Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

LANDASAN DAN ASAS-ASAS PENDIDIKAN


Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Pendidikan
Dosen Pengampu :
Ahmad Rifa’i M.Pd

Disusun oleh :
1. Ukrowiyah (21203024)
2. Maulida Tashbiroh (21203030)
3. Siti Maftuhah (21203055)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KEDIRI
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Swt. yang telah memberikan seluruh rahmat dan
petunjuk-Nya kepada kita semua sehingga kita dapat memanfaatkan nikmat dan
karunia dari Allah dengan baik. Salawat serta salam kepada Nabi Muhammad saw.
yang kita harapkan syafaatnya di hari akhir kelak.
Terima kasih kami sampaikan kepada Ustaz Ahmad Rifa’i M.Pd selaku dosen
pengampu mata kuliah Pengantar Pendidikan dan semua pihak yang telah
membantu kami dalam menyelesaikan penyusunan makalah kami yang berjudul
“Landasan dan Asas-Asas Pendidikan.”
Kami memohon maaf apabila terdapat kekurangan pada makalah kami. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan
makalah kami selanjutnya.

Kediri, 28 Februari 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 1
1.3 Tujuan ............................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 3
2.1 Landasan Pendidikan ..................................................................................... 3
2.2 Asas-Asas Pendidikan ................................................................................. 10
BAB III PENUTUP .............................................................................................. 14
3.1 Kesimpulan .................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 15

ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan merupakan sebuah pilar utama dalam pengembangan manusia
dan masyarakat suatu bangsa. Di Indonesia, pendidikan diharapkan mampu
membentuk manusia Pancasila sebagai manusia pembangunan yang tinggi
kualitasnya, mandiri, dan memberikan dukungan bagi perkembangan
masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia.
Adapun landasan dan asas-asas pendidikan akan memberikan pijakan dan
arah pembentukan masyarakan Indonesia yang mendukung perkembangan
masyarakat, bangsa, dan negara; serta memberikan corak khusus dalam
penyelenggaraan pendidikan tersebut. Beberapa landasan pendidikan tersebut,
antara lain, landasan filosofis, sosiologis, dan kultural yang memegang peranan
penting dalam menentukan tujuan pendidikan. Kemudian ada pula landasan
ilmiah dan teknologi yang akan mendorong pendidikan dalam menjemput masa
depan.
Landasan-landasan pendidikan tersebut dapat membentuk wawasan yang
tepat mengenai pendidikan sehingga dengan wawasan pendidikan yang tepat
dan menerapkan asas-asas pendidikan yang tepat pula akan memberi peluang
perencanaan dan penyelenggaraan program pendidikan yang tepat karena
wawasan tersebut akan memberikan perspektif yang lebih luas terhadap
pendidikan, baik secara konseptual maupun operasional.

1.2 Rumusan Masalah


Berikut adalah rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah.
1. Apa saja landasan-landasan pendidikan?
2. Bagaiman peranan landasan-landasan tersebut dalam dunia kependidikan?
3. Apa saja asas-asas pendidikan?
4. Bagaimanakah penerapan asas-asas tersebut?

1.3 Tujuan
Berikut adalah tujuan dari penulisan makalah.
1. Mengetahui landasan-landasan pendidikan.

1
2. Memahami peranan dan fungsi landasan-landasan tersebut.
3. Mengetahui asas-asas pendidikan.
4. Memahami cara menerapkan asas-asas Pendidikan.

2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Landasan Pendidikan
Pendidikan diselenggarakan dengan berlandaskan filsafat hidup dan
sosiokultural masyarakat. Ketiga landasan tersebut (filosofis, sosiologis, dan
kultural) akan membekali tenaga kependidikan dengan wawasan dan
pengetahuan yang luas tentang bidang tugasnya. Kemudian ada landasan
psikologis dan landasan iptek yang akan membekali tenaga kependidikan
pegangan dalam mewujudkan keseimbangan dan keselarasan yang dinamis
antara pengembangan jati diri peserta didik dan penguasaan iptek.
a. Landasan Filosofis
Landasan filosofis merupakan landasan yang berkaitan dengan
makna atau hakikat pendidikan, yang berusaha menelaah masalah-
masalah pokok. Landasan ini berupaya menjawab secara kritis dan
mendasar berbagai pertanyaan pokok sekitar pendidikan, seperti apa,
mengapa, ke mana, bagaimana, dan sebagainya dari pendidikan itu.
Berbagai hal tersebut, sangat perlu dijelaskan untuk menjadi landasan
berbagai keputusan dan tindakan yang dilakukan dalam pendidikan
sehingga menghasilkan keputusan dan tindakan yang tepat.
Peranan filsafat dalam pendidikan berkaitan dengan hasil kajian
antara lain:
1. Keberadaan dan kedudukan manusia sebagai makhluk di dunia
ini.
2. Masyarakat dan kebudayaannya.
3. Keterbatasan manusia sebagai makhluk hidup yang banyak
menghadapi tantangan.
4. Perlunya landasan pemikiran dalam pekerjaan pendidikan,
utamanya filsafat pendidikan.
Aliran pragmatisme merupakan aliran filsafat yang mengemukakan
bahwa segala sesuatu harus dinilai dari segi nilai kegunaan praktis;
dengan kata lain, paham ini menyatakan yang berfaedah itu harus benar,
atau ukuran kebeneran didasarkan pada kemanfaatan dari sesuatu itu

3
kepada manusia. John Dewey mengemukakan bahwa penerapan konsep
pragmatisme secara eksperimental melalui lima tahap:
a. Situasi tak tentu (indeterminate situation), yakni timbulnya
situasi ketegangan di dalam pengalaman yang perlu dijabarkan
secara spesifik.
b. Diagnosis, yakni mempertajam masalah termasuk perkiraan
faktor penyebabnya.
c. Hipotesis, yakni penemuan pembebasan yang diperkirakan
dalam mengatasi masalah.
d. Pengujian hepotesis, yakni pelaksanaan berbagai hipotesis dan
membandingkan hasilnya serta implikasinya masing-masing
jika praktikkan.
e. Evaluasi, yakni mempertimbangkan hasilnya setelah hipotesis
terbaik dilaksanakan.
Oleh karena itu bagi pragmatisme, pendidikan adalah suatu proses
eksperimental dan metode mengajar yang penting adalah metode
pemecahan masalah. Pengaruh aliran ini terwujud dalam gerakan
pendidikan progresivisme sebagai bagian dari suatu gerakan reformasi
sosiopolitik pada akhir abad XIX dan awal abad XX di Amerika Serikat
Terdapat empat mazhab filsafat pendidikan yang besar pengaruhnya
dalam pemikiran dan penyelenggaraan pendidikan.
1. Esensialisme, merupakan mazhab filsafat pendidikan yang
menerapkan prinsip idealism dan realisme secara eklektis.
2. Perenialisme, merupakan mazhab filsafat pendidikan yang
membela kurikulum tradisonal yang berpusat pada mata
pelajaran pokok dan lebih menekankan teori kehikamatan (truth,
beauty, and goodness).
3. Pragmatisme dan progresivisme, yaitu mazhab filsafat
pendidikan yang menekankan pada perkembangan teori
pendidikan.

4
4. Rekonstruksionisme, adalah suatu kelanjutan yang logis dari
cara berpikir progresif dalam pendidikan.
Adapun di negara Indonesia, landasan filosofis pendidikan nasional
adalah Pancasila karena Pancasila merupakan sumber sistem nilai
pendidikan. Hal tersebut sebagaimana tertuang dalam Pasal 2 UU-RI
No. 2 Tahun 1989 yang menetapkan bahwa Pendidikan Nasional
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, dan kemudian
ditegaskan dalam Penjelasan UU-RI No. 2 Tahun 1989 bahwa
pembangunan nasional termasuk di bidang pendidikan, adalah
pengamalan Pancasila, dan untuk pendidikan nasional mengusahakan
antara lain, “Pembentukan manusia Pancasiola sebagai manusia
pembangunan yang tinggi kualitasnya dan mampu mandiri.” (Undang-
Undang, 1992: 24). Sedangkan Ketetapan MPR-RI No. II/MPR/1978
tentang Program Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4)
menegaskan bahwa Pancasila adalah jiwa seluruh rakyat Indonesia,
kepribadian bangsa Indonesia, pandangan hidup bangsa Indonesia, dan
dasar negara Republik Indonesia.
b. Landasan Sosiologis
Sosiologi pendidikan merupakan analisis ilmiah tentang proses
sosial dan pola-pola interaksi sosial di dalam sistem pendidikan. Ruang
lingkup yang dipelajari sosiologi pendidikan meliputi:
1. Hubungan sistem pendidikan dengan masyarakat.
2. Hubungan kemanusiaan di sekolah.
3. Pengaruh sekolah pada perilaku anggotanya.
4. Sekolah dalam komunitas.
Dalam kajian sosiologi pendidikan, terlebih untuk jalur pendidikan
luar sekolah, pendidikan keluarga sangat penting karena keluarga
merupakan lembaga sosial yang pertama bagi manusia dan proses
sosialisasi seorang anak juga dimulai dari keluarga, di mana ia mulai
mengembangkan diri. Dalam hal ini, meskipun pendidikan formal telah
mengambil Sebagian tugas keluarga dalam mendidik anak, pengaruh

5
keluarga tetap penting sebab dalam keluarga ditanamkan nilai dan sikap
yang dapat mempengaruhi perkembangan anak selanjutnya. Selain itu,
kelompok sebaya atau lingkungan sosial anak juga merupakan agen
sosialisasi yang mempunyai pengaruh kuat seiring bertambahnya usia
anak. Kelompok sebaya menyumbangkan perannya dalam memberikan
model, identitas, dukungan (support), serta memberikan jalan pada anak
untuk lebih independent dan menumbuhkan sikap kerja sama dan
membuka horison anak lebih luas.
Uraian tersebut menyoroti pengaruh masyarakat terhadap
pendidikan, mulai dari keluarga, kelompok sebaya, dan sebagainya. Di
sisi lain, dalam hal pengaruh pendidikan terhadap masyarakat, terdapat
permasalahan terkait tujuan pendidikan yang harus mendapat
penekanan, yaitu apakah pendidikan mempersiapkan anak untuk hidup
di dalam masyarakatnya (penekanan pada sosialisasi), atau
mempersiapkan anak untuk merombak/membarui masyarakat
(penekanan pada agen pembaruan). Pada umumnya, pendidikan yang
dilaksanakan diupayakan dapat seimbang di antara dua aspek tersebut.
Adapun Indonesia, menjadikan masyarakatnya sebagai landasan
sosiologis sistem pendidikan nasional. Masyarakat Indonesia sendiri,
setelah kemerdekaan, utamanya pada zaman pemerintahan Orde Baru,
telah mengalami banyak perubahan. Dengan kemajuan di berbagai
bidang pembangunan, utamanya dalam pendidikan politik, sisi
ketunggalan dari “bhineka tunggal ika” semakin mencuat. Berbagai
upaya dilakukan untuk mengembangkan pendidikan masyarakat
Indonesia tanpa mengabaikan kenyataan tentang kemajemukan
masyarakat Indonesia. Hal tersebut kini mendapat perhatian yang
semestinya dengan dimasukkannya muatan lokal di dalam kurikulum
sekolah. Muatan lokal yang didasarkan pada kebhinekaan masyarakat
Indonesia telah dikukuhkan dalam UU-RI No. 2 Tahun 1989 Pasal 37
dan Pasal 38, PP-RI No. 28 Tahun 1990 Pasal 3 dan Pasal 4. Muatan
lokal dalam kurikulum dirancang dan dilaksanakan untuk mewujudkan

6
manusia Indonesia yang berwawasan nusantara dan berjiwa nasional,
tetapi memahami dan menyatu dengan lingkungan di sekitarnya.
c. Landasan Kultural
Di dalam UU-RI No.2 Tahun 1989 Pasal 1 Ayat 2 ditegaskan bahwa
Sistem Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang berakar pada
kebudayaan bangsa Indonesia dan yang berdasarkan pada Pancasila dan
UUD 1945. Kebudayaan dan pendidikan mempunyai hubungan timbal
balik, kebudayaan dapat dilestarikan/dikembangkan dengan
mewariskan kebudayaan dari generasi ke generasi penerus melalui
pendidikan, adapun bentuk, ciri-ciri, dan pelaksanaan pendidikan ikut
ditentukan oleh kebudayaan masyarakat di mana proses pendidikan itu
berlangsung.
Yang dimaksud dengan kebudayaan adalah hasil cipta dan karya
manusia berupa norma, nilai-nilai, kepercayaan, tingkah laku, dan
teknologi yang dipelajari dan dimiliki oleh semua anggota masyarakat
tertentu. Kebudayaan dapat dibentuk, dilestarikan, atau dikembangkan
karena dan melalui proses pendidikan. Pada dasarnya, ada tiga cara
untuk mewariskan pendidikan, yaitu informal, nonformal, dan formal.
Cara informal terjadi di dalam keluarga, nonformal dalam masyarakat
yang berkelanjutan dan berlangsung dalam kehidupan sehari-hari, dan
cara formal melibatkan lembaga khusus yang dibentuk untuk tujuan
pendidikan dan dirancang untuk mengarahkan perkembangan tingkah
laku anak didik.
Di masyarakat, sekolah sebagai lembaga sosial mempunyai peran
untuk mentransmisi kebudayaan kepada generasi penerus dan
mentransformasikan kebudayaan agar sesuai dengan perkembangan dan
tujuan zaman. Pendidikan di Indonesia mengutamakan keseimbangan,
keserasian, dan keselarasan antara aspek nilai-nilai luhur sosial-
kebudayaan dan aspek pengembangan agar tetap jaya.
Keberagaman kebuadayaan di Indonesia membuatnya lebih tepat
disebut sebagai kebudayaan nusantara, dan puncaknya yang diterima

7
secara nasional disebut kebudayaan nasional. Kebudyaan nasional harus
dipandang dalam latar perkembangan yang dinamis seiring dengan
semakin kukuhnya persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia sesuai
dengan asas bhineka tunggal ika. Salah satu upaya penyesuaian
pendidikan jalur sekolah dengan keragaman latar belakang sosial
budaya di Indonesia adalah dengan memberlakukan muatan lokal di
dalam kurikulum sekolah. Pelestarian dan pengembangan kekayaan
yang unik dari setiap daerah melalui upaya pendidikan sebagai wujud
dari kebhinekaan masyarakat dan bangsa Indonesia.
Pada zaman sekarang ini, pendidikan seharusnya diupayakan agar
lebih menjamin adanya rasa keterikatan antara peserta didik dan
lingkungannya sehingga peserta didik tidak hanya mengenal
lingkungan, tetapi juga mau dan mampu mengembangkannya. Dengan
demikian, kurikulum ikut memutakhirkan kemahiran lokal sehingga
sesuai dengan kemajuan zaman dan membuka peluang tersedianya
lapangan kerja bagi peserta didik yang bersangkutan dengan
memanfaatkan sumber-sumber yang tersedia di lingkungannya.
d. Landasan Psikologis
Pendidikan selalu melibatkan aspek kejiwaan manusia, sehingga
landasan psikologis merupakan salah satu landasan yang penting dalam
bidang pendidikan. Pada umumnya landasan psikologis dari pendidikan
tersebut terutama tertuju pada pemahaman manusia, khususnya tentang
proses perkembangan dan proses belajar. Pemahaman peserta didik,
utamanya yang berkaitan dengan aspek kejiwaan, merupakan salah satu
kunci keberhasilan pendidikan. Oleh karena itu, hasil kajian dan
penemuan psikologis sangat diperlukan penerapannya dalam bidang
pendidikan. Individu memiliki bakat, kemampuan, minat, kekuatan
serta tempo, dan irama perkembangan yang berbeda satu dengan yang
lain. Sangat sukar untuk disamakan, sebagai implikasinya pendidik
tidak memperlakukan sama kepada setiap peserta didik, sekalipun
mereka mungkin memiliki beberapa kesamaan.

8
Kajian psikologis yang erat hubunganya dengan pendidikan adalah
yang berkaitan dengan kecerdasan, berpikir, dan belajar. Kecerdasan
umum (inteligasi) ataupun kecerdasan dalam bidang tertentu (bakat)
banyak dipengaruhi oleh kemampuan potensial; namun kemampuan
potensial itu hanya akan aktual apabila dikembangkan dalam situasi
yang kondusif. Kecerdasan aktual terbentuk karena adanya pengalaman.
Perkembangan peserta didik sebagai landasan psikologis peserta
didik selalu berada dalam proses perubahan, baik karena pertumbuhan
maupun karena perkembangan. Pemahaman tumbuh-kembang manusia
itu sangat penting sebagai bekal dasar untuk memahami peserta didik
dan untuk menentukan keputusan dan atau tindakan yang tepat dalam
membantu proses tumbuh-kembang itu secara efisien dan efektif. Salah
satu aspek dari pengembangan manusia seutuhnya adalah yang
berkaitan dengan perkembangan kepribadian, utamanya agar dapat
diwujudkan kepribadian yang mantap dan mandiri.
e. Landasan Ilmiah dan Teknologis
Pendidikan serta ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek)
mempunyai kaitan yang sangat erat. Seperti diketahui, iptek menjadi
bagian utama dalam isi pengajaran; dengan kata lain, pendidikan
berperan sangat penting dalam pewarisan dan pengembangan iptek.
Seiring dengan kemajuan iptek pada umumnya, ilmu pendidikan juga
mengalami kemajuan yang pesat, dengan kemajuan iptek dan kebutuhan
masyarakat yang makin kompleks, maka pendidikan dalam segala
aspeknya mau tak mau harus mengakomodasi perkembangan itu, baik
perkembangan iptek maupun perkembangan masyarakat. Dan sekarang
dalam perkembangan iptek banyak menggunakan teknologi dari
berbagai ilmu yang segera diadopsi ke dalam penyelenggaraan
pendidikan, dan atau kemajuan itu segera dimanfaatkan oleh
penyelenggara pendidikan itu.
Perkembangan iptek sebagai landasan ilmiah iptek merupakan salah
satu hasil dari usaha manusia untuk mencapai kehidupan yang lebih

9
baik, yang telah dimulai pada permulaan kehidupan manusia. Pada
zaman dulu, manusia purba senantiasa menghadapi kekuasaan alam
yang mendominasi kehidupannya. Berkat perkembangan iptek,
hubungan kekuatan antara manusia dan alam itu dapat dikatakan
terbalik: Alam kini di bawah kekuasaan manusia (Filsafat ilmu, 1981 :
166). Karena kecepatan perkembangan iptek, banyak pihak yang
memandang bahwa evaluasi akhir itu tidak memadai lagi dan seringkali
dilaksanakan terlambat. Oleh karena itu, diharapkan agar dilakukan
pengarahan awal secara moral-ethis, yang dilanjutkan dengan
pemantauan-pengecekan sementara rangkain kegiatan berlangsung dan
akhirnya dilakukan evaluasi akhir.
Lembaga pendidikan, utamanya pendidikan jalur sekolah, harus-lah
mampu mengakomodasi dan mengantisipasi perkembangan iptek.
Bahan ajaran seyogianya hasil perkembangan iptek mutakhir, baik yang
berkaitan dengan hasil perolehan informasi, maupun cara memperoleh
informasi itu dan manfaatnya bagi masyarakat. Pembentukan
ketrampilan dan sikap ilmiah sedini mungkin tersebut secara serentak
akan meletakkan dasar terbentuknya masyarakat yang sadar iptek dan
calon-calon pakar iptek kelak kemudian hari.
2.2 Asas-Asas Pendidikan
Asas pendidikan merupakan suatu kebenaran yang menjadi dasar atau
tumpuan berpikir, baik pada tahap perancangan maupun pelaksanaan
pendidikan. Pandangan mengenai hakikat manusia (keindividualan, kesosialan,
kesusilaan, dan keberagaman) merupakan tumpuan berpikir utama yang sangat
penting dalam pendidikan. Salah satu dasar utama pendidikan adalah bahwa
manusia dapat dididik dan dapat mendidik diri sendiri.

Di Indonesia, terdapat sejumlah asas yang memberi arah dalam merancang


dan melaksanakan pendidikan yang bersumber dari kecenderungan umum
pendidikan di dunia maupun yang bersumber dari pemikiran dan pengalaman
sepanjang sejarah upaya pendidikan di Indonesia. Sejumlah asas tersebut adalah

10
asas tut wuri handayani, asas belajar sepanjang hayat, dan asas kemandirian
belajar. Ketiga asas tersebut dipandang sangat relevan dengan upaya
pendidikan, baik masa kini maupun masa depan, sehingga setiap tenaga
kependidikan harus memahami dengan tepat ketiga asas itu dan menerapkannya
dalam penyelenggaraan pendidikan sehari-hari.

1. Asas Tut Wuri Handayani


Asas tut wuri hadayani dikumandangkan oleh Ki Hajar Dewantara
dan mendapatkan tanggapan positif dari Drs. R.M.P. Sostrokartono
(filsuf dan ahli bahasa) dengan menambahkan dua semboyan untuik
melengkapinya, yaitu Ing Ngarsa Sung Tulada dan Ing Madya Mangun
Karsa, sehingga kini ketiga semboyan itu telah menyatu menjadi satu
kesatuan; ing ngarsa sung tulada (jika di depan, menjadi contoh), ing
madya mangun karsa (jika di tengah-tengah, membangkitkan kehendak,
hasrat, motivasi), tut wuri handayani (jika di belakang, mengikuti
dengan awas).
Asas ini menegaskan bahwa setiap orang mempunyai hak untuk
mengatur dirinya sendiri dengan mengingat tertibnya persatuan dalam
perikehidupan umum. Dari asas ini, lahir “Sistem Among” di mana guru
memperoleh sebutan “pamong”, yaitu pemimpin yang berdiri di
belakang dengan bersemboyan “tut wuri handayani”, yaitu tetap
mempengaruhi dengan memberi kesempatan kepada anak didik untuk
berjalan sendiri, dan tidak harus dicampuri, diperintah, atau dipaksa.
Selanjutnya, ing ngarsa sung tulada adalah hal yang baik, mengingat
kebutuhan anak maupun pertimbangan guru. Ing madya mangun karsa
diterapkan dalam situasi kurang bergairah atau ragu-ragu untuk
mengambil keputusan sehingga perlu diupayakan untuk memperkuat
motivasi. Ketiga semboyan itu sebagai satu kesatuan telah menjadi asas
penting dalam pendidikan di Indonesia.
2. Asas Belajar Sepanjang Hayat
Asas belajar sepanjang hayat merupaakan sudut pandang lain dari
pendidikan seumur hidup yang merupakan a concept yang new

11
significance of an old idea, tetapi universally acceptable is difficult.
Oleh karena itu, UNESCO Institute for Education (UIE Hamburg)
menetapkan suatu definisi kerja yakni pendidikan seumur hidup adalah
pendidikan yang harus meliputi seluruh hidup setiap individu; mengarah
kepada pembentukan, pembaruan, peningkatan, dan penyempurnaan
secara sistematis pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dapat
meningkatkan kondisi hidupnya; bertujuan mengembangkan
penyadaran diri setiap individu; meningkatkan kemampuan dan
motivasi untuk belajar mandiri; dan mengakui kontribusi dari semua
pengaruh pendidikan yang mungkin terjadi.
Kurikulum yang dapat mendukung terwujudnya belajar sepanjang
hayat harus dirancang dan diimplementasi dengan memperhatikan dua
dimensi, yaitu dimensi vertikal dari kurikulum sekolah yang meliputi:
keterkaitan dan kesinambungan antartingkatan persekolahan; dan
keterkaitan dengan kehidiupan peserta didik di masa depan. Selanjutnya
ada dimensi horizontal dari kurikulum sekolah, yakni keterkaitan antara
pengalaman belajar di sekolah dengan pengalaman di luar sekolah.
Perancangan dan implementasi kurikulum yang memperhatikan dua
dimensi tersebut akan mengakrabkan peserta didik dengann berbagai
sumber belajar yang ada di sekitarnya sehingga memberi peluang
terwujudnya belajar sepanjang hayat dan nantinya akan menjadi
masyarakat yang gemar belajar. Dengan demikian, akan terwujud
gagasan pendidikan seumur hidup seperti yang tercermin dalam sistem
pendidikan nasional Indonesia.
3. Asas Kemandirian Belajar
Perwujudan asas kemandirian dalam belajar menempatkan guru
dalam peran utama sebagai fasilitator dan motivator, di samping peran-
peran lain: informator, organisator, dan sebagainya. Sebagai fasilitator,
guru diharapkan menyediakan dan mengatur berbagai sumber belajar
sehingga memudahkan peserta didik berinteraksi dengan sumber-
sumber tersebut. Sedangkan sebagai motivator, guru mengupayakan

12
timbulnya prakarsa peserta didik untuk memanfaatkan sumber belajar
tersebut.
Di tingkat perguruan tinggi, pengembangan kemandirian belajar
dimulai dengan kegiatan tatap muka, serta dikembangkan dan
dimantapkan dalam kegiatan terstruktur dan kegiatan mandiri. Cara
belajar siswa aktif (CSBA) merupakan salah pendekatan yang memberi
peluang pengembangan kemandirian belajar, karena siswa dituntut
mengambil prakarsa dan atau memikul tanggung jawab tertentu dalam
belajar-mengajar di sekolah. Upaya pengembangan kemandirian belajar
akan dapat terlaksana dengan baik serta bisa lebih dimantapkan dan
dikembangkan dengan didukung oleh suatu pusat sumber belajar (PSB)
yang memadai.

13
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pendidikan merupakan suatu hal yang berkaitan dengan manusia dan tidak
segera tampak hasilnya. Oleh karena itu, proses penyelenggaraan pendidikan
dituntut agar dirancang dan dilaksanakan secermat mungkin dengan
memperhatikan sejumlah landasan dan asas pendidikan. Sejumlah landasan
tersebut adalah landasan filosofis, sosiologis, kultural, psikologis, serta
landasan ilmiah dan teknologis atau iptek. Landasan filosofis, sosiologis, dan
kultural akan membekali tenaga kependidikan dengan wawasan dan
pengetahuan yang luas tentang bidang tugasnya. Adapun landasan psikologis
dan landasan iptek yang akan membekali tenaga kependidikan pegangan dalam
mewujudkan keseimbangan dan keselarasan yang dinamis antara
pengembangan jati diri peserta didik dan penguasaan iptek.

Indonesia memiliki sejumlah asas dalam merancang dan melaksanakan


pendidikan yang bersumber dari kecenderungan umum pendidikan di dunia
maupun yang bersumber dari pemikiran dan pengalaman sepanjang sejarah
upaya pendidikan di Indonesia. Asas-asas tersebut adalah asas tut wuri
handayani, asas belajar sepanjang hayat, dan asas kemandirian belajar. Asas tut
wuri handayani diterapkan dengan guru berperan sebagai “pamong” atau
pemimpin yang berdiri di belakang yang tetap mempengaruhi dengan memberi
kesempatan kepada anak didik untuk berjalan sendiri, dan tidak harus
dicampuri, diperintah, atau dipaksa.

Selanjutnya asas belajar sepanjang hayat dapat diterapkan dengan


mengimplementasikan urikulum yang dapat mendukung terwujudnya belajar
sepanjang hayat, yaitu kurikulum yang dirancang dan diimplementasi dengan
memperhatikan dimensi vertikal dan dimensi horizontal dari pendidikan.
Adapun penerapan asas kemandirian belajar dilakukan dengan metode cara
belajar siswa aktif (CSBA) dengan didukung pusat sumber belajar yang
memadai.

14
DAFTAR PUSTAKA
Tirtarahardja, Umar dan S. L. La Sulo. 2018. Pengantar Pendidikan.
Jakarta: Rineka Cipta.

15

Anda mungkin juga menyukai