Anda di halaman 1dari 22

LANDASAN FILOSOFIS DAN KERANGKA DASAR

KURIKULUM MERDEKA
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Telaah Kurikulum
Matematika Sekolah
Dosen Pengampu: Dr. Sukiyanto, M.Pd.

Kelompok 4

Hilya Naufal (2020004001)


Putri Saraswati (2021004004)
Ghaziya Astriningtyas (2021004013)
Putri Anugrah Ayuning Pratiwi (2021004015)
Novita Maharani Anajihah (2021004017)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga
kami selaku penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul " Landasan
Filosofis Kurikulum Merdeka dan Kerangka Dasar Kurikulum Merdeka” dengan
tepat waktu. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Telaah
Kurikulum Matematika Sekolah. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah
wawasan mengenai Landasan Filosofis Kurikulum Merdeka dan Kerangka Dasar
Kurikulum Merdeka bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Sukiyanto, M.Pd.
selaku dosen pengampu Mata Kuliah Telaah Kurikulum Matematika Sekolah.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
dalam menyelesaikan makalah ini. Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari
kata sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan
demi kesempurnaan makalah ini.

Yogyakarta, 18 Maret 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................3
A. Pengertian Landasan Filosofi........................................................................3
B. Penerapan Landasan Filosofi Kurikulum Merdeka......................................4
C. Kerangka Dasar dan Kerangka Kurikulum...................................................5
D. Profil Pelajar Pancasila.................................................................................6
E. Struktur Kurikulum dalam Kurikulum Merdeka..........................................9
BAB III PENUTUP.......................................................................................................13
A. Kesimpulan.................................................................................................13
B. Saran............................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Landasan filosofis berkaitan dengan perkembangan pendidikan di


Indonesia yang memerlukan suatu perubahan dan transformasi. Pendidikan di
Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan dan masalah, seperti
rendahnya mutu pendidikan, kesenjangan pendidikan antarwilayah, serta
minimnya keterampilan yang dimiliki lulusan pendidikan dalam memasuki
dunia kerja. Dalam menghadapi tantangan tersebut, pemerintah Indonesia
melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mencanangkan program
Kurikulum Merdeka sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan
di Indonesia. Kurikulum Merdeka menekankan pada konsep kebebasan dan
kemandirian siswa dalam belajar, sehingga diharapkan dapat menghasilkan
lulusan yang memiliki keterampilan dan kompetensi yang relevan dengan
kebutuhan dunia kerja saat ini. Landasan filosofis Kurikulum Merdeka
didasarkan pada filosofi pendidikan nasional yaitu Pancasila dan UUD 1945,
serta teori belajar yang mencakup konstruktivisme, kontekstual, dan holistik.
Sedangkan kerangka dasar Kurikulum Merdeka didesain dengan
memperhatikan empat pilar pendidikan yaitu pengetahuan, keterampilan,
sikap, dan nilai, serta mengintegrasikan kompetensi keilmuan dan kehidupan
untuk mencapai tujuan pendidikan yang holistik. Dalam implementasinya,
Kurikulum Merdeka mengalami perubahan dan penyesuaian berdasarkan
perkembangan dan kebutuhan pendidikan di Indonesia. Namun, landasan
filosofis dan kerangka dasar Kurikulum Merdeka tetap menjadi pedoman
dalam pembentukan kurikulum di Indonesia, sebagai upaya untuk mencapai
tujuan pendidikan yang berkualitas dan relevan dengan kebutuhan masyarakat
dan dunia kerja.

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diperoleh rumusan
masalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan landasan filosofi?
2. Bagaimana penerapan landasan filosofi kurikulum merdeka?
3. Apa yang dimaksud dengan kerangka dasar dan kerangka kurikulum?
4. Apa yang dimaksud dengan profil pelajar pancasila?
5. Apa saja struktur kurikulum dalam kurikulum merdeka?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penyusunan makalah ini
adalah sebagai berikut :
1. Dapat mengetahui landasan filosofi
2. Memahami penerapan landasan kurikulum merdeka
3. Dapat mengetahui kerangka dasar dan kerangka kurikulum
4. Dapat mengetahui profil pelajar pancasila
5. Memahami struktur kurikulum dalam kurikulum merdeka

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Landasan Filosofi


Landasan filosofi adalah prinsip-prinsip atau keyakinan dasar yang
mendasari suatu sistem pemikiran atau ideologi. Filosofi berasal dari bahasa
Yunani, yaitu "philosophia" yang bermakna "cinta kebijaksanaan". Sebagai
disiplin ilmu, filosofi mengkaji dan mempertanyakan asumsi, keyakinan,
nilai, dan prinsip dasar yang mendasari pemikiran dan tindakan manusia.
Landasan filosofi berperan penting dalam membentuk pandangan dunia
seseorang dan memandu tindakan dan kebijakan yang diambil.
Dalam konteks pendidikan, filosofi sangat dibutuhkan dalam
pendidikan, terutama dalam menentukan arah dan tujuan pendidikan. Filsafat
akan menentukan arah ke mana peserta didik akan dibawa. Tujuan pendidikan
memuat pernyataan-pernyataan mengenai berbagai kemampuan yang
diharapkan dapat dimiliki oleh peserta didik selaras dengan sistem nilai dan
falsafah yang dianutnya. Dengan demikian, sistem nilai atau filsafat yang
dianut oleh suatu komunitas akan memiliki keterkaitan yang sangat erat
dengan rumusan tujuan pendidikan yang dihasilkannya.
Ada empat fungsi filsafat dalam pengembangan kurikulum. Pertama,
filsafat dapat menentukan arah dan tujuan pendidikan. Dengan filsafat
sebagai pandangan hidup atau value system, maka dapat ditentukan mau
dibawa kemana anak didik itu. Kedua, filsafat dapat menentukan isi atau
materi pelalajaran yang harus diberikan sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapai. Ketiga, filsafat dapat menentukan strategi atau atau cara pencapaian
tujuan. Keempat, melalui filsafat dapat ditentukan bagaimana menentukan
tolok ukur keberhasilan proses pendidikan.
Ada beberapa aliran filsafat pendidikan, seperti perenialisme,
essensialisme, eksistesialisme, progresivisme, dan rekonstruktivisme. Dalam
pengembangan kurikulum pun senantiasa berpijak pada aliran – aliran filsafat

3
tertentu, sehingga akan mewarnai terhadap konsep dan implementasi
kurikulum yang dikembangkan.

B. Penerapan Landasan Filosofi Kurikulum Merdeka


Kurikulum Merdeka adalah kurikulum yang dirancang untuk
memberikan kebebasan kepada sekolah dan guru untuk merancang program
pembelajaran yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat
setempat. Penerapan landasan filosofi dapat menjadi sangat penting dalam
implementasi Kurikulum Merdeka, karena landasan filosofi dapat
memberikan arah dan panduan dalam merancang program pembelajaran yang
sesuai dengan tujuan dan nilai-nilai yang diinginkan.
Beberapa prinsip filosofis yang dapat menjadi landasan bagi Kurikulum
Merdeka antara lain:
a. Humanisme: Menempatkan manusia sebagai subjek utama dalam
pembelajaran, sehingga tujuan utama pembelajaran adalah untuk
mengembangkan potensi manusia secara optimal.
b. Holisme: Memandang manusia sebagai makhluk yang utuh dan
kompleks, sehingga pembelajaran harus memperhatikan seluruh aspek
kehidupan manusia, baik fisik, psikologis, sosial, maupun spiritual.
c. Konstruktivisme: Menganggap pembelajaran sebagai proses
pembangunan pengetahuan yang melibatkan aktivitas siswa dalam
membangun pemahaman dan pengetahuan.
d. Kontekstual: Menempatkan konteks lokal sebagai titik tolak dalam
merancang pembelajaran, sehingga materi pembelajaran harus relevan
dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat setempat.
e. Inklusif: Menjamin akses dan kesempatan yang sama bagi semua siswa
dalam memperoleh pendidikan, tanpa terkecuali.
Dengan mengacu pada landasan filosofi tersebut, Kurikulum Merdeka
dapat diimplementasikan dengan cara yang lebih berorientasi pada
pengembangan potensi manusia, holistik, konstruktif, kontekstual, dan
inklusif. Kurikulum Merdeka juga dapat memberikan kebebasan kepada

4
sekolah dan guru untuk merancang program pembelajaran yang sesuai dengan
kondisi dan kebutuhan masyarakat setempat, sehingga dapat memberikan
manfaat yang lebih besar bagi siswa dan masyarakat secara keseluruhan.

C. Kerangka Dasar dan Kerangka Kurikulum


Kerangka dasar dan kerangka kurikulum adalah dua istilah yang sering
digunakan dalam konteks pendidikan. Kerangka dasar (basic framework)
adalah sebuah dokumen yang berisi prinsip-prinsip umum dan tujuan-tujuan
pendidikan yang menjadi dasar untuk mengembangkan kurikulum di sebuah
negara atau wilayah. Kerangka dasar biasanya memuat visi, misi, nilai-nilai,
dan standar-standar yang harus dipenuhi dalam setiap aspek pendidikan,
seperti kurikulum, metode pembelajaran, penilaian, dan pengembangan guru.
Kerangka dasar pendidikan biasanya dibuat oleh pemerintah atau badan-
badan pendidikan di suatu negara atau wilayah. Tujuannya adalah untuk
memberikan panduan bagi pengembangan sistem pendidikan yang berkualitas
dan konsisten, serta memastikan bahwa tujuan-tujuan pendidikan yang telah
ditetapkan dapat dicapai secara efektif dan efisien.
Sementara itu, kerangka kurikulum (curriculum framework) adalah
sebuah rencana yang lebih spesifik dan terperinci mengenai apa yang harus
dipelajari oleh siswa di setiap jenjang pendidikan dan mata pelajaran yang
diajarkan. Kerangka kurikulum pendidikan biasanya terdiri dari beberapa
komponen, yaitu:
a. Kompetensi: kemampuan yang harus dikuasai oleh siswa pada setiap
jenjang pendidikan.
b. Standar Pembelajaran: panduan untuk pengembangan materi dan metode
pembelajaran, serta penilaian hasil belajar siswa.
c. Tujuan Pembelajaran: hasil belajar yang harus dicapai oleh siswa dalam
setiap jenjang pendidikan.
d. Metode Pembelajaran: pendekatan atau strategi yang digunakan untuk
membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran.

5
e. Penilaian: alat atau metode yang digunakan untuk mengukur kemajuan
dan prestasi belajar siswa.
f. Sumber Belajar: bahan atau media pembelajaran yang digunakan dalam
proses belajar mengajar.
Kerangka kurikulum pendidikan biasanya dikembangkan oleh
pemerintah atau badan-badan pendidikan di suatu negara atau wilayah.
Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa pengajaran yang diberikan sesuai
dengan tujuan pendidikan dan mampu menghasilkan siswa yang memiliki
kemampuan dan keterampilan yang dibutuhkan di masa depan. Kerangka
kurikulum pendidikan juga berguna sebagai pedoman bagi guru dan institusi
pendidikan dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran.
Kerangka dasar dan kerangka kurikulum saling terkait dan saling
memengaruhi dalam konteks pendidikan. Kerangka dasar menetapkan visi
dan misi pendidikan yang harus dicapai, sementara kerangka kurikulum
memperinci bagaimana tujuan-tujuan tersebut dicapai melalui materi
pelajaran, metode pembelajaran, dan penilaian. Kerangka kurikulum sendiri
dapat dikembangkan berdasarkan kerangka dasar yang telah ditetapkan.

D. Profil Pelajar Pancasila


Pelajar Pancasila sesuai visi dan misi Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan sebagaimana tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2020 tentang Rencana Strategis Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2020-2024: “Pelajar Pancasila adalah
perwujudan pelajar Indonesia sebagai pelajar sepanjang hayat yang memiliki
kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, dengan
enam ciri utama: beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak
mulia, berkebhinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan
kreatif”. Keenam dimensi tersebut perlu tumbuh bersama-sama sehingga
pendidik tidak seharusnya hanya fokus pada satu atau dua dimensi saja.
Mengabaikan salah satunya akan menghambat perkembangan dimensi
lainnya. (Irawati et al., 2022)

6
Keenam ciri tersebut dijabarkan sebagai berikut:
1. Beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia.
Pelajar Indonesia yang beriman, bertakwa kepada Tuhan YME,
dan berakhlak mulia adalah pelajar yang berakhlak dalam hubungannya
dengan Tuhan Yang Maha Esa. Pelajar memahami ajaran agama dan
kepercayaannya serta menerapkan pemahaman tersebut dalam
kehidupannya sehari-hari.
Ada lima elemen kunci beriman, bertakwa kepada Tuhan YME,
dan berakhlak mulia:
a. Akhlak beragama
Pelajar Indonesia mengenal sifat-sifat Tuhan dan menghayati
bahwa inti dari sifat-sifat-Nya adalah kasih dan sayang. Pelajar juga
sadar bahwa dirinya adalah makhluk ciptaan Tuhan yang
mendapatkan amanah sebagai pemimpin di muka Bumi, mempunyai
tanggung jawab untuk mengasihi dan menyayangi dirinya, sesama
manusia dan alam, serta menjalankan perintah-Nya dan menjauhi
larangan-Nya. Pelajar Indonesia senantiasa menghayati dan
mencerminkan sifat-sifat ilahi tersebut dalam perilakunya di
kehidupan sehari-hari.
b. Akhlak pribadi
Pelajar Indonesia menyadari bahwa menjaga kesejahteraan
dirinya adalah penting dan dilakukan bersamaan dengan menjaga
orang lain dan merawat lingkungan di sekitarnya. Pelajar Indonesia
bersikap jujur, adil, rendah hati, bersikap serta berperilaku dengan
penuh hormat.
c. Akhlak kepada manusia
Akhlak mulia tidak hanya tercermin dari rasa sayangnya pada diri
sendiri akan tetapi juga rasa sayangnya terhadap sesama manusia
lainnya. Ia akan mrngutamakan persamaan dan rasa kemanusiaan di
atas perbedaan serta menghargai perbedaan tersebut dengan orang
lain.

7
d. Akhlak kepada alam
Pelajar Indonesia menyadari bahwa dirinya merupakan salah satu
dari anggota ekosistem yang ada di Bumi. Pelajar juga menyadari
bahwa sebagai manusia, ia memiliki tugas dalam menjaga dan
melestarikan alam.
e. Akhlak bernegara
Pelajar Indonesia memahami dan menunaikan hak dan
kewajibannya sebagai warga negara Indonesia yang baik serta sadar
akan perannya sebagai warga negara.
2. Berkebhinekaan global
Pelajar Indonesia mempertahankan budaya luhur, lokalitas dan
identitasnya, dan tetap berpikiran terbuka dalam berinteraksi dengan
budaya lain, sehingga menumbuhkan rasa saling menghargai dan
kemungkinan terbentuknya dengan budaya luhur yang positif dan tidak
bertentangan dengan budaya luhur bangsa. Elemen dan kunci
kebhinekaan global meliputi mengenal dan menghargai budaya,
kemampuan komunikasi interkurtural dalam berinteraksi dengan sesama,
dan refleksi dan tanggung jawab terhadap pengalaman kebhinekaan.
3. Bergotong royong
Pelajar Indonesia memiliki kemampuan bergotong-royong, yaitu
kemampuan untuk melakukan kegiatan secara bersama-sama debgan
sukarela agar kegiatan yang dikerjakan dapat berjalan lancar, mudah dan
ringan. Elemen-elemen dari bergotong royong adalah kolaborasi,
kepedulian, dan berbagi.
4. Mandiri
Pelajar Indonesia merupakan pelajar mandiri, yaitu pelajar yang
bertanggung jawab atas proses dan hasil belajarnya. Elemen kunci dari
mandiri terdiri dari kesadaran akan diri dan situasi yang dihadapi serta
regulasi diri.

8
5. Bernalar kritis
Pelajar yang bernalar kritis mampu secara objektif memproses
informasi baik kualittatif maupun kuantitatif, membangun keterkaitan
antara berbagai informasi, menganalisis informasi, mengevaluasi dan
menyimpulkannya. Elemen-elemen dari bernalar kritis adalah
memperoleh dan memproses informasi dan gagasan, menganalisis dan
mengevaluasi penalaran, merefleksi pemikiran dan berproses berpikir,
dan mengambil keputusan.
6. Kreatif
Pelajar yang kreatif mampu memodifikasi dan menghasilkan sesuatu
yang orisinal, bermakna, bermanfaat, dan berdampak. Elemen kunci dari
kreatif dari menghasilkan gagasan yang orisinal serta menghasilkan
karya dan tindakan yang orisinal.

E. Struktur Kurikulum dalam Kurikulum Merdeka


1. PAUD/RA sampai SMA/MA
Stuktur kurikulum di Kurikulum Merdeka didasari oleh tiga hal, yaitu
berbasis kompetensi, pembelajaran yang fleksibel, dan karakter
Pancasila. Berikut adalah beberapa prinsip pengembangan struktur
Kurikulum Merdeka.
 Struktur minimum
Struktur kurikulum minimum ditetapkan oleh pemerintah pusat.
Namun, satuan pendidikan bisa mengembangkan program dan
kegiatan tambahan sesuai dengan visi, misi, dan sumber daya yang
tersedia.
 Otonomi
Kurikulum memberi kemerdekaan pada satuan pendidikan dan
guru untuk merancang proses dan materi pembelajaran yang relevan
dan kontekstual.
 Sederhana

9
Perubahan dari kurikulum sebelumnya dibuat seminimal mungkin,
namun tetap signifikan. Tujuan, arah perubahan, dan rancangannya
dibuat jelas sehingga mudah dipahami oleh sekolah dan pemangku
kepentingan.
 Gotong royong
Pengembangan kurikulum dan perangkat ajar adalah hasil
kolaborasi puluhan institusi, diantaranya Kementerian Agama,
universitas, sekolah, dan berbagai lembaga pendidikan lainnya.
Struktur kurikulum pada Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD),
Pendidkan Dasar, dan Pendidikan Menengah sebagai berikut.
A. Struktur kurikulum pada PAUD
Struktur kurikulum pada PAUD (TK/RA/BA, KB, SPS, TPA)
terdiri atas:
1. Kegiatan pembelajaran intrakulikuler.
Kegiatan pembelajaran intrakulikuler dirancang agar anak
dapat mencapai kemampuan yang tertuang di dalam capaian
pembelajaran. Intisari pembelajaran intrakulikuler adalah
bermain yang memiliki makna sebagai perwujudan “Merdeka
Belajar, Merdeka Bermain”. Kegiatan yang dipilih harus
memberiksn pengalaman yang menyenangkan dan bermakna
bagi anak. Kegiatan perlu didukung oleh penggunaan sumber-
sumber belajar yang nyata dan ada di lingkungan sekitar anak.
Sumber belajar yang tidak tersedia secara nyata dapat
dihadirkan dengan dukungan teknologi dan buku bacan untuk
anak-anak.
2. Projek penguatan profil pelajar Pancasila.
Projek penguatan profil pelajar Pancasila bertujuan untuk
memperkuat upaya pencapaian profil pelajar Pancasila yang
mengacu pada Standar Kompetensi Lulusan (Standar Tingkat
Pencapaian Perkembangan Anak untuk PAUD). Penguatan
profil pelajar Pancasila di PAUD dilakukan dalam konteks

10
perayaan tradisi lokal, hari besar nasional, dan internasional.
Pelaksanaan projek penguatan profil pelajar Pancasila
menggunakan alokasi waktu kegiatan di PAUD.
Alokasi waktu pembelajaran di PAUD usia 4-6 tahun paling
sedikit 900 menit per minggu. Sedangkan untuk PAUD usia 3-4
tahun paling sedikit 360 menit per minggu.

B. Struktur Kurikulum pada Pendidikan Dasar dan Menengah


Struktur kurikulum pada pendidikan dasar dan menengah dibagi
menjadi dua kegiatan utama, yaitu:
1. Pembelajaran intrakulikuler; dan
2. Projek penguatan profil pelajar Pancasila.

Kegiatan pembelajaran intrakulikuler untuk setiap mata pelajaran


mengacu pada capaian pembelajaran. Kegiatan projek penguatan
profil pelajar Pancasila ditujukan untuk memperkuat upaya
pencapaian profil pelajar Pancasila yang mengacu pada Standar
Kompetensi Lulusan.

1) Struktur Kurikulum SD/MI


Struktur kurikulum SD/MI dibagi menjadi tiga fase:
a. Fase A untuk kelas I dan kelas II;
b. Fase B untuk kelas III dan kelas IV;
c. Fase C untuk kelas V dan kelas VI.

SD/MI dapat mengorganisasikan muatan pembelajaran


menggunakan pendekatan mata pelajaran atau tematik.

Proporsi beban belajar di SD/MI terbagi menjadi dua, yaitu:

a. Pembelajaran intrakulikuler; dan


b. Projek penguatan profil pelajar Pancasila yang dialokasikan
sekitar 20% beban belajar per tahun.

11
Pelaksanaan projek penguatan profil pelajar Pancasila
dilakukan secara fleksibel, baik muatan maupun waktu
pelaksanaan. Secara muatan, projek harus mengacu pada
capaian profil pelajar Pancasila sesuai dengan fase peserta
didik dan tidak harus dikaitkan dengan capaian
pembelajaran pada mata pelajaran. Secara pengelolaan
waktu pelaksanaan, projek dapat dilaksanakan dengan
menjumlahkan alokasi jam pelajaran prohek penguatan
profil pelajar Pancasila dari semua mata pelajaran dan
jumlah total waktu pelaksanaan masing-masing projek tidak
harus sama.
2) Struktur Kurikulum SMP/MTs
Struktur kurikulum SMP/MTs terdiri atas satu fase yaitu
fase D (untuk kelas VII, VIII, dan IX).
Struktur kurikulum SMP/MTs terbagi menjadi dua, yaitu:
a. Pembelajaran intrakulikuler; dan
b. Projek penguatan profil pelajar Pancasila yang dialokasikan
sekitar 25% total jam pelajaran per tahun.
Pelaksanaan projek penguatan profil pelajar Pancasila
dilakukan secara fleksibel, baik muatan maupun waktu
pelaksanaan. Secara muatan, projek harus mengacu pada
capaian profil pelajar Pancasila sesuai dengan fase peserta
didik dan tidak harus dikaitkan dengan capaian
pembelajaran pada mata pelajaran. Secara pengelolaan
waktu pelaksanaan, projek dapat dilaksanakan dengan
menjumlahkan alokasi jam pelajaran prohek penguatan
profil pelajar Pancasila dari semua mata pelajaran dan
jumlah total waktu pelaksanaan masing-masing projek tidak
harus sama.
3) Struktur Kurikulum SMA/MA
Struktur kurikulum SMA/MA terdiri atas dua fase, yaitu:

12
a. Fase E untuk kelas X; dan
b. Fase F untuk kelas XI dan XII.

Struktur kurikulum untuk SMA/MA terbagi menjadi dua,


yaitu:
a. Pembelajaran intrakulikuler; dan
b. Projek penguatan profil pelajar Pancasila yang dialokasikan
sekitar 30% total jam pelajaran per tahun.
Pelaksanaan projek penguatan profil pelajar Pancasila
dilakukan secara fleksibel, baik muatan maupun waktu
pelaksanaan. Secara muatan, projek harus mengacu pada
capaian profil pelajar Pancasila sesuai dengan fase peserta
didik dan tidak harus dikaitkan dengan capaian
pembelajaran pada mata pelajaran. Secara pengelolaan
waktu pelaksanaan, projek dapat dilaksanakan dengan
menjumlahkan alokasi jam pelajaran prohek penguatan
profil pelajar Pancasila dari semua mata pelajaran dan
jumlah total waktu pelaksanaan masing-masing projek tidak
harus sama.
2. Sekolah Luar Biasa (SLB)
Struktur kurikulum SLB didasarkan pada struktur sekolah umum (SD,
SMP, dan SMA) dengan menyesuaikan kebutuhan anak berkebutuhan
khusus, yaitu keterampilan fungsional dan mata pelajaran penunjang
kebutuhan tersebut.
Terdapat mata pelajaran Program Kebutuhan Khusus yang bertujuan
untuk membantu anak memaksimalkan indra yang dimiliknya dan
mengatasi keterbatasannya. Berikut adalah tujuan program masing-
masing kebutuhan khusus:
 Tunanetra: pengembangan orientasi, mobilitas, sosial, dan
komunikasi
 Tunarungu: pengembangan komunikasi, persepsi bunyi, dan irama

13
 Tunagrahita: pengembangan diri
 Tunadaksa: pengembangan diri dan gerak
 Autis: pengembangan komunikasi, interaksi sosial, dan perilaku
Struktur kurikulum SLB mengacu pada struktur kurikulum SD/MI,
SMP/MTs, dan SMA/MA yang disesuaikan untuk peserta didik
berkebutuhan khusus dengan hambatan intelektual. Untuk peserta didik
yang tidak mengalami hambatan intelektual, dapat menggunakan
kurikulum reguler yang disesuaikan dengan kondisi peserta didik.
Penyesuaian struktur kurikulum di SLB antara lain:
 Jam mata pelajaran paling besar adalah Seni dan Prakarya (untuk
SDLB) dan Keterampilan (untuk SMPLB dan SMALB).
 Mata pelajaran Bahasa Inggris bersifat pilihan.
 Mata pelajaran Seni di SMPLB dan SMALB pada kelompok mata
pelajaran umum berfungsi sebagai sarana apresiasi dan terapi.
 Namun, mata pelajaran Seni pada kelompok keterampilan
berfungsi sebagai pembekalan untuk profesi.

1) Struktur Kurikulum Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB)


 Jumlah jam pelajaran di SDLB sama dengan jumlah mata
pelajaran di SD umum.
 Satu jam pelajaran di SDLB adalah 35 menit.
 Sama seperti SD umum, IPAS diajarkan mulai kelas 3 SD.
 Pembedanya adalah penekanan jam pelajaran beberapa mata
pelajaran yang dianggap relevan dengan penyiapan keterampilan
fungsional anak dan adanya program kebutuhan khusus.
2) Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB)
 Struktur kurikulum SMPLB sama dengan SMP umum.
 Satu jam pelajaran di SMPLB adalah 40 menit.

14
 Pembedanya adalah jumlah jam pelajaran tertentu, adanya mata
pelajaran keterampilan yang dapat dipilih sesuai bakat dan minat,
serta adanya program kebutuhan khusus.
3) Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMALB)
 Struktur kurikulum SMALB sama dengan SMA umum.
 Satu jam pelajaran di SMALB adalah 45 menit.
 Pembedanya adalah jumlah jam pelajaran tertentu, adanya mata
pelajaran keterampilan yang dapat dipilih sesuai bakat dan minat,
dan kesediaan program.
3. SMK/MAK
Perubahan kurikulum SMK/MAK diawali dengan penataan ulang
Spektrum Keahlian SMK/MAK. Spektrum Keahlian adalah daftar bidang
dan program keahlian SMK yang disusun berdasarkan kebutuhan dunia
kerja yang meliputi: dunia usaha, dunia industri, badan usaha milik
negara/badan usaha milik daerah, instansi pemerintah atau lembaga lain
serta perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan budaya.
Spektrum Keahlian SMK/MAK merupakan acuan penyusunan struktur
kurikulum serta pembukaan dan penyelenggaraan bidang dan program
keahlian pada SMK.
Setiap program keahlian terdiri atas minimum satu konsentrasi
keahlian. Konsentrasi keahlian diselenggarakan dalam program tiga
tahun atau empat tahun diatur lebih lanjut dalam keputusan pemimpin
unit utama yang membidangi kurikulum, asesmen, dan perbukuan.
Struktur kurikulum SMK/MAK terbagi menjadi dua, yaitu:
a. Pembelajaran intrakulikuler; dan
b. Projek penguatan profil pelajar pancasila yang dialokasikan sekitar
30% total jam pelajaran per tahun.
Pelaksanaan projek penguatan profil pelajar Pancasila dilakukan
secara fleksibel, baik muatan maupun waktu pelaksanaan. Secara
muatan, projek harus mengacu pada capaian profil pelajar Pancasila
sesuai dengan fase peserta didik dan tidak harus dikaitkan dengan

15
capaian pembelajaran pada mata pelajaran. Secara pengelolaan
waktu pelaksanaan, projek dapat dilaksanakan dengan
menjumlahkan alokasi jam pelajaran prohek penguatan profil pelajar
Pancasila dari semua mata pelajaran dan jumlah total waktu
pelaksanaan masing-masing projek tidak harus sama.
4. Program Pendidikan Kesetaraan (Program Paket A, Program Paket
B, dan Program Paket C)
Struktur kurikulum pendidikan kesetaraan terdiri dari mata pelajaran
kelompok umum, pemberdayaan dan keterampilan berbasis profil pelajar
Pancasila. Kelompok umum memuat mata pelajaran yang disusun
mengacu pada standar nasional pendidikan dan sesua dengan jenjang
pendidikan formal dan merupakan mata pelajaran yang wajib diberikan
untuk semua peserta didik.
Muatan belajar program pendidikan kesetaraan dinyatakan dalam
Satuan Kredit Kompetensi (SKK) yang menunjukkan bobot kompetensi
yang harus dicapai oleh peserta didik dalam mengikuti program
pembelajaran, baik melalui tatap muka, praktek keterampilan, dan/atau
kegiatan mandiri.
Satu SKK adalag satu satuan kompetensinyang dicapai melalui
pembelajaran satu jam tatap muka atau dua jam tutorial atau tiga jam
mandiri, atau kombinasi secara proporsional dari ketiganya. Satu ja tatap
muka yang dimaksud adalah satu jam pembelajaran yaitu sama dengan
35 menit untuk Program Paket A, 40 menit untuk Program Paket B, dan
45 menit untuk Program Paket C.

16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan yang sudah dijabarkan tentang landasan
filosofis kurikulum merdeka maka dapat disimpulkan bahwa kurikulum
merdeka secara filosofis paling tidak berlandaskan pada beberapa aliran
filsafat, yaitu: Progresivisme, Konstruktivisme, Humanisme, Holisme,
Kontekstual, dan Inklusif. Humanisme merupakan kebebasan pilihan personal
dalam mengaktualisasikan diri mengembangkan potensi, berfungsi dan
bermakna bagi lingkungannya. Konstruktivisme adalah kemerdekaan dalam
menggali dan mengkontruksi pengetahuan dan keterampilan siswa.
Sedangkan, progresivisme menekankan kemerdekaan guru untuk
mengeksplorasi dan mengoptimalkan potensi siswa. Implikasi dari filosofi
tersebut dalam suatu sekolah akan berpengaruh pada kondisi dan kebutuhan
masyarakat setempat, sehingga dapat memberikan manfaat yang lebih besar
bagi siswa dan masyarakat secara keseluruhan.
Selanjutnya kerangka dasar kurikulum merdeka yaitu tujuan pendidikan
nasional yang sudah terintegrasi dengan Profil Pelajar Pancasila dari sini
diturunkan standar kopetensi lulusan kemudian dijabarkan ke dalam standar
isi, standar proses, dan standar penilaian pendidikan.
B. Saran
Dalam implementasi Kurikulum Merdeka, pemerintah harus
memlakukan pendampingan pada sekolah dengan memberikan pelatihan bagi
guru. Hal tersebut dikarenakan untuk mencapai suatu Pendidikan yang
berkualitas maka diperlukan kurikulum yang komprehensif dan kegiatan
belajar yang teratur. Sedangkan aspek-aspek tersebut berada dibawah arahan
oleh guru atau tenaga pendidik.

13
DAFTAR PUSTAKA

Wina Sanjaya, Kurikulum Pembelajaran, Teori dan Praktik Pengembangan


Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Jakarta: Kencana, 2008.
Irawati, D., Iqbal, A. M., Hasanah, A., & Arifin, B. S. (2022). Profil Pelajar
Pancasila Sebagai Upaya Mewujudkan Karakter Bangsa. Edumaspul:
Jurnal Pendidikan, 6(1), 1224–1238.
https://doi.org/10.33487/edumaspul.v6i1.3622
https://guru.kemdikbud.go.id/kurikulum/perkenalan/struktur/paud-sma/

Anda mungkin juga menyukai