Titiek Ambarwati, Dra, M.M.² Hendrian Yonata, S.Pd., S.Ag., S.E., M.Akt., M.M.,
M.Pd., M.H.³
Oleh :
1. Mempelajari bidang telaah dan sistem sub bidang telaah Pendidikan ialah
rangkaian suatu sistem.
2. Pengumpulan data Metode pengorganisasian data memiliki lima tahapan:
a. Data dikumpulkan dan dimasukkan ke dalam sistem.
b. Data dimasukkan atau disimpan di area penyimpanan data.
c. Data diolah sesuai dengan ketentuan yang ada.
d. Data disajikan dalam format fungsional.
e. Sesuai kebutuhan, data ditransfer dari satu sistem titik ke sistem lainnya.
3. Tabulasi data Prosedur tabulasi data harus teliti dari tahun ke tahun, sehingga
diperlukan survey setiap tahun untuk penelitian dan penelitian terkini untuk
memperoleh data yang paling terbaru.
4. Perkiraan perencanaan Sistem peramalan pendidikan menggunakan berbagai
pendekatan yang menganalisis berbagai variabel (masyarakat, perkembangan
ekonomi, dan kegiatan yang lain), dan pada sistem pendidikan terdapat
asumsi dasar dan khusus.
5. Perancangan rencana Jika perencanaan pendidikan dapat menentukan
efektivitas pada berbagai layanan, hal itu dapat memberikan kontribusi yang
besar.
6. Mengevaluasi perencanaan Tujuan dari simulasi perencanaan pendidikan
ialah menyediakan cara untuk menganalisis aktivitas yang berbeda dari
komponen perencanaan dengan mereplikasi atau memvisualisasikan
tindakan dari suatu sistem.
7. Menspesifikasikan rencana Untuk menyusun perencanaan yang
komprehensif, dibutuhkan rumusan masalah yang jelas. Perencanaan muncul
sebagai kegiatan partisipatif untuk mencapai tujuan dengan memasukkan
semua komponen, sehingga tujuan tersebut dicapai oleh masyarakat yang
akan dilayani oleh lingkungan dan dipengaruhi oleh lingkungan, yang berhak
dan berkewajiban untuk berpartisipasi dalam perencanaan pembangunan
lingkungan tersebut.
8. Mengimplementasikan rencana Kebijakan perencanaan pendidikan
melibatkan sekelompok orang tertentu.
9. Pemantau Pelaksanaan Rencana dan Umpan Balik bagi Perencanaan
Monitoring perencanaan berkelanjutan berfungsi sebagai mekanisme
manajemen yang berguna dalam teknik pengaplikasiannya.
a) Peraturan dan cara kerja pada tingkat kabupaten dan kota belum jelas.
b) Kurangnya sumber daya manusia dan infrastruktur sehingga manajemen
pendidikan di sektor publik belum dapat diterapkan secara otonom.
c) Anggaran pendidikan dan APBD belum mencukupi.
d) Rendahnya komitmen pemerintah pusat dan pemerintah daerah untuk
mengikutsertakan masyarakat dalam manajemen pendidikan.
e) Walikota sebagai penguasa tertinggi kurang memperhatikan keadaan
pendidikan di daerah, akibatnya anggaran pendidikan bukan menjadi
prioritas utama.
f) Karena adanya perbedaan yang terdapat pada layanan, infrastruktur dan
dana, setiap daerah mempunyai perbedaan dalam penyelenggaraan
pendidikan. Akibatnya, terdapat perbedaan antar daerah sehingga membuat
pemerintah untuk menetapkan standar mutu pendidikan nasional dengan
memperhatikan keadaan di setiap daerah tersebut.
Salah satu substansi manajemen sekolah yang akan menentukan arah kegiatan
pendidikan di sekolah adalah manajemen keuangan. Sama halnya manajemen
keuangan, seperti manajemen pendidikan lainnya, dilakukan melalui proses persiapan,
pengaturan, pengarahan, koordinasi dan pemantauan. Kegiatan dalam manajemen
keuangan adalah mendapatkan dan menilai sumber pendanaan, alokasi dana,
pemantauan, audit serta transparansi dana.
Sumber pendanaan dan pembiayaan sekolah dapat dibagi menjadi tiga kategori:
a. Pemerintah pusat maupun daerah, atau keduanya yang bersifat umum atau
khusus yang ditujukan untuk tujuan pendidikan .
b. Orang tua/siswa.
c. Masyarakat.
Terkait dengan kontribusi keuangan dari orang tua dan masyarakat, UU Sistem
Pendidikan Nasional Tahun 1989 menyatakan bahwa karena terbatasnya kemampuan
pemerintah untuk memenuhi dana pendidikan, maka tanggung jawab pemenuhan dana
pendidikan menjadi tanggung jawab pemerintah, masyarakat, dan orang tua. Biaya
rutin dan pembiayaan pembangunan termasuk dalam dimensi pengeluaran.
Gaji pegawai, biaya operasional, biaya pemeliharaan gedung, serta fasilitas, dan
peralatan kelas (barang habis dipakai), semuanya merupakan contoh biaya rutin yang
dikeluarkan dari tahun ke tahun. Biaya pembangunan, di sisi lain, termasuk biaya untuk
membeli atau pengembangan tanah, pembangunan gedung, merehabilitasi struktur,
menambah furnitur, ini merupakan pengeluaran yang tidak habis pakai. Manajemen
keuangan harus dikelola dengan benar dan menyeluruh dalam pelaksanaan MBS,
dimulai dengan penyusunan anggaran, pemanfaatan, pemantauan, dan transparansi
sesuai dengan ketentuan terkait, untuk memastikan bahwa semua dana sekolah
digunakan secara efektif, efisien, tanpa kebocoran, dan bebas KKN.
1. Kebijakan anggaran.
2. Mekanisme akuntansi keuangan.
3. Prosedur untuk pembelajaran, pergudangan, dan distribusi
4. Proses pendanaan
5. Strategi pengawasan.
1. Pastikan bahwa uang yang tersedia digunakan untuk program sekolah harian,
dengan uang yang berlebih diinvestasikan kembali.
2. Menjaga perlengkapan sekolah dalam kondisi yang baik.
3. Pastikan bahwa aturan dan prosedur untuk penerimaan, pencatatan, dan
membelanjakan uang dipahami, dan diikuti dengan baik.
Pemikiran seorang manajer keuangan harus imajinatif dan dinamis. Ini penting
karena manajemen manajer keuangan berkaitan dengan persoalan keuangan, yang
sangat penting dalam penyelenggaraan kegiatan sekolah. Strategi keuangan penting
bagi seorang manajer keuangan. Adapun beberapa strateginya adalah:
Setiap unit kerja, termasuk sekolah, tidak bisa dilepaskan dari urusan keuangan
seperti Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP), uang dan gaji untuk kesejahteraan
staf, dan keuangan yang secara khusus berhubungan dengan administrasi sekolah,
seperti memperbaiki infrastruktur sekolah dan lain-lain. Di bawah ini beberapa
instrumen (format-format) yang menggambarkan adanya tindakan manajemen
keuangan di sekolah tersebut.
Maka dari itu perancangan hendaknya harus dilakukan sebagai berikut: a. Membuat
daftar rencana yang perlu dilaksanakan; b. membuat jadwal berdasarkan skala prioritas
pelaksanaan; c. menetapkan program kerja dan rincian program. d. Menentukan
kebutuhan spesifik program yang akan dilaksanakan. e. Menentukan jumlah uang yang
dibutuhkan. f. Menetapkan sumber dana untuk pendanaan rencana tersebut. Adapun
beberapa sumber keuangan sebagai berikut:
a) RAPBS harus memberikan upaya yang jujur, ber tanggung jawab, dan
transparan dalam meningkatkan pembelajaran siswa.
b) RAPBS harus ditulis dalam bahasa sederhana dan ditempatkan di lokasi
yang terbuka di sekolah.
c) Dalam merencanakan RAPBS, sekolah hendaknya secara hati-hati
memprioritaskan pengeluaran dana sesuai dengan strategi pengembangan
sekolah.
Ide MBS pertama kali diperkenalkan di Amerika Serikat. Banyak warga yang
menentang kurangnya penyelenggaraan pendidikan yang tersedia saat itu. Pasalnya,
sistem pendidikan dinilai tidak sesuai dengan aspirasi siswa untuk dapat menjangkau
dunia bisnis dengan cepat. Selain itu, sistem pendidikan yang ada saat itu diyakini
belum memiliki hasil yang terbaik dalam hal daya saing di dunia usaha.
Secara teori, MBS ini akan memiliki kewenangan untuk mengontrol berbagai
cara pengayaan kurikulum. misalnya pada mata pelajaran menambah sub materi yang
dirasa perlu dan lebih memfokuskan pada pengembangan minat dan bakat siswa.
Karakteristik MBS, yaitu
A. Mutu Pendidikan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, mutu berarti baik buruknya suatu
benda; kadar; tingkat atau derajat (kecerdasan, kecerdasan, dll.); serta kualitas.
Oleh karena itu, pendidikan yang berkualitas dapat diartikan sebagai
penyelenggaraan pendidikan yang mampu menghasilkan tenaga terlatih yang
sesuai dengan kebutuhan negara. Mutu di bidang pendidikan mencakup input,
proses, output, dan outcome. Jika input pendidikan siap untuk diproses, itu
ditetapkan sebagai kualitas yang tinggi. Jika bisa tercipta lingkungan PAKEM
(Aktif, Kreatif, dan Menyenangkan) dalam bidang pendidikan, itu berarti suatu
proses pendidikan mempunyai mutu.
1. Karakteristik Mutu Pendidikan
Terdapat 13 karakteristik yang dimiliki oleh mutu pendidikan menurut
Husaini Usman (2006: 411):
a. Kinerja (Performance) berhubungan dengan keberhasilan seorang
guru dalam mengajar, baik dalam memberikan penjelasan yang
menarik, aman dan penuh perhatian dalam mendidik, serta
perencanaan materi pembelajaran yang lengkap, fasilitas
administrasi dan pendidikan sekolah yang baik dengan kinerja
yang baik setelah menjadi sekolah favorit.
b. Waktu wajar yaitu jumlah waktu yang sikron, seperti memulai dan
menyelesaikan pelajaran tepat waktu, dan memeriksa waktu secara
akurat.
c. Handal, yang mengacu pada kemampuan suatu sekolah untuk
bertahan lama. Selain kinerja sekolah yang luar biasa yang
berlangsung lama dari tahun ke tahun, efisiensi sekolah terus
meningkat dari tahun ke tahun.
d. Data tahan, misalnya, di tengah krisis moneter, sekolah masih tetap
bertahan (eksis).
e. Indah, misalnya eksterior dan interior sekolah di dekorasi dengan
menarik, dan guru menciptakan media pendidikan yang menarik.
f. Hubungan manusiawi yang melibatkan menjaga standar moral dan
profesionalisme. Anggota sekolah misalnya, saling menghargai,
demokrasi, dan profesionalisme.
g. Mudah digunakan, mengacu pada layanan dan infrastruktur.
Peraturan sekolah, misalnya, mudah diikuti, dan buku
perpustakaan mudah dipinjam dan dikembalikan tepat waktu.
h. Bentuk khusus yang unik, seperti keunggulan tertentu, seperti
sekolah unggulan dalam hal penguasaan teknologi informasi
(komputerisasi).
i. Standar tertentu yaitu sekolah telah memenuhi standar khusus.
Contohnya sekolah telah mengikuti ketentuan pelayanan minimal.
j. Konsistensi yaitu keadaan sekolah yang konstan dan stabil, seperti
yang ditunjukkan oleh fakta bahwa kualitas sekolah tidak menurun
dari dulu hingga sekarang, dan anggota sekolah tetap konsisten
dalam perkataanya.
k. Seragam, yaitu, tanpa perbedaan, tidak adanya campuran.
Misalnya, sekolah menegakkan hukum, tidak mendiskriminasi,
dan mewajibkan siswanya berpakaian seragam.
l. Mampu melayani, yaitu memberikan layanan yang luar biasa.
Sekolah, misalnya, memiliki kotak saran, dan rekomendasi harus
yang dipenuhi dengan baik sehingga pelanggan senang.
m. Keakuratan fasilitas, seperti sekolah mampu memberikan layanan
sesuai dengan keinginan pelanggan sekolah.
B. Peningkatan Pemerataan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, rata merupakan kata yang berasal
dari pemerataan, yang artinya mencakup semua bagian, yang terdistribusi ke segala
penjuru, dan memperoleh jumlah yang sama. Dapat disimpulkan bahwa
pemerataan pendidikan merupakan suatu mekanisme, cara, dan perbuatan
melakukan pemerataan terhadap penyelenggaraan pendidikan sehingga seluruh
lapisan masyarakat dapat memperoleh manfaat darinya. Persoalan pemerataan
pendidikan adalah bagaimana sistem pendidikan harus memberikan kesempatan
yang seluas-luasnya bagi semua orang untuk mengenyam pendidikan, sehingga
pendidikan menjadi tempat pengembangan sumber daya manusia untuk menunjang
pendidikan.
Peningkatan kualitas setiap jenjang pendidikan dengan bersekolah seringkali
dilakukan sesuai dengan proses pemerataan pendidikan. Peningkatan kualitas ini
bertujuan untuk meningkatkan standar masukan dan peserta didik, serta prosedur,
sarana dan prasarana, serta anggaran pendidikan. Ada beberapa faktor yang
menyebabkan rendahnya kualitas pendidikan. Konsistensi proses pembelajaran
yang belum mampu membentuk proses pembelajaran yang berkualitas merupakan
aspek yang paling berpengaruh signifikan. Padahal hasil belajar yang bermutu
hanya mungkin diperoleh bila diikuti dengan proses pembelajaran yang bermutu.
BAB 9 : STANDAR PEMBIAYAAN PENDIDIKAN