Indeks
kesukaran ini menunjukan taraf kesukaran soal. Soal dengan indeks kesukaran 0,0 menunjukan bahwa
soal itu terlalu sukar, sebaliknya indeks 1,0 menunjukan bahwa soal itu terlalu mudah.

Menurut ketentuan yang sering diikuti, indeks kesukaran sering diklasifikasikan sebagai berikut :

v Soal dengan P 0,00 sampai 0,30 adalah soal sukar

v Soal dengan P 0,30 sampai 0,70 adalah soal sedang

v Soal dengan P 0,70 sampai 1,00 adalah soal mudah.

b. Daya pembedaan

Daya beda (discriminating power) adalah kemampuan butir soal membedakan siswa yang mempunyai
kemampuan tinggi dan rendah. Daya beda berhubungan dengan derajat kemampuan butir
membedakan dengan baik prilaku pengambilan tes dalam tes yang dikembangkan. Daya beda harus
diusahakan positif dan setinggi mungkin. Butir soal yang mempunyai daya beda positif yang tinggi
berarti butir tersebut dapat membedakan dengan baik siswa kelompok atas dan kelompok bawah.

Sebuah butir soal yang baik adalah butir soal yang mempunyai daya beda positif dan signifikan. Daya
beda akan positif apa bila jumlah siswa kelompok atas yang dapat menjawab dengan benar lebih banyak
dari jumlah siswa kelompok bawah.

c. Pola jawaban soal

Adalah distribusi testee dalam menentukan pilihan jawaban pada soal bentuk pilihan ganda. Pola
jawaban soal diperoleh dengan menghitung banyaknya testee yang memilih jawaban a,b,c atau d atau
yang tidak memilih jawaban manapun. Dari pola jawaban soal dapat ditentukan apakah pengecoh
berfungsi sebagai pengecoh dengan baik atau tida. Pengecoh yang tidak dipilih sama sekali oleh testee
berarti bahwa pengecoh itu jelas terlalu menyolok menyesatkan. Sebaliknya sebuah distraktor
(pengecoh) dapat dikatakan berfungsi dengan baik apa bila distraktor tersebut mempunyai daya tarik
yang besar bagi pengikut-pengikut yang kurang memahami konsep atau kurang menguasai bahan.

Interpretasi nilai evaluasi

A. Merencanakan evaluasi dan Menentukan Entering Behavior.

1. Merencanakan Evaluasi
Nilai akhir ditentukan dengan cara menjumlahkan rata-rata nilai tes formatif (bulanan) ditambah dengan
nilai tes sumatif kemudian dibagi dua atau (Mf + S) : 2.

Nilai akhir ini digunakan untuk mengisi rapor, nilai kenaikan kelas, atau digunakan untuk nilai dalam
ijazah. Bila nilai dari post test ikut digunakan dalam menentukan nilai akhir ini maka nilai yang diambil
ialah nilai harian individu, dengan menggunakan operasi sebagai berikut: nilai rata-rata harian ditambah
dengan rata-rata formatif, lalu dibagi dua atau:

Mp : rata-rata post test

Mf : rata-rata tes formatif

S : tes sumatif

Konsep utama dalam hal evaluasi adalah bahwa evaluasi haruslah terus menerus dan menyeluruh. Terus
menerus diterapkan dalam bentuk menyelenggarakan tes harian (post test), tes bulanan (formatif) dan
tes akhir program (tes sumatif); menyeluruh diterapkan dengan menyelenggarakan pengetesan yang
ditujukan kepada seluruh daerah binaan (kognitif, afektif dan psikomotor) ; psikomotor itu mencakup
aspek ketrampilan melakukan dan melakukannya dalam kehidupan(pengalaman). Jadi pengalaman itu
termasuk daerah psikomotor ; namun dapat juga merupakan bagian dari aspek afektif , bahkan dapat
pula termasuk cakup aspek kognitif. Termasuk bagian maupun aspek pengalaman itu, yang sudah pasti
aspek pengalaman ajaran harus dibina oleh pendidik dan arena itu harus juga dievaluasi. Lebih-lebih
bidang studi agama islam.

Pengalaman ajaran agama tersebut dilakukan di rumah, di dalam masyarakat, dan di sekolah.
Pengevaluasian pun dilakukan pada ketiga tempat pengalaman tersebut. Cara yang paling sederhana
mengevaluasi pengalaman di rumah dan di masyarakat yaitu dengan cara mengirimkan angket kepada
orang tua murid.

Khusus untuk bidang studi agama islam, bila pengalaman dievaluasi, dapat disarankan penentuan nilai
akhir sebagai berikut:

S : sumatif

P : nilai pengalaman.

2. Menentukan Entering Behavior (gambaran tentang kesiapan siswa).

a. Masalah kesiapan
Ini yang pertama dan yang paling utama. Teknik yang paling mudah dalam menentukan kesiapan ialah
menyelenggarakan pretest. Pretest ini bukan mengenai bahan yang akan diajarkan melainkan mengenai
bahan yang mendahuluinya (prerequistite-nya). Tes mengenai penguasaan bahan dapat mempermudah
siswa mempelajari bahan yang akan diajarkan.

b. Hal kematangan.

Ini adalah konsep yang menyangkut keadaan biologis dan psikologis yang sering disebut dengan istilah
masa peka. Entering behavior siswa yang menyangkut kematangan dapat ditetapkan dengan cara
mengajukan pertanyaan. Apakah sudah tepat waktunya dengan cara mengajarkan bahan ini kepada
siswa ini?

Kesiapan dan kematangan merupakan dua pertimbangan entering behavior yang amat erat
hubungannya. Siswa yang belum matang (peka) tentu saja belum siap, tetapi siswa yang belum siap
mungkin saja sudah matang.

c. Perbedaan individu

Yang penting dalam menentukan entering behavior siswa dalam pengajaran agama islam adalah:
perbedaan umum, jenis kelamin, dan perbedaan paham keagamaan.

d. Perbedaan individu siswa

Perbedaan individu siswa memang sulit dipakai oleh guru agama. Teori-teori tentang kepribadian
termasuk bagian yang sulit dalam psikologi. Ada siswa yang kepribadiannya terbuka ada yang tertutup,
ada yang pendiam ada yang lincah, dan sebagainya. Dalam operasinya pengetahuan kita tentang
keadaan kepribadian siswa akan mengilhami keputusan kita mengenai entering behavior siswa.

Tujuan utama menentukan entering behavior siswa ialah agar guru dapat menyelesaikan pengajaran
yang efektif dan efisien. Keputusan kita tentang entering behavior siswa akan menentukan pemilihan
materi pengajaran, bentuk interaksi (metode), pemilihan alat, evaluasi, dan lain-lain.

B. Skala, Distribusi, dan Standar Penilaian

1. Beberapa Skala Penilaian

a. Skala Bebas: yaitu skala yang tidak tetap, adakalanya skor tertinggi 20, 25, atau 50. Ini semua
tergantung dari banyak dan bentuk soal. Jadi angka tertinggi dari skala yang digunakan tidak selalu
sama.
b. Skala 1 -10: Dalam skala 1-10, guru jarang memberikan angka pecahan, misalnya 5,5. Angka
tersebut kemudian dibulatkan menjadi 6. Padahal angka 6,4 pun akan dibulatkan menjadi 6. Jadi dalam
rapor akan muncul dalam satu wajah, yaitu angka 6.

c. Skala 1-100: Dengan menggunakan skala 1-100, dimungkinkan melakukan penilaian yang lebih
halus karena terdapat 100 bilangan bulat.

d. Skala huruf: A, B, C, D, E (ada juga yang menggunakan sampai dengan G, tetapi pada umumnya 5
huruf ini).

2. Distribusi Nilai

Distribusi nilai yang dimiliki oleh siswa- siswanya dalam suatu kelas didasarkan pada dua
macam standar:

a. Distribusi nilai berdasarkan standar mutlak

Dengan dasar bahwa hasil belajar siswa dibandingkan dengan sebuah standar mutlak atau dalam hal
ini skor tertinggi yang diharapkan, maka tingkat penguasaan siswa akan terlihat dalam dalam berbagai
bentuk kurva. Apabila soal-soal ulangan yang dibuat oleh guru sangat mudah, sebagian besar siswa akan
dapat berhasil mengerjakan soal-soal itu, dan tingkat pencapaiannya tinggi.

b. Distribusi nilai berdasarkan standar nilai relatif

Dalam hal ini tanpa menghiraukan apakah distribusi skor terletak dalam kurva juling positif atau
juling negatif, tetapi dalam norm-referenced selalu tergambar dalam kurva normal.

3. Standar Nilai

Pendapat Gronlund dalam distribusi nilai ini yaitu: ” skor-skor siswa direntangkan menjadi 9 nilai
(disebut juga Standar Nines atau Stanines).Stanines

Anda mungkin juga menyukai