Dosen Pengampu: Drs. I Komang Ngurah Wiyasa, M.Kes.
DISUSUN OLEH: NI LUH PUTU IKA SINTYA DEVI 1911031003 02 Kelas G / SEMESTER 4
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN PENDIDIKAN DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA TAHUN 2021 1. Kurikulum merupakan sebuah sistem yang dibangun oleh komponen-komponen yang memiliki keterkaitan antar satu komponen dengan komponen yang lainya. Uraikanlah keterkaitan masing-masing komponen yang membentuk sistem kurikulum tersebut. Pemabahasan: Kurikulum merupakan suatu sistem yang memiliki komponen – komponen tertentu. Sistem kurikulum terbentuk oleh empat komponen, yaitu : komponen tujuan, isi kurikulum, komponen metode atau strategi pencapaian tujuan, dan komponen evaluasi. Sebagai suatu sistem, setiap komponen harus saling berkaitan satu sama lain. Manakala salah satu komponen yang membentuk sistem kurikulum terganggu atau tidak berkaitan dengan komponen lainnya, maka sistem kurikulum secara keseluruhan juga akan tergganggu. Keterkaitan masing – masing komponen yang membentuk system kurikulum dapat saya uraikan sebagai berikut. Komponen tujuan berhubungan dengan arah atau hasil yang diharapkan. Dalam skala makro rumusan tujuan kurikulum erat kaitannya dengan filsafat atau sistem nilai yang dianut masyarakat. Bahkan rumusan tujuan menggambarkan suatu masyarakat yang dicita-citakan. Isi kurikulum merupakan komponen yang berhubungan dengan pengalaman belajar yang harus dimiliki siswa. Isi kurikulum itu menyangkut semua aspek baik yang berhubungan dengan pengetahuan atau materi pelajaran yang biasanya tergambarkan pada isi setiap mata pelajaran yang diberikan maupun aktivitas dan kegiatan siswa. Baik materi maupun aktivitas itu seluruhnya diarahkan untuk mencapai tujuan yang ditentukan. Strategi berkaitan dengan upaya yang harus dilakukan dalam rangka pencapaian tujuan. Strategi yang ditetapkan dapat berupa strategi yang menempatkan siswa sebagai pusat dari setiap kegiatan, ataupun sebaliknya. Strategi yang berpusat kepada siswa biasa dinamakan teacher centered. Strategi yang bagaimana yang dapat digunakan sangat tergantung kepada tujuan dan materi kurikulum. Evaluasi merupakan komponen untuk melihat efektivitas pencapaian tujuan. Dalam konteks kurikulum evaluasi dapat berfungsi untuk mengetahui apakah tujuan yang telah ditetapkan telah tercapai atau belum, atau evaluasi digunakan sebagai umpan balik dalam perbaikan strategi yang diterapkan. Sementara itu, menurut Lunenburg (2011:1) komponen dari kurikulum adalah tujuan, isi dan pengalaman belajar. Komponen tujuan, berhubungan dengan arah atau hasil yang diinginkan. Komponen kedua, yaitu isi berhubungan dengan semua pengalaman belajar yang harus dimiliki siswa, baik dari materi ataupun aktivitas yang arahnya untuk mencapai tujuan yang ditentukan. Komponen ketiga, strategi dan metode merupakan komponen yang mempunyai peranan penting karena berhubungan dengan implementasi kurikulum. Hal ini sejalan dengan pendapat Alonsabe (2015), yang mengemukakan “Instructional strategies and methods are the core of the curriculum”. Komponen keempat, evaluasi merupakan komponen untuk melihat efektivitas pencapaian tujuan yang dikelompokan menjadi dua jenis, yaitu tes dan nontes. Sebagai suatu sistem, keempat komponen tersebut harus saling berkaitan satu sama lain. Apabila salah satu komponen terganggu atau tidak berkaitan maka sistem kurikulum secara keseluruhan pun akan terganggu. Sehingga dalam proses pengembangan kurikulum, semua komponen harus memperoleh perhatian yang sama besarnya.Kurikulum tidak akan efektif jika isi dari kurikulum tersebut tidak jelas. Tujuan, sebagai arah yang berfungsi sebagai jangkar dari proses pembelajaran. Berdasarkan pemaparan tersebut maka dapat diambil suatu kesimpulan keterkaitan antar komponen – komponen kurikulum yaitu program kurikulum berisi jenis – jenis mata pelajaran yang diajarkan dan berisi program dari masing-masing mata pelajaran yang berupa uraian dalam bentuk pokok bahasan yang dilengkapi dengan mengacu kepada tujuan – tujuan yang ingin dicapai dalam mata pelajaran bersangkutan. Isi dari program – program kurikulum ini disesuaikan dengan tujuan-tujuan pendikan yang ingin dicapai melalui sekolah tersebut baik secara keseluruhan maupun dalam mata pelajaran. Untuk mewujudkan tujuan – tujuan tersebut digunakan strategi pelaksanaan suatu kurikulum yang tergambar dari cara yang ditempuh dalam melaksanakan pembelajaran, cara dalam menilai dan cara dalam mengatur kegiatan sekolah secara keseuruhan. Jadi, kesimpulannya untuk mencapai tujuan pendidikan komponen – komponen kurikulum ini saling berkaitan membentuk sebuah sistem yang utuh. 2. Jelaskanlah hubungan kurikulum dengan pembelajaran di sekolah! Pemabahasan: Kurikulum dan pembelajaran merupakan dua hal yang tidak terpisahkan, meski berada pada posisi yang berbeda. Saylor mengemukakan bahwa kurikulum dan pembelajaran bagaikan romeo dan juliet. Jika kita berbicara mengenai Romeo, maka kita juga akan berbicara masalah Juliet. Romeo tidak akan lengkap terasa tanpa juliet, demikian pula sebaliknya. Artinya, pembelajaran tanpa kurikulum sebagai rencana tidak akan efektif, atau bahkan bisa keluar dari tujuan yang telah dirumuskan. Kurikulum tanpa pembelajaran, maka kurikulum tersebut tidak akan berguna. Selain itu, Olivia menyatakan bahwa kurikulum berkaitan dengan apa yang harus diajarkan, sedangkan pengajaran mengacu pada bagaimana cara mengajarkannya. Walaupun antara pembelajaran dengan pengajaran dalam hal ini memiliki perbedaan, namun keduanya memiliki kesamaan tolak ukur dalam kasus ini, yaitu bagaimana mengajarkan. Hanya saja pengajaran lebih terpusat pada guru sebagai pengajar, sedangkan pembelarajaran menekankan pada penciptaan proses belajar antara pengajar dengan pelajar agar terjadi aktivitas belajar dalam diri pelajar. Belajar sebagai kegiatan inti dari pembelajaran memiliki arti modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Yang perlu digaris bawahi pada kalimat tersebut adalah memperteguh kelakuan melalui pengalaman, ini membuktikan bahwa belajar sebagai kegiatan inti pembelajaran dipengaruhi oleh kurikulum yang notabenenya merupakan rancangan pengalaman belajar. Persoalan yang timbul selanjutnya adalah bagaimana menyusun kurikulum untuk kepentingan pembelajaran agar dapat dilaksanakan dengan optimal. Hal ini berbenturan dengan fakta bahwa kurikulum telah dirancang secara standar (standarized curriculum). Ini berarti bahwa kurikulum yang sama digunakan digunakan pada setiap sekolah yang notabenenya masing-masing sekolah tersebut memiliki masalah pelaksanaan pembelajaran yang berbeda. Maka dari itu diperlukan pengembangan seperlunya yang disesuaikan dengan kondisi disekolah. Hal ini bisa kita lihat pada perincian RPP. Peter F. Olivia menggambarkan kemungkinan hubungan antara kurikulum dengan pembelajaran dalam bagan berikut; Model dualistis Pada model ini, kurikulum dan pembelajaran berdiri sendiri. Kurikulum yang seharusnya memjadi pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran tidak tampak. Begitu juga dengan pembelajaran yang seharusnya dapat dijadikan tolak ukur pencapaian tujuan kurikulum tidak terjadi. Model berkaitan Dalam model ini, kurikulum dengan pembelajaran saling barkaitan. Pada model ini, ada bagian kurikulum yang menjadi bagian dari pembelajaran, begitu juga sebaliknya. Model konsentris Pada model ini, keduanya memiliki hubungan dengan kemungkinan bahwa kurikulum adalah bagian dari pembelajaran atau pembelajaran adalah bagian dari kurikulum. Model siklus Pada model ini, antara kurikulum dan pembelajaran di anggap dua hal yang terpisah namun memiliki hubungan timbal balik. Di satu sisi, kurikulum merupakan rencana tertulis sebagai panduan pelaksanaan pembelajaran, di sisi lain pembelajaran mempengaruhi pada perancangan kurikulum selanjutnya. Berdasarkan pemaparan di atas maka dapat saya simpulkan bahwa kurikulum memiliki banyak pengertian seperti yang telah dikemukakan oleh para ahli, namun tentu semuanya masih memiliki kaitan yang pada akhirnya membawa kita pada pengertian kurikulum sebagai rencana belajar di mana pengertian yang satu ini dirasa lebih fleksibel. Dalam kaitannya dengan pembelajaran di mana pembelajaran itu sendiri diartikan sebagai sebuah proses yang sengaja dirancang sedemikian rupa agar tercipta aktivitas belajar dalam diri peserta didik, maka kurikulum yang notabenenya sebagai rencana belajar di anggap sebuah hal yang sangat erat kaitannya dengan pembelajaran. Di satu sisi, kurikulum adalah pedoman tertulis bagi pelaksanaan pembelajaran, di sisi lain pembelajaran akan memberikan masukan untuk penyempurnaan kurikulum yang akan datang. Hubungan antara kurikulum dan pembelajaran juga tergantung pada pelaksanaan di lapangan. Kurikulum dapat di katakan sebagai pedoman bagi proses pembelajaran apabila dalam pelaksanaan pembelajaran para pengajar benar-benar mengikuti haluan yang diinginkan oleh kurikulum. Begitu juga sebaliknya, pembelajaran bisa memberikan masukan pada penyempurnaan kurikulum yang selanjutnya apabila proses evaluasi benar-benar berjalan dengan baik. Maka dari itu, hendaknya para pengajar, ahli kurikulum, dan semua individu yang terkait dalam hal tersebut untuk dapat melaksanakan tugas profesinya dengan seoptimal mungkin demi terciptanya pendidikan yang bermutu sesuai yang kita harapkan bersama. Kurikulum memuat isi dan materi pelajaran. Kurikulum adalah suatu program pendidikan yang disediakan untuk pembelajaran siswa. Dengan program itu para siswa melakukan berbagai kegiatan belajar, sehingga terjadi perubahan dan perkembangan tingkah laku siswa, sesuai dengan tujuan pendidikan dan pembelajaran. Untuk mendapatkan proses pembelajaran yang baik dan berimbas pada hasil yang diperoleh peserta didik pun baik maka penyusunan kurikulumnya pun harus lah diperhatikan dengan baik pula, karena kurikulum sebagai pedoman di dalam proses pembelajaran di sekolah, kurikulumlah yang mengatur guru, siswa dan juga kepala sekolah. Sehigga jalannya proses pembelajaran tersebut sudah ada yang mengatur supaya mengarah pada suatu pencapaian yang maksimal. 3. Jelaskan mengapa kurikulum harus bersifat dinamis dan selalu di kembangkan? Pemabahasan: Pengembangan kurikulum dalam dunia pendidikan terus terjadi secara berkelanjutan, hal tersebut dikarena setiap lembaga pendidikan mengingin organisasinya mempunyai perkembangan yang pesat, sehingga dapat menarik para kalangan pendidik, semakin banyak peminat, juga semakin pesat pula input yang dihasilkan oleh lembaga. Pesatnya pendidik pada lembaga pendidikan diukur dari seberapakah para kepala sekolah dan guru dapat memenej di sekolah. Salah satu hal terpenting yang harus dimenej secara efektif dan efisien adalah masalah kurikulum. Ada beberapa alasan mengapa kurikulum perlu selalu dikembangkan sebaik mungkin, diantaranya; Konsevatif Kurikulum Kurikulum yang tidak sesuai dengan tuntutan sosial, tidak sesuai lagi dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan juga tidak sesuai dengan dunia kerja, maka sudah jelas kurikulum akan mengalami problem, yaitu akan terjadi pengangguran pada lulusan sekolah. Dengan melihat data tersdebut kurikulum perlu dirubah, dikembangkan dan diperbaruhi kurikulum yang telah usang korbannya bukan hanya terletak pada peserta didik saja, tapi dampak negatifnya akan menimpa pada lembaga sekolah. Lembaga akan dijauhi masyarakat, sekolah akan ketinggalan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga akan sulit akan membangun tujuan nasional yang telah direncanakan pada sebelumnya. Kurikulum pendidikan harus bersifat dinamis, senantiasa berubah menyesuaikan dengan keadaan suapaya dapat memantapkan belajar dan hasil belajar. Selain itu maksud dinamis dalam hal ini yiatu senantiasa berubah menyesuaikan keadaan supaya dapat memantapkan proses belajar dan hasil belajar. Kurikulum yang tidak sesuai dengan tuntutan social, tidak sesuai lagi dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan juga tidak sesuai dengan dunia kerja akan menyebabkan sebuah problem, karena itu haruslah dirubah dan dikembangkan kurikulum tersebut. Secara garis besar perubahan kurikulum dilatar belakangi oleh beberapa hal. Akan tetapi kata-kata perubahan bukan menghapus kurikulum sebelumnya secara sepenuhnya akan tetapi menyempurnakan dan mengembangkan , diantaranya adalah: 1. Adanya perkembangan dan perubahan bangsa yang satu dengan yang lain. Dengan demikian perubahan perhatian dan perluasan bentuk pembelajaran harus mendapat perhatian. 2. Industri dan produksi 3. Orientasi politik dan praktek kenegaraan 4. Pandangan kalangan intelektual yang berubah 5. Pemikiran baru mengenai proses belajar mengajar 6. Eksploitasi ilmu pengetahuan 7. Perubahan dalam masyarakat Sentralisasi dan desentralisasi kurikulum Sentralisasi merupakan problem kurikulum yang paling utama, yang memunculkan pengembangan kurikulum tingkat otonomi daerah, sebagaimana yang dikemukakan oleh menteri pendidikan fuad Hasan, bahwa tidak mungkin diterapkannyua kurikukulum yang baku (sentralisasi) di seluruh indonesia. karena setiap daerah mempunyai kadar potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia yang berbeda, diharapkan dengan potensi tersebut setiap daerah dapat mengembangkan dan mengelola sesuai dengan potensinya masing-masing. Dimana potensi-potensi tersebut dapat diintegrasikan dalam kurikulum muatan lokal. Diberikannya kesempatan untuk mengembangkan dan mengelola potensi daerah masing-masing, dengan harapan dapat membangun wilyahnya sendiri sehingga lulusan dari sekolah nantinya tidak meninggalkan lingkungannya sendiri. Kalau setiap sekolah tidak diberikan kesempatan demikian, di khawatir kan para kalangan pendidikan akan terasingkan oleh lingkungan, dan daerahnya akan kosong karena tidak adanya potensi yang dapat dikembangkan. Dalam mengangapi Fuad Hasan winarno surachtmad ( Mantan IKIP jakarta) mengemukakan, bahwa sebenarnya indonesia tidak pernah menerapkan kurikulum fleksibel. Kurikulum yang diberlakukan di sekolah hanya satu dan pusat, sehingga faktor daerah seringkali kurang diperhatikan. Didalam pengelolaan, seharusnya dihindari sentralisasi kurikulum, dan digunakan sebanyak mungkin desentralisasi kurikulum. Untuk menuju kurikulum yang berbasis desentralisasi tersebut diperlukan pengembangan kurikulum. Tingkat kematangan siswa Tingkat kematangan siswa juga menjadi alasan pengembangan kurikulum, karena setiap peserta didik mempunyai jenjang pendidikan yang berbeda. Jika kurikulum pendidikan tidak berusaha disesuaikan dengan tingkatan peserta didik maka tujuan pembelajaran akan sulit tercapai. Untuk itu para pakar pengembang kurikulum membuat suatu pemikiran agar anak dapat belajar dengan baik, memperoleh ilmu pengetahuan, merubah sikap, dan memperoleh pengalaman, dengan cara mengembangkan kurikulum yang berdasarkan azas psikologi peserta didik. 4. Analisis aspek-aspek sosiologis yang paling perlu mendapat perhatian dalam pengembangan kurikulum? Pemabahasan: Landasan sosiologi mengarahkan kajian mengenai kurikulum yang dikaitkan dengan aspek masyarakat dan kebudayaan (societu and culture). Sebagai suatu rancangan atau program, kurikulum sangat menentukan pelaksanaan dan hasil pendidikan. Pendidikan akan mempersiapkan siswa sebagai generasi muda untuk dapat hidup dalam lingkungan masyarakat. Oleh karenanya, pendidikan harus memberikan bekal pengetahuan, keterampilan serta nilai – nilai untuk hidup, bekerja dan mencapai perkembangan lebih lanjut di masyarakat. Hal itu menjadikan pengembangan program pendidikan (kurikulum) harus dilandasi dan mengacu pada kehidupan masyarakat dengan segala karakteristik dan kekayaan budayanya. Berdasarkan akan pemaparan di atas, menurut saya aspek – aspek sosiologis yang paling perlu mendapat perhatian dalam pengembangan kurikulum, yaitu : Aspek Masyarakat Masyarakat adalah sekelompok individu yang terorganisasi dan berfikir tentang dirinya sebagai suatu yang berbeda dengan kelompok atau masyarakat lainnya. sebagai akibat dari perkembangan yang terjadi saat ini, maka kebutuhan hidup masyarakat semakin luas dan meninggkat sehingga tuntutan hidup pun semakin tinggi. Kehidupan masyarakat tidak dapat terpisah dengan tempat dimana masyarakat itu sendiri berada. Lingkungan alam dan kondisi geografis sangat mempengaruhi perilaku dan pola kehidupan anggota masyarakat itu sendiri. Masyarakat yang hidup di daerah pedesaan atau perkampungan berbeda dengan yang hidup di daerah perkotaan dan kota besar atau metropolitan. Demikian pula, masyarakat yang hidup di daerah pegunungan akan berbeda dengan yang hidup di daerah pantai. Kondisi alam dan geografis akan memengaruhi cara hidup, cara berfikir, cara bekerja dan cara bersosialisasi. Perkembangan dan perbedaan kehidupan masyarakat tersebut menurut tersedianya proses pendidikan yang relevan. Pendidikan harus mengantisipasi tuntutan kehidupan dalam suatu masyarakat sehingga dapat mempersiapkan siswa untuk hidup wajar sesuai dengan kondisi masyarakat dimana mereka hidup. Untuk terciptanya proses pendidikan yang relevan dengan perkembangan masyarakat maka diperlukan rancangan pendidikan (kurikulum) yang landasan pengembangannya mempertimbangkan aspek masyarakat. Kurikulum sebagai program pendidikan harus dapat menjawab tantangan dan tuntutan masyarakat, bukan hanya dari segi isi programnya, tetapi juga dari segi pendekatan dan strategi pelaksanaanya. Oleh karena itu, guru sebagai pelaksana kurikulum dituntut lebih peka mengantisipasi perkembangan masyarakat, agar apa yang disampaikan kepada siswa relevan dan berguna bagi kehidupannya di masyarakat. Penerapan teori, prinsip dan hukum yang terdapat dalam semua ilmu pengetahuan yang ada dalam kurikulum, harus disesuaikan dengan kondisi di masyarakat sehingga hasil belajar yang dicapai oleh siswa akan lebih bermakna dalam hidupnya. Pengembangan kurikulum yang hanya didasarkan pada kemampuan dasar saja tidak akan dapat memenuhi kebutuhan dan tuntutan masyarakat. Pengembangan kurikulum hendaknya memperhatikan kebutuhan dan perkembangan masyarakat. Pengembangan kurikulum juga harus ditekankan pada pengembangan individu yang mencakup keterkaitannya dengan lingkangan masyarakat setempat. Aspek Kebudayaan Pendidikan pada dasarnya merupakan bagian dari kebudayaan, bahkan dapat dikatakan bahwa pendidikan merupakan suatu proses pembudayaan untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia. Proses pembudayaan tesebut tidak dapat berlangsung sendirinya, melainkan harus dalam interaksi dengan orang lain dan lingkungannya. Dalam konteks inilah siswa dihadapkan dengan budaya manusia, dibina dan dikembangkan sesuai dengan nilai budayanya, serta dipupuk kemampuan dirinya menjadi manusia. Kebudayaan itu ada dalam masyarakat dan setiap kelompok masyarakat mempunyai kebudayaannya sendiri – sendiri. Dengan demikian, yang membedakan masyarakat yang satu dengan yang lainnya adalah kebudayaannya. Kebudayaan adalah pola kelakuan yang secara umum terdapat dalam satu masyarakat yang meliputi keseluruhan ide, cita – cita, pengetahuan, kepercayaan, cara berfikir, kesenian dan kebiasaan. Seluruh nilai yang telah disepakati masyarakat dapat pula disebut kebudayaan. Oleh karena itu, kebudayaan dapat dikatakan sebagai suatu konsep yang memiliki kompleksitas tinggi. Bangsa Indonesia yang sangat majemuk, terdiri atas lebih dari 300 suku bangsa, sampai saat ini masih memelihara kebudayaan daerahnya, seperti tradisi dan bahasa daerah. Keadaan seperti ini menciptakan kebudayaan Indonesia yang sangat beraneka ragam dan menjadi kekayaan tersendiri bagi bangsa ini yang perlu dipupuk dan dikembangkan, khususnya di lingkungan sekolah atau Lembaga pendidikan. faktor kebudayaan yang beraneka ragam tersebut merupakan bagian yang penting dalam pengembangan kurikulum di Indonesia. Namun, perlu dipikirkan bahwa untuk membingkai persatuan dan kesatuan perlu ditetapkan aspek – aspek kebudayaan yang sifatnya umum dan berlaku secara nasional. Pendidikan umum yang ada di sekolah pada dasarnya bermaksud mendidik siswa agar dapat hidup berintregrasi dengan anggota masyarakat yang lain sekalipun berbeda bahasa dan suku bangsa. Hal ini membawa impilkasi bahwa kurikulum sebagai salah satu alat pencapaian tujuan pendidikan bermuatan kebudayaan yang kegiatan bersifat umum serta mencakup nilai, sikap, pengetahuan, kecakapan dan kegiatan yang bersifat umum yang sangat penting bagi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Selain pendidikan yang bermuatan kebudayaan yang bersifat umum, terdapat pula pendidikan yang bermuatan kebudayaan khusus, yaitu untuk aspek – aspek kehidupan tertentu dan berkenaan dengan kelompok masyarakat tertentu. Keadaan yang seperti itu menuntut kurikulum yang bersifat khusus pula. Berdasarkan pemaparan di atas, maka dapat saya simpulkan bahwa betapa pentingnya faktor kebudayaan dijadikan sebagai landasan dalam pengembangan kurikulum di sekolah. hal ini didasarkan pula pada kenyataan bahwa individu itu lahir tidak berbudaya, baik dalam hal kebiasaan, cita – cita, sikap, pengetahuan dan keterampilan. Kesemuannya itu dapat diperoleh oleh indidividu melalui interkasi dengan lingkungan budaya, keluarga, masyarakat sekitar dan tentu saja dengan sekolah atau Lembaga pendidikan. dengan demikian, sekolah memiliki tugas khusus untuk memberikan pengalaman kepada para siswa dengan salah satu alat yang disebut dengan kurikulum. Kurikulum pada dasarnya merupakan refleksi cara orang berfikir, berasa, bercita – cita atau kebiasaan – kebiasaan. Karena itu, dalam mengembangkan suatu kurikulum kita perlu memahami aspek kebudayaan dalam landasan sosiologi. 5. Deskripsikan pendekatan akar rumput dalam pengembangan kurikulum! Pemabahasan: Pendekatan akar rumput dalam pengembangan kurikulum sering disebut sebagai Grassroots Approach. Model pendekatan ini biasanya diawali dari keresahan guru tentang kurikulum yang berlaku, selanjutnya mereka memiliki kebutuhan dan keinginan untuk mempengaruhi atau menyempurnakaanya. Tugas para administrator dalam pengembangan model ini, tidak lagi berperan sebagai pengendali pengembangan kurikulum, akan tetapi hanya sebagai motivator dan fasilitator. Di negara-negara yang menerapkan sistem pendidikan yang desentraslistik, pengembangan pendekatan grassroots ini sangat mungkin untuk terjadi, sebab kebijakan pendidikan tidak lagi diatur oleh pusat secara sentralisasi, akan tetapi ditentukan oleh daerah (distrik) bahkan oleh sekolah dan guru. Pengembangan model ini hanya mungkin dapat dilakukan, apabila guru-guru di sekolah memiliki kemampuan serta sikap profesional yang tinggi, yang memahami seluk-beluk pendidikan. Apabila tidak maka sangat kecil kemungkinan perubahan bisa terjadi. Pada pendekatan Grassroots ini inisiatif pengembangan kurikulum dimulai dari lapangan atau dari guru-guru sebagai implementator, kemudian menyebar pada lingkungan yang lebih luas, sehingga pendekatan ini dinamakan juga pengembangan kurikulum dari bawah ke atas. Pendekatan ini lebih banyak digunakan dalam penyempurnaan kurikulum (curriculum improvement), walaupun dalam skala yang terbatas mungkin juga digunakan dalam pengembangan kurikulum baru (curriculum construction). Syarat atau kondisi pendekatan grass roots dapat berlangsung antara lain : 1. Pertama, Kurikulum bersifat lentur sehingga memberikan kesempatan kepada setiap guru secara lebih terbuka untuk memperbarui atau menyempurnakan kurikulum yang sedang diberlakukan. 2. Kedua, Guru memiliki sikap profesional yang tinggi disertai kapabilitas. Sikap profesional biasanya ditandai dengan keinginan untuk selalu mencoba sesuatu yang baru dalam upaya meningkatkan kinerjanya. Berikut beberapa langkah penyempurnaan kurikulum menggunakan pendekatan grass roots antara lain : Menyadari adanya masalah Mengadakan refleksi Mengajukan hipotesis atau jawaban sementara Menentukan hipotesis yang sangat mungkin dekat dan dapat dilakukan sesuai dengan situasi dan kondisi lapangan Mengimplementasikan perencanaan dan mengevaluasinya secara terus menerus hingga terpecahkan masalah yang dihadapi. Membuat dan menyusun laporan hasil pelaksanaan pengembangan melalui grass roots. Dapat dilihat bahwa peranan guru sebagai implementator perubahan dan penyempurnaan kurikulum dengan pendekatan grass roots sangat menentukan, berperan sebagai pengendali pengembangan, tetapi hanya sebagai motivator dan fasilitator. Perubahan atau penyempurnaan kurikulum bisa dimulai oleh guru secara individual atau kelompok, contoh guru-guru bidang studi dari beberapa sekolah. Di negara-negara yang menerapkan sistem pendidikan desentralisasi pengembangan model grass roots ini sangat mungkin untuk terjadi , sebab kebijakan pendidikan tidak lagi diatur oleh pusat secara sentralistik, akan tetapi penyelenggaraan pendidikan ditentukan oleh daerah bahkan oleh sekolah. Oleh karena itu untuk memperoleh kualitas lulusan sekolah bisa terjadi persaingan sekolah atau daerah. Berdasarkan pemaparan diatas maka dapat saya simpulkan bahwa pendekatan akar rumput (grassroots approach) merupakan suatu pendekatan pengembangan kurikulum yang diawali oleh inisiatif dari bawah lalu disebarluaskan pada tingkat yang lebih luas (bottom up).