Disusun Oleh :
1
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa Allah SWT. atas segala limpahan
rahmat, inayah, tauhid, dan ilhamnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat
dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca. Makalah
ini disusun dalam rangka menyelesaikan tugas dari dosen kami Bapak Dr. Fauzan, M.A
selaku dosen pengampu mata kuliah Kurikulum Pendidikan.
Harapan kami semoga naskah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini
sehingga kedepannya dapat menjadi lebih baik lagi.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami
miliki sangat kurang. Oleh karena itu, kami harapkan kepada pembaca untuk memberikan
masukan masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................2
BAB 1..........................................................................................................................................4
A. Latar Belakang...............................................................................................................4
B. Rumusan Masalah..........................................................................................................4
C. Tujuan.............................................................................................................................5
BAB II.........................................................................................................................................6
A. Landasan Kurikulum.....................................................................................................6
C. Prinsip Kurikulum.........................................................................................................9
BAB III......................................................................................................................................17
A. Kesimpulan.................................................................................................................017
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................18
3
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kurikulum sebagai rancangan Pendidikan mempunyai kedudukan yang strategis
dalam seluruh aspek kegiatan Pendidikan. Mengingat pentingnya peranan kurikulum
di dalam Pendidikan dan dalam perkembangan kehidupan manusia, maka dalam
penyusunan kurikulum tidak bisa dilakukan tanpa menggunakan landasan yang kuat.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Landasan Kurikulum?
2. Apa Implikasi Landasan terhadap Kurikulum?
3. Apa pengertian dari Prinsip dalam Kurikulum dan juga Axioma Kurikulum?
4. Apa saja macam-macam Prinsip dan Axioma kurikulum serta Implikasinya?
4
C. Tujuan
Sejalan dengan rumusan masalah diatas, makalah ini disusun untuk tujuan
mengetahui:
1. Mengetahui pengertian dari Landasan Kurikulum.
2. Mengetahui Implikasi Landasan terhadap Kurikulum.
3. Mengetahui pengertian dari Prinsip dalam Kurikulum dan juga Axioma
Kurikulum.
4. Mengetahui apa saja macam-macam Prinsip dan Axioma kurikulum serta
Implikasinya.
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Landasan Kurikulum
Landasan pengembangan kurikulum memiliki peranan yang sangat signifikan,
sehingga apabila kurikulum diibaratkan sebagai sebuah bangunan gedung atau
rumah yang tidak menggunakan landasan atau pondasi yang kuat, maka ketika
diterpa angin atau terjadi goncangan yang kencang, bangunan tersebut akan mudah
roboh. Demikian pula dengan halnya kurikulum, apabila tidak memiliki dasar pijakan
yang kuat, maka kurikulum terebut akan mudah terombang-ambing dan yang
menjadi taruhannya adalah manusia sebagai peserta didik yang dihasilkan oleh
pendidik itu sendiri.
1. Filosofis
Nilai-nilai ideologis yang berlaku di masyarakat. Pendidikan berintikan
interaksi antar manusia, terutama antara pendidik dan peserta didik untuk
mencapai tujuan pendidikan. Di dalam interaksi tersebut terlibat isi yang
diinteraksikan serta bagaimana interaksi tersebut berlangsung. Apakah
yang menjadi tujuan pendidikan, siapa pendidik dan peserta didik, apa isi
pendidikan dan bagaimana proses interaksi pendidikan tersebut,
merupakan pertanyaanpertanyaan yang membutuhkan jawaban yag
mendasar, yang esensial yaitu jawaban-jawaban filosofis.
Secara harfiah filosofis (filsafat) berarti “cinta akan kebijaksanaan”
(love of wisdom). Orang belajar berfilsafat agar ia menjadi orang yang
mengerti dan berbuat secara bijak. Untuk dapat mengerti kebijakan dan
berbuat secara bijak, ia harus tahu atau berpengetahuan. Pengetahuan
tersebut diperoleh melalui proses berpikir, yaitu berfikir secara sistematis,
logis, dan mendalam. Pemikiran demikian dalam berfilsafat sering disebut
sebagai pemikiran radikal, atau berpikir sampai ke akar-akarnya (radic
berarti akar). Filsafat mencakup keseluruhan pengetahuan manusia,
berusaha melihat segala yang ada ini sebagai satu kesatuan yang
6
menyeluruh dan mencoba mengetahui kedudukan manusia di dalamnya.
Sering dikatakan dan sudah menjadi terkenal dalam dunia keilmuan bahwa
filsafat merupakan ibu dari segala ilmu, pada hakikatnya filsafat jugalah
yang menentukan tujuan umum pendidikan.
2. Sosiologi
Nilai-nilai sosial kemasyarakatan yang berlaku di masyarakat.
Landasan sosiologis kurikulum adalah asumsi-asumsi yang berasal dari
sosiologi yang dijadikan titik tolak dalam pengembangan kurikulum.
Mengapa kurikulum harus berlandaskan kepada landasan sosiologis? Anak-
anak berasal dari masyarakat, mendapat pendidikan baik informal, formal,
maupun nonformal dalam lingkungan masyarakat, dan diarahkan agar
mampu terjun dalam kehidupan bermasyarakat. Karena itu kehidupan
masyarakat dan budaya dengan segala karakteristiknya harus menjadi
landasan dan titik tolak dalam melaksanakan pendidikan. Oleh karena itu
tujuan, isi, maupun proses pendidikan harus disesuaikan dengan kondisi,
karakteristik kekayaan, dan perkembangan masyarakat tersebut.
Sosiologi dalam pembahasannya mencakup secara garis besar akan
perkembagan masyarakat dan budaya yang ada pada setiap ragam
masyarakat yang da di Indonesia ini. Karena beraneka ragamnya budaya
masyarakat yang ada di negeri ini, sehingga kurikulum dalam
perumusannya juga harus menyesuaikan pada budaya masyarakat yanga
akan menjadi objek pendidikan dan penerima dari hasil pendidikan
tersebut. Tidak bisa kita menggunakan kurikulum pendidikan untuk orang –
orang pedalaman untuk diajarkan kepada orang-orang maju seperti di kota
dan pendidikan luar wilayah tersebut yang lebih maju.
3. Psikologis
Nilai-nilai asasi (fitrah) anak. Dalam proses pendidikan terjadi interaksi
antar-individu, yaitu antara peserta didik dengan pendidik dan juga antara
peserta didik dengan orang-orang yang lainnya. Manusia berbeda dengan
makhluk lainnya seperti binatang, benda dan tumbuhan karena salah
7
satunya yaitu kondisi psikologis yang dimilikinya. Benda dan tanaman tidak
mempunyai aspek psikologis. Sedangkan binatang tidak memiliki taraf
psikologis yang lebih tinggi dibanding manusia yang juga memiliki akal
sebagai titik pembeda di antara keduanya.
Kondisi psikologis merupakan “karakteristik psiko-fisik seseorang
sebagai individu, yang dinyatakan dalam berbagai bentuk prilaku dalam
interaksi dengan lingkungan”. Perilaku-perilakunya merupakan manifestasi
dari ciri-ciri kehidupannya, baik yang tampak maupun yang tidak tampak,
prilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Pengembangan kurikulum harus dilandasi oleh asumsi-asumsi yang
berasal dari psikologi yang meliputi kajian tentang apa dan bagaimana
perkembangan peserta didik, serta bagaimana peserta didik belajar. Atas
dasar itu terdapat dua cabang psikologi yang sangat penting diperhatikan
dan besar kaitannya dalam pengembangan kurikulum, yaitu psikologi
perkembangan dan psikologi belajar.
8
2. Implikasi Landasan Sosiologi
Perubahan sosial yang terjadi di masyarakat tentu saja mempengaruhi
pendidikan, baik sebagai ilmu maupun aktivitas. Itulah sebabnya John Dewey
(1859-1952) menganggap bahwa begitu esensialnya hubungan lembaga
pendidikan dengan masyarakat. Dewey beranggapan bahwa pendidikan tumbuh
di masyarakat dan masyarakat tumbuh karena adanya pendidikan. Antara
keduanya terdapat hubungan yang bersifat mutual benefit, artinya saling
menguntungkan bahkan merupakan suatu ikatan yang secara aksiomatik sulit
dan mustahil untuk dipisahkan.
a) Konsep-konsep sosiologi tentang manusia menjadi dasar penyelenggaraan
pendidikan.
b) Masyarakat sebagai ekologi pendidikan atau sebagai lingkungan tempat
berlangsungnya pendidikan.
c) Pendidikan merupakan sosialisasi atau proses menjadi anggota
masyarakat yang diharapkan.
d) Implikasi sosiologi dalam pengembangan Teori pendidikan.
e) Mendorong lahir dan berkembangnya sosiologi pendidikan.
f) Mendorong lahir dan berkembangnya ilmu pendidikan kependudukan.
g) Mendorong lahir dan berkembangnya aliran sosiologisme pendidikan.
9
kecerdasan, kemampuan, sikap, motivasi, perasaaan serta
karakterisktikkarakteristik individulainnya.
Kurikulum pendidikan seyogyanya mampu menyediakan kesempatan kepada
setiap individu untuk dapat berkembang sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
Kajian psikologi pendidikan telah melahirkan berbagai teori yang mendasari
sistem pembelajaran.
4. Prinsip Kurikulum
Kurikulum merupakan rancangan pendidikan yang merangkum semua
pengalaman belajar yang disediakan bagi siswa di sekolah. Dalam asas-asas
kurikulum terintegrasi filsafat, nilai-nilai, pengetahuan, dan perbuatan
pendidikan.Kurikulum disusun oleh para ahli pendidikan atau ahli kurikulum, ahli
bidang ilmu, pendidik, pejabat pendidik, pengusaha serta unsur-unsur
masyarakat lainnya. Rancangan ini disusun dengan maksud memberi pedoman
kepada para pelaksana pendidikan, dalam proses pembimbingan perkembangan
siswa sendiri, keluarga,maupun masyarakat. 1
Secara gramatikal prinsip berarti asas, dasar, keyakinan, dan pendirian. Dari
pengertian ini tersirat makna bahwa kata prinsip menunjuk pada suatu hal
yangsangat penting, mendasar, harus diperhatikan, memiliki sifat mengatur
danmengarahkan, serta sesuatu yang biasanya selalu ada atau terjadi pada
situasi dankondisi yang serupa. Pengertian dan makna prinsip ini menunjukkan
bahwa prinsipitu memiliki fungsi yang sangat penting dalam kaitannya dengan
keberadaansesuatu. Melalui pemahaman suatu prinsip orang bisa menjadikan
sesuatu itu lebih efektif dan efisien. Prinsip juga mencerminkan hakikat yang
dikandung olehsesuatu baik dalam dimensi proses maupun dimensi hasil, dan
bersifat memberikan rambu-rambu atau aturan main yang harus diikuti untuk
mencapai tujuan secara benar.2
1 Nana Syaodih , Pengembangan Kurikulum, PT Remaja Rosdaya, Bandung, 2010, h. 150. Dalam : (PDF) Prinsip-
prinsip Kurikulum | Imas Laila - Academia.edu. diakses : 16 Maret 2023 pukul : 08.55.
2 Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran,Kurikulum dan Pembelajaran, PT RajaGrafindo,
Jakarta, 2011, hal. 64. Dalam : (PDF) Prinsip-prinsip Kurikulum | Imas Laila - Academia.edu. diakses : 16 Maret
2023 pukul : 08.55.
10
Penyederhanaan peristilahan tentang berbagai tipe prinsip , Olivia memakai
istilah axioms untuk menggambarkan berbagai karakteristik prinsip tersebut.
Istilah aksioma ini juga masih mungkin diganti dengan istilah teorema
(theorems).
Axioms atau pengembangan kurikulum yang diajukan Olivia, yaitu :
1. Perubahan kurikulum adalah sesuatu yang tidak dapat dihindarkan dan
bahkan diperlukan.
2. Kurikulum merupakan produk dari masa yang bersangkutan.
3. Perubahan kurikulum masa lalu sering terdapat secara bersamaan bahkan
tumpang tindih dengan perubahan kurikulum yang terjadi masa kini.
4. Perubahan kurikulum akan terjadi dan berhasil sebagai akibat (dan jika ada)
perubahan pada orang-orang atau masyarakat.
5. Pengembangan kurikulum adalah kegiatan kerjasama kelompok.
6. Pengembangan kurikulum pada dasarnya adalah proses menentukan pilihan
dari sekian alternative yang ada.
7. Pengembangan kurikulum adalah kegiatan yang tidak akan pernah berakhir.
8. Pengembangan kurikulum akan berhasil jika dilakukan secara komprehensif,
bukan aktifitas bagian per bagian yang terpisah.
9. Pengembangan kurikulum akan lebih efektif jika dilakukan dengan proses
yang sistematis.
10. Pengembangan kurikulum dilakukan berangkat dari kurikulum yang ada. 3
1. Prinsip umum
Dimaknai sebagai prinsip yang harus diperhatikan untuk dimiliki oleh
kurikulum sebagai totalitas dari gabungan komponen-komponen yang
membangunnya. Adapun penjabaran prinsip-prinsip umum ialah sebagai
berikut:
3 Asep Shofyan, Dina Mariana, Fransisca Melia, Helda Oktapiani, Vina, “PRINSIP-PRINSIP DALAM
PENGEMBANGAN KURIKULUM”, hal.6-7.
11
a) Prinsip relevansi
Relevansi memiliki makna sesuai atau serasi. Jika
mengacu pada prinsip relevansi, setidaknya kurikulum harus
memperhatikan aspek internal dan eksternal. Secara internal,
kurikulum memiliki relevansi antara komponen kurikulum
(tujuan, bahan, strategi, organisasi, dan evaluasi). Sedangkan
secara eksternal komponen itu memiliki relevansi dengan
tuntutan sains dan teknologi (relevansi epistemologis),
tuntutan dan potensi siswa (relevansi psikologis), serta
tuntutan dan kebutuhan pengembangan masyarakat
(relevansi sosiologis).4
Oleh sebab itu, dalam membuat kurikulum harus
memperhatikan kebutuhan lingkungan masyarakat dan siswa
di sekitarnya, sehingga nantinya akan bermanfaat bagi siswa
untuk berkompetisi di dunia kerja yang akan datang. Dalam
realitanya prinsip di atas memang harus betul-betul
diperhatikan karena akan berpengaruh terhadap mutu
pendidikan. Dan yang tidak kalah penting harus sesuai dengan
perkembangan teknologi sehingga mereka selaras dalam
upaya membangun negara.
b) Prinsip fleksibilitas
Pengembangan kurikulum berupaya agar hasilnya
fleksibel, fleksibel, dan fleksibel dalam implementasinya,
memungkinkan penyesuaian berdasarkan situasi dan kondisi
tempat dan waktu yang selalu berkembang, serta kemampuan
dan latar belakang siswa, peran kurikulum disini sangat
penting terhadap perkembangan siswa untuk itu prinsip
4 Hendyat Soetopo and Wasty Soemanto, Pembinaan Dan Pengembangan Kurikulum: Sebagai Substansi
Problem Administrasi Pendidikan (Jakarta: Bina Aksara, 1986), 49. Dalam : Alief Rahman Prasetyo & Tasman
Hamami, “PRINSIP-PRINSIP DALAM PENGEMBANGAN KURIKULUM”,( Jurnal Studi Keislaman dan Ilmu
Pendidikan Volume 8, Nomor 1, Mei 2020). Diakses 16 Maret 2023 pukul 10.07.
12
fleksibel ini harus benar benar diperhatikan sebagai penunjang
untuk peningkatan mutu pendidikan.
Dalam prinsip fleksibilitas ini dimaksudkan bahwa,
kurikulum harus memiliki fleksibilitas. Kurikulum yang baik
adalah kurikulum yang berisi halhal yang solid, tetapi dalam
implementasinya dimungkinkan untuk menyesuaikan
penyesuaian berdasarkan kondisi regional. Waktu dan
kemampuan serta latar belakang anak. Kurikulum ini
mempersiapkan anakanak untuk saat ini dan masa depan.
Kurikulum tetap fleksibel di mana saja, bahkan untuk anak-
anak yang memiliki latar belakang dan kemampuan yang
berbeda, pengembangan kurikulum masih bisa dilakukan.
Kurikulum harus menyediakan ruang untuk
memberikan kebebasan bagi pendidik untuk mengembangkan
program pembelajaran. Pendidik dalam hal ini memiliki
kewenangan dalam mengembangkan kurikulum yang sesuai
dengan minat, kebutuhan siswa dan kebutuhan bidang
lingkungan mereka.5
c) Prinsip kontinuitas
Yakni adanya kesinambungan dalam kurikulum, baik
secara vertikal, maupun secara horizontal. Pengalaman belajar
yang disediakan kurikulum harus memperhatikan
kesinambungan, baik yang di dalam tingkat kelas, antarjenjang
pendidikan, maupun antara jenjang pendidikan dan jenis
pekerjaan.
Makna kontinuitas disini adalah berhubungan, yaitu
adanya nilai keterkaitan antara kurikulum dari berbagai tingkat
pendidikan. Sehingga tidak terjadi pengulangan atau
disharmonisasi bahan pembelajaran yang berakibat jenuh atau
5 Rosichin Mansur, “PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MULTIKULTURAL (Suatu
Prinsip-Prinsip Pengembangan),” Vicratina: Jurnal Pendidikan Islam 1, no. 2 (November 18, 2016),
http://riset.unisma.ac.id/index.php/fai/article/view/165. Dalam : Alief Rahman Prasetyo & Tasman Hamami,
“PRINSIP-PRINSIP DALAM PENGEMBANGAN KURIKULUM”,( Jurnal Studi Keislaman dan Ilmu Pendidikan
Volume 8, Nomor 1, Mei 2020). Diakses 16 Maret 2023 pukul 10.07.
13
membosankan baik yang mengajarkan (guru) maupun yang
belajar (peserta didik). Selain berhubungan dengan tingkat
pendidikan, kurikulum juga diharuskan berhubungan dengan
berbagai studi, agar antara satu studi dapat melengkapi studi
lainnya.6
Sedangkan fleksibilitas adalah kurikulum yang
dikembangkan tidak kaku dan memberikan kebebasan kepada
guru maupun peserta didik dalam memilih program atau
bahan pembelajaran, sehingga tidak ada unsur paksaan dalam
menempuh program pembelajaran. 7
d) Prinsip efisiensi
Peran kurikulum dalam ranah pendidikan adalah sangat
penting dan bahkan vital dalam proses pembelajaran, ia
mencakup segala hal dalam perencanaan pembelajaran agar
lebih optimal dan efektif. Dewasa ini, dunia revolusi industri
menawarkan berbagai macam perkembangan kurikulum yang
dilahirkan oleh para ahli dari dunia barat. Salah satu
pengembangan kurikulum yang dipakai oleh pemerintah
Indonesia untuk mecapai sebuah cita-cita bangsa yaitu
mengoptimalkan kecerdasan anak-anak generasi penerus
bangsa untuk memilki akhlak mulia dan berbudi pekerti yang
luhur.
Efisiensi adalah salah satu prinsip yang perlu
diperhatikan dalam mengembangkan kurikulum, sehingga apa
yang telah direncanakan sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapai. Jika sebuah program pembelajaran dapat diadakan
6 Soetopo and Soemanto, Pembinaan Dan Pengembangan Kurikulum: Sebagai Substansi Problem Administrasi
Pendidikan, 52–53. Dalam : Alief Rahman Prasetyo & Tasman Hamami, “PRINSIP-PRINSIP DALAM
PENGEMBANGAN KURIKULUM”,( Jurnal Studi Keislaman dan Ilmu Pendidikan Volume 8, Nomor 1, Mei 2020).
Diakses 16 Maret 2023 pukul 10.07.
7 Soetopo and Soemanto, 53–54. Dalam : Alief Rahman Prasetyo & Tasman Hamami, “PRINSIP-PRINSIP DALAM
PENGEMBANGAN KURIKULUM”,( Jurnal Studi Keislaman dan Ilmu Pendidikan Volume 8, Nomor 1, Mei 2020).
Diakses 16 Maret 2023 pukul 10.07.
14
satu bulan pada satu waktu dan memenuhi semua tujuan yang
ditetapkan, itu bukan halangan. Sehingga siswa dapat
mengimplementasikan program pembelajaran lain karena
upaya itu diperlukan agar dalam pengembangan kurikulum
dapat memanfaatkan sumber daya pendidikan yang ada
secara optimal, cermat, dan tepat sehingga hasilnya
memadai.8
e) Prinsip efektivitas
Mengembangkan kurikulum pendidikan perlu
mempertimbangkan prinsip efektivitas, yang dimaksud dengan
efektivitas di sini adalah sejauh mana rencana program
pembelajaran dicapai atau diimplementasikan. Dalam prinsip
ini ada dua aspek yang perlu diperhatikan, yaitu: efektivitas
mengajar guru dan efektivitas belajar siswa.9
Dalam aspek mengajar guru, jika masih kurang efektif
dalam mengajar bahan ajar atau program, maka itu menjadi
bahan dalam mengembangkan kurikulum di masa depan, yaitu
dengan mengadakan pelatihan, workshop dan lain-lain.
Sedangkan pada aspek efektivitas belajar siswa, perlu
dikembangkan kurikulum yang terkait dengan metodologi
pembelajaran sehingga apa yang sudah direncanakan dapat
tercapai dengan metode yang relevan dengan materi atau
materi pembelajaran.
Sedangkan prinsip khusus, sebagaimana dikemukakan
oleh Sukmadinata10 mencakup lima hal, yakni; prinsip
8 Soetopo and Soemanto, 50–51. Dalam : Alief Rahman Prasetyo & Tasman Hamami, “PRINSIP-PRINSIP DALAM
PENGEMBANGAN KURIKULUM”,( Jurnal Studi Keislaman dan Ilmu Pendidikan Volume 8, Nomor 1, Mei 2020).
Diakses 16 Maret 2023 pukul 10.07.
9 Ibid. Dalam : Alief Rahman Prasetyo & Tasman Hamami, “PRINSIP-PRINSIP DALAM PENGEMBANGAN
KURIKULUM”,( Jurnal Studi Keislaman dan Ilmu Pendidikan Volume 8, Nomor 1, Mei 2020). Diakses 16 Maret
2023 pukul 10.07.
10 Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori Dan Praktek, 86. Dalam : Alief Rahman Prasetyo & Tasman
Hamami, “PRINSIP-PRINSIP DALAM PENGEMBANGAN KURIKULUM”,( Jurnal Studi Keislaman dan Ilmu
Pendidikan Volume 8, Nomor 1, Mei 2020). Diakses 16 Maret 2023 pukul 10.07.
15
penentuan tujuan pendidikan, pemilihan isi pendidikan,
pemilihan proses belajar mengajar, pemilihan media dan alat
pengajaran, serta berkenaan dengan penilaian. Adapun
penjabarannya adalah sebagai berikut :
1) Prinsip penentuan tujuan pendidikan Tujuan pendidikan
mencakup tujuan yang bersifat umum dan khusus.
Dalam perumusan tujuan pendidikan, didasarkan pada
sumber-sumber, seperti; ketentuan dan kebijakan
pemerintah, survei mengenai persepsi masyarakat
tentang kebutuhan mereka, survei tentang pandangan
para ahli dalam bidang-bidang tertentu, survei tentang
kualitas sumber daya manusia, serta pengalaman
negara lain dalam menghadapi masalah yang sama.
2) Prinsip pemilihan isi pendidikan/kurikulum Dalam
menentukan isi kurikulum, beberapa pertimbangan
yang dapat dijadikan dasar acuan ialah; diperlukan
penjabaran tujuan pendidikan ke dalam perbuatan
hasil belajar yang khusus dan sederhana, isi bahan
pelajaran harus meliputi segi pengetahuan, sikap, dan
keterampilan, serta unit-unit kurikulum harus disusun
dalam urutan yang logis dan sistematis, maksudnya
ketiga ranah belajar tersebut diberikan secara simultan
dalam urutan situasi belajar.
3) Prinsip pemilihan proses belajar mengajar Dalam proses
belajar mengajar, hendaknya memperhatikan hal-hal
berikut ini; kecocokan metode/teknik belajar mengajar
untuk mengajarkan bahan pelajaran, variasi
metode/teknik dalam proses belajar mengajar
terhadap perbedaan individu siswa, serta keefektifan
metode/teknik dalam mengaktifkan siswa dan
mendorong berkembangnya kemampuan baru.
16
4) Prinsip pemilihan media dan alat pengajaran Dalam
proses pemilihan media dan alat pengajaran,
hendaknya memperhatikan hal-hal berikut ini; kegiatan
perencanaan dan inventaris terhadap alat/media apa
saja yang tersedia, serta pengorganisasian alat dalam
bahan pembelajaran, baik dalam bentuk modul atau
buku paket.
5) Prinsip berkenaan dengan penilaian Penilaian
merupakan proses akhir dalam kegiatan belajar
mengajar. Dalam proses penilaian belajar, setidaknya
mencakup tiga hal dasar yang harus diperhatikan,
yakni; pertama, merencanakan alat penilaian. Hal yang
harus diperhatikan dalam fase ini ialah penentuan
karakteristik kelas dan usia, bentuk tes/ujian, dan
banyaknya butir tes yang disusun. Kedua, menyusun
alat penilaian. Langkah-langkahnya adalah dengan
merumuskan tujuan pendidikan pada ranah kognitif,
afektif dan psikomotorik, mendeskripsikan dalam
bentuk tingkah laku siswa yang dapat diamati,
menghubungkan dengan bahan pelajaran, serta
menuliskan butir-butir tes. Ketiga, mengelola hasil
penilaian. Prinsip yang perlu diperhatikan ialah norma
penilaian yang digunakan dalam pengelolaan hasil tes
serta penggunaan skor standard.
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
18
DAFTAR PUSTAKA
Asep Shofyan, Dina Mariana, Fransisca Melia, Helda Oktapiani, Vina, “PRINSIP-PRINSIP
DALAM PENGEMBANGAN KURIKULUM”, hal.6-7.
Hendyat Soetopo and Wasty Soemanto, Pembinaan Dan Pengembangan Kurikulum: Sebagai
Substansi Problem Administrasi Pendidikan (Jakarta: Bina Aksara, 1986), 49. Dalam :
Alief Rahman Prasetyo & Tasman Hamami, “PRINSIP-PRINSIP DALAM
PENGEMBANGAN KURIKULUM”,(Jurnal Studi Keislaman dan Ilmu Pendidikan
Volume 8, Nomor 1, Mei 2020). Diakses 16 September 2023 pukul 10.07.
Ibid. Dalam : Alief Rahman Prasetyo & Tasman Hamami, “PRINSIP-PRINSIP DALAM
PENGEMBANGAN KURIKULUM”,( Jurnal Studi Keislaman dan Ilmu Pendidikan
Volume 8, Nomor 1, Mei 2020). Diakses 16 September 2023 pukul 10.07.
Soetopo and Soemanto, 50–51. Dalam : Alief Rahman Prasetyo & Tasman Hamami,
“PRINSIP-PRINSIP DALAM PENGEMBANGAN KURIKULUM”,( Jurnal Studi
Keislaman dan Ilmu Pendidikan Volume 8, Nomor 1, Mei 2020). Diakses 16 September
2023 pukul 10.07.
Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori Dan Praktek, 86. Dalam : Alief Rahman
Prasetyo & Tasman Hamami, “PRINSIP-PRINSIP DALAM PENGEMBANGAN
KURIKULUM”,( Jurnal Studi Keislaman dan Ilmu Pendidikan Volume 8, Nomor 1, Mei
2020). Diakses 16 September 2023 pukul 10.07.
19
Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran,Kurikulum dan Pembelajaran, PT
RajaGrafindo, Jakarta, 2011, hal. 64. Dalam : (PDF) Prinsip-prinsip Kurikulum | Imas
Laila - Academia.edu. diakses : 16 September 2023 pukul : 08.55.
20