Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

Teknik Pembuatan Soal


Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah Pengembangan Sistem Evaluasi
PAI
Dosen Pengampu :
Yustita,M.Pd

Disusun Oleh :

Anasa Nurbayinah

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM ( STAI )

SUKABUMI

Alamat : jl. Lio Balandongan Sirnagalih (Begeg) No. 74 Kel. Cikondang Kec. Citamiang Telp/fax (0266) 225464 Kota Sukabumi

www.staisukabumi.blogspot.com. Email : stai.sukabumi@gmail.com


LEMBAR PENGESAHAN
Teknik Pembuatan Soal
Disusun oleh :
Nama : Anasa Nurbayinah
NIM : 2017.006
NIRM : 007.14.4068.17
Semester : V ( lima )

Sukabumi, 15 Desember 2019


Diperiksa Oleh :
Dosen Mata Kuliah Pengembangan Sistem Evaluasi PAI

Yustita,M.Pd

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur A;lhamduLillah kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini bisa selesai pada
waktunya .

Terimakasih juga kami ucapkan kepada teman – teman yang telah berkontribusi dengan
memberikan ide – idenya sehingga makalah ini dengan baik dan rapi. Kami berharap semoga makalah ini
bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun terlepas dari itu,
kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga kam sangat
mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang
lebih baik lagi.

Sukabumi, 15 Desember 2019

Anasa Nurbayinah

Penulis

2
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan …………………………………………………………………………………………………………. 1

Kata Pengantar …………………………………………………………………………………………………………………. 2

Daftar Isi ……………………………………………………………………………………………………………….………….. 3

Bab I pendahuluan …………………………………………………………………………………………………..……….. 4

A. Latar Belakang ………………………………………………………………………………………….………….. 4


B. Rumusan Masalah ………………………………………………………………………………………………… 4
C. Tujuan Penulisan ………………………………………………………………………………………………….. 4

Bab II pembahasan ………………………………………………………………………………………………………….... 5

A. Pengertian Tes ……………………………………………………………………………………………………… 5


B. Fungsi tes ……………………………………………………………………………………………………………… 5
C. Teknik pembuatan soal tes tulis ……………………………………………………………………………..5
D. Teknik pembuatan tes perbuatan ………………………………………………………………………….. 11
E. Teknik pembuatan soal tes instrument non tes ………………………………………………………….14

Bab III …………………………………………………………………………………………………………………………………….. 16

A. Kesimpulan ………………………………………………………………………………………………………………… 16
B. Saran …………………………………………………………………………………………………………………………… 16
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap kegiatan belajar harus diketahui sejauh mana proses belajar tersebut telah
memberikan nilai tambah bagi kemampuan siswa. Salah satu cara untuk melihat peningkatan
kemampuan tersebut adalah dengan melakukan tes. Tes sebagai alat penilaian adalah pertanyaan
– pertanyaan yang akan diberikan kepada siswa untuk mendapat jawaban dari siswa dalam
bentuk lisan ( Tes Lisan ) dalam bentuk tulisan ( Tes Tulis ) atau dalam bentuk perbuatan ( tes
tindakan )

Ada beberapa prinsip dasar yang perlu dicermati di dalam menyusun tes hasil belajar agar
tes tersebut dapat mengukur tujuan intruksional khusus untuk mata pelajaran yang telah
diajarkan, atau mengukur kemampuan dan keterampilan peserta didik yang diharapkan, setelah
mereka menyelesaikan suatu unit pengajaran tertentu. Pertama, tes hasil belajar harus dapat
mengukur secara jelas hasil belajar yang telah ditetapkansesuai dengan tujuan intruksional

Kedua, butir butir tes hasil belajar harus merupakan sampel yang representative dari
populasi bahan pelajaran yang telah diajarkan, sehingga dapat dianggap dapat mewakili seluruh
perfomence yang telah diperoleh selama peserta didik mengikuti suatu unit pengajaran. Ketiga,
bentuk soal yang dikeluarkan dalam tes hasil belajar harus didesain sesuai dengan kegunaannya
untuk memperoleh hasil yang di inginkan. Keempat , tes hasil belajar harus memiliki realibilitas
yang dapat diandalkan. Kelima , tes hasil belajar disamping harus dapat dijadikan alat pengukur
keberhasilan belajar siswa, juga harus dapat dijadikan alat untuk mencari informasi yang berguna
untuk memperbaiki cara belajar siswa dan cara mengajar guru itu sendiri.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis dapat menentukan rumusan masalah yang akan
dibahas dalam bab pembahasan adapun rumusan masalah tersebut adalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan Tes
2. Apa fungsi tes
3. Bagaimana Teknik pembuatan soal tes tulis
4. Bagaimana Teknik pembuatan soal tes perbuatan
5. Bagaimana Teknik pembuatan soal tes instrument non tes

C. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah u ntuk membahas tentang teknik
penyusu nan soal – soal. Aadapun manfaat dari penulisan makalah ini diharapkan para pembaca
dan penulis dapat mengambil pelajaran dari apa yang termaktub dalam makalah ini.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Tes

Secara bahasa tes berasal dari bahasa perancis kun o “ testum” yang artinya : “piring
untuk menyisihkan logam – logam mulia” ( maksudnya dengan menggunakan alat berupa
piring itu akan dapat di proleh jenis jenis logam mulia yang nilainya sangat tinggi) dalam
bahasa inggris ditulis dengan test yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan dengan “tes”,
atau percobaan”.

Tes adalah alat untuk memproleh data tentang prilaku individu , karena itu di dalam
tes terdapat sekumpulan pertanyaan yang harus di jawab atau tugas yang harus dikerjakan,
yang akan memberikan informasi mengenai aspek psikologis tertentu ( sampel prilaku)
berdasarkan jawaban yang diberikan individu yang dikenai tes tersebut. Pada prinsipnya ttes
merupakan suatu prosedur sistematika untuk mengukur sampel tingkah laku seseorang.

B. Fungsi Tes

Sehubungan dengan hal-hal yang harus di ingat pada waktu penyusunan tes, maka fungsi
tes dapat ditinjau dari 3 hal:

a) Fungsi untuk kelas

b) Fungsi untuk bimbingan

c) Fungsi untuk administrasi

Selain fungsi-fungsi tes ini, hal lain yang harus di ingat adalah:

a) Hubungan dengan penggunaan, fungsi mana yang harus di pentingkan karena


fungsi yang berbeda akan menentuka bentuk/isi yang berbeda pula.

b) Komprehensif, sebuah tes sebaiknya mencakup suatu kebulatan, artinya meliputi


berbagai aspek yang dapat menggambarkan keadaan siswa secara keseluruhan
(kecerdasan, sikap, pribadi, perasaan sosial dan sebagainya).
c) Kontinu, tes disuun sedemikian rupa sehingga menggambarkan kelanjutan dari awal
anak memasuki sekolah sampai dengan kelas terakhir.

C. Teknik pembuatan soal Tes tulis

Penulisan butir soal tes tertulis merupakan suatu kegiatan yang sangat penting dalam
penyiapan bahan ulangan/ujian. Setiap butir soal yang ditulis harus berdasarkan rumusan
indikator soal yang sudah disusun dalam kisi-kisi dan berdasarkan kaidah penulisan soal bentuk
obyektif dan kaidah penulisan soal uraian.
Penggunaan bentuk soal yang tepat dalam tes tertulis, sangat tergantung pada
perilaku/kompetensi yang akan diukur.
Ada kompetensi yang lebih tepat diukur/ditanyakan dengan menggunakan tes tertulis dengan
bentuk soal uraian, ada pula kompetensi yang lebih tepat diukur dengan menggunakan tes tertulis
dengan bentuk soal objektif. Bentuk tes tertulis pilihan ganda maupun uraian memiliki kelebihan
dan kelemahan satu sama lain.

1). Penulisan Soal Bentuk Uraian


Menulis soal bentuk uraian diperlukan ketepatan dan kelengkapan dalam
merumuskannya. Ketepatan yang dimaksud adalah bahwa materi yang ditanyakan tepat diujikan
dengan bentuk uraian, yaitu menuntut peserta didik untuk mengorganisasikan gagasan dengan
cara mengemukakan atau mengekspresikan gagasan secara tertulis dengan menggunakan kata-
katanya sendiri.

Adapun kelengkapan yang dimaksud adalah kelengkapan perilaku yang diukur yang
digunakan untuk menetapkan aspek yang dinilai dalam pedoman penskorannya. Hal yang paling
sulit dalam penulisan soal bentuk uraian adalah menyusun pedoman penskorannya.

Penulis soal harus dapat merumuskan setepat-tepatnya pedoman penskorannya karena


kelemahan bentuk soal uraian terletak pada tingkat subyektivitas penskorannya. Berdasarkan
metode penskorannya, bentuk uraian diklasifikasikan menjadi 2, yaitu uraian objektif dan uraian
non-objektif.

Bentuk uraian objektif adalah suatu soal atau pertanyaan yang menuntut sehimpunan
jawaban dengan pengertian/konsep tertentu, sehingga penskorannya dapat dilakukan secara
objektif. Artinya perilaku yang diukur dapat diskor secara dikotomus (benar - salah atau 1 - 0).

Bentuk uraian non-objektif adalah suatu soal yang menuntut sehimpunan jawaban
dengan pengertian/konsep menurut pendapat masing-masing peserta didik, sehingga
penskorannya sukar untuk dilakukan secara objektif.

Untuk mengurangi tingkat kesubjektifan dalam pemberian skor ini, maka dalam
menentukan perilaku yang diukur dibuatkan skala. Contoh misalnya perilaku yang diukur adalah
"kesesuaian isi dengan tuntutan pertanyaan", maka skala yang disusun disesuaikan dengan
tingkatan kemampuan peserta didik yang akan diuji.
Untuk tingkat SMA, misalnya dapat disusun skala seperti berikut :
Agar soal yang disusun bermutu baik, maka penulis soal harus memperhatikan kaidah
penulisannya. Untuk memudahkan pengelolaan, perbaikan, dan pengembangan soal, maka soal
ditulis di dalam format kartu soal Setiap satu soal dan pedoman penskorannya ditulis di dalam
satu format. Contoh format soal bentuk uraian dan format penskorannya adalah seperti berikut
ini.

Bentuk soalnya terdiri dari: (1) dasar pertanyaan/stimulus bila ada/diperlukan, (2) pertanyaan,
dan (3) pedoman penskoran.
Kaidah penulisan soal uraian seperti berikut.
 Materi
1. Soal harus sesuai dengan indikator.
2. Setiap pertanyaan harus diberikan batasan jawaban yang diharapkan.
3. Materi yang ditanyakan harus sesuai dengan tujuan peugukuran.
4. Materi yang ditanyakan harus sesuai dengan jenjang jenis sekolah atau tingkat kelas.
 Kontruksi
1. Menggunakan kata tanya/perintah yang menuntut jawaban terurai.
2. Ada petunjuk yang jelas tentang cara mengerjakan soal.
3. etiap soal harus ada pedoman penskorannya.
4. Tabel, gambar, grafik, peta, atau yang sejenisnya disajikan dengan jelas, terbaca, dan
berfungsi.
 Bahasa
1. Rumusan kalimat soal harus komunikatif.
2. Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar (baku).
3. Tidak menimbulkan penafsiran ganda.
4. Tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat/tabu.
5. Tidak mengandung kata/ungkapan yang menyinggung perasaanpeserta didik.

2). Penulisan Soal Bentuk Pilihan Ganda


Menulis soal bentuk pilihan ganda sangat diperlukan keterampilan dan ketelitian.
Hal yang paling sulit dilakukan dalam menulis soal bentuk pilihan ganda adalah
menuliskan pengecohnya. Pengecoh yang baik adalah pengecoh yang tingkat kerumitan
atau tingkat kesederhanaan, serta panjangpendeknya relatif sama dengan kunci
jawaban.

Oleh karena itu, untuk memudahkan dalam penulisan soal bentuk pilihan ganda,
maka dalam penulisannya perlu mengikuti langkah-langkah berikut, langkah pertama
adalah menuliskan pokok soalnya, langkah kedua menuliskan kunci jawabannya, langkah
ketiga menuliskan pengecohnya.

Untuk memudahkan pengelolaan, perbaikan, dan perkembangan soal, maka soal


ditulis di dalam format kartu soal. Setiap satu soal ditulis di dalam satu format. Adapun
formatnya seperti berikut ini.
Format kartu soal bentuk pilihan ganda dan format penskorannya

Soal bentuk pilihan ganda merupakan soal yang telah disediakan pilihan
jawabannya. Peserta didik yang mengerjakan soal hanya memilih satu jawaban yang
benar dari pilihan jawaban yang disediakan. Soalnya mencakup: (1) dasar
pertanyaan/stimulus (bila ada), (2) pokok soal (stem), (3) pilihan jawaban yang terdiri
atas: kunci jawaban dan pengecoh.
Perhatikan contoh berikut!
Contoh soal pilihan ganda
Kaidah penulisan soal pilihan ganda adalah seperti berikut ini.

A.Materi
1. Soal harus sesuai dengan indikator. Artinya soal harus menanyakan perilaku dan materi yang
hendak diukur sesuai dengan rumusan indikator dalam kisi-kisi.
2. Pengecoh harus bertungsi
3. Setiap soal harus mempunyai satu jawaban yang benar. Artinya, satu soal hanya mempunyai
satu kunci jawaban.

B. Konstruksi
1. Pokok soal harus dirumuskan secara jelas dan tegas. Artinya, kemampuan/ materi yang
hendak diukur/ditanyakan harus jelas, tidak menimbulkan pengertian atau penafsiran yang
berbeda dari
yang dimaksudkan penulis. Setiap butir soal hanya mengandung satu persoalan/gagasan
2. Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban harus merupakan pernyataan yang diperlukan
saja. Artinya apabila terdapat rumusan atau pernyataan yang sebetulnya tidak diperlukan,
maka rumusan atau pernyataan itu dihilangkan saja.
3. Pokok soal jangan memberi petunjuk ke arah jawaban yang benar. Artinya, pada pokok soal
jangan sampai terdapat kata, kelompok kata, atau ungkapan yang dapat m emberikan
petunjuk ke arah jawaban yang benar.
4. Pokok soal jangan mengandung pernyataan yang bersifat negatif ganda. Artinya, pada pokok
soal jangan sampai terdapat dua kata atau lebih yang mengandung arti negatif. Hal ini untuk
mencegah terjadinya kesalahan penafsiran peserta didik terhadap arti pernyataan yang
dimaksud. Untuk keterampilan bahasa, penggunaan negatif ganda diperbolehkan bila aspek
yang akan diukur justru pengertian tentang negatif ganda itu sendiri.
5. Pilihan jawaban harus homogen dan logis ditinjau dari segi materi. Artinya, semua pilihan
jawaban harus berasal dari materi yang sama seperti yang ditanyakan oleh pokok soal,
penulisannya harus setara, dan semua pilihan jawaban harus berfungsi.
6. Panjang rumusan pilihan jawaban harus relatif sama. Kaidah ini diperlukan karena adanya
kecenderungan peserta didik memilih jawaban yang paling panjang karena seringkali jawaban
yang lebih panjang itu lebih lengkap dan merupakan kunci jawaban.
7. Pilihan jawaban jangan mengandung pernyataan “Semua pilihan jawaban di atas salah" atau
"Semua pilihan jawaban di atas benar". Artinya dengan adanya pilihan jawaban seperti ini,
maka secara materi pilihan jawaban berkurang satu karena pernyataan itu bukan merupakan
materi yang ditanyakan dan pernyataan itu menjadi tidak homogen.
8. Pilihan jawaban yang berbentuk angka atau waktu harus disusun berdasarkan urutan besar
kecilnya nilai angka atau kronologis. Artinya pilihan jawaban yang berbentuk angka harus
disusun dari nilai angka paling kecil berurutan sampai nilai angka yang paling besar, dan
sebaliknya. Demikian juga pilihan jawaban yang menunjukkan waktu harus disusun secara
kronologis. Penyusunan secara unit dimaksudkan untuk memudahkan peserta didik melihat
pilihan jawaban.
9. Gambar, grafik, tabel, diagram, wacana, dan sejenisnya yang terdapat pada soal harus jelas
dan berfungsi. Artinya, apa saja yang menyertai suatu soal yang ditanyakan harus jelas,
terbaca, dapat
dimengerti oleh peserta didik. Apabila soal bisa dijawab tanpa melihat gambar, grafik, tabel
atau sejenisnya yang terdapat pada soal, berarti gambar, grafik, atau tabel itu tidak berfungsi.
10. Rumusan pokok soal tidak menggunakan ungkapan atau kata yang bermakna tidak pasti
seperti: sebaiknya, umumnya, kadang-kadang.
11. Butir soal jangan bergantung pada jawaban soal sebelumnya. Ketergantungan pada soal
sebelumnya menyebabkan peserta didik yang tidak dapat menjawab benar soal pertama tidak
akan dapat menjawab benar soal berikutnya.

C. Bahasa/budaya
1. Setiap soal harus menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia.
Kaidah bahasa Indonesia dalam penulisan soal di antaranya meliputi: a) pemakaian kalimat:
(1) unsur subyek, (2) unsur predikat, (3) anak kalimat; b) pemakaian kata: (1) pilihan kata, (2)
penulisan kata, dan c) pemakaian ejaan: (1) penulisan huruf, (2) penggunaan tanda baca.
2. Bahasa yang digunakan harus komunikatif, sehingga pernyataannya mudah dimengerti
warga belajar/peserta didik.
3. Pilihan jawaban jangan yang mengulang kata/frase yang bukan merupakan satu kesatuan
pengertian. Letakkan kata/frase pada pokok soal.

D. Teknik pembuatan tes perbuatan

Tes perbuatan atau tes praktik merupakan suatu tes yang penilaiannya didasarkan
pada erbuatan/praktik peserta didik. Sebelum menulis butir soal untuk tes perbuatan, guru
dapat mengecek dengan pertanyaan berikut. Tepatkah kompetensi (yang akan diujikan) diukur
dengan tes tertulis? Jika jawabannya tepat, kompetensi yang bersangkutan tidak tepat diujikan
dengan tes perbuatan/praktik.
Dalam menilai perbuatan/kegiatan/praktik peserta didik dapat digunakan beberapa
jenis penilaian perbuatan di antaranya adalah penilaian kinerja (performance), penugasan
(project), dan hasil karya (product).
1. Kaidah penulisan butir soal tes perbuatan

Dalam menulis butir soal untuk tes perbuatan, penulis soal harus mengetahui konsep
dasar penilaian perbuatan/praktik. Maksudnya pernyataan dalam soal harus disusun dengan
pernyataan yang betul-betul menilai perbuatan/praktik, bukan menilai yang lainnya.

Penilaian kinerja merupakan penilaian yang meminta peserta didik untuk


mendemonstrasikan dan mengaplikasikan pengetahuan ke dalam konteks yang sesuai dengan
kriteria yang ditetapkan. Dalam menulis butir soal, perhatikan terlebih dahulu kompetensi dari
materi yang akan ditanyakan. Penilaian penugasan merupakan penilaian tugas (meliputi:
pengumpulan, pengorganisasian, pengevaluasian, dan penyajian data) yang harus diselesaikan
peserta didik (individu/kelompok) dalam waktu tertentu. Aspek yang dinilai di antaranya
meliputi kemampuan (1) pengelolaan, (2) relevansi, dan (3) keaslian.

Penilaian hasil karya merupakan penilaian keterampilan peserta didik dalam membuat
suatu produk benda tertentu seperti hasil karya seni, misal lukisan, gambar, patung, dll. Aspek
yang dinilai di antaranya meliputi: (1) tahap persiapan: pemilihan dan cara penggunaan alat,
(2) tahap proses/produksi: prosedur kerja, dan (3) tahap akhir/hasil: kualitas serta estetika
hasil karya. Di samping itu, guru dapat memberikan penilaian pada pembuatan produk rancang
bangun/perekayasaan teknologi tepat guna misalnya melalui: (1) adopsi, (2) modifikasi, atau
(3) difusi.

Kaidah penulisan soal tes perbuatan adalah seperti berikut.


A. Materi
1. Soal harus sesuai dengan indikator (menuntut tes perbuatan: kinerja, hasil karya, atau
penugasan).
2. Pertanyaan dan jawaban yang diharapkan harus sesuai
3. Materi sesuai dengan kompetensi (urgensi, relevansi, kontinuitas, keterpakaian sehari-
hari tinggi).
4. Isi materi yang ditanyakan sesuai dengan jenjang jenis sekolah atau tingkat kelas.
B. Konstruksi
1. Menggunakan kata tanya atau perintah yang menuntut jawaban perbuatan/praktik.
2. Ada petunjuk yang jelas tentang cara mengerjakan soal.
3. Disusun pedoman penskorannya.
4. Tabel, gambar, grafik, peta, atau yang sejenisnya disajikan dengan jelas dan terbaca

C. Bahasa/Budaya
1. Rumusan kalimat soal komunikatif
2. Butir soal menggunakan bahasa Indonesia yang baku.
3. Tidak menggunakan kata/ungkapan yang menimbulkan penafsiran ganda atau salah
pengertian.
4. Tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat/tabu.
5. Rumusan soal tidak mengandung kata/ungkapan yang dapat menyinggung perasaan
peserta didik.
2. Penulisan Soal Penilaian Kinerja (Performance Assessment)
Penilaian kinerja merupakan penilaian yang meminta peserta didik untuk
mendemonstrasikan dan mengaplikasikan pengetahuan ke dalam konteks yang sesuai dengan
kriteria yang ditetapkan. Dalam menulis butir soal,perhatikan terlebih dahulu kompetensi dari
materi yang akan ditanyakan.

Contoh soal Penilaian Kinerja pada mata pelajaran Penjaskes

“Lakukan teknik dasar menendang, menghentikan bola dengan kaki bagian dalam, luar, telapak
kaki dan punggung kaki dengan koordinasi yang baik !”

Keterangan:
Penilaian terhadap kualitas unjuk kerja peserta ujian, dengan rentang nilai antara 1 sampai
dengan 4

3. Penulisan soal penilaian penugasan ( project )


Penilaian penugasan merupakan penilaian tugas ( meliputi : pengumpulan,
pengorganisasian,, pengevaluasian, dan penyajian data ) yang harus diselesikan
peserta didik
( individu/kelompok) dalam waktu tertentu. Adapun aspek yang di nilai
diantaranya kemampuan (1) pengelolaan,( 2) relevansi, dan (3) keaslian.
4. Penulisan Soal Penilaian Hasil Karya ( Product )
Penilain hasil karya merupakan penilaian keterampuilan peserta didim dalam
membuat suatu produk benda tertentu seperti hasil karya seni, missal lukisan,
gambar, patung, dll. Aspek yang dinilai diantaranya meliputi : (1) tahap persiapan
: pemilihan dan cara penggunaan alat, ( 2) ttajhap proses/ produksi: prosedur
kerja, dan ( 3) tahap akhir/hasil : kualitad serta estetika hasil karya.

Di samping itu, guru dapat memberikan penilaian pada pembuatan produk


rancang bangfun/ perekayasaan teknologi te[at gun misalnya melalui : (1) adopsi,
(2)modifikasi, atau (3) difusi.

E. Teknik pembuatan soal tes instrument non tes


1. Instrumen non tes adalah alat yang digunakan oleh guru/penilai untuk menilai
hasil belajar siswa, dengan tanpa ‘ menguji’ melainkan dengan teknik lain.
Instrument non tes di antaranya dilakukan denga cara :
a. Observasi, merupakan salah satu teknik penilaian dimana guru mengamati
secara visual gejala yang diamati serta menginterpretasikan hasil pengamatan
tersebut dalam bentuk catatan. Observasi dibedakan menjadi observasi
sistematis dan observasi tidak sistematis
Pedoman observasi
1. Sheck list
2. Rating scale
3. Skala sikap
b. Wawancara , adalah suatu metode atau cara yang digunakan untuk
mendapatkan jawaban dari responden dengan Tanya jawab sepihak.
ada dua jenis wawancara, yakni wawancara berstruktur dab wawancara
bebas.
c. Penilaian diri , merupkan teknik penilaian yang memberi kesempatan kepada
siswa untuk menilai pekerjaan dan kemampuan mereka sesuai dengan
pengalaman yang mereka rasakan.
d. Portofolio, diartikan sebagai penilaian yang dilakukan denga cara menilai
kumpulan seluruh karya siswa dalam bidang tertentu yang bersifat reflektif/
integrative untuk mengetahui minat, perkembangan, prestasi, dan/atau
kreativitas siswa dalam kurun waktu tertentu.
Foster dan master ( 1996 )membedakan portofolio kedalam tiga bentuk, yaitu
: portofolio kerja,porto folio dokumentasi, dan portofolio penampilan.
e. Penialian Jurnal, merupakan penilaian yang di dasarkan pada catatan guru di
dalam dan di luar kelas yang berisi informasi hasil pengamatan tentang
kekuatan dan kelemhan siswa yang b erkaitan dengan sikap dan prolaku.
2. Kisi – kisi instrument no – tes
Prosedur penulisan butir soal
1. Menentukan validitas isi atau konstruksinya
2. Menyusun kisi kisi tes
3. Menuiskan butir soal berdasarkan kisi kisinya
4. Menelaah butir soal
5. Validasi uji coba butir soal
6. Perbaikan butir soal berdasarkan hasil uji coba
3. Kaidah penulisan Butir soal instrumen non – tes
a. Konstruksi, yaitu pernyataan singkat dan jelas , kalimatnya bebas dari
pernyataan yang tidak relevan objek yang di persoalkan dan bersikap
negative
Kalimatnya bebas dari pernyataan yang dapat di interpretasikan lebih dari
satu cara .
Kalimatnya bebas dari pernyataan yang mungkin di setujui atau
dikosongkan oleh hampir semua responden
Setiap pernyataan hanya berii satu gagasan secara lengkap.
b. Bahasa budaya, bahasa soal haris komunikatif dan sesuai dengan jenjeng
pendidikan peserta didik atau respondok.
Soal harus menggunakan bahsa Indonesia baku.
Soal tidak menggunakan bahas yang berlaku setempat / tabu
c. Pernyataan harus sesuai dengan rincian indicator dalam kisis kisi.
Asfek yang tidak di ukur pada setiap pernyataan sudah sesuai denga
tuntutan kisi kisi.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Secara umum ada dua macam fungsi yang dimiliki oleh tes, yaitu :
1. Sebagai alat pengukuir terhadap peserta didik. Dalam hubungan ini tes berfungsi
mengukur tingkat perkembangan atau kemajuan yang telah di capai oleh peserta
didik setelah mereka menempuh proses mengajar dalam jangka waktu tertentu.
2. Sebagai alat pengukur keberhasilan program pengajaran, sebab melalui tes tersebut
akan dapat diketahui sudah beberapa jauh program pengjaran yang telah di tentukan,
telah dapat dicapai.
Dalam penulisan soal harus di perhatikan beberapa urutan yaitu kita harus
memperhatikan tujuan tes – memperhatikan skl – menentukan materi – menentukan
kisi kisi atau indicator – lalu baru melakukan penulisan soal – kemudia soal di validasi
– selanjutnya soal di cek kaidah penulisan soal dan dibuatlah pedoman penskorannya.
B. Saran
Demikian makalah yang dapat saya susun, semoga bermanfaat dan memberikan
tambahan pengetahuan kita sebagai calon pendidik agar dapat memahami arti dan manfaat
perencanaan dalam pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA
Dimyati, Drs, Mudjiono. Drs, Belajar dan NAgalim purwanto

Anda mungkin juga menyukai