Pendidikan adalah suatu usaha untuk melakukan proses pembelajaran bagi peserta didik
untuk mencapai tujuan pendidikan yang diterapkan di suatu negara. Pendidikan tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan. Seperti dikatakan oleh Prof. Rupert. C. Lodge, yaitu in this sence, life is
education, and education is life. Artinya, seluruh kehidupan memiliki nilai pendidikan karena
kehidupan memberikan pengaruh kepada pendidikan bagi seseorang atau masyarakat. Pendidikan
tidak terlepas dari kurikulum pendidikan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah. Kurikulum
merupakan suatu metode yang digunakan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di suatu negara.
Kurikulum merupakan alat yang sangat penting bagi keberhasilan suatu pendidikan. Tanpa
kurikulum yang sesuai dan tepat akan sulit untuk mencapai tujuan dan sasaran pendidikan yang
diinginkan. Kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh atau dipelajari siswa
disekolah atau perguruan tinggi untuk memperoleh Ijazah tertentu, sejumlah mata pelajaran yang
ditawarkan dalam suatu lembaga pendidikan atau jurusan.
Banyak orang beranggapan bahwa apa perlunya kurikulum, yang penting proses belajar
mengajar berjalan dengan lancar, itu sudah cukup. Anggapan di atas benar-benar saja, bagi
mereka yang melihat kegiatan belajar mengajar hanya sebuah transfer ilmu saja, tidak melihat
aspek-aspek yang lain. sehingga murid mau jadi apa, tidak diperdulikan. Apakah ia
menyimpang dari moral atau tidak bukan menjadi urusan, yang terpenting memberikan ilmu
saja.
Kurikulum tidak sesederhana yang diperkirakan, ia adalah sesuatu yang kompleks.
Sebagaimana bahwa proses pendidikan itu adalah menjadikan manusia yang beradab dari satu
tahapan ke tahapan berikutnya sampai menjadi sempurna. Dengan itu, prosesnya sangat
panjang dan membutuhkan waktu yang sangat lama. oleh karena itu, untuk dapat
melakukannya secara sistematis dan terstruktur, maka diperlukan jalan atau cara atau mahaj
atau kurikulum. Dan orang yang mempunyai kewajiban untuk mengatur dan membuat
kebijakan adalah pemerintah atau lembaga yang ditunjuk pemerintah untuk merancang
kurikulum.
Kita tidak bisa pungkiri, berbagai Negara dapat dilihat karakter Negara dan orang yang
berada di dalamnya melalui rancangan pendidikan yang mereka jalankan atau kurikulum yang
menjadi acuan mereka. Secara umum seperti tradisi menghafal, tidak bertanya, yang penting
belajar adalah kurikulum yang banyak dikembangkan di Negara arab. sedangkan mereka yang
lebih mementingkan kemampuan oral dan kemampuan menganilis suatu masalah lebih kepada
kurikulum eropa atau barat. dan beberapa contoh lainnya, yang itu bisa menjadi identitas
Negara.
Saat pemerintahan Jokowi saat ini masih memberlakukan kurikulum 2013 tapi dalam
kabinetnya beliau memisahkan antara pendidikan dasar dan menengah dengan pendidikan
tinggi. Untuk pendidikan dasar dan menengah ditangani oleh menteri pendididkan. Sedangkan
untuk perguruan tinggi ditangani oleh menteri Ristek dan Pendidikan Tinggi.
Secara umum kebijakan pemerintah melalui undang-undang pendidikan dapat
dibedakan sebagai berikut antara UU No. 2 tahun 1989 dengan UU No. 20 tahun 2003
Aturan secara terperinci selanjutnya diatur dalam peraturan pemerintah tentang standar
nasional pendidikan sebagai kebijakan yang lebih aplikatif dan lebih rigit mulai dari dari PP
nomor 19 tahun 2005 menjadi PP Nomor 32 tahun 2013 dan menjadi PP nomor 13 Tahun 2015.
Adapun hal-hal yang menjadi obyek perubahan adalah:
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan mengalami
perubahan yang diatur melalui Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015 Sejumlah pasal
dan ketentuan pada PP 19/2005 dihapus.
1. Pada pasal 1 Peraturan Pemerintah nomor 13 tahun 2015, terdapat beberapa ketentuan
tambahan dan ada beberapa ketentuan yang diubah.
2. Ketentuan tambahan pada pasal 1 adalah ayat 4 (kompetensi), 13 (Kompetensi inti), 14
(kompetensi dasar), 18 (Silabus), 19 (pembelajaran), 22 (buku panduan guru) dan 23 (buku
teks pelajaran).
3. Ketentuan yang diubah adalah ayat 6 (standar isi), 7 (standar proses), 8 (standar pendidik dan
tenaga kependidikan), 9 (standar sarana dan prasarana), 10 (standar pengelolaan), 11 (standar
pembiayaan), 12 (standar penilaian pendidikan), 17 (kerangka kurikulum), dan 31 (lembaga
penjaminan mutu pendidikan).
4. Pada Peraturan Pemerintah nomor 32 tahun 2013 terdapat pasal tambahan diantara pasal 2 dan
3, yaitu pasal 2A. Pasal 2A mengenai standar kompetensi lulusan.
5. Ketentuan Pasal 2 ayat 1 (lingkup standar nasional pendidikan) diubah dan di antara ayat 1
dan ayat 2 disisipkan 1 ayat yakni ayat 1a (Standar Nasional Pendidikan digunakan sebagai
acuan Pengembangan kurikulum untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.)
6. Pada pasal 5 ayat 2 menyatakan standar isi (ruang lingkup dan tingkat kompetensi)
7. Pasal 5A dan 5B disisipkan antara pasal 5 dan 6. Ruang lingkup materi dirumuskan
berdasarkan kriteria muatan wajib, konsep keilmuan, karakteristik satuan pendidikan dan
program pendidikan. Tingkat Kompetensi dirumuskan berdasarkan kriteria tingkat
perkembangan Peserta Didik, kualifikasi Kompetensi Indonesia dan penguasaan Kompetensi
yang berjenjang.
8. Pasal 6 sampai dengan 18 pada Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 dihapus.
9. Pasal19 ayat 2 pada Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 dihapus.
10. pasal 20 (perencanaan pembelajaran) pada Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 diubah.
Semula pasal 20 Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 berbunyi Perencanaan proses
pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang-
kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar, dan penilaian
hasil belajar menjadi Perencanaan Pembelajaran merupakan penyusunan rencana
pelaksanaan Pembelajaran untuk setiap muatan Pembelajaran pada Peraturan Pemerintah
nomor 32 tahun 2013
11. Pasal 22 (penilaian hasil pembelajaran) ayat 3 pada Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun
2005 dihapus.
12. Pasal 23 dan 24, sama.
13. Pasal 25 (standar kompetensi pendidikan) ayat 2 dan ayat 4 diubah serta ayat 3 pada Peraturan
Pemerintah nomor 19 tahun 2005 dihapus
14. Pasal 25 (standar kompetensi pendidikan) ayat 2 dan ayat 4 diubah serta ayat 3 pada Peraturan
Pemerintah nomor 19 tahun 2005 dihapus
15. Ketentuan pasal 26 hingga 42 pada kedua Peraturan Pemerintah sama.
16. Pasal 43 ayat 5 (kelayakan isi, bahasa, penyajian dan kegrafikan buku teks) diubah dan di
antara ayat 5 dan ayat 6 (standar sumber belajar selain buku teks) disisipkan 1 ayat, yakni ayat
5a (pengadaan buku teks pelajaran).
17. Ketentuan pasal 44 hingga 63 pada kedua Peraturan Pemerintah sama. Pasal 64 (penilaian hasil
belajar oleh pendidik) ayat 1 (penjelasan tentang penilaian hasil belajar) dan ayat 2 (kegunaan
penilaian) diubah, di antara ayat 2 dan ayat 3 disisipkan 1 ayat yakni ayat 2a (ketentuan lanjutan
diatur oleh Peraturan Menteri), serta ayat (3) sampai dengan ayat (7) dihapus.
18. Pasal 65 (penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan) ayat 2(penilaian hasil belajar) dan
ayat 5(prasyarat nilai untuk mengikuti ujian sekolah/madrasah) dihapus, serta ayat 3 (penilaian
hasil belajar oleh pendidik), ayat 4 (penilaian hasil belajar melalui UN), dan ayat 6 (pihak yang
menentukan penilaian akhir) diubah. Pada Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 Ayat 6,
ketentuan mengenai penilaian akhir dan ujian sekolah/madrasah diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Menteri berdasarkan usulan BSNP, dan pada Peraturan Pemerintah nomor 32 tahun
2013, ketentuan mengenai penilaian akhir dan ujian sekolah/madrasah diatur dengan Peraturan
Menteri.
19. Pasal 66 pada kedua Peraturan Pemerintah sama.
20. Pasal 67, di antara ayat 1 (BNSP bertugas menyelenggarakan ujian nasional) dan ayat 2
(penyelenggaraan ujian nasional) Pasal 67 disisipkan 1 ayat, yakni ayat 1a (Ujian Nasional
untuk satuan pendidikan jalur formal pendidikan dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dikecualikan untuk SD/MI/SDLB atau bentuk lain yang sederajat).
21. Ketentuan pasal 68 pada kedua Peraturan Pemerintah sama. Pasal 69 (ujian nasional bagi
seluruh peserta didik, formal maupun nonformal) ayat 1 (setiap peserta didik berhak mengikuti
ujian nasional dan mengulanginya sepanjang dinyatakan belum lulus dari satuan pendidikan)
diubah dan di antara ayat 2 dan ayat 3 disisipkan 1 ayat, yakni ayat 2a (pengecualian ujian
nasional bagi peserta didik SD/MI/SDLB).
22. Pasal 70 (mata pelajaran yang pada ujian nasional) ayat 1 (mata pelajaran ujian nasional
SD/MI/SDLB) dan ayat 2 (mata pelajaran ujian nasional kejar paket A) dihapus serta ayat 4
(mata pelajaran ujian nasinal kejar paket B) diubah.
23. Ketentuan pasal 70 pada kedua Peraturan Pemerintah sama.
24. Pasal 72 (kelulusan) ayat 1 (kriteria kelulusan) diubah dan di antara ayat 1 dan ayat 2
(penetapan kelulusan peserta didik) disisipkan 1 (satu) ayat, yakni ayat 1a (ketentuan kelulusan
SD/MI/SDLB).
25. Ketentuan pasal 73, 74 dan 75 pada kedua Peraturan Pemerintah sama.
26. Pasal 76 (BSNP) ayat 3 (tugas BSNP) ditambah 1 (satu) huruf, yakni huruf e (menelaah
dan/atau menilai Buku Teks Pelajaran). Diantara Bab XI dan Bab XII disisipkan 1 bab, yakni
Bab XIA. Bab XIA berisi ketentuan mengenai kurikulum (kerangka dasar, struktur, kompetensi
inti, kompetensi dasar, beban belajar, silabus), struktur kurikulum satuan pendidikan dan
program pendidikan (struktur kurikulum pendidikan anak usia dini formal, struktur kurikulum
pendidikan dasar, struktur kurikulum pendidikan menengah, struktur kurikulum pendidikan
formal), kurikulum tingkat satuan pendidikan, muatan lokal, dokumen kurikulum, pengelolaan
kurikulum, dan evaluasi kurikulum. Pasal 89 (sertifikasi) diantara ayat 3 dan ayat 4 disisipkan
1 ayat, yakni ayat 3a (ijazah SD/MI/SDLB).
27. Pasal 94 (pemberlakuan kurikulum) diubah. Penyesuaian dengan ketentuan Peraturan
Pemerintah ini paling lambat 7 (tujuh) tahun.
28. Peraturan Pemerintah nomor 32 tahun 2013 mengatur kembali standar kompetensi lulusan,
standar isi, standar proses, dan standar penilaian, serta kurikulum.
Pemberlakuan kurikulum 2013 pada awal pemerintahan Jokowi sempat ditunda oleh
menteri pendidikan yang baru dengan alasan bahwa masih ada masalah dalam kesiapan buku,
sistem penilaian, penataran guru, pendamping guru dan pelatihan kepala sekolah yang belum
merata. Tapi pada tahun ini secara bertahap akan diberlakukan lagi kurikulum 2013.
di utara Philipina
di selatan Australia
a. Pendidikan Dasar.
Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan
menengah. Pemerintah menetapkan wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun, dan setiap warga
negara yang berusia 7 (tujuh) tahun wajib mengikuti belajar pada jenjang pendidikan dasar
tanpa dipungut biaya. Pendidikan dasar berbentuk: Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah
Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang Sederajat selama 6 tahun; dan sekolah Menengah
Pertama (SMP), Madrasah Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat selama 3
tahun.
b. Pendidikan Menengah.
Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar. Pendidikan menengah
terdiri atas: Pendidikan menengah umum, berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA),
Madrasah Aliyah (MA), atau bentuk lain yang sederajat; dan Pendidikan menengah kejuruan,
berbentuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) atau Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau
bentuk lain yang sederajat, selama 3 tahun.
c. Pendidikan Tinggi.
Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang
mencakup program pendidikan diploma (2-4 tahun); sarjana (4 tahun atau lebih); magister,
spesialis, dan doktor (2 tahun atau lebih); yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi.
Perguruan tinggi dapat berbentuk: Akademi, Politeknik, Sekolah Tinggi, Institut, atau
Universitas. Perguruan tinggi berkewajiban menyelenggarakan pendidikan, penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat. Perguruan tinggi dapat menyelenggarakan program
akademik, profesi, dan atau vokasi.
a. Guru/personalia
Berdasarkan Peraturan Pemerintah no 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan, pada pasal 28, bahwa Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan
kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan
untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yang dibuktikan dengan ijazah/sertifikat
keahlian yang relevan, yang dikeluarkan oleh Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan
(LPTK) yang terakreditasi dan ditetapkan oleh Pemerintah.
Jenis pendidikan guru yaitu Pendidikan Profesi Guru (PPG) yang diselenggarakan oleh LPTK
yang terakreditasi dan ditetapkan oleh Pemerintah, dengan kualifikasi akademik:
1) Pendidik pada jenjang Pendidikan Dasar minimum D-IV atau S1 pendidikan dasar.
2) Pendidik pada jenjang Pendidikan Menengah minimum D-IV atau S1 pendidikan
menengah.
3) Pendidik pada jenjang Pendidikan Tinggi minimum: S1 untuk program Diploma, S2 untuk
program sarjana, dan S3 untuk program magister dan program doktor.
b. Kurikulum
Korea Selatan yang didirikan pada tahun 1948 terletak disemenanjung di daratan Asia
Timur, dengan batas-batas wilayah sebelah timur berbatasan dengan lautan pasifik, sebelah
selatan berbatasan dengan selat Jepang, disebelah barat berbatasan dengan demarkasi militer
(garis lintang 380) yang memisahkan Korea Selatan dan Korea Utara. Penduduk Korea
Selatan kurang lebih 47 juta jiwa dengan angka pertumbuhan penduduk rata-rata 1,7%/ tahun
dengan kondisi penduduk yang homogen (etnik Korea), dengan angka literasi 98% (world
almanae 2000). Adapun system pemerintahan Korea Selatan bersifat sentralistik, dengan
system sentralistik ini maka kebijakan-kebijakan pemerintah termasuk di bidang pendidikan
dapat dijalankan tanpa harus mendapat persetujuan badan legislative daerah, seperti yang
terdapat pada pemerintahan system desentralisasi.
1. Tujuan Pendidikan di Korea Selatan
Salah satu keputusan Dewan Nasional Republik Korea tahun 1948 adalah menyusun
undang-undang pendidikan. Sehubungan dengan hal ini, maka tujuan pendidikan Korea
Selatan adalah untuk menanamkan pada setiap orang rasa Identitas Nasional dan penghargaan
terhadap kedaulatan Nasional, menyempurnakan kepribadian setiap warga Negara,
mengemban cita-cita persaudaraan yang universal, mengembangkan kemampuan untuk hidup
mandiri dan berbuat untuk Negara yang demokratis dan kemakmuran seluruh umat manusia,
dan menanamkan sifat patriotisme.
a) Guru/Personalia.
Terdapat dua jenis pendidikan guru, yaitu tingkat akademik (grade 13-14) untuk guru
SD, dan pendidikan guru empat tahun untuk guru sekolah menengah. Dengan biaya
ditanggung oleh Pemerintah untuk pendidikan guru negeri. Kemudian guru mendapat
sertifikat yaitu: sertifikat guru pra sekolah, guru SD, dan guru sekolah menengah. Sertifikat
ini diberikan oleh kepala sekolah dengan kategori guru magang, guru biasa dua (yang telah
diselesaikan onjob training) dan lesensi bagi guru magang dikeluarkan bagi mereka yang
telah lulus ujian kualifikasi lulusan program empat tahun dalam bidang engineering,
perikanan, perdagangan, dan pertanian. Sedangkan untuk menjadi dosen yunior college, harus
berkualifikasi master (S2) dengan pengalaman dua tahun dan untuk menjadi dosen di senior
college harus berkualifikasi dokter (S3).
b) Kurikulum.
1) Pendidikan prasekolah
Sekolah tadika (prasekolah) menerima kemasukan kanak-kanak daripada 4-6 tahun.
Pengajian tadika bukan merupakan pengajian wajib dalam Pendidikan Malaysia. Namun
begitu penubuhan tadika oleh pihak swasta amat menggalakkan. Setakat ini, sebahagian besar
Sekolah Kebangsaan mempunyai kelas prasekolah. Namun kemasukan ke kelas ini dibuka
kepada anak-anak dari keluarga berpendapatan rendah.
2) Pendidikan rendah
Pendidikan rendah bermula dari tahun 1 hingga tahun 6, dan menerima kemasukan
kanak-kanak berumur 7 tahun sehingga 12 tahun. Bahasa Melayu dan bahasa
Inggeris merupakan mata pelajaran wajib dalam Sistem Pendidikan Malaysia. Sekolah rendah
awam di Malaysia terbahagi kepada dua jenis, iaitu Sekolah Kebangsaan dan Sekolah Jenis
Kebangsaan. Kurikulum di kedua-dua jenis sekolah rendah adalah sama. Perbezaan antara
dua jenis sekolah ini ialah bahasa pengantar yang digunakan. Bahasa Melayu digunakan
sebagai bahasa pengantar di Sekolah Kebangsaan. Bahasa Tamil atau bahasa
Mandarindigunakan sebagai bahasa pengantar di Sekolah Jenis Kebangsaan.
Pada akhir tahun persekolahan sekolah rendah, ujian awam diadakan bagi menilai
prestasi murid-murid. Ujian awam pada peringkat sekolah rendah dinamakan Ujian Penilaian
Sekolah Rendah (UPSR). Pelajar yang telah menduduki UPSR, dibenarkan melanjutkan
pelajaran ke peringkat menengah.
3) Pendidikan menengah
Sekolah menengah awam boleh dilihat sebagai pelanjutan sekolah rendah. Bahasa
Malaysia digunakan sebagai bahasa pengantar bagi semua mata pelajaran selain Sains
(Biologi, Fizik dan Kimia) dan Matematik (termasuk Matematik Tambahan) Para pelajar
perlu belajar dari Tingkatan 1 hingga Tingkatan 5. Seperti di sekolah rendah, setiap tingkatan
(darjah) mengambil masa selama satu tahun. Pada akhir Tingkatan Tiga (digelar peringkat
menengah rendah), para pelajar akan menduduki Penilaian Menengah Rendah (PMR).
Berdasarkan pencapaian PMR, mereka akan dikategorikan kepada Aliran Sains atau Aliran
Sastera. Aliran Sains menjadi pilihan ramai. Pelajar dari Aliran Sains dibenarkan untuk
keluar dari Aliran Sains lalu menyertai Aliran Sastera tetapi sebaliknya tidak dibenarkan.
Pelajar-pelajar yang tidak mendapat keputusan yang memuaskan pula boleh memilih untuk
menjalani pengkhususan vokasional di sekolah teknik.
Pada akhir Tingkatan Lima (digelar peringkat menengah atas), para pelajar perlu
menduduk peperiksaan Sijil Pelajaran Malaysia (SPM) sebelum menamatkan pelajaran di
peringkat menengah. SPM adalah berdasarkan peperiksaan School Certificate United
Kingdom lama sebelum menjadi peperiksaan Tahap 'O' General Certificate of
Education (Kelulusan Umum Pelajaran) yang menjadi GCSE (General Certificate of
Secondary School / Kelulusan Umum Sekolah Menengah). Sejak tahun 2006, para pelajar
turut menduduki kertas GCE Tahap 'O' bagi bahasa Inggeris selain kertas SPM Bahasa
Inggeris biasa. Keputusan lain ini adalah berdasarkan markah penulisan karangan dalam
kertas Bahasa Inggeris SPM. Penilaian karangan kertas Bahasa Inggeris SPM diadakan di
bawah pengawasan pegawai dari peperiksaan Tahap 'O' British. Walaupun keputusan ini
bukan sebahagian daripada SPM, keputusan ini akan dinyatakan pada kertas keputusan.
Selepas keputusan SPM 2005 dikeluarkan pada Mac 2006, Kementerian Pelajaran
mengumumkan bahawa mereka sedang menimbang untuk memperbaharui sistem SPM
kerana orang ramai terlalu mementingkan bilangan A yang didapati. Pendidik-pendidik
tempatan bersetuju dengan cadangan ini. Salah seorang profesor di Universiti Malaya
mengesali keadaan sesetengah pelajar universiti yang tidak mampu menulis surat dan
berbahas. Beliau berkata, "Mereka tidak memahami apa yang saya katakan ... Saya tidak
dapat berkomunikasi dengan mereka." Tambah beliau, "Sebelum 1957, wira sekolah bukan
mereka yang mendapat 8A atau 9A tetapi merupakan pembahas yang baik, pelakon yang
baik, ahli sukan yang baik dan mereka yang memimpin Persatuan Pengakap."
Pelajar di Sekolah Tinggi Persendirian Cina belajar dari tiga tahap rendah (Junior)
sehingga ke tiga tahap tinggi (Senior). Setiap tahap mengambil masa selama satu tahun.
Mereka tidak dibenarkan untuk belajar dalam tahap yang lebih tinggi jika gagal dalam
peperiksaan sekolah, sebaliknya perlu mengulang. Mereka yang gagal mara ke tahap yang
lebih tinggi selepas belajar dalam tahap yang sama selama tiga tahun akan disingkirkan dari
sekolah. Oleh itu, sesetengah pelajar mengambil masa yang lebih daripada enam tahun untuk
menamatkan pelajaran di Sekolah Tinggi Persendirian Cina. Pada akhir Junior 3, para pelajar
perlu menduduki peperiksaan UEC-JML. Sesetengah pelajar juga akan menduduki
peperiksaan PMR. UEC-JML lebih susah daripada PMR. Seperti pelajar di sekolah
menengah awam, pelajar di sekolah tinggi persendirian Cina juga akan dikategorikan kepada
aliran Sains dan aliran Perdagangan/Sastera bermula Senior 1. Pada akhir Senior 2,
sesetengah pelajar menduduki peperiksaan SPM. Mereka mungkin meninggalkan sekolah
selepas SPM. Sesetengah pelajar pula menyambung pelajaran ke Senior 3. Pada akhir Senior
3, mereka akan menduduki peperiksaan UEC-SML.
UEC-SML telah diakui sebagai kelayakan kemasukan banyak universiti luar negara
seperti Singapura, Australia, Taiwan, China dan sesetengah negara Eropah tetapi tidak diakui
oleh kerajaan Malaysia sebagai kelayakan kemasukan ke universiti-universiti awam
Malaysia. Akan tetapi, kebanyakan kolej persendirian mengakui UEC. Pada Mei 2004,
kerajaan Malaysia mewajibkan pelajar-pelajar yang menggunakan kelayakan kemasukan
yang selain daripada SPM perlu lulus dalam kertas Bahasa Malaysia SPM. Ini menyebabkan
banyak bantahan, dan Menteri Pengajian Tinggi ketika itu, Dr Shafie Salleh, mengecualikan
pelajar UEC daripada keperluan tersebut.
4. Pendidikan pra-universiti
Selepas SPM, para pelajar dapat membuat pilihan sama ada belajar dalam Tingkatan
6 matrikulasi, pengajian diploma di pelbagai institut pendidikan seperti Politeknik. Jika
mereka melanjutkan pelajaran dalam Tingkatan Enam, mereka akan menduduki
peperiksaan Sijil Tinggi Persekolahan Malaysia (STPM). Tingkatan 6 yang terdiri daripada
Tingkatan 6 Rendah dan Tingkatan 6 Atas mengambil masa selama dua tahun. STPM
dianggap lebih susah daripada A-level kerana merangkumi skop yang lebih mendalam dan
luas. Walaupun STPM biasanya diduduki bagi mereka yang ingin belajar di universiti awam
di Malaysia, STPM turut diakui di peringkat antarabangsa.
Selain itu, para pelajar boleh memohon kebenaran untuk mengikuti program
matrikulasi yang mengambil masa selama satu atau dua tahun. Pada suatu ketika dahulu,
matrikulasi hanya mengambil masa selama satu tahun. Sejak tahun 2006, 30% daripada
semua pelajar matrikulasi diberikan program yang mengambil masa selama dua tahun. 90%
daripada tempat matrikulasi adalah disimpan untuk bumiputera. Program matrikulasi tidak
seketat dengan STPM. Program ini dikritik oleh ramai kerana jauh lebih mudah daripada
STPM, dan dikatakan untuk membantu bumiputera belajar di universiti dengan mudah.
Matrikulasi dikenalkan selepas kuota kemasukan universiti awam yang berdasarkan kaum
dimansuhkan. 70% daripada pelajar kursus krtikal seperti perubatan, farmasi, pergigian dan
perundangan ialah pelajar matrikulasi. Sebaliknya, kebanyakan kursus-kursus seperti Sarjana
Muda Sains yang kurang diminati diambil oleh pelajar STPM. Pembela program matrikulasi
mendakwa bahawa Tingkatan 6 adalah berbeza dengan program matrikulasi. Akan tetapi,
program matrikulasi dan Tingkatan Enam memainkan peranan yang sama (kelayakan
kemasukan universiti).
1989: Mata pelajaran Kemahiran Manipulatif dilancarkan di 100 buah sekolah rendah