Anda di halaman 1dari 13

UTS

Mata Kuliah Telaah Kurikulum


Dosen Pengampu:
Drs. I Komang Ngurah Wiyasa, M.Kes.

DISUSUN OLEH:
NI LUH PUTU IKA SINTYA DEVI
1911031003
02
Kelas G / SEMESTER 4

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


JURUSAN PENDIDIKAN DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
TAHUN 2021
1. Kurikulum merupakan sebuah sistem yang dibangun oleh komponen-komponen yang
memiliki keterkaitan antar satu komponen dengan komponen yang lainya. Uraikanlah
keterkaitan masing-masing komponen yang membentuk sistem kurikulum tersebut.
Pemabahasan:
Kurikulum merupakan suatu sistem yang memiliki komponen – komponen
tertentu. Sistem kurikulum terbentuk oleh empat komponen, yaitu : komponen tujuan,
isi kurikulum, komponen metode atau strategi pencapaian tujuan, dan komponen
evaluasi. Sebagai suatu sistem, setiap komponen harus saling berkaitan satu sama lain.
Manakala salah satu komponen yang membentuk sistem kurikulum terganggu atau tidak
berkaitan dengan komponen lainnya, maka sistem kurikulum secara keseluruhan juga
akan tergganggu. Keterkaitan masing – masing komponen yang membentuk system
kurikulum dapat saya uraikan sebagai berikut.
Komponen tujuan berhubungan dengan arah atau hasil yang diharapkan. Dalam
skala makro rumusan tujuan kurikulum erat kaitannya dengan filsafat atau sistem nilai
yang dianut masyarakat. Bahkan rumusan tujuan menggambarkan suatu masyarakat
yang dicita-citakan. Isi kurikulum merupakan komponen yang berhubungan dengan
pengalaman belajar yang harus dimiliki siswa. Isi kurikulum itu menyangkut semua
aspek baik yang berhubungan dengan pengetahuan atau materi pelajaran yang biasanya
tergambarkan pada isi setiap mata pelajaran yang diberikan maupun aktivitas dan
kegiatan siswa. Baik materi maupun aktivitas itu seluruhnya diarahkan untuk mencapai
tujuan yang ditentukan.
Strategi berkaitan dengan upaya yang harus dilakukan dalam rangka pencapaian
tujuan. Strategi yang ditetapkan dapat berupa strategi yang menempatkan siswa sebagai
pusat dari setiap kegiatan, ataupun sebaliknya. Strategi yang berpusat kepada siswa
biasa dinamakan teacher centered. Strategi yang bagaimana yang dapat digunakan
sangat tergantung kepada tujuan dan materi kurikulum.
Evaluasi merupakan komponen untuk melihat efektivitas pencapaian tujuan.
Dalam konteks kurikulum evaluasi dapat berfungsi untuk mengetahui apakah tujuan
yang telah ditetapkan telah tercapai atau belum, atau evaluasi digunakan sebagai umpan
balik dalam perbaikan strategi yang diterapkan.
Sementara itu, menurut Lunenburg (2011:1) komponen dari kurikulum adalah
tujuan, isi dan pengalaman belajar.
Komponen tujuan, berhubungan dengan arah atau hasil yang diinginkan.
Komponen kedua, yaitu isi berhubungan dengan semua pengalaman belajar yang harus
dimiliki siswa, baik dari materi ataupun aktivitas yang arahnya untuk mencapai tujuan
yang ditentukan. Komponen ketiga, strategi dan metode merupakan komponen yang
mempunyai peranan penting karena berhubungan dengan implementasi kurikulum. Hal
ini sejalan dengan pendapat Alonsabe (2015), yang mengemukakan “Instructional
strategies and methods are the core of the curriculum”. Komponen keempat, evaluasi
merupakan komponen untuk melihat efektivitas pencapaian tujuan yang dikelompokan
menjadi dua jenis, yaitu tes dan nontes. Sebagai suatu sistem, keempat komponen
tersebut harus saling berkaitan satu sama lain. Apabila salah satu komponen terganggu
atau tidak berkaitan maka sistem kurikulum secara keseluruhan pun akan terganggu.
Sehingga dalam proses pengembangan kurikulum, semua komponen harus memperoleh
perhatian yang sama besarnya.Kurikulum tidak akan efektif jika isi dari kurikulum
tersebut tidak jelas. Tujuan, sebagai arah yang berfungsi sebagai jangkar dari proses
pembelajaran.
Berdasarkan pemaparan tersebut maka dapat diambil suatu kesimpulan
keterkaitan antar komponen – komponen kurikulum yaitu program kurikulum berisi
jenis – jenis mata pelajaran yang diajarkan dan berisi program dari masing-masing mata
pelajaran yang berupa uraian dalam bentuk pokok bahasan yang dilengkapi dengan
mengacu kepada tujuan – tujuan yang ingin dicapai dalam mata pelajaran bersangkutan.
Isi dari program – program kurikulum ini disesuaikan dengan tujuan-tujuan pendikan
yang ingin dicapai melalui sekolah tersebut baik secara keseluruhan maupun dalam
mata pelajaran. Untuk mewujudkan tujuan – tujuan tersebut digunakan strategi
pelaksanaan suatu kurikulum yang tergambar dari cara yang ditempuh dalam
melaksanakan pembelajaran, cara dalam menilai dan cara dalam mengatur kegiatan
sekolah secara keseuruhan. Jadi, kesimpulannya untuk mencapai tujuan pendidikan
komponen – komponen kurikulum ini saling berkaitan membentuk sebuah sistem yang
utuh.
2. Jelaskanlah hubungan kurikulum dengan pembelajaran di sekolah!
Pemabahasan:
Kurikulum dan pembelajaran merupakan dua hal yang tidak terpisahkan, meski
berada pada posisi yang berbeda. Saylor mengemukakan bahwa kurikulum dan
pembelajaran bagaikan romeo dan juliet. Jika kita berbicara mengenai Romeo, maka
kita juga akan berbicara masalah Juliet. Romeo tidak akan lengkap terasa tanpa juliet,
demikian pula sebaliknya. Artinya, pembelajaran tanpa kurikulum sebagai rencana tidak
akan efektif, atau bahkan bisa keluar dari tujuan yang telah dirumuskan. Kurikulum
tanpa pembelajaran, maka kurikulum tersebut tidak akan berguna.
Selain itu, Olivia menyatakan bahwa kurikulum berkaitan dengan apa yang harus
diajarkan, sedangkan pengajaran mengacu pada bagaimana cara mengajarkannya.
Walaupun antara pembelajaran dengan pengajaran dalam hal ini memiliki perbedaan,
namun keduanya memiliki kesamaan tolak ukur dalam kasus ini, yaitu bagaimana
mengajarkan. Hanya saja pengajaran lebih terpusat pada guru sebagai pengajar,
sedangkan pembelarajaran menekankan pada penciptaan proses belajar antara pengajar
dengan pelajar agar terjadi aktivitas belajar dalam diri pelajar.
Belajar sebagai kegiatan inti dari pembelajaran memiliki arti modifikasi atau
memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Yang perlu digaris bawahi pada kalimat
tersebut adalah memperteguh kelakuan melalui pengalaman, ini membuktikan bahwa
belajar sebagai kegiatan inti pembelajaran dipengaruhi oleh kurikulum yang
notabenenya merupakan rancangan pengalaman belajar.
Persoalan yang timbul selanjutnya adalah bagaimana menyusun kurikulum
untuk kepentingan pembelajaran agar dapat dilaksanakan dengan optimal. Hal ini
berbenturan dengan fakta bahwa kurikulum telah dirancang secara standar (standarized
curriculum). Ini berarti bahwa kurikulum yang sama digunakan digunakan pada setiap
sekolah yang notabenenya masing-masing sekolah tersebut memiliki masalah
pelaksanaan pembelajaran yang berbeda. Maka dari itu diperlukan pengembangan
seperlunya yang disesuaikan dengan kondisi disekolah. Hal ini bisa kita lihat pada
perincian RPP.
Peter F. Olivia menggambarkan kemungkinan hubungan antara kurikulum
dengan pembelajaran dalam bagan berikut;
Model dualistis
Pada model ini, kurikulum dan pembelajaran berdiri sendiri. Kurikulum yang
seharusnya memjadi pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran tidak tampak. Begitu
juga dengan pembelajaran yang seharusnya dapat dijadikan tolak ukur pencapaian
tujuan kurikulum tidak terjadi.
Model berkaitan
Dalam model ini, kurikulum dengan pembelajaran saling barkaitan. Pada model
ini, ada bagian kurikulum yang menjadi bagian dari pembelajaran, begitu juga
sebaliknya.
Model konsentris
Pada model ini, keduanya memiliki hubungan dengan kemungkinan bahwa
kurikulum adalah bagian dari pembelajaran atau pembelajaran adalah bagian dari
kurikulum.
Model siklus
Pada model ini, antara kurikulum dan pembelajaran di anggap dua hal yang
terpisah namun memiliki hubungan timbal balik. Di satu sisi, kurikulum merupakan
rencana tertulis sebagai panduan pelaksanaan pembelajaran, di sisi lain pembelajaran
mempengaruhi pada perancangan kurikulum selanjutnya.
Berdasarkan pemaparan di atas maka dapat saya simpulkan bahwa kurikulum
memiliki banyak pengertian seperti yang telah dikemukakan oleh para ahli, namun tentu
semuanya masih memiliki kaitan yang pada akhirnya membawa kita pada pengertian
kurikulum sebagai rencana belajar di mana pengertian yang satu ini dirasa lebih
fleksibel. Dalam kaitannya dengan pembelajaran di mana pembelajaran itu sendiri
diartikan sebagai sebuah proses yang sengaja dirancang sedemikian rupa agar tercipta
aktivitas belajar dalam diri peserta didik, maka kurikulum yang notabenenya sebagai
rencana belajar di anggap sebuah hal yang sangat erat kaitannya dengan pembelajaran.
Di satu sisi, kurikulum adalah pedoman tertulis bagi pelaksanaan pembelajaran, di sisi
lain pembelajaran akan memberikan masukan untuk penyempurnaan kurikulum yang
akan datang.
Hubungan antara kurikulum dan pembelajaran juga tergantung pada pelaksanaan
di lapangan. Kurikulum dapat di katakan sebagai pedoman bagi proses pembelajaran
apabila dalam pelaksanaan pembelajaran para pengajar benar-benar mengikuti haluan
yang diinginkan oleh kurikulum. Begitu juga sebaliknya, pembelajaran bisa
memberikan masukan pada penyempurnaan kurikulum yang selanjutnya apabila proses
evaluasi benar-benar berjalan dengan baik. Maka dari itu, hendaknya para pengajar, ahli
kurikulum, dan semua individu yang terkait dalam hal tersebut untuk dapat
melaksanakan tugas profesinya dengan seoptimal mungkin demi terciptanya pendidikan
yang bermutu sesuai yang kita harapkan bersama.
Kurikulum memuat isi dan materi pelajaran. Kurikulum adalah suatu program
pendidikan yang disediakan untuk pembelajaran siswa. Dengan program itu para siswa
melakukan berbagai kegiatan belajar, sehingga terjadi perubahan dan perkembangan
tingkah laku siswa, sesuai dengan tujuan pendidikan dan pembelajaran. Untuk
mendapatkan proses pembelajaran yang baik dan berimbas pada hasil yang diperoleh
peserta didik pun baik maka penyusunan kurikulumnya pun harus lah diperhatikan
dengan baik pula, karena kurikulum sebagai pedoman di dalam proses pembelajaran di
sekolah, kurikulumlah yang mengatur guru, siswa dan juga kepala sekolah. Sehigga
jalannya proses pembelajaran tersebut sudah ada yang mengatur supaya mengarah pada
suatu pencapaian yang maksimal.
3. Jelaskan mengapa kurikulum harus bersifat dinamis dan selalu di kembangkan?
Pemabahasan:
Pengembangan kurikulum dalam dunia pendidikan terus terjadi secara
berkelanjutan, hal tersebut dikarena setiap lembaga pendidikan mengingin
organisasinya mempunyai perkembangan yang pesat, sehingga dapat menarik para
kalangan pendidik, semakin banyak peminat, juga semakin pesat pula input yang
dihasilkan oleh lembaga. Pesatnya pendidik pada lembaga pendidikan diukur dari
seberapakah para kepala sekolah dan guru dapat memenej di sekolah. Salah satu hal
terpenting yang harus dimenej secara efektif dan efisien adalah masalah kurikulum.
Ada beberapa alasan mengapa kurikulum perlu selalu dikembangkan sebaik mungkin,
diantaranya;
Konsevatif Kurikulum
Kurikulum yang tidak sesuai dengan tuntutan sosial, tidak sesuai lagi dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan juga tidak sesuai dengan dunia
kerja, maka sudah jelas kurikulum akan mengalami problem, yaitu akan terjadi
pengangguran pada lulusan sekolah. Dengan melihat data tersdebut kurikulum perlu
dirubah, dikembangkan dan diperbaruhi kurikulum yang telah usang korbannya bukan
hanya terletak pada peserta didik saja, tapi dampak negatifnya akan menimpa pada
lembaga sekolah. Lembaga akan dijauhi masyarakat, sekolah akan ketinggalan ilmu
pengetahuan dan teknologi sehingga akan sulit akan membangun tujuan nasional yang
telah direncanakan pada sebelumnya.
Kurikulum pendidikan harus bersifat dinamis, senantiasa berubah
menyesuaikan dengan keadaan suapaya dapat memantapkan belajar dan hasil belajar.
Selain itu maksud dinamis dalam hal ini yiatu senantiasa berubah menyesuaikan
keadaan supaya dapat memantapkan proses belajar dan hasil belajar. Kurikulum yang
tidak sesuai dengan tuntutan social, tidak sesuai lagi dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi dan juga tidak sesuai dengan dunia kerja akan menyebabkan
sebuah problem, karena itu haruslah dirubah dan dikembangkan kurikulum tersebut.
Secara garis besar perubahan kurikulum dilatar belakangi oleh beberapa hal. Akan tetapi
kata-kata perubahan bukan menghapus kurikulum sebelumnya secara sepenuhnya akan
tetapi menyempurnakan dan mengembangkan , diantaranya adalah:
1. Adanya perkembangan dan perubahan bangsa yang satu dengan yang lain.
Dengan demikian perubahan perhatian dan perluasan bentuk pembelajaran harus
mendapat perhatian.
2. Industri dan produksi
3. Orientasi politik dan praktek kenegaraan
4. Pandangan kalangan intelektual yang berubah
5. Pemikiran baru mengenai proses belajar mengajar
6. Eksploitasi ilmu pengetahuan
7. Perubahan dalam masyarakat
Sentralisasi dan desentralisasi kurikulum
Sentralisasi merupakan problem kurikulum yang paling utama, yang
memunculkan pengembangan kurikulum tingkat otonomi daerah, sebagaimana yang
dikemukakan oleh menteri pendidikan fuad Hasan, bahwa tidak mungkin
diterapkannyua kurikukulum yang baku (sentralisasi) di seluruh indonesia. karena
setiap daerah mempunyai kadar potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia
yang berbeda, diharapkan dengan potensi tersebut setiap daerah dapat mengembangkan
dan mengelola sesuai dengan potensinya masing-masing. Dimana potensi-potensi
tersebut dapat diintegrasikan dalam kurikulum muatan lokal.
Diberikannya kesempatan untuk mengembangkan dan mengelola potensi daerah
masing-masing, dengan harapan dapat membangun wilyahnya sendiri sehingga lulusan
dari sekolah nantinya tidak meninggalkan lingkungannya sendiri. Kalau setiap sekolah
tidak diberikan kesempatan demikian, di khawatir kan para kalangan pendidikan akan
terasingkan oleh lingkungan, dan daerahnya akan kosong karena tidak adanya potensi
yang dapat dikembangkan.
Dalam mengangapi Fuad Hasan winarno surachtmad ( Mantan IKIP jakarta)
mengemukakan, bahwa sebenarnya indonesia tidak pernah menerapkan kurikulum
fleksibel. Kurikulum yang diberlakukan di sekolah hanya satu dan pusat, sehingga
faktor daerah seringkali kurang diperhatikan. Didalam pengelolaan, seharusnya
dihindari sentralisasi kurikulum, dan digunakan sebanyak mungkin desentralisasi
kurikulum. Untuk menuju kurikulum yang berbasis desentralisasi tersebut diperlukan
pengembangan kurikulum.
Tingkat kematangan siswa
Tingkat kematangan siswa juga menjadi alasan pengembangan kurikulum,
karena setiap peserta didik mempunyai jenjang pendidikan yang berbeda. Jika
kurikulum pendidikan tidak berusaha disesuaikan dengan tingkatan peserta didik maka
tujuan pembelajaran akan sulit tercapai. Untuk itu para pakar pengembang kurikulum
membuat suatu pemikiran agar anak dapat belajar dengan baik, memperoleh ilmu
pengetahuan, merubah sikap, dan memperoleh pengalaman, dengan cara
mengembangkan kurikulum yang berdasarkan azas psikologi peserta didik.
4. Analisis aspek-aspek sosiologis yang paling perlu mendapat perhatian dalam
pengembangan kurikulum?
Pemabahasan:
Landasan sosiologi mengarahkan kajian mengenai kurikulum yang dikaitkan
dengan aspek masyarakat dan kebudayaan (societu and culture). Sebagai suatu
rancangan atau program, kurikulum sangat menentukan pelaksanaan dan hasil
pendidikan. Pendidikan akan mempersiapkan siswa sebagai generasi muda untuk dapat
hidup dalam lingkungan masyarakat. Oleh karenanya, pendidikan harus memberikan
bekal pengetahuan, keterampilan serta nilai – nilai untuk hidup, bekerja dan mencapai
perkembangan lebih lanjut di masyarakat. Hal itu menjadikan pengembangan program
pendidikan (kurikulum) harus dilandasi dan mengacu pada kehidupan masyarakat
dengan segala karakteristik dan kekayaan budayanya. Berdasarkan akan pemaparan di
atas, menurut saya aspek – aspek sosiologis yang paling perlu mendapat perhatian
dalam pengembangan kurikulum, yaitu :
Aspek Masyarakat
Masyarakat adalah sekelompok individu yang terorganisasi dan berfikir tentang
dirinya sebagai suatu yang berbeda dengan kelompok atau masyarakat lainnya. sebagai
akibat dari perkembangan yang terjadi saat ini, maka kebutuhan hidup masyarakat
semakin luas dan meninggkat sehingga tuntutan hidup pun semakin tinggi. Kehidupan
masyarakat tidak dapat terpisah dengan tempat dimana masyarakat itu sendiri berada.
Lingkungan alam dan kondisi geografis sangat mempengaruhi perilaku dan pola
kehidupan anggota masyarakat itu sendiri. Masyarakat yang hidup di daerah pedesaan
atau perkampungan berbeda dengan yang hidup di daerah perkotaan dan kota besar atau
metropolitan. Demikian pula, masyarakat yang hidup di daerah pegunungan akan
berbeda dengan yang hidup di daerah pantai. Kondisi alam dan geografis akan
memengaruhi cara hidup, cara berfikir, cara bekerja dan cara bersosialisasi.
Perkembangan dan perbedaan kehidupan masyarakat tersebut menurut
tersedianya proses pendidikan yang relevan. Pendidikan harus mengantisipasi tuntutan
kehidupan dalam suatu masyarakat sehingga dapat mempersiapkan siswa untuk hidup
wajar sesuai dengan kondisi masyarakat dimana mereka hidup. Untuk terciptanya
proses pendidikan yang relevan dengan perkembangan masyarakat maka diperlukan
rancangan pendidikan (kurikulum) yang landasan pengembangannya
mempertimbangkan aspek masyarakat.
Kurikulum sebagai program pendidikan harus dapat menjawab tantangan dan
tuntutan masyarakat, bukan hanya dari segi isi programnya, tetapi juga dari segi
pendekatan dan strategi pelaksanaanya. Oleh karena itu, guru sebagai pelaksana
kurikulum dituntut lebih peka mengantisipasi perkembangan masyarakat, agar apa yang
disampaikan kepada siswa relevan dan berguna bagi kehidupannya di masyarakat.
Penerapan teori, prinsip dan hukum yang terdapat dalam semua ilmu pengetahuan yang
ada dalam kurikulum, harus disesuaikan dengan kondisi di masyarakat sehingga hasil
belajar yang dicapai oleh siswa akan lebih bermakna dalam hidupnya. Pengembangan
kurikulum yang hanya didasarkan pada kemampuan dasar saja tidak akan dapat
memenuhi kebutuhan dan tuntutan masyarakat. Pengembangan kurikulum hendaknya
memperhatikan kebutuhan dan perkembangan masyarakat. Pengembangan kurikulum
juga harus ditekankan pada pengembangan individu yang mencakup keterkaitannya
dengan lingkangan masyarakat setempat.
Aspek Kebudayaan
Pendidikan pada dasarnya merupakan bagian dari kebudayaan, bahkan dapat
dikatakan bahwa pendidikan merupakan suatu proses pembudayaan untuk
meningkatkan harkat dan martabat manusia. Proses pembudayaan tesebut tidak dapat
berlangsung sendirinya, melainkan harus dalam interaksi dengan orang lain dan
lingkungannya. Dalam konteks inilah siswa dihadapkan dengan budaya manusia, dibina
dan dikembangkan sesuai dengan nilai budayanya, serta dipupuk kemampuan dirinya
menjadi manusia.
Kebudayaan itu ada dalam masyarakat dan setiap kelompok masyarakat
mempunyai kebudayaannya sendiri – sendiri. Dengan demikian, yang membedakan
masyarakat yang satu dengan yang lainnya adalah kebudayaannya. Kebudayaan adalah
pola kelakuan yang secara umum terdapat dalam satu masyarakat yang meliputi
keseluruhan ide, cita – cita, pengetahuan, kepercayaan, cara berfikir, kesenian dan
kebiasaan. Seluruh nilai yang telah disepakati masyarakat dapat pula disebut
kebudayaan. Oleh karena itu, kebudayaan dapat dikatakan sebagai suatu konsep yang
memiliki kompleksitas tinggi.
Bangsa Indonesia yang sangat majemuk, terdiri atas lebih dari 300 suku bangsa,
sampai saat ini masih memelihara kebudayaan daerahnya, seperti tradisi dan bahasa
daerah. Keadaan seperti ini menciptakan kebudayaan Indonesia yang sangat beraneka
ragam dan menjadi kekayaan tersendiri bagi bangsa ini yang perlu dipupuk dan
dikembangkan, khususnya di lingkungan sekolah atau Lembaga pendidikan. faktor
kebudayaan yang beraneka ragam tersebut merupakan bagian yang penting dalam
pengembangan kurikulum di Indonesia. Namun, perlu dipikirkan bahwa untuk
membingkai persatuan dan kesatuan perlu ditetapkan aspek – aspek kebudayaan yang
sifatnya umum dan berlaku secara nasional. Pendidikan umum yang ada di sekolah pada
dasarnya bermaksud mendidik siswa agar dapat hidup berintregrasi dengan anggota
masyarakat yang lain sekalipun berbeda bahasa dan suku bangsa. Hal ini membawa
impilkasi bahwa kurikulum sebagai salah satu alat pencapaian tujuan pendidikan
bermuatan kebudayaan yang kegiatan bersifat umum serta mencakup nilai, sikap,
pengetahuan, kecakapan dan kegiatan yang bersifat umum yang sangat penting bagi
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Selain pendidikan yang bermuatan
kebudayaan yang bersifat umum, terdapat pula pendidikan yang bermuatan kebudayaan
khusus, yaitu untuk aspek – aspek kehidupan tertentu dan berkenaan dengan kelompok
masyarakat tertentu. Keadaan yang seperti itu menuntut kurikulum yang bersifat khusus
pula.
Berdasarkan pemaparan di atas, maka dapat saya simpulkan bahwa betapa
pentingnya faktor kebudayaan dijadikan sebagai landasan dalam pengembangan
kurikulum di sekolah. hal ini didasarkan pula pada kenyataan bahwa individu itu lahir
tidak berbudaya, baik dalam hal kebiasaan, cita – cita, sikap, pengetahuan dan
keterampilan. Kesemuannya itu dapat diperoleh oleh indidividu melalui interkasi
dengan lingkungan budaya, keluarga, masyarakat sekitar dan tentu saja dengan sekolah
atau Lembaga pendidikan. dengan demikian, sekolah memiliki tugas khusus untuk
memberikan pengalaman kepada para siswa dengan salah satu alat yang disebut dengan
kurikulum. Kurikulum pada dasarnya merupakan refleksi cara orang berfikir, berasa,
bercita – cita atau kebiasaan – kebiasaan. Karena itu, dalam mengembangkan suatu
kurikulum kita perlu memahami aspek kebudayaan dalam landasan sosiologi.
5. Deskripsikan pendekatan akar rumput dalam pengembangan kurikulum!
Pemabahasan:
Pendekatan akar rumput dalam pengembangan kurikulum sering disebut sebagai
Grassroots Approach. Model pendekatan ini biasanya diawali dari keresahan guru
tentang kurikulum yang berlaku, selanjutnya mereka memiliki kebutuhan dan keinginan
untuk mempengaruhi atau menyempurnakaanya. Tugas para administrator dalam
pengembangan model ini, tidak lagi berperan sebagai pengendali pengembangan
kurikulum, akan tetapi hanya sebagai motivator dan fasilitator. Di negara-negara yang
menerapkan sistem pendidikan yang desentraslistik, pengembangan pendekatan
grassroots ini sangat mungkin untuk terjadi, sebab kebijakan pendidikan tidak lagi
diatur oleh pusat secara sentralisasi, akan tetapi ditentukan oleh daerah (distrik) bahkan
oleh sekolah dan guru. Pengembangan model ini hanya mungkin dapat dilakukan,
apabila guru-guru di sekolah memiliki kemampuan serta sikap profesional yang tinggi,
yang memahami seluk-beluk pendidikan. Apabila tidak maka sangat kecil
kemungkinan perubahan bisa terjadi.
Pada pendekatan Grassroots ini inisiatif pengembangan kurikulum dimulai dari
lapangan atau dari guru-guru sebagai implementator, kemudian menyebar pada
lingkungan yang lebih luas, sehingga pendekatan ini dinamakan juga pengembangan
kurikulum dari bawah ke atas. Pendekatan ini lebih banyak digunakan dalam
penyempurnaan kurikulum (curriculum improvement), walaupun dalam skala yang
terbatas mungkin juga digunakan dalam pengembangan kurikulum baru (curriculum
construction). Syarat atau kondisi pendekatan grass roots dapat berlangsung antara lain :
1. Pertama, Kurikulum bersifat lentur sehingga memberikan kesempatan kepada
setiap guru secara lebih terbuka untuk memperbarui atau menyempurnakan
kurikulum yang sedang diberlakukan.
2. Kedua, Guru memiliki sikap profesional yang tinggi disertai kapabilitas. Sikap
profesional biasanya ditandai dengan keinginan untuk selalu mencoba sesuatu
yang baru dalam upaya meningkatkan kinerjanya.
Berikut beberapa langkah penyempurnaan kurikulum menggunakan pendekatan grass
roots antara lain :
 Menyadari adanya masalah
 Mengadakan refleksi
 Mengajukan hipotesis atau jawaban sementara
 Menentukan hipotesis yang sangat mungkin dekat dan dapat dilakukan sesuai
dengan situasi dan kondisi lapangan
 Mengimplementasikan perencanaan dan mengevaluasinya secara terus menerus
hingga terpecahkan masalah yang dihadapi.
 Membuat dan menyusun laporan hasil pelaksanaan pengembangan melalui grass
roots.
Dapat dilihat bahwa peranan guru sebagai implementator perubahan dan
penyempurnaan kurikulum dengan pendekatan grass roots sangat menentukan, berperan
sebagai pengendali pengembangan, tetapi hanya sebagai motivator dan fasilitator.
Perubahan atau penyempurnaan kurikulum bisa dimulai oleh guru secara individual atau
kelompok, contoh guru-guru bidang studi dari beberapa sekolah.
Di negara-negara yang menerapkan sistem pendidikan desentralisasi
pengembangan model grass roots ini sangat mungkin untuk terjadi , sebab kebijakan
pendidikan tidak lagi diatur oleh pusat secara sentralistik, akan tetapi penyelenggaraan
pendidikan ditentukan oleh daerah bahkan oleh sekolah. Oleh karena itu untuk
memperoleh kualitas lulusan sekolah bisa terjadi persaingan sekolah atau daerah.
Berdasarkan pemaparan diatas maka dapat saya simpulkan bahwa pendekatan
akar rumput (grassroots approach) merupakan suatu pendekatan pengembangan
kurikulum yang diawali oleh inisiatif dari bawah lalu disebarluaskan pada tingkat yang
lebih luas (bottom up).

Anda mungkin juga menyukai