Disusun Oleh :
Anasa Nurbayinah
SUKABUMI
Alamat : jl. Lio Balandongan Sirnagalih (Begeg) No. 74 Kel. Cikondang Kec. Citamiang Telp/fax (0266) 225464 Kota Sukabumi
Yustita,M.Pd
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur A;lhamduLillah kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini bisa selesai pada
waktunya .
Terimakasih juga kami ucapkan kepada teman – teman yang telah berkontribusi dengan
memberikan ide – idenya sehingga makalah ini dengan baik dan rapi. Kami berharap semoga makalah ini
bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun terlepas dari itu,
kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga kam sangat
mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang
lebih baik lagi.
Anasa Nurbayinah
Penulis
2
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan …………………………………………………………………………………………………………. 1
A. Kesimpulan ………………………………………………………………………………………………………………… 16
B. Saran …………………………………………………………………………………………………………………………… 16
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap kegiatan belajar harus diketahui sejauh mana proses belajar tersebut telah
memberikan nilai tambah bagi kemampuan siswa. Salah satu cara untuk melihat peningkatan
kemampuan tersebut adalah dengan melakukan tes. Tes sebagai alat penilaian adalah pertanyaan
– pertanyaan yang akan diberikan kepada siswa untuk mendapat jawaban dari siswa dalam
bentuk lisan ( Tes Lisan ) dalam bentuk tulisan ( Tes Tulis ) atau dalam bentuk perbuatan ( tes
tindakan )
Ada beberapa prinsip dasar yang perlu dicermati di dalam menyusun tes hasil belajar agar
tes tersebut dapat mengukur tujuan intruksional khusus untuk mata pelajaran yang telah
diajarkan, atau mengukur kemampuan dan keterampilan peserta didik yang diharapkan, setelah
mereka menyelesaikan suatu unit pengajaran tertentu. Pertama, tes hasil belajar harus dapat
mengukur secara jelas hasil belajar yang telah ditetapkansesuai dengan tujuan intruksional
Kedua, butir butir tes hasil belajar harus merupakan sampel yang representative dari
populasi bahan pelajaran yang telah diajarkan, sehingga dapat dianggap dapat mewakili seluruh
perfomence yang telah diperoleh selama peserta didik mengikuti suatu unit pengajaran. Ketiga,
bentuk soal yang dikeluarkan dalam tes hasil belajar harus didesain sesuai dengan kegunaannya
untuk memperoleh hasil yang di inginkan. Keempat , tes hasil belajar harus memiliki realibilitas
yang dapat diandalkan. Kelima , tes hasil belajar disamping harus dapat dijadikan alat pengukur
keberhasilan belajar siswa, juga harus dapat dijadikan alat untuk mencari informasi yang berguna
untuk memperbaiki cara belajar siswa dan cara mengajar guru itu sendiri.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis dapat menentukan rumusan masalah yang akan
dibahas dalam bab pembahasan adapun rumusan masalah tersebut adalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan Tes
2. Apa fungsi tes
3. Bagaimana Teknik pembuatan soal tes tulis
4. Bagaimana Teknik pembuatan soal tes perbuatan
5. Bagaimana Teknik pembuatan soal tes instrument non tes
C. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah u ntuk membahas tentang teknik
penyusu nan soal – soal. Aadapun manfaat dari penulisan makalah ini diharapkan para pembaca
dan penulis dapat mengambil pelajaran dari apa yang termaktub dalam makalah ini.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Tes
Secara bahasa tes berasal dari bahasa perancis kun o “ testum” yang artinya : “piring
untuk menyisihkan logam – logam mulia” ( maksudnya dengan menggunakan alat berupa
piring itu akan dapat di proleh jenis jenis logam mulia yang nilainya sangat tinggi) dalam
bahasa inggris ditulis dengan test yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan dengan “tes”,
atau percobaan”.
Tes adalah alat untuk memproleh data tentang prilaku individu , karena itu di dalam
tes terdapat sekumpulan pertanyaan yang harus di jawab atau tugas yang harus dikerjakan,
yang akan memberikan informasi mengenai aspek psikologis tertentu ( sampel prilaku)
berdasarkan jawaban yang diberikan individu yang dikenai tes tersebut. Pada prinsipnya ttes
merupakan suatu prosedur sistematika untuk mengukur sampel tingkah laku seseorang.
B. Fungsi Tes
Sehubungan dengan hal-hal yang harus di ingat pada waktu penyusunan tes, maka fungsi
tes dapat ditinjau dari 3 hal:
Selain fungsi-fungsi tes ini, hal lain yang harus di ingat adalah:
Penulisan butir soal tes tertulis merupakan suatu kegiatan yang sangat penting dalam
penyiapan bahan ulangan/ujian. Setiap butir soal yang ditulis harus berdasarkan rumusan
indikator soal yang sudah disusun dalam kisi-kisi dan berdasarkan kaidah penulisan soal bentuk
obyektif dan kaidah penulisan soal uraian.
Penggunaan bentuk soal yang tepat dalam tes tertulis, sangat tergantung pada
perilaku/kompetensi yang akan diukur.
Ada kompetensi yang lebih tepat diukur/ditanyakan dengan menggunakan tes tertulis dengan
bentuk soal uraian, ada pula kompetensi yang lebih tepat diukur dengan menggunakan tes tertulis
dengan bentuk soal objektif. Bentuk tes tertulis pilihan ganda maupun uraian memiliki kelebihan
dan kelemahan satu sama lain.
Adapun kelengkapan yang dimaksud adalah kelengkapan perilaku yang diukur yang
digunakan untuk menetapkan aspek yang dinilai dalam pedoman penskorannya. Hal yang paling
sulit dalam penulisan soal bentuk uraian adalah menyusun pedoman penskorannya.
Bentuk uraian objektif adalah suatu soal atau pertanyaan yang menuntut sehimpunan
jawaban dengan pengertian/konsep tertentu, sehingga penskorannya dapat dilakukan secara
objektif. Artinya perilaku yang diukur dapat diskor secara dikotomus (benar - salah atau 1 - 0).
Bentuk uraian non-objektif adalah suatu soal yang menuntut sehimpunan jawaban
dengan pengertian/konsep menurut pendapat masing-masing peserta didik, sehingga
penskorannya sukar untuk dilakukan secara objektif.
Untuk mengurangi tingkat kesubjektifan dalam pemberian skor ini, maka dalam
menentukan perilaku yang diukur dibuatkan skala. Contoh misalnya perilaku yang diukur adalah
"kesesuaian isi dengan tuntutan pertanyaan", maka skala yang disusun disesuaikan dengan
tingkatan kemampuan peserta didik yang akan diuji.
Untuk tingkat SMA, misalnya dapat disusun skala seperti berikut :
Agar soal yang disusun bermutu baik, maka penulis soal harus memperhatikan kaidah
penulisannya. Untuk memudahkan pengelolaan, perbaikan, dan pengembangan soal, maka soal
ditulis di dalam format kartu soal Setiap satu soal dan pedoman penskorannya ditulis di dalam
satu format. Contoh format soal bentuk uraian dan format penskorannya adalah seperti berikut
ini.
Bentuk soalnya terdiri dari: (1) dasar pertanyaan/stimulus bila ada/diperlukan, (2) pertanyaan,
dan (3) pedoman penskoran.
Kaidah penulisan soal uraian seperti berikut.
Materi
1. Soal harus sesuai dengan indikator.
2. Setiap pertanyaan harus diberikan batasan jawaban yang diharapkan.
3. Materi yang ditanyakan harus sesuai dengan tujuan peugukuran.
4. Materi yang ditanyakan harus sesuai dengan jenjang jenis sekolah atau tingkat kelas.
Kontruksi
1. Menggunakan kata tanya/perintah yang menuntut jawaban terurai.
2. Ada petunjuk yang jelas tentang cara mengerjakan soal.
3. etiap soal harus ada pedoman penskorannya.
4. Tabel, gambar, grafik, peta, atau yang sejenisnya disajikan dengan jelas, terbaca, dan
berfungsi.
Bahasa
1. Rumusan kalimat soal harus komunikatif.
2. Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar (baku).
3. Tidak menimbulkan penafsiran ganda.
4. Tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat/tabu.
5. Tidak mengandung kata/ungkapan yang menyinggung perasaanpeserta didik.
Oleh karena itu, untuk memudahkan dalam penulisan soal bentuk pilihan ganda,
maka dalam penulisannya perlu mengikuti langkah-langkah berikut, langkah pertama
adalah menuliskan pokok soalnya, langkah kedua menuliskan kunci jawabannya, langkah
ketiga menuliskan pengecohnya.
Soal bentuk pilihan ganda merupakan soal yang telah disediakan pilihan
jawabannya. Peserta didik yang mengerjakan soal hanya memilih satu jawaban yang
benar dari pilihan jawaban yang disediakan. Soalnya mencakup: (1) dasar
pertanyaan/stimulus (bila ada), (2) pokok soal (stem), (3) pilihan jawaban yang terdiri
atas: kunci jawaban dan pengecoh.
Perhatikan contoh berikut!
Contoh soal pilihan ganda
Kaidah penulisan soal pilihan ganda adalah seperti berikut ini.
A.Materi
1. Soal harus sesuai dengan indikator. Artinya soal harus menanyakan perilaku dan materi yang
hendak diukur sesuai dengan rumusan indikator dalam kisi-kisi.
2. Pengecoh harus bertungsi
3. Setiap soal harus mempunyai satu jawaban yang benar. Artinya, satu soal hanya mempunyai
satu kunci jawaban.
B. Konstruksi
1. Pokok soal harus dirumuskan secara jelas dan tegas. Artinya, kemampuan/ materi yang
hendak diukur/ditanyakan harus jelas, tidak menimbulkan pengertian atau penafsiran yang
berbeda dari
yang dimaksudkan penulis. Setiap butir soal hanya mengandung satu persoalan/gagasan
2. Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban harus merupakan pernyataan yang diperlukan
saja. Artinya apabila terdapat rumusan atau pernyataan yang sebetulnya tidak diperlukan,
maka rumusan atau pernyataan itu dihilangkan saja.
3. Pokok soal jangan memberi petunjuk ke arah jawaban yang benar. Artinya, pada pokok soal
jangan sampai terdapat kata, kelompok kata, atau ungkapan yang dapat m emberikan
petunjuk ke arah jawaban yang benar.
4. Pokok soal jangan mengandung pernyataan yang bersifat negatif ganda. Artinya, pada pokok
soal jangan sampai terdapat dua kata atau lebih yang mengandung arti negatif. Hal ini untuk
mencegah terjadinya kesalahan penafsiran peserta didik terhadap arti pernyataan yang
dimaksud. Untuk keterampilan bahasa, penggunaan negatif ganda diperbolehkan bila aspek
yang akan diukur justru pengertian tentang negatif ganda itu sendiri.
5. Pilihan jawaban harus homogen dan logis ditinjau dari segi materi. Artinya, semua pilihan
jawaban harus berasal dari materi yang sama seperti yang ditanyakan oleh pokok soal,
penulisannya harus setara, dan semua pilihan jawaban harus berfungsi.
6. Panjang rumusan pilihan jawaban harus relatif sama. Kaidah ini diperlukan karena adanya
kecenderungan peserta didik memilih jawaban yang paling panjang karena seringkali jawaban
yang lebih panjang itu lebih lengkap dan merupakan kunci jawaban.
7. Pilihan jawaban jangan mengandung pernyataan “Semua pilihan jawaban di atas salah" atau
"Semua pilihan jawaban di atas benar". Artinya dengan adanya pilihan jawaban seperti ini,
maka secara materi pilihan jawaban berkurang satu karena pernyataan itu bukan merupakan
materi yang ditanyakan dan pernyataan itu menjadi tidak homogen.
8. Pilihan jawaban yang berbentuk angka atau waktu harus disusun berdasarkan urutan besar
kecilnya nilai angka atau kronologis. Artinya pilihan jawaban yang berbentuk angka harus
disusun dari nilai angka paling kecil berurutan sampai nilai angka yang paling besar, dan
sebaliknya. Demikian juga pilihan jawaban yang menunjukkan waktu harus disusun secara
kronologis. Penyusunan secara unit dimaksudkan untuk memudahkan peserta didik melihat
pilihan jawaban.
9. Gambar, grafik, tabel, diagram, wacana, dan sejenisnya yang terdapat pada soal harus jelas
dan berfungsi. Artinya, apa saja yang menyertai suatu soal yang ditanyakan harus jelas,
terbaca, dapat
dimengerti oleh peserta didik. Apabila soal bisa dijawab tanpa melihat gambar, grafik, tabel
atau sejenisnya yang terdapat pada soal, berarti gambar, grafik, atau tabel itu tidak berfungsi.
10. Rumusan pokok soal tidak menggunakan ungkapan atau kata yang bermakna tidak pasti
seperti: sebaiknya, umumnya, kadang-kadang.
11. Butir soal jangan bergantung pada jawaban soal sebelumnya. Ketergantungan pada soal
sebelumnya menyebabkan peserta didik yang tidak dapat menjawab benar soal pertama tidak
akan dapat menjawab benar soal berikutnya.
C. Bahasa/budaya
1. Setiap soal harus menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia.
Kaidah bahasa Indonesia dalam penulisan soal di antaranya meliputi: a) pemakaian kalimat:
(1) unsur subyek, (2) unsur predikat, (3) anak kalimat; b) pemakaian kata: (1) pilihan kata, (2)
penulisan kata, dan c) pemakaian ejaan: (1) penulisan huruf, (2) penggunaan tanda baca.
2. Bahasa yang digunakan harus komunikatif, sehingga pernyataannya mudah dimengerti
warga belajar/peserta didik.
3. Pilihan jawaban jangan yang mengulang kata/frase yang bukan merupakan satu kesatuan
pengertian. Letakkan kata/frase pada pokok soal.
Tes perbuatan atau tes praktik merupakan suatu tes yang penilaiannya didasarkan
pada erbuatan/praktik peserta didik. Sebelum menulis butir soal untuk tes perbuatan, guru
dapat mengecek dengan pertanyaan berikut. Tepatkah kompetensi (yang akan diujikan) diukur
dengan tes tertulis? Jika jawabannya tepat, kompetensi yang bersangkutan tidak tepat diujikan
dengan tes perbuatan/praktik.
Dalam menilai perbuatan/kegiatan/praktik peserta didik dapat digunakan beberapa
jenis penilaian perbuatan di antaranya adalah penilaian kinerja (performance), penugasan
(project), dan hasil karya (product).
1. Kaidah penulisan butir soal tes perbuatan
Dalam menulis butir soal untuk tes perbuatan, penulis soal harus mengetahui konsep
dasar penilaian perbuatan/praktik. Maksudnya pernyataan dalam soal harus disusun dengan
pernyataan yang betul-betul menilai perbuatan/praktik, bukan menilai yang lainnya.
Penilaian hasil karya merupakan penilaian keterampilan peserta didik dalam membuat
suatu produk benda tertentu seperti hasil karya seni, misal lukisan, gambar, patung, dll. Aspek
yang dinilai di antaranya meliputi: (1) tahap persiapan: pemilihan dan cara penggunaan alat,
(2) tahap proses/produksi: prosedur kerja, dan (3) tahap akhir/hasil: kualitas serta estetika
hasil karya. Di samping itu, guru dapat memberikan penilaian pada pembuatan produk rancang
bangun/perekayasaan teknologi tepat guna misalnya melalui: (1) adopsi, (2) modifikasi, atau
(3) difusi.
C. Bahasa/Budaya
1. Rumusan kalimat soal komunikatif
2. Butir soal menggunakan bahasa Indonesia yang baku.
3. Tidak menggunakan kata/ungkapan yang menimbulkan penafsiran ganda atau salah
pengertian.
4. Tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat/tabu.
5. Rumusan soal tidak mengandung kata/ungkapan yang dapat menyinggung perasaan
peserta didik.
2. Penulisan Soal Penilaian Kinerja (Performance Assessment)
Penilaian kinerja merupakan penilaian yang meminta peserta didik untuk
mendemonstrasikan dan mengaplikasikan pengetahuan ke dalam konteks yang sesuai dengan
kriteria yang ditetapkan. Dalam menulis butir soal,perhatikan terlebih dahulu kompetensi dari
materi yang akan ditanyakan.
“Lakukan teknik dasar menendang, menghentikan bola dengan kaki bagian dalam, luar, telapak
kaki dan punggung kaki dengan koordinasi yang baik !”
Keterangan:
Penilaian terhadap kualitas unjuk kerja peserta ujian, dengan rentang nilai antara 1 sampai
dengan 4
A. Kesimpulan
Secara umum ada dua macam fungsi yang dimiliki oleh tes, yaitu :
1. Sebagai alat pengukuir terhadap peserta didik. Dalam hubungan ini tes berfungsi
mengukur tingkat perkembangan atau kemajuan yang telah di capai oleh peserta
didik setelah mereka menempuh proses mengajar dalam jangka waktu tertentu.
2. Sebagai alat pengukur keberhasilan program pengajaran, sebab melalui tes tersebut
akan dapat diketahui sudah beberapa jauh program pengjaran yang telah di tentukan,
telah dapat dicapai.
Dalam penulisan soal harus di perhatikan beberapa urutan yaitu kita harus
memperhatikan tujuan tes – memperhatikan skl – menentukan materi – menentukan
kisi kisi atau indicator – lalu baru melakukan penulisan soal – kemudia soal di validasi
– selanjutnya soal di cek kaidah penulisan soal dan dibuatlah pedoman penskorannya.
B. Saran
Demikian makalah yang dapat saya susun, semoga bermanfaat dan memberikan
tambahan pengetahuan kita sebagai calon pendidik agar dapat memahami arti dan manfaat
perencanaan dalam pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Dimyati, Drs, Mudjiono. Drs, Belajar dan NAgalim purwanto