Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam sebuah proses pembelajaran, komponen yang turut menentukan keberhasilan


sebuah proses adalah evaluasi. Melalui evaluasi orang akan mengetahui sampai sejauh mana
penyampaian pembelajaran atau tujuan pendidikan atau sebuah program dapat dicapai sesuai
dengan tujuan yang diinginkan. Evaluasi merupakan suatu kegiatan yang dilakukan sejak
lama. Pada masa Yunani, evaluasi telah dilakukan walaupun masih dalam bentuk sederhana
dan kurang profesional. Misalkan saja Sicrates Yang membuat evaluasi sederhana terhadap
pelajaran yang ia berikan kepada murid-muridnya. Pada tahun 1970 evaluasi  baru menjadi
suatu kajian yang diangkat sebagi studi tersendiri dan dianggap profesi yang profesional. Hal
ini ditamdai dengan banyak ahli yang memiliki perhatian pada bidang evaluasi diberbagai
bidang kehidupan seperti pendidikan, sosial, serta kesehatan.

Kemudian, perkembangan model evaluasi termasuk suatu fenomena yang menarik.


Setelah Tayler mengemukakan model black box tahun 1949, belum terlihat ada model lain
yang muncul ke permukaan. Lebih kurang 10 tahun lamanya, orang-orang yang melakukan
kegiatan evaluasi belum menjadi studi tersendiri. Ketika itu, orang banyak mempelajari
evaluasi dari psikometrik dengan kajian utamanya adalah tes dan pengukuran. Evaluasi lebih
banyak diarahkan kepada dimensi hasil, belum masuk ke dimensi-dimensi lainnya. Oleh
sebab itu, janganlah heran bila evaluasi banyak dilakukan oleh orang-orang yang “terbentuk”
dalam tes dan pengukuran.

Makalah ini akan menjelaskan mengenai salah satu model evaluasi pembelajaran
yaitu Model Tyler, dimana pemaparannya meliputi asal-usul berkembangnya evaluasi model
Tyler, langkah-langkah pendekatan, kelebihan dan kekurangannya, serta contoh pembelajaran
yang dapat menggunakan Model Tyler sebagai evaluasinya.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah asal-usul Evaluasi Model Tyler ?


2. Bagaimanakah langkah-langkah pendekatan yang digunakan dalam evaluasi
Model Tyler ?

Model Evaluasi Tyler | 1


3. Apa sajakah kelebihan dan kekurangan evaluasi Model Tyler ?
4. Pada pembelajaran apakah evaluasi Model Tyler cocok diimplementasikan ?

C. Tujuan Penulisan

1. Memenuhi tugas kelompok mata kuliah “Evaluasi Program Pembelajaran PLS”


2. Menambah wawasan pembaca dan penulis
3. Menjelaskan asal-usul evaluasi Model Tyler
4. Menjelaskan langkah-langkah pendekatan yang diterapkan dalam evaluasi Model
Tyler
5. Menjelaskan kelebihan dan kekurangan dari evaluasi Model Tyler
6. Memberikan contoh pembelajaran yang cocok apabila evaluasi Model Tyler
diimplementasikan didalamnya

Model Evaluasi Tyler | 2


BAB II
PEMBAHASAN

A. Asal-usul dan Penjelasan

Nama model ini diambil dari nama pengembangnya yaitu Tyler. Dalam buku Basic
Principles of Curriculum and Instruction. Model Evaluasi Model Tyler secara konsep
menekankan adanya proses evaluasi secara langsung didasarkan atas tujuan intruksional yang
telah ditetapkan bersamaan dengan persiapan mengajar, ketika seorang guru berinteraksi
dengan para siswanya menjadi sasaran pokok dalam proses pembelajaran. Proses
pembelajaran dikatakan berhasil menurut para pendukung Model Tyler, apabila para siswa
yang mengalami proses pembelajaran dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam
proses belajar mengajar.

Model evaluasi Tyler di bangun atas dua pemikiran:

1) Pertama, evaluasi yang ditujukan kepada tingkah laku peserta didik.


2) Kedua, evaluasi harus dilakukan pada tingkah laku awal peserta didik sebelum
melaksanakan kegiatan pembelajaran dan sesudah melaksanakan kegiatan
pembelajaran (hasil).

Penggunaan model Tyler memerlukan informasi perubahan tingkah laku terutama


pada saat sebelum dan sesudah terjadinya pembelajaran. Istilah yang populer dikalangan guru
adalah tes awal (pre-test) dan tes akhir (post-test). Model ini mensyaratkan validitas
informasi pada tes akhir. Untuk menjamin valiaditas ini, maka perlu adanya kontrol dengan
menggunakan desain eksperimen. Model tyler disebut juga model black box karena model ini
sangat menekankan adanya tes awal dan tes akhir. Dengan demikian apa yang terjadi dalam
proses tidak perlu diperhatikan. Dimensi proses ini dianggap sebagai kotak hitam yang
menyimpan segala macam teka-teki.

Pola pikir yang ditawarkan Tyler ini sangat logis dan dapat diterima secara ilmiah,
bahkan mudah untuk ditiru atau dilakukan oleh para pelaksana penilaian pendidikan
(evaluator). Salah satu penerapan model ini oleh Tyler adalah bagaimana melakukan
pengukuran tes kemampuan awal siswa (pre-test) dibandingkan dengan hasil pengukuran
paska kegiatan pembelajaran (post-test). Kegiatan ini menjadi salah satu teknik yang banyak
berpengaruh terhadap cara-cara penilaian program pembelajaran di dunia pendidikan. Contoh
yang dilakukan Tyler ini pula lah yang banyak dilakukan oleh guru-guru kita dalam

Model Evaluasi Tyler | 3


melakukan penilaian keberhasilan program pembelajaan di kelas selama ini. Secara praktis,
pendekatan ini memang tidak terlalu menyita waktu karena hanya dilakukan pada akhir
kegiatan pembelajaran. Di samping itu, dengan pendekatan seperti ini sangat sejalan dengan
tradisi pemikiran manajemen (pengelolaan) yang menempatkan kegiatan evaluasi sebagai
kegiatan terakhir.

Dari pengalamannya melakukan penilaian program pendidikan, Tyler


mengadvokasikan tujuan-tujuan umum pendidikan yang perlu menjadi kriteria dalam
melakukan penilaian program pendidikan. Untuk pendidikan di Amerika, Tyler
merekomendasikan 6 (enam) tujuan umum pendidikan, yaitu:

1) Memperoleh informasi
2) Mengembangkan kebiasaan bekerja dan ketrampilan belajar
3) Mengembangkan cara berfikir yang efektif,
4) Menginternalisasikan sikap social, minat, apresiasi, dan sensitifitas
5) Memelihara kesehatan fisik
6) Mengembangkan filsafat hidup

B. Langkah-Langkah Pendekatan Penilaian

Tyler mendefinisikan penilaian pendidikan sebagai suatu proses untuk menentukan


sejauh mana tujuan-tujuan pendidikan dari program sekolah atau kurikulum tercapai.
Pendekatan penilaian yang dikemukakan Tyler ini meliputi langkah-langkah sebagai berikut:

1) Menentukan tujuan secara jelas


2) Mengklasifikasikan tujuan-tujuan tersebut
3) Mendefinisikan tujuan-tujuan dalam istilah perilaku terukur
4) Temukan situasi dimana prestasi atau tujuan dapat diperlihatkan
5) Mengembangkan atau memilih teknik-teknik pengukuran
6) Mengumpulkan data
7) Membandingkan data kinerja dengan tujuan-tujuan yang dinyatakan
dalam perilaku terukur.

Langkah-langkah sebagaimana diuraikan di atas merupakan suatu siklus, artinya


bahwa jika dari hasil membandingkan data kinerja dengan tujuan sudah diperoleh berupa
kesenjangan-kesenjangan, maka perlu dilakukan perumusan/ penentuan ulang tujuan program
yang telah dievaluasi tersebut.

Model Evaluasi Tyler | 4


Kalau kita simak secara seksama, langkah-langkah di atas terdiri dari dua bagian
pokok, yaitu:

1) Bagian yang terkait dengan kegiatan perencanaan program (langkah satu


sampai tiga)
2) Bagian yang secara langsung memang merupakan kegiatan dalam tahap
evaluasi program (langka empat dan selanjutnya).

Dengan demikian, siklus kegiatan yang dimaksud sebenarnya lebih merupakan siklus
kegiatan pengelolaan dan pengembangan program. Hal ini bisa dimaklumi oleh karena
pemikiran ini dilahirkan dalam rangka pengembangan kurikulum.

C. Kelemahan dan Kelebihan

 Kelemahan dari model Tyler:


Tidak sejalan dengan pendidikan karena focus pada hasil belajar dan
mengabaikan dimensi proses. Padahal hasil belajar adalah produk dari proses
belajar. Sehingga evaluasi yang mengabaikan proses berarti mengabaikan
komponen penting dari kurikulum.
 Kelebihan dari model Tyler:
Yaitu kesederhanaanya. Evaluator dapat memfokuskan kajian evaluasinya
hanya pada satu dimensi kurikulum yaitu dimensi hasil belajar. Sedang
dimensi dokumen dan proses tidak menjadi fokus evaluasi.

Jika dibandingkan dengan beberapa macam model pendekatan siswa sebagai pusat
pembelajaran (pupil-centered), pendekatan pengukuran secara langsung (measurement
directed approach), pendekatan Tyler memiliki model yang berbeda. Pendekatan Tyler pada
prinsipnya menekankan perlunya suatu tujuan dalam proses belajar mengajar. Pendekatan ini
merupakan pendekatan sistematis, elegan, akurat, dan secara internal memiliki rasional yang
logis. Dibanding dengan model evalusi lainnya, kesederhanaan Model Tyler juga merupakan
kelebihan tersendiri dan merupakan kekuatan konstruk yang elegan serta mencakup evaluasi
kontingensi. Dalam implementasinya, Model Tyler juga menggunakan unsur pengukuran
dengan usaha secara konstan, paralel, dengan inquiri ilmiah dan melengkapi legitimasi untuk
mengangkat pemahaman tentang evaluasi.

Model Evaluasi Tyler | 5


D. Implementasi Evaluasi Model Tyler

Tumbuhnya berbagai bimbingan belajar menjadi satu fenomena menarik dan menjadi
catatan tersendiri bagi dunia pendidikan di Indonesia. Ketidakpuasan terhadap kondisi
pembelajaran di sekolah diyakini sebagai salah satu penyebab tumbuh suburnya berbagai
bimbingan belajar tersebut. Sekolah yang memiliki otoritas sebagai tempat untuk
menyelenggarakan pendidikan sering dipertanyakan perannya. Hal ini adalah salah satu
masalah yang ada dalam dunia oendidikan di Indonesia. Sebagai alternatif belajar di luar
sekolah banyak siswa yang menggantungkan harapannya pada bimbingan belajar untuk
mendapatkan materi yang tidak diajarkan di sekolah. Dengan adanya proses penerimaan di
PTN melalui ujian tertulis semakin menambah daya tarik siswa terhadap bimbingan belajar.
Bimbingan Belajar dianggap sebagai pembelajaran yang cocok apabila evaluasinya
menggunakan evaluasi Model Tyler, karena
a. Pembelajaran berpusat pada guru/pengajar (teacher centered learning) bukan
pembelajaran berpusat pada aktivitas (activity driven learning).
b. Pembelajaran berbasis media tunggal (single-media based learning) bukan
pembelajaran berbasis multimedia (multimedia based learning).
c. Pembelajaran berbasis isi (content based learning) bukan pembelajaran berbasis
konteks (context based learning). Materi pelajaran yang ada di kelas bimbingan
belajar biasanya telah terjadwal dan tiap materi harus selesai pada setiap
pertemuan.

Ketiga alasan tersebutlah yang membuat Bimbingan Belajar merupakan salah satu
pembelajaran yang cocok apabila menggunakan evaluasi Model Tyler. Dimana ketiganya
tidak begitu mementingkan proses pembelajaran, dan berpusat hanya pada hasil belajar.

Model Evaluasi Tyler | 6


BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Model Evaluasi Model Tyler secara konsep menekankan adanya proses evaluasi
secara langsung didasarkan atas tujuan intruksional yang telah ditetapkan bersamaan dengan
persiapan mengajar, ketika seorang guru berinteraksi dengan para siswanya menjadi sasaran
pokok dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran dikatakan berhasil menurut para
pendukung Model Tyler, apabila para siswa yang mengalami proses pembelajaran dapat
mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam proses belajar mengajar.

Pendekatan penilaian yang dikemukakan Tyler ini meliputi langkah-langkah sebagai


berikut:

1) Menentukan tujuan secara jelas


2) Mengklasifikasikan tujuan-tujuan tersebut
3) Mendefinisikan tujuan-tujuan dalam istilah perilaku terukur
4) Temukan situasi dimana prestasi atau tujuan dapat diperlihatkan
5) Mengembangkan atau memilih teknik-teknik pengukuran
6) Mengumpulkan data
7) Membandingkan data kinerja dengan tujuan-tujuan yang dinyatakan
dalam perilaku terukur.

Jika dibandingkan dengan beberapa macam model pendekatan siswa sebagai pusat
pembelajaran (pupil-centered), pendekatan pengukuran secara langsung (measurement
directed approach), pendekatan Tyler memiliki model yang berbeda. Pendekatan Tyler pada
prinsipnya menekankan perlunya suatu tujuan dalam proses belajar mengajar. Pendekatan ini
merupakan pendekatan sistematis, elegan, akurat, dan secara internal memiliki rasional yang
logis. Dibanding dengan model evalusi lainnya, kesederhanaan Model Tyler juga merupakan
kelebihan tersendiri dan merupakan kekuatan konstruk yang elegan serta mencakup evaluasi
kontingensi.

Tumbuhnya berbagai bimbingan belajar menjadi satu fenomena menarik dan menjadi
catatan tersendiri bagi dunia pendidikan di Indonesia. Ketidakpuasan terhadap kondisi
pembelajaran di sekolah diyakini sebagai salah satu penyebab tumbuh suburnya berbagai

Model Evaluasi Tyler | 7


bimbingan belajar tersebut. Sekolah yang memiliki otoritas sebagai tempat untuk
menyelenggarakan pendidikan sering dipertanyakan perannya. Hal ini adalah salah satu
masalah yang ada dalam dunia pendidikan di Indonesia. Sebagai alternatif belajar di luar
sekolah banyak siswa yang menggantungkan harapannya pada bimbingan belajar untuk
mendapatkan materi yang tidak diajarkan di sekolah. Dengan adanya proses penerimaan di
PTN melalui ujian tertulis semakin menambah daya tarik siswa terhadap bimbingan belajar.

Model Evaluasi Tyler | 8


DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zainal, 2009, Evaluasi Pembelajaran, Bumi Siliwangi; ROSDA

Elina Yuanita. 2013. “Model Evaluasi Black Box Tyler”.


http://elinayuanita.blogspot.co.id/2013/01/model-black-box-tyler.html.
Diakses pada tanggal 16 September 2017.

Ahmad Nursobah. 2012. “Pemanfaatan Model-model Evaluasi”.


http://cobah-ajah.blogspot.co.id/2012/10/pemanfaatan-model-model-evaluasi.html.
Diakses pada tanggal 16 September 2017.

Toko Serba Ada. 2016. “Model-model Evaluasi Pendidikan”.


http://bidadariidunia.blogspot.co.id/2016/01/model-model-evaluasi-pendidikan.html.
Diakses pada tanggal 22 September 2017.

Lena Rosida. -. “BAB II MODEL, PENDEKATAN EVALUASI PROGRAM A. Model-


Model Evaluasi Model Evaluasi CIPP Model Evaluasi UCLA Model Evaluasi Brinkerhoff
Model Evaluasi Stake atau model Countenance”.
http://www.academia.edu/6708864/BAB_II_MODEL_PENDEKATAN_EVALUASI_PROG
RAM_A._ModelModel_Evaluasi_Model_Evaluasi_CIPP_Model_Evaluasi_UCLA_Model_E
valuasi_Brinkerhoff_Model_Evaluasi_Stake_atau_model_Countenance.
Diakses pada tanggal 22 September 2017.

http://satuantugas-kelasd.blogspot.co.id/2013/06/model-model-evaluasi-yang-
dapat_9179.html
Diakses pada tanggal 11 September 2017.

Model Evaluasi Tyler | 9

Anda mungkin juga menyukai