Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

FILSAFAT KURIKULUM

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Pengembangan Kurikulum dan Model Pembelajaran PAI

Dosen Pengampu: Dr. Muhammad Hori, M.Ag.

Oleh:
Muhammad Nuril Anwar
NIM: 2244990088

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


PASCASARJANA
UNIVERSITAS AL-FALAH AS-SUNNIYAH
KENCONG-JEMBER
JUNI 2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan


rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan
makalah ini dengan lancar dan tepat waktu. Shalawat dan salam senantiasa kita
ucapkan kepada baginda Rasulullah SAW, keluarga, sahabat dan kaum muslimin.
Semoga kita senantiasa tetap istiqomah dalam menjalankan ajaran-ajarannya.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak terdapat kekurangan
baik dari segi bahasa, pembahasan dan pemikiran. Penulis sangat bersyukur jika
makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi penulis sendiri pada khususnya
dan pembaca pada umumnya. Sepenuhnya bahwa makalah ini selesai berkat
bantuan, petunjuk, dan dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan
ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada Bapak Dr. Muhammad
Horii, M.Ag selaku Dosen pengampu matakuliah ini.
Penulis sampaikan terimakasih telah membantu dalam menyelesaikan
makalah ini tepat pada waktu yang telah ditentukan. Semoga amal baik semua
pihak mendapat balasan dari Allah SWT. Dan penulis memohon saran dan kritik
yang bersifat membangun dan semoga bermanfaat untuk kita semua.

Jember, 11 Juni 2023

Muhammad Nuril Anwar

i
ABSTRAK

Muhammad Nuril Anwar, 2023, Filsafat Kurikulum.


Kata kunci: Filsafat, Kurikulum.

Kurikulum sebagai rancangan sekaligus kendaraan pendidikan mempunyai


peran yang sangat signifikan dan berkedudukan sentral dalam seluruh kgiatan
pendidikan, menentukan proses pelaksanaan dan hasil pendidikan.
Adapun fokus kajian dalam penelitian ini ialah: Apa pengertian filsafat
kurikulum ? Bagaimana landasan filsafat kurikulum ? Apa saja aliran-aliran
filsafat kurikulum ?
Penelitian ini bertujuan untuk (1) Untuk mengetahui pengertian filsafat
kurikulum (2) Untuk mengetahui landasan filsafat kurikulum (3) Untuk
mengetahui apa saja aliran-aliran filsafat kurikulum.
Hasil dari penelitian ini adalah: yang dimaksud filsafat berarti “cinta akan
kebijakan” (love of wisdom), untuk mengerti dan berbuat secara bijak, ia harus
memiliki pengetahuan, dan pengetahuan yang diperoleh melalui proses berpikir,
yaitu berpikir secara mendalam, logis dan sistematis. Dalam pengertian umum
filsafat adalah cara berpikir secara radikal, menyeluruh dan mendalam atau cara
berpikir yang mengupas sesuatu sedalam-dalamnya.
Landasan filsafat kurikulum ada empat yaitu:
• Landasan filosofis
• Landasan sosiologi
• Landasan psikologi
• Landasan IPTEK
Aliran-aliran filsafat kurikulum ialah sebagai berikut:
➢ Idealisme
➢ Perenialisme
➢ Realisme
➢ Pragmatisme
➢ Eksistensialisme

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................i
ABSTRAK..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................2
C. Tujuan Penulisan...................................................................................2
BAB II : PEMBAHASAN
A. Filsafat Kurikulum................................................................................3
B. Landasan Filsafat Kurikulum................................................................6
C. Aliran-aliran Filsafat Kurikulum.........................................................11
BAB III : PENUTUP
A. Kesimpulan.........................................................................................15
B. Saran....................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................16

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kurikulum sebagai rancangan sekaligus kendaraan pendidikan
mempunyai peran yang sangat signifikan dan berkedudukan sentral dalam
seluruh kgiatan pendidikan, menentukan proses pelaksanaan dan hasil
pendidikan. Mengingat pentingnya kurikulum dalam dunia pendidikan dan
dalam perkembangan kehidupan manusia, penyusunan kurikulum tidak dapat
dikerjakan secara sembarangan saja.
Dasar filsafat kurikulum sangat penting karena menentukan apa yang
akan dicapai sekolah, tujuan sekolah, struktur kurikulum, apa yang dianggap
benar dicapai oleh siswa. Segala bentuk kurikulum dengan kandungan yang
ada ditentukan oleh filsafat kurikulum.
Penyusunan kurikulum membutuhkan landasan-landasan yang kuat,
yang didasarkan oleh hasil-hasil pemikiran dan penelitian yang mendalam dan
sesuai dengan tantangan zaman. Karena kurikulum ibarat sebuah rumah yang
harus mempunyai pondasi agar dapat berdiri tegak, tidak rubuh dan dapat
memberikan kenyamanan bagi yang tinggal di dalamnya, pondasi tersebut ialah
landasan-landasan untuk kuriulum sebagai rumahnya, agar bisa memberikan
kenyamanan dan kemudahan bagi peserta didik untuk menuntut ilmu dan
menjadikannya produk yang berguna bagi dirinya sendiri, agama, masyarakat
dan negaranya. Bila landasan rumahnya lemah, maka yang ambruk adalah
rumahnya sedangkan jika landasan kurikulum yang lemah dalam pendidikan
maka yang ambruk adalah manusianya.
Robert S. Zais (1976) mengemukakan empat landasan pokok
pengembangan kurikulum, yaitu: Philosophi and the nature of knowledge,
society and culture, the individual, and learning theory. Dengan berpedoman
pada empat landasan tersebut, maka perancangan dan pengembangan suatu
bangunan kurikulum yaitu pengembangan tujuan (aims, goals, objective),
pengembangan isi/ materi (content), pengembangan proses pembelajaran
(learning activities), dan pengembangan komponen evaluasi (evaluation), harus

1
didasarkan pada landasan filosofis, psikologis, sosiologis, serta ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK).
Oleh karena itu, penyusunan dan pengembangan kurikulum tidak bisa
dilakukan secara sembarangan, dibutuhkan berbagai landasan yang kuat agar
mampu dijadikan dasar pijakan dalam melakukan proses penyelenggaraan
pendidikan, sehingga dapat memfasilitasi tercapainya sasaran pendidikan dan
pembelajaran secara lebih efektif dan efisien.

B. Rumusan Masalah
Untuk mengetahui bagaimana filsafat kurikulum, maka penulis
merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian filsafat kurikulum ?
2. Bagaimana landasan filsafat kurikulum ?
3. Apa saja aliran-aliran filsafat kurikulum ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian filsafat kurikulum
2. Untuk mengetahui landasan filsafat kurikulum
3. Untuk mengetahui apa saja aliran-aliran filsafat kurikulum

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Filsafat Kurikulum
Secara harfiah filsafat berarti “cinta akan kebijakan” (love of wisdom),
untuk mengerti dan berbuat secara bijak, ia harus memiliki pengetahuan, dan
pengetahuan yang diperoleh melalui proses berpikir, yaitu berpikir secara
mendalam, logis dan sistematis. Dalam pengertian umum filsafat adalah cara
berpikir secara radikal, menyeluruh dan mendalam atau cara berpikir yang
mengupas sesuatu sedalam-dalamnya.1 Filsafat dapat diartikan sebagai asas,
atau pendirian yang nilai kebenaranya telah diyakini dan diterima oleh
(seseorang atau suatu kelompok), sebagai dasar atau pedoman untuk menjawab
atau memecahkan masalah-masalah fundamental dalam kehidupannya
sedemikian rupa sehingga filsafat sering disamakan dengan pandangan hidup
atau ideologi.
Menurut Karl Jaspers, dalam buku Metodologi Penelitian Filsafat oleh
Sudarto filsafat adalah ilmu yang menyelidiki dan menentukan tujuan terakhir
serta makna terdalam dari realita manusia.Filsafat menurut Hasbullah Bakri,
dalam buku Metedologi Peneltian Filsafat oleh. Sudarto adalah ilmu yang
menyelidiki segala sesuatu yang mendalam mengenai ketuhanan alam semesta
dan manusia, sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana
hakikatnya sejauh yang dapat dicapai akal manusia, dan bagaimana sikap
manusia itu seharusnya setelah mencapai pengetahuan.Poedjawijatna
mendefinisikan filsafat sebagai sejenis pengetahuan yang berusaha mencari
sebab yang sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu berdasarkan pikiran belaka.
Hasbsullah Bakry mengatakan bahwa filsafat ialah sejenis pengetahuan yang
menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai ketuhanan, alam
semesta, dan manusia sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang

1
Ali Mudhofir, Kamus Istilah Filsafat dan Ilmu (Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press, 2001), 277.

3
bagaimana hakikatnya sejauh yang dapat dicapai akal manusia dan bagaimana
sikap manusia itu seharusnya setelah mencapai pengetahuan itu.2
Secara etimologi, kurikulum berasal dari bahasa Yunani, curir yang
artinya pelari dan curere yang berarti jarak yang harus ditempuh oleh pelari.
Istilah ini pada mulanya digunakan dalam dunia olahraga yang berarti a little
racecoursesuatu jarak yang harus ditempuh dalam pertandingan olah raga.3
Dalam Bahasa Arab, kata kurikulum dikenal dengan istilah manhaj
yang berarti jalan terang yang dilalui oleh pendidik bersama anak didiknya
untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap mereka.4
Menurut Ali Muhammad Al-Khawli, kurikulum adalah seperangkat
perencanaan dan media untuk mengantar lembaga pendidikan dalam
mewujudkan tujuan pendidikan yang diinginkan.5 Menurut Addamardasyri
Sarhan dan Munir Kamil, kurikulum juga bisa diartikan sebagai sejumlah
pengalaman pendidikan, kebudayaan, sosial, olahraga dan kecakapan yang
disediakan oleh sekolah bagi murid-muridnya dengan maksud untuk
menolongnya berkembang secara menyeluruh dalam segala segi dalam
mengubah tingkah laku mereka sesuai dengan tujuan pendidikan.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwasannya yang dimaksud
dengan filsafat kurikulum adalah filsafat yang menjadi landasan
pengembangan kurikulum, sebab dalam kurikulum terdapat orientasi,
pendekatan dan model pengembangan kurikulum didasarkan atas filsafat.
Karena hakikat kurikulum yang dirancang dengan sebuah kebijakan-kebijakan
yang telah didiskusikan dan diyakini kebenarannya itu nanti akan sesuai
dengan kebutuhan objeknya.
Filsafat membantu orang–orang yang berhubungan dengan kurikulum
yang didasarkan bagaimana sekolah dan kelas diorganisir. Misalnya, bisa
menjawab apa yang akan didirikan oleh sekolah; apa mata pelajaran yang

2
Sudarto, Metodologi Penelitian Filsafat (Jakarta:Raja Grafindo Persada, 1997), 7.
3
Rusmaini, Ilmu Pendidikan (Palembang: Pustaka Felicha, 2013), 110.
4
Ramayulis, Filsafat Pendidikan Islam “Analisis Filosofis Sistem Pendidikan Islam”
(Jakarta: Kalam Mulia, 2015), 308.
5
Muhammad Ali al-Kahwli, Qomus Tarbiyah, English-Arab, Beirut: DarMuhammad
In’am Esha, Menuju Pemikiran Filsafat Cet. 1; (Malang: UIN Maliki Press, 1992), 210.

4
bernilai diberikan kepada siswa; bagaimana siswa belajar dengan materi
pelajaran, apa tujuan, aktivitas yang disiapkan untuk siswa sampai semua
kegiatan-kegiatan yang lainnya.
Pentingnya filsafat itu menentukan keputusan-keputusan dalam sebuah
kurikulum, seperti menurut L. Thomas Hopkins, ketika pejabat dibidang
pendidikan menyarankan akan skedul yang berpihak pada guru dan siswa pasti
berbasis pada filsafat yang dianutnya, apakah yang tersembunyi atau yang
dianutnya terhadap masalah. Apapun keputusan yang diambil berbasis pada
filsafat yang dianutnya. Selanjutnya Hopkins menyatakan bahwa filsafat itu
penting untuk semua aspek kurikulum. Apakah filsafat itu dinyatakan secara
jelas atau tidak. Jhon Goodlad menyatakan bahwa filsafat adalah titik awal
dalam memutuskan suatu kurikulum dan menjadi basis untuk semua bagian
dari suatu kurikulum. Filsafat menjadi kriteria untuk menentukan tujuan, alat,
dan hasil dari kurikulum.
Smitts, Stanley dan Shores juga berpendapat bahwa peranan filsafat
dalam penyusunan kurikulum adalah:
• Memformulasi tujuan pendidikan
• Menyeleksi dan mengorganisasi pengetahuan
• Memformulasi aktivitas dan prosedur dasar
• Menjawab masalah ketimpangan antara apa yang dilihat dengan yang
sebenarnya
Filsafat dan Penyusunan Kurikulum
• Filsafat mempengaruhi pandangan kurikulum, seharusnya penyusunan
kurikulum itu mesti terbuka terhadap pandangan-pandangan lain, bukan
penyusunan yang bersifat ego karena ingin menganut pandangan diri
sendiri.
• Filsafat Sebagai Sumber dari Kurikulum
Fungsi filsafat ada dua yaitu:
• Titik awal dari pengembangan kurikulum
• Sebagai interdepedensi (menghubungkan antara satu dengan yang lainnya)

5
Jhon Dewey menyatakan bahwa bagian filsafat adalah untuk
menyediakan kerangka kerja atau acuan bagi tujuan dan metode dari sekolah
(menyediakan pengrtian umum tentang kehidupan dan cara berpikir).
Selanjutnya Jhon Dewey bahwa filsafat itu tidak hanya sebagai titik awal tapi
juga penting untuk aktivitas kurikulum dan sekolah adalah laboratorium
pendidikan, dimana perbedaan-perbedaan filsafat nampak jelas.

B. Landasan Filsafat Kurikulum


Landasan pengembangan kurikulum memiliki peranan yang sangat
signifikan, sehingga apabila kurikulum diibaratkan sebagai sebuah bangunan
gedung atau rumah yang tidak menggunakan landasan atau pondasi yang kuat,
maka ketika diterpa angin atau terjadi goncangan yang kencang, bangunan
tersebut akan mudah roboh. Demikian pula dengan halnya kurikulum, apabila
tidak memiliki dasar pijakan yang kuat, maka kurikulum terebut akan mudah
terombang-ambing dan yang menjadi taruhannya adalah manusia sebagai
peserta didik yang dihasilkan oleh pendidik itu sendiri. Ada beberapa landasan
utama dalam pengembangan suatu kurikulum diantaranya Robert S. zais
mengemukakan empat landasan pengembangan kurikulum, yaitu : Philosopy
and nature of knowledge, society and culture, the individual dan learning
theory. Sedangkan S. Nasution berpendapat dalam bukunya “Pengembangan
Kurikulum” yaitu asas filosofis yang pada hakikatnya menentukan tujuan
umum pendidikan, asas sosiologis yang memberikan dasar untuk menentukan
apa yang akan dipelajari sesuai dengan kebutuhan masyarakat, kebudayaan,
dan perkembangan ilmu pengetahuandan teknologi, asas organisatoris yang
memberikan dasar-dasar dalam bentuk bagaimana bahan pelajaran itu disusun,
bagaimana luas dan urutannya dan asas psikologis yang memberikan prinsip
prinsip tentang perkembangan anak dalam berbagai aspek serta caranya belajar
agar bahan yang disediakan dapat dicernakan dan dikuasai oleh anak sesuai
dengan taraf perkembangnnya. Serta Nana Syaodih Sukmadinata berpendapat
dalam bukunya “Pengembangan Kurikulum Teori Dan Praktik” bahwa
keempat landasan itu yaitu landasan filosofis, psikologis, sosial budaya serta

6
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Terlepas dari itu semua bahwa
pada intinya semua sama. Dapat disederhanakan bahwa ketiga pendapat diatas
semuanya berpendapat sama sehingga dapat saling melengkapi. Untuk itu
empat landasan tersebut dapat dijadikan landasan utama dalam pengembangn
kurikulum yaitu landasan filosofis, psikologis, sosiologis, budaya,
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dan landasan
organisatoris. Landasan-landasan Kurikulum:
1. Landasan Filosofis
Oliva menyarankan agar pengembangan kurikulum dilaksanakan
dengan pendekatan holistik. Mengacu pada pendapat tersebut, penyusun
kurikulum turut mempertimbangkan segi-segi filosofis dalam
pengembangan kurikulum. Kesadaran untuk berfilosofi sangat diperlukan
ketika merencanakan pernyataan tujuan pendidikan. Dasar-dasar filosofi
penyusunan kurikulum juga harus selalu direview dalam jangka waktu
sesuai dengan masa perubahan kurikulum pada umumnya, yakni 5 tahunan
atau 10 tahunan. Pedoman kurikulum yang baik salah satunya bahkan
dicirikan dengan adanya sketsa filosofi, jadi tidak hanya berbicara mengenai
tujuan umum, tujuan khusus, pengalaman belajar, sumber belajar, dan
bagaimana melakukan penilaian. Masih menurut situs yang sama, kejelasan
filosofis yang terkandung dalam sebuah kurikulum akan sangat membantu
pelaksanaannya di tingkat paling mikro, karena memandu keseluruhan
program dan kebijakan yang akan dilakukan nantinya. Dengan kata lain,
filosofi pada pengembangan kurikulum akan menggambarkan kerangka
kerja secara mendasar, sehingga akan sangat membantu guru ketika
penerapan kurikulum berlangsung. Terlebih, hal-hal baru biasanya tidak
akan terlepas dari kritik, termasuk diantaranya kurikulum. Adanya muatan
filosofis yang sesuai dengan sistem sekolah pada umumnya, akan sangat
memudahkan diterimanya kurikulum baru.6

6
Oliva, Peter F., Developing The Curriculum (New York: Harper Collins Publisher,
1992), 207.

7
Nilai-nilai ideologis yang berlaku di masyarakat. Pendidikan
berintikan interaksi antar manusia, terutama antara pendidik dan peserta
didik untuk mencapai tujuan pendidikan. Di dalam interaksi tersebut terlibat
isi yang diinteraksikan serta bagaimana interaksi tersebut berlangsung.
Apakah yang menjadi tujuan pendidikan, siapa pendidik dan peserta didik,
apa isi pendidikan dan bagaimana proses interaksi pendidikan tersebut,
merupakan pertanyaan-pertanyaan yang membutuhkan jawaban yag
mendasar, yang esensial yaitu jawaban-jawaban filosofis.
Orang belajar berfilsafat agar ia menjadi orang yang mengerti dan
berbuat secara bijak. Untuk dapat mengerti kebijakan dan berbuat secara
bijak, ia harus tahu atau berpengetahuan. Pengetahuan tersebut diperoleh
melalui proses berpikir, yaitu berfikir secara sistematis, logis, dan
mendalam. Pemikiran demikian dalam berfilsafat sering disebut sebagai
pemikiran radikal, atau berpikir sampai ke akar-akarnya (radic berarti akar).
Filsafat mencakup keseluruhan pengetahuan manusia, berusaha melihat
segala yang ada ini sebagai satu kesatuan yang menyeluruh dan mencoba
mengetahui kedudukan manusia di dalamnya. Sering dikatakan dan sudah
menjadi terkenal dalam dunia keilmuan bahwa filsafat merupakan ibu dari
segala ilmu, pada hakikatnya filsafat jugalah yang menentukan tujuan
umum pendidikan.
2. Landasan Sosiologi
Nilai-nilai sosial kemasyarakatan yang berlaku di masyarakat.
Landasan sosiologis kurikulum adalah asumsi-asumsi yang berasal dari
sosiologi yang dijadikan titik tolak dalam pengembangan kurikulum.
Mengapa kurikulum harus berlandaskan kepada landasan sosiologis? Anak-
anak berasal dari masyarakat, mendapat pendidikan baik informal, formal,
maupun nonformal dalam lingkungan masyarakat, dan diarahkan agar
mampu terjun dalam kehidupan bermasyarakat. Karena itu kehidupan
masyarakat dan budaya dengan segala karakteristiknya harus menjadi
landasan dan titik tolak dalam melaksanakan pendidikan. Oleh karena itu
tujuan, isi, maupun proses pendidikan harus disesuaikan dengan kondisi,

8
karakteristik kekayaan, dan perkembangan masyarakat tersebut. Sosiologi
dalam pembahasannya mencakup secara garis besar akan perkembagan
masyarakat dan budaya yang ada pada setiap ragam masyarakat yang da di
Indonesia ini. Karena beraneka ragamnya budaya masyarakat yang ada di
negeri ini, sehingga kurikulum dalam perumusannya juga harus
menyesuaikan pada budaya masyarakat yang akan menjadi objek
pendidikan dan penerima dari hasil pendidikan tersebut. Tidak bisa kita
menggunakan kurikulum pendidikan untuk orang – orang pedalaman untuk
diajarkan kepada orang-orang maju seperti di kota dan pendidikan luar
wilayah tersebut yang lebih maju.
3. Landasan Psikologi
Nilai-nilai asasi (fitrah) anak. Dalam proses pendidikan terjadi
interaksi antar-individu, yaitu antara peserta didik dengan pendidik dan juga
antara peserta didik dengan orang-orang yang lainnya. Manusia berbeda
dengan makhluk lainnya seperti binatang, benda dan tumbuhan karena salah
satunya yaitu kondisi psikologis yang dimilikinya. Benda dan tanaman tidak
mempunyai aspek psikologis. Sedangkan binatang tidak memiliki taraf
psikologis yang lebih tinggi dibanding manusia yang juga memiliki akal
sebagai titik pembeda di antara keduanya.
Kondisi psikologis merupakan “karakteristik psiko-fisik seseorang
sebagai individu, yang dinyatakan dalam berbagai bentuk prilaku dalam
interaksi dengan lingkungan”. Perilaku-perilakunya merupakan manifestasi
dari ciri-ciri kehidupannya, baik yang tampak maupun yang tidak tampak,
prilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik. Pengembangan kurikulum harus
dilandasi oleh asumsi-asumsi yang berasal dari psikologi yang meliputi
kajian tentang apa dan bagaimana perkembangan peserta didik, serta
bagaimana peserta didik belajar. Atas dasar itu terdapat dua cabang
psikologi yang sangat penting diperhatikan dan besar kaitannya dalam
pengembangan kurikulum, yaitu psikologi perkembangan dan psikologi
belajar.

9
4. Landasan IPTEK
Landasan pengembangan kurikulum layaknya fondasi bangunan.
Gedung menjulang tinggi akan roboh jika berdiri di atas fondasi yang rapuh,
oleh karena itu sebelum membangun sebuah gedung maka
perlu membangun fondasi yang kokoh terlebih dahulu. Perkembangan
IPTEK juga sebagai pemacu kemajuan pembangunan. Perkembangan
IPTEK secara langsung berimplikasi terhadap pengembangan kurikulum
yang di dalamnya mencakup pembaruan isi atau materi pendidikan,
penggunaan strategi dan media pembelajaran, serta penggunaan sistem
evaluasi. 7
Materi pelajaran sepatutnya hasil perkembangan IPTEK
kontemporer, baik berhubungan dengan hasil perolehan informasi, ataupun
cara memperoleh informasi tersebut dan memanfaatkannya untuk
masyarakat. Tentu dalam proses pengembangan kurikulum harus tetap
mengacu kepada prinsip-prinsip yang telah ditetapkan. Dukungan IPTEK
kepada pembangunan dapat mewujudkan masyarakat maju, mandiri dan
sejahtera. Perkembangan IPTEK semakin cepat dan persaingan antar-bangsa
makin meluas. Oleh karena itu dibutuhkan pemanfaatan, pengembangan dan
penguasaan IPTEK yang mana akan memberi implikasi terhadap
pengembangan SDM. Tercapainya kemampuan SDM agar dapat
memanfaatkan, mengembangkan dan menguasai IPTEK, maka ada beberapa
hal yang dijadikan sebagai dasar, yaitu:
a) Pembangunan IPTEK selayaknya berada dalam keseimbangan yang
efektif juga dinamis dengan pembinaan SDM, pelaksanaan penelitian,
pengembangan sarana prasarana IPTEK
b) Penyusunan IPTEK terarah pada peningkatan kehidupan bangsa dan
kualitas kesejahteraan
c) Pembangunan IPTEK sepadan dengan nilai-nilai agama, kondisi sosial
budaya, nilai luhur, dan lingkungan hidup

7
M. Putri, “Manajemen Kurikulum Program Basic Technology Education (Pendidikan
Teknologi Dasar) di SMP AL Kautsar Bandar Lampung”. Tesis. Universitas Lampung (Bandar
Lampung, 2016), 157.

10
d) Penyusunan IPTEK harus berdasar pada upaya peningkatan efektivitas
penelitian, efisiensi, produktivitas dan pengembangan yang lebih tinggi
e) Pembangunan IPTEK harus dapat memberikan solusi penyelesaian
masalah konkret8

C. Aliran-aliran Filsafat Kurikulum


1. Idealisme
Menurut filsafat idealisme bahwa kenyataan atau realitas pada
hakikatnya adalah bersifat spiritual daripada bersifat fisik, bersifat mentall
daripada bersifat material. Dengan demikian menurut filsafat idealisme
bahwa manusia adalah makhluk spiritual, makhluk yang cerdas dan
bertujuan. Pikiran manusia diberikan kemampuan rasional sehingga dapat
menentukan pilihan mana yang harus diikutinya.
Berdasarkan pemikiran filsafat idealisme bahwa tujuan pendidikan
harus dikembangkan pada upaya pembentukan karakter, pembentukan
bakat insani dan kebajikan sosial sesuai dengan hakikat kemanusiaannya.
Dengan demikian tujuan pendidikan dari mulai tingkat pusat (ideal)
sampai pada rumusan tujuan yag lebih operasional (pembelajaran) harus
merefleksikan pembentukan karakter, pengembangan bakat dan kebajikan
sosial sesuai dengan fitrah kemanusiaannya.
Isi kurikulum atau sumber pengetahuan dirancang untuk
mengembangkan kemampuan berpikir manusia, menyiapkan keterampilan
bekerja yang dilakukan melalui program dan proses pendidikan secara
praktis. Implikasi bagi para pendidik, yaitu bertanggung jawab untuk
menciptakan lingkungan yang kondusif bagi terselenggaranya pendidikan.
Pendidik harus memiliki keunggulan kompetitif baik dalam segi
intelektual maupun moral, sehingga dapat dijadikan panutan bagi peserta
didik.

8
O. Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), 87.

11
2. Perenialisme
Perenealisme meiliki pandangan bahwa pendidikan adalah
pendisiplinan pikiran, pengembangan nalar, serta memberikan
/menyampaikan kebenaran. Bagi perenealis kebenaran itu tidak berubah
dan tidak akan berakhir selamanya. Perenealis menyarankan penekanan
kurikulum berdasarkan akademik yang menekankan pada logika, tata
bahasa, retorika dan bahasa modern.9
3. Realisme
Filsafat realisme boleh dikatakan kebalikan dari filsafat idealisme,
dimana menurut filsafat realisme memandang bahwa dunia atau realitas
adalah bersifat materi. Dunia terbentuk dari kesatuan yang yanta, substansi
dan material, sementara menurut filsafat idealisme memandang bahwa
realitas atau dunia bersifat mental, spiritual. Menurut realisme bahwa
manusia pada hakikatnya terletak pada apa yang dikerjakan.
Mengingat segala sesuatu bersifat materi maka tujuan pendidikan
hendaknya dirumuskan terutama diarahkan untuk melakukan penyesuaian
dairi dalam hidup dan melaksanakan tanggung jawab sosial. Oleh karena
itu jika kurikulum didasarkan pada filsafat realisme harus dikembangkan
secara komprehensif meliputi penetahuan yang bersifat sains, sosial,
maupun muatan nilai-nila. Isi kurikulum lebih efektif diorganisasikan
dalam bentuk mata pelajaran karena memiliki kecenderuangan berorientasi
pada mata pelajaran (subject contered).
Implikasi bagi para pendidik terutama bahwa peran pendidik
diposisikan sebagai pengelola pendididkan atau pembelajaran. Untuk itu
pendidik harus dapat menguasai tugas-tugas yang terkait dengan
pendidikan khususnya dengan pembelajaran, seperti penguasaan terhadap
metode, media, dan strategi serta teknik pembelajaran. Secara metodologis
unsur pembiasaan memiliki arti yang sangat penting dan diutamakan

9
Oliva, Peter F., Developing The Curriculum (New York: Harper Collins Publisher,
1992), 195.

12
dalam mengimplementasikan program pendidikan atau pembelajaran
filsafat realisme.
4. Pragmatisme
Filsafat pragmatisme memandang bahwa kenyataan tidaklah
munkin dan tidak perlu. Kenyataan yang sebenarnya adalah kenyataan
fisik, pplural, dan berubah (becoming). Manusia menurut fragmatisme
adalah hasil evolusi biologis, psikologis, dan sosial. Manusia lahir tanpa
dibekali oleh kemampuan bahsa, keyakinan, gagasan atau norma-norma.
nilai baik dan buruk ditentukan secara ekseperimental dalam
pengalaman hidup, jika hasilnya berguna maka tingkah laku tersebut
dipandang baik. Oleh karena itu tujuan pendidikan tidak ada batas
akhirnya, sebab pendidikan adalah pertumbuhan sepanjang hayat, proses
rekonstruksi yang berlangsung secara terus menerus. Tujuan pendidikan
lebih diarahkan pada upaya memperoleh pengalaman yang berguna untuk
memecahkan masalah baru dalam kehidupan individu maupun sosial.
Implikasi terhadap pengembangan isi atau bahan dalam kurikulum
ialah harus memuat pengalaman-pengalaman yang telah teruji, yang sesuai
dengan minat kebutuhan siswa. Warisan-warisan sosial dan masa lalu tidak
menjadi masalah, karena fokus pendidikan menurut faham pragmatisme
adalah menyongsong kehidupan yang lebih baik pada saat ini maupun di
masa yang akan datang. Oleh karena itu proses pendidikan dan
pembelajaran secara metodologis harus diarahkan pada upaya pemecahan
masalah, penyelidikan dan penemuan. Peran pendidik adalah memimpin
dan membimbing peserta didik untuk belajar tanpa harus terlampau jauh
mendikte para siswa.

5. Eksistensialisme
Pragmatisme itu memang berasal dari Amerika tulen, sedangkan
eksistensial berasal dari Eropa. Menurut kaum eksistensialisme dalam
manusia berhadapan dengan berbagai pilihan dalam situasi yang
dihadapinya. Setiap manusia menciptakan definisinya sendiri termasuk

13
dalam melakukannya sesuai dengan pilihannya. Eksistensialisme lebih
menyukai belajar secara bebas untuk memilih apa yang ingin dipelajarinya
dan apa yang dianggapnya benar. Karena sasaran eksistensialisme sama
dengan pragmatisme yaitu meningkatkan kehidupan umat manusia, maka
pilihan yang diperolehnya sangat banyak tergantung potensi yang dimiliki.
Karena itu, pembelajaran lebih banyak diskusi atau dialog tentang apa
yang dianggapnya baik.10

10
Oliva, Peter F., Developing The Curriculum 195.

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Secara harfiah filsafat berarti “cinta akan kebijakan” (love of wisdom),
untuk mengerti dan berbuat secara bijak, ia harus memiliki pengetahuan, dan
pengetahuan yang diperoleh melalui proses berpikir, yaitu berpikir secara
mendalam, logis dan sistematis. Dalam pengertian umum filsafat adalah cara
berpikir secara radikal, menyeluruh dan mendalam atau cara berpikir yang
mengupas sesuatu sedalam-dalamnya.
Landasan filsafat kurikulum ada empat yaitu:
• Landasan filosofis
• Landasan sosiologi
• Landasan psikologi
• Landasan IPTEK
Aliran-aliran filsafat kurikulum ialah sebagai berikut:
➢ Idealisme
➢ Perenialisme
➢ Realisme
➢ Pragmatisme
➢ Eksistensialisme

B. Saran-Saran
Makalah ini kami akui masih banyak banyak kekurangan karena
pengalaman yang kami miliki sangat kurang. Oleh karena itu harapkan kepada
para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun
untuk kesempurnaan makalah ini.

15
DAFTAR PUSTAKA

al-Kahwli, Muhammad Ali. Qomus Tarbiyah, English-Arab, Beirut:


DarMuhammad In’am Esha, Menuju Pemikiran Filsafat Cet. 1. Malang:
UIN Maliki Press, 1992.
Hamalik, O. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara, 2013.
Mudhofir, Ali. Kamus Istilah Filsafat dan Ilmu. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press, 2001.
Peter F., Oliva. Developing The Curriculum (New York: Harper Collins
Publisher, 1992.
Putri, M. “Manajemen Kurikulum Program Basic Technology Education
(Pendidikan Teknologi Dasar) di SMP AL Kautsar Bandar Lampung”.
Tesis. Universitas Lampung. Bandar Lampung, 2016.
Ramayulis. Filsafat Pendidikan Islam “Analisis Filosofis Sistem Pendidikan
Islam”. Jakarta: Kalam Mulia, 2015.
Rusmaini. Ilmu Pendidikan. Palembang: Pustaka Felicha, 2013.
Sudarto. Metodologi Penelitian Filsafat. Jakarta:Raja Grafindo Persada, 1997.

16

Anda mungkin juga menyukai