Anda di halaman 1dari 24

Laporan Observasi Pembiayaan Pendidikan di SMK Negeri 1

Purbalingga
Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pembiayaan Pendidikan
Dosen Pembimbing:
Kardiyem, S.Pd, M.Pd

Disusun oleh:
Istika Indah Ningsih (7101413067)
Nurafni Fauzi

(7101413122)

Ervi Fatimah

(7101413123)

Surya Aditya R

(7101413188)

Aprilian Epti W.

(7101413195)

Dais Setiawan

(7101413197)

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Profil SMK Negeri 1 Purbalingga


1. Identitas Sekolah
Nama Sekolah
Alamat
Telp
Faks
Email

: SMK Negeri 1 Purbalingga


: Jl. Mayjend. Soengkono KM 2, Purbalingga, Jawa
Tengah, Kode Pos 53371
: (0281) 891550
: (0281) 985264
: smkn1pbg@gmail.com

2. Sejarah Sekolah
Perintisan lahirnya SMK N 1 Purbalingga dimulai pada tahun 1966
antara lain dirintis oleh Bapak Karseno, BA yang berkeinginan untuk
mendirikan SMEA, mengingat pada waktu itu belum ada SMEA di
Purbalingga maka dibentuklah Panitia Pendiri SMEA PERSIAPAN
Kabupaten Purbalingga yang terdiri dari :
1) Unsur Pemerintah
: Sekda Kab. Purbalingga, Bapak R. Soedjiman
2) Tokoh Pendidikan
: Bapak B. Soesasi, Bapak Karseno, B.A
3) Tokoh Masyarakat
: Bapak W. Sisswo Soemarto, Bapak H. Ach.
Suchaimi, Bapak Kapten Hadi
Pada tanggal 06 Desember 1966, Panitia Pendiri SMEA PERSIAPAN
mengumumkan bahwa pada tahun ajaran 1967 SMEA PERSIAPAN akan
mulai menerima siswa baru.
Dengan semangat dan komitmen yang tinggi akhirnya pada tanggal 19
April 1968 keluarlah Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No.
140/UUK 3/1968 bahwa terhitung mulai tanggal 1 Januari 1968 secara resmi
SMEA Negeri 1 Purbalingga dan ditunjuk sebagai kepala SMEA Negeri 1
Purbalingga yang pertama adalah Drs. Paridjan Prawiro Soeprapto.
Pembangunan gedung SMEA Negeri 1 Purbalingga dimulai tanggal 1
Mei 1969 di atas tanah seluas 0,867 hektar di desa Planjan yang merupakan
pemberian Pemda Kabupaten Purbalingga, ditanda tangani oleh Bupati
Purbalingga Bapak R Bambang Murdharmo, SH.
Ditempat inilah sampai sekarang segala aktifitas pendidikan SMK Negeri
1 Purbalingga berlangsung dalam rangkat mewujudkan generasi bangsa yang
profesional, berwawasan global dan berakhlak mulia.
3. Visi dan Misi

a. Visi SMK Negeri 1 Purbalingga


Visi SMK Negeri 1 Purbalingga yaitu SMK Negeri 1 Purbalingga
mewujudkan insan profesional berakhlak mulia, berwawasan global dan
berkarakter kebangsaan.
b. Misi SMK Negeri 1 Purbalingga
Visi tersebut dijabarkan dalam beberapa misi, yaitu:
1) Menyelenggarakan pembelajaran yang kompetitif berbasis Bahasa
Inggris dan teknomogi informasi
2) Menyelenggarakan pendidikan dan latihan pofesi berstandar nasional
3) Mengembangkan budaya bersih, sehat dan berwawasan lingkungan
4) Menjadi sekolah unggulan yang berkarakter kebangsaan
4. Tujuan Sekolah
Tujuan umum pendidikan yaitu menghasilkan tamatan yang memiliki jati
diri bangsa, mampu mengembangkan keunggulan lokal dan bersaing di pasar
global.
Berdasarkan tujuan umum tersebut, serta visi dan misi sekolah dapat
dijabarkan tujuan SMK Negeri 1 Purbalingga adalah sebagai berikut:
1) Terdepan, Terbaik, dan Terpercaya dalam hal ketakwaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa
2) Terdepan, Terbaik dan Terpercaya dalam pengembangan potensi,
kecerdasan dan minat
3) Terdepan, Terbaik dan Terpercaya dalam perolehan Nilai UAN
4) Terdepan, Terbaik dan Terpercaya dalam persaingan masuk jenjang
Perguruan Tinggi dan Dunia Kerja
5) Terdepan, Terbaik dan Terpercaya dalam membekali peserta didik agar
memiliki keterampilan teknologi informasi dan komunikasi serta mampu
mengembangkan diri secara mandiri.
6) Terdepan, Terbaik dan Terpercaya dalam persaingan secara global
7) Terdepan, Terbaik dan Terpercaya dalam pelayanan.
5. Struktur Organisasi

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan pendidikan pada saat ini mengalami reformasi yang
sedemikian cepat. Pembangunan pendidikan mulai dari daerah terpencil,
terluar, terdepan, sampai pusat perkotaan terus dilakukan. Di pedalaman
pemerintah memiliki banyak garapan terkait ketertinggalan yang terpaut jauh
dengan sekolah perkotaan. Seperti masih banyaknya buta aksara, tidak adanya
gedung sekolah, guru, minat murid, dan pakaian atau bahan belajar sekoalh.
Sehingga di daerah pedalaman pemerintah lebih fokus pada pemerataan
pendidikan untuk hal pokoknya seperti gedung sekolah, tenaga pendidik, dan

buku ajar. Namun berbeda dengan sekolah perkotaan, di perkotaan kebutuhan


pokok sekolah telah terpenuhi tinggal peningkatan kualitas sekolah, biasanya
antarsekolah saling unggul mengungguli dengan program program
pendukung pembelajaran yang meningkatkan kualitas sekolahnya, seperti :
extra kurikuler, acara hari ulang tahun sekolah, seminar, dsb. Namun baik
pedalaman maupun perkotaan, pemerintah ingin semua saling mendukung
dan bersinergi guna menciptakan sumber daya manusia Indonesia yang
semakin baik
Pembangunan pendidikan Indonesia yang seakan dikebut ini disebabkan
karena didorong faktor keterbutuhan zaman yang menuntut Indonesia berlari
untuk mengimbangi kualitas sumber daya manusia persaingan global. Seperti
menghadapi MEA 2015.
Pendidikan merupakan pondasi membangun sumber daya manusia,
sehingga Indonesia dengan sejumlah kebijakannya berupaya untuk terus
meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Kebijakan tersebut diantaranya
wajib belajar 12 tahun, dana BOS, program SM3T, UU NO 20 tahun 2003
tentang sistem pendidikan nasional, dan sebagainya.
Kebijakan pemerintah meningkatkan kualitas pendidikan mencakup
semua yang terkait dengan sistem pendidikan, seperti sarana prasarana,
kurikulum, tenaga pendidik non pendidik, bahan ajar dan pembiayaan atau
sumber pendanaan sekolah.
Pembiayaan pendidikan merupakan salah satu komponen masukan
instrumental (instrumental input) yang sangat penting dalam penyelenggaraan
pendidikan di sekolah. Tujuan pendidikan yang bersifat kuantitatif maupun
kualitatif dapat dicapai dengan adanya biaya pendidikan. Hampir tak ada
upaya pendidikan yang dapat mengabaikan peranan biaya, sehingga dapat
dikatakan tanpa biaya, proses pendidikan di sekoah tidak akan berjalan
dengan baik. Karena semua program dan rencana sekolah tidak akan
terealisasikan tanpa pembiayaan yang memadai.
Menurut suhardan, riduwan, enas (2012 : 21) dalam bukunya yang
berjudul ekonomi dan pembiayaan pendidikan, bahwa sumber-sumber biaya
pendidikan antara lain dari pemerintah seperti APBN dan APBD sekolah
iurna siswa masyarakat sumbangan dunia usaha perusahaan berasal dari hibah

Sementara penggunaannya di kelompokan menjadi tiga komponen antara


lain belanja pegawai, belanja barang dan jasa dan belanja modal. Sumber
dana di sekolah hendaknya dikelola dengan baik,agar sumber dana yang
terbatas dapat dialokasikan dan digunakan dengan efisien dan optimal
sehingga program dan pembelanjaan tepat sesuai kebutuhan dan tujuan.
Padahal pengelolaan dana yang baik tidak terlepas dari prinsip ekonomis,
efisiensi, efektifitas, transparansi, akuntabilitas, keadilan, kejujuran dalam
pengelolaan dan pengendalian.
Oleh karena latar belakang ini penyusun ingin mengetahui mekanisme
penyusunan pembiayaan pendidikan secara langsung, dalam hal ini kami
mengambil tempat

sekolah di SMK N 1 Purbalingga sebagai tempat

observasi kami. Setelah memahami dan mengerti bagaimana pembiayaan


pendidikan secara langsung mulai dari mekanisme penyusunannya hingga
pelaporan atau pertanggungjawaban anggaran pembiayaan pendidikan kepada
pihat terkait, harapannya penyusun mengerti gambaran umum di lapangan
tentang pembiayaan pendidikan, ikut berpartisipasi maupun menempatkan
diri dalam posisi yang baik, dan mengetahui penerapan prinsip prinsip
pengelolaan pembiayaan pendidikan.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah dipaparkan diatas, dapat ditarik rumusan
masalah yang perlu kita pecahkan, antara lain :
1)

BAB II
LANDASAN TEORI
A. Sumber-sumber Pendanaan Pendidikan
Berdasarkan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, pada bab XII yang mengatur Pendanaan Pendidikan,
yaitu Bagian Kedua mengenai Sumber Pendanaan Pendidikan, disebutkan
bahwa:
1) Sumber pendanaan pendidikan ditentukan berdasarkan prinsip keadilan,
kecukupan, dan keberlanjutan.
2) Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat mengerahkan sumber
daya yang ada sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3) Ketentuan mengenai sumber pendanaan pendidikan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut dengan peraturan
pemerintah.

Hal tersebut diperkuat dengan diterbitkannya Peraturan Pemerintah


Nomor 48 Tahun 2008 tentang pendanaan Pendidikan pada Bab V yaitu
Sumber Pendanaan Pendidikan, Pasal 51 menyebutkan bahwa:
1) Pendanaan pendidikan bersumber dari Pemerintah, pemerintah daerah, dan
masyarakat.
2) Dana pendidikan pemerintah daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat bersumber dari:
a. Anggaran Pemerintah;
b. Anggaran pemerintah daerah;
c. Bantuan pihak asing yang tidak mengikat; dan/atau
d. Sumber lain yang sah.
3) Dana pendidikan penyelenggara atau satuan pendidikan yang didirikan
masyarakat dapat bersumber dari:
a. Pendiri penyelenggara atau satuan pendidikan yang didirikan
masyarakat;
b. Bantuan dari masyarakat, di luar peserta didik atau orang tua/ walinya;
c. Bantuan Pemerintah;
d. Bantuan pemerintah daerah;
e. Bantuan pihak asing yang tidak mengikat;
f. Hasil usaha penyelenggara atau satuan pendidikan; dan/atau
g. Sumber lainnya yang sah.
4) Dana pendidikan satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah
dapat bersumber dari:
a. Anggaran Pemerintah;
b. Bantuan pemerintah daerah;
c. Pungutan dari peserta didik atau orang tua/walinya yang dilaksanakan
sesuai peraturan perundang-undangan;
d. Bantuan dari pemangku kepentingan satuan pendidikan di luar peserta
didik atau orang tua/walinya;
e. Bantuan dari pihak asing yang tidak mengikat; dan/atau
f. Sumber lainnya yang sah.
5) Dana pendidikan satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah
daerah dapat bersumber dari:
a. Bantuan pemerintah daerah;
b. antuan Pemerintah;
c. Pungutan dari peserta didik atau orang tua/walinya yang dilaksanakan
sesuai peraturan perundang-undangan;
d. Bantuan dari pemangku kepentingan satuan pendidikan di luar peserta
didik atau orang tua/walinya;
e. Bantuan pihak asing yang tidak mengikat; dan/atau
f. Sumber lainnya yang sah.

6) Dana

pendidikan

satuan

pendidikan

yang

diselenggarakan

oleh

penyelenggara atau satuan pendidikan yang didirikan masyarakat dapat


bersumber dari:
a. Bantuan dari penyelenggara atau satuan pendidikan yang bersangkutan;
b. Bantuan dari Pemerintah;
c. Bantuan dari pemerintah daerah;
d. Pungutan dari peserta didik atau orang tua/walinya yang dilaksanakan
sesuai peraturan perundang-undangan;
e. Bantuan dari pemangku kepentingan satuan pendidikan di luar peserta
didik atau orang tua/walinya;
f. Bantuan pihak asing yang tidak mengikat; dan/atau
g. Sumber lainnya yang sah.
Dari undang-undang tersebut dapat kita ketahui bahwa dana pendidikan
satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah dapat bersumber
dari:
a) Anggaran Pemerintah Pusat
Pendidikan adalah variabel yang menentukan kualitas sumber daya
manusia suatu bangsa. Maka menjadi tanggung jawab pemerintah untuk
dapat menjamin terselenggaranya pendidikan dengan mutu atau kualitas
yang baik. Berdasarkan UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, diamanatkan bahwa Pemerintah dan pemerintah
daerah wajib memberikan layanan dan kemudahan, serta menjamin
terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara tanpa
diskriminasi.
Bentuk keseriusan pemerintah dalam bidang pendidikan tertuang
dalam Pasal 31 ayat 4 UUD 1945 Amandemen ke 4 yang mengamanatkan
bahwa negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya
20 persen dari APBN untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan
pendidikan nasional. Hal ini dikuatkan dengan putusan Mahkamah
Konstitusi Nomor: 013/PUU-VI/2008, Pemerintah harus menyediakan
anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20 persen dari APBN untuk
memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional. Alokasi
anggaran diharapkan dapat memenuhi kebutuhan yang terkait dengan
peningkatan kualitas pendidikan. Alokasi anggaran pendidikan lebih

spesifik dituangkan dalam pasal 49 UU Nomor 20 tahun 2003 ayat (1)


yaitu Dana pendidikan selain gaji pendidik dan biaya pendidikan
kedinasan dialokasikan minimal 20% dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN) pada sektor pendidikan.
a) Bantuan pemerintah daerah;
Salah satu tujuan diberlakukannya otonomi daerah adalah untuk
meningkatkan keefektivan penyelenggaraan pemerintahan, termasuk
untuk memperpendek rantai birokrasi, mengingat luasnya dan
banyaknya pulau di negara Indonesia.
Keefektivan penyelenggaraan pemerintahan ini tentunya bertujuan
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, sebagaimana tertuang
dalam UU No. 23 Tahun 2014 bagian a bahwa: penyelenggaraan
pemerintahan daerah diarahkan untuk mempercepat terwujudnya
kesejahteraan

masyarakat

melalui

peningkatan

pelayanan,

pemberdayaan, dan peran serta masyarakat, serta peningkatan daya


saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan,
keadilan, dan kekhasan suatu daerah dalam sistem Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
Adanya UU tentang Pemerintah Daerah tersebut membawa
konsekuensi pada pemerintah daerah untuk mengelola sendiri berbagai
bidang, tetapi harus tetap mengacu pada rambu-rambu yang ditetapkan
oleh pemerintah pusat. Salah satu bidang atau sektor penting yang harus
dikelola oleh pemerintah daerah adalah sektor pendidikan, terutama
yang berkaitan dengan pendanaan.
Terkait dengan pendanaan bidang pendidikan, pemerintah telah
menetapkan ketentuan bahwa alokasi dana untuk pendidikan minimal
20% dari APBD. Hal ini tertuang dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional Pasal 49 ayat (1): Dana pendidikan selain
gaji pendidik dan biaya pendidikan kedinasan dialokasikan minimal
20% pada sektor pendidikan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD)

b) Pungutan dari peserta didik atau orang tua/walinya yang dilaksanakan


sesuai peraturan perundang-undangan;
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No 44
Tahun 2012, pasal 1 ayat 2, dijelaskan, pungutan adalah penerimaan
biaya pendidikan baik berupa uang dan/atau barang/jasa pada satuan
pendidikan dasar yang berasal dari peserta didik atau orangtua/wali
secara langsung yang bersifat wajib, mengikat, serta jumlah dan jangka
waktu pemungutannya ditentukan oleh satuan pendidikan dasar.
Dalam Permendikbud ini disebutkan, pembiayaan pendidikan
dengan melakukan pungutan hanya dibolehkan untuk satuan pendidikan
yang diselenggarakan oleh masyarakat. Sedangkan satuan pendidikan
yang

diselenggarakan

oleh

pemerintah

pusat/daerah,

tidak

diperkenankan menarik pungutan tapi bisa menerima sumbangan dari


masyarakat.
c) Bantuan dari pemangku kepentingan satuan pendidikan di luar peserta
didik atau orang tua/walinya;
Sedangkan sumbangan, (menurut pasal 1 ayat 3 Permendikbud No
44 tahun 2012) adalah penerimaan biaya pendidikan baik berupa uang
dan/atau barang/jasa yang diberikan oleh peserta didik, orangtua/wali,
perseorangan atau lembaga lainnya kepada satuan pendidikan dasar
yang bersifat sukarela, tidak memaksa, tidak mengikat, dan tidak
ditentukan oleh satuan pendidikan dasar baik jumlah maupun jangka
waktu pemberiannya.
Dijelaskan pula dalam UU No 48 Tahun 2008 Pasal 55 yang menyatakan
bahwa:
(1) Peserta didik atau orang tua/walinya dapat memberikan sumbangan
pendidikan yang sama sekali tidak mengikat kepada satuan pendidikan
secara sukarela di luar yang telah diatur dalam Pasal 52.
(2) Penerimaan, penyimpanan, dan penggunaan sumbangan pendidikan
yang bersumber dari peserta didik atau orang tua/walinya, diaudit oleh
akuntan publik, diumumkan secara transparan di media cetak berskala

nasional, dan dilaporkan kepada Menteri apabila jumlahnya lebih besar


dari jumlah tertentu yang ditetapkan oleh Menteri.
Yang harus diketahui adalah setiap sumbangan yang diperoleh
dari masyarakat tidak boleh digunakan untuk kesejahteraan anggota
komite sekolah atau lembaga representasi pemangku kepentingan
satuan pendidikan baik langsung maupun tidak langsung (pasal 11 c).
Dana sumbangan yang didapatkan dari masyarakat benar-benar
dipakai untuk menutupi kekurangan biaya operasional, sumbangan
diperbolehkan untuk sekolah yang diselenggarakan pemerintah
pusat/daerah, tidak otomatis semuanya dibebankan ke orang tua.
Namun sekolah harus memiliki rencana anggaran/kerja tahunan yang
mengacu

pada

standar

nasional

pendidikan.

Pengumpulan,

penyimpanan, dan penggunaan dana pungutan maupun sumbangan


harus dilaporkan dan dipertanggungjawabkan secara transparan
kepada pemangku kepentingan pendidikan terutama orang tua/wali
peserta didik, komite sekolah, dan penyelenggara satuan pendidikan
dasar.
d) Bantuan dari pihak asing yang tidak mengikat; dan/atau
UU No 20 Tahun 2003 dalam Bagian Kedua yaitu Tanggung Jawab
Pendanaan Pendidikan oleh Masyarakat di luar Penyelenggara dan
Satuan Pendidikan yang didirikan masyarakat serta Peserta Didik atau
Orang Tua/Walinya, Pasal 49 menyebutkan bahwa:
(1) Masyarakat di luar penyelenggara dan satuan pendidikan yang
didirikan masyarakat serta peserta didik atau orang tua/walinya
dapat memberikan sumbangan pendidikan secara sukarela dan
sama sekali tidak mengikat kepada satuan pendidikan.
(2) Sumbangan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dibukukan dan dipertanggungjawabkan secara transparan kepada
pemangku kepentingan satuan pendidikan.
(3) Penerimaan, penyimpanan, dan penggunaan sumbangan pendidikan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diaudit oleh
akuntan publik, diumumkan secara transparan di media cetak

berskala nasional, dan dilaporkan kepada Menteri apabila


jumlahnya lebih besar dari jumlah tertentu yang ditetapkan oleh
Menteri
e) Sumber lainnya yang sah
Adalah bantuan yang diterima oleh sekolah dari berbagai pihak
selain APBN dan APBD, dana penunjang pendidikan, dana dari
masyarakat, sumbangan dari pemerintah daerah setempat. Bantuan
tersebut berasal dari kerjasama sekolah dengan instansi lain atau yang
sejenis. Diantaranya ialah bantuan yang berasal dari luar negeri serta
pengajuan dana ke pemerintah untuk program peningkatan mutu atau
kualitas pendidikan.
B. Pengeluaran untuk Biaya Sekolah
a) Biaya Pendidikan
Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam
satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk
tujuan tertentu (Mulyadi, 1999: 8-9). Ada 4 unsur pokok dalam definisi
biaya:
1) Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi
2) Diukur dalam satuan uang
3) Yang telah terjadi atau yang secara potensial akan terjadi
4) Pengorbanan tersebut untuk tujuan tertentu
Menurut Hadi Purnomo (2007: 11), biaya pendidikan merupakan
semua jenis pengeluaran yang berkenaan dengan penyelenggaraan
pendidikan baik dalam bentuk uang maupun barang dan tenaga yang
dapat dihargakan dengan uang. Kriteria yang harus dipenuhi agar
pengeluaran dapat disebut biaya, yaitu :
1) Bahwa pengeluaran itu tidak dapat dihindarkan
2) Bahwa pengeluaran itu dapat diduga sebelumnya

3) Bahwa pengeluaran itu secara kuantitatif dapat dihitung


4) Bahwa pengeluaran itu inhaeren pada hasil, berapapun besarnya biaya
yang digunakan akan berpengaruh terhadap jumlah dan mutu hasil
pendidikan.
Biaya operasional pendidikan adalah bagian dari dana pendidikan
yang diperlukan membiayai kegiatan operasi satuan pendidikan agar
kegiatan pendidikan dapat berlangsung sesuai standar nasional
pendidikan secara teratur dan berkelanjutan yang terdiri atas biaya
operasi kepersonaliaan dan biaya operasi non kepersonaliaan.
Jenis-jenis biaya pendidikan menurut Badan Standar Nasional
Pendidikan (PP 19 Tahun 2005 Pasal 62) adalah
1) Biaya investasi yaitu biaya penyediaan sarana dan prasarana,
pengembangan sumber daya manusia dan modal kerja tetap
2) Biaya operasional adalah biaya yang meliputi gaji pendidik, tenaga
pendidikan serta segala tunjangan yang melekat pada gaji.
3) Biaya personal adalah biaya pendidikan yang harus dikeluarkan oleh
peserta didik untuk bisa mengikuti proses pembelajaran secara
teratur dan berkelanjutan.
b) Sifat Dan Karakteristik Pembiayaan Operasional Pendidikan
Tinggi rendahnya kualitas SDM dapat diukur melalui tingkat
kreativitas dan produktivitas yang diwujudkan dalam hasil kerja atau
kinerja baik secara perorangan maupun kelompok.
c) Hal-Hal Yang Mempengaruhi Pembiayaan Operasional Pendidikan
1) Faktor eksternal yaitu faktor-faktor yang ada di luar sistem pendidikan
a. Berkembangnya demokrasi pendidikan
b. Kebijaksanaan pemerintah
c. Tuntutan akan pendidikan
d. Kenaikan tuntutan akan pendidikan
e. Adanya inflasi

2) Faktor internal, yaitu faktor-faktor yang berasal dari dalam sistem


pendidikan yang mempengaruhi besarnya pembiayaan
a. Tujuan pendidikan
b. Pendekatan
c. Materi yang disajikan
d. Tingkat dan jenis pendidikan
d) Klasifikasi Jenis Belanja Pendidikan
1) Belanja Pegawai
Belanja Pegawai adalah kompensasi baik dalam bentuk uang
maupun barang yang diberikan kepada pegawai pemerintah, baik yang
bertugas di dalam maupun di luar negeri sebagai imbalan atas
pekerjaan yang telah dilaksanakan, kecuali pekerjaan yang berkaitan
dengan pembentukan modal.
Jenis-jenis Belanja Pegawai, antara lain :
a. Gaji Induk atau Gaji Pokok adalah gaji yang dibayarkan secara
rutin bulanan pada satuan kerja
b. Gaji/Pensiun/Tunjangan Bulan Ketiga Belas atau pupuler
dengan sebutan Gaji Ketiga Belas atau Gaji Tiga Belas
adalah gaji/pensiun/tunjangan ekstra yang diberikan kepada
pegawai negeri, pejabat negara, dan penerima pensiun/tunjangan
bersamaan dengan pemberian gaji induk/pensiun/tunjangan bulan
Juli.
c. Uang Lembur adalah uang yang diberikan kepada Pegawai Negeri
Sipil (PNS) yang telah melakukan kerja lembur selama paling
sedikit satu jam penuh. Uang Lembur diberikan dalam rangka
meningkatkan gairah kerja dalam menyelesaikan tugas-tugas dan
pekerjaan di luar jam kerja.
d. Honorarium atau Honor atau Honoraria adalah pembayaran atas
jasa yang diberikan pada suatu kegiatan tertentu.
Honorarium dapat diberikan melalui mekanisme belanja pegawai
dan belanja nonpegawai.

e. Uang Makan adalah uang yang diberikan kepada Pegawai Negeri


Sipil (PNS) berdasarkan tarif dan dihitung secara harian untuk
keperluan makan PNS.Uang makan diberikan dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan PNS selain diberikan gaji dan
tunjangan lainnya.
2) Belanja Barang dan Jasa
Pengadaan
pengadaan

Barang/Jasa

barang/jasa

Pemerintah adalah

pemerintah

yang

dibiayai

kegiatan
dengan

APBN/APBD baik yag dilaksanakan secara swakelola maupun oleh


penyedia barang/jasa.
Jenis belanja barang dan jasa :
a. Belanja Barang Habis Pakai
Barang habis pakai adalah berbagai jenis barang yang dibutuhkan
untuk mendukung kegiatan operasional sehari-hari, dan habis
digunakan untuk jangka pendek ( 1 tahun). Misalnya : kertas,
bollpoint, tinta, spidol dan lain-lain. Waktu pengajuan pada awal
RAB (Rencana Anggaran Belanja), tahunan.
b) Belanja pengadaaan bahan makanan;
c) Belanja pengiriman surat dinas;
d) Belanja langganan daya dan jasa (ditafsirkan sebagai Listrik,
Telepon, dan Air) termasuk atas rumah dinas yang tidak
berpenghuni;
e) Biaya pemeliharaan gedung dan bangunan (ditafsirkan sebagai
gedung

operasional

sehari-hari

berikut

operasional)
f) Belanja biaya pemeliharaan peralatan dan mesin
3) Belanja Modal
Pengeluaran untuk pembayaran perolehan

halaman

asset

gedung

dan/atau

menambah nilai asset tetap/asset lainnya yang memberi manfaat lebih


dari satu periode akuntansi dan melebihi batas minimal kapitalisasi asset
tetap/asset lainnya yang ditetapkan pemerintah.
Belanja modal dipergunakan untuk :
a) Belanja modal tanah
Seluruh pengeluaran

untuk

pengadaan/pembelian/pembebasan/

penyelesaian, balik nama, pengosongan, penimbunan, perataan,

pematangan tanah, pembuatan sertifikat tanah serta pengeluaranpengeluaran lain yang bersifat administratif sehubungan dengan
perolehan

hak

dan

kewajiban

atas

tanah

pada

saat

pembebasan/pembayaran ganti rugi sampai tanah tersebut siap


digunakan/dipakai.
b) Belanja modal peralatan dan mesin
Pengeluaran untuk pengadaan peralatan dan mesin yang digunakan
dalam pelaksanaan kegiatan antara lain biaya pembelian, biaya
pengangkutan, biaya instalasi, serta biaya langsung lainnya untuk
memperoleh dan mempersiapkan sampai peralatan dan mesin.
c) Belanja modal gedung dan bangunan
Pengeluaran untuk memperoleh gedung dan bangunan secara
kontraktual sampai dengan gedung dan bangunan siap digunakan
meliputi biaya pembelian atau biaya konstruksi, termasuk biaya
pengurusan IMB, notaris, dan pajak (kontraktual).
C. Pengawasan
Pengawasan adalah kegiatan membandingkan apa yang sedang atau
sudah dikerjakan dengan apa yang direncanakan sebelumnya, karena itu perlu
kriteria, norma, standard an ukuran tentang hasil yang ingin dicapai. Terdapat
hubungan yang erat antara pengawasan dan perencanaan karena pengawasan
dianggap sebagai aktivitas untuk menemukan, mengoreksi penyimpanganpenyimpangan dalam pelaksanaan dan hasil yang dicapai dari aktivitasaktivitas yang direncanakan.
Pengawasan merupakan salah satu fungsi manajemen yang sangat
penting sehingga berbagai ahli manajemen selalau menempatkan unsur
pengawasan sebagai fungsi yang penting. Kasus-kasus yang terjadi dalam
banyak organisasi adalah tidak diselesaikannya suatu penugasan, tidak
ditepatinya waktu dalam penyelesaiansuatu anggaran yang berlebihan dan
kegiatan-kegiatan lain yang menyimpang dari rencana.
Begitu pentingnya pengawasan dalam suatu organisasi sehingga
keberhasilan atau kinerja suatu organisasi menjadi ukuran, sampai dimana
pelaksanaan pengawasan terhadap organisasi tersebut.
Tujuan Pengawasan

1. Menjamin ketetapan pelaksanaan tugas sesuai dengan rencana tersebut,


kebijaksanaan dan perintah.
2. Melaksanakan kordinasi kegiatan-kegiatan
3. Mencegah pemborosan dan penyelewengan
4. Menjamin terwujudnya kepuasan masyarakat atas barang dan jasa yang
dihasilkan.
5. Membina kepercayaan masyarakat terhadap kepemimpinan organisasi
(pemerintah)
Sumber: Rahardjo, Adisasmita. 2011. Pengelolaan Pendapatan & Anggaran
Daerah. Graha Ilmu: Yogyakarta.
D. Undang-undang yang berkaitan dengan Pembiayaan Pendidikan
UU NO 20 Tahun 2003
PENDANAAN PENDIDIKAN
Bagian Kesatu
Tanggung Jawab Pendanaan
Pasal 46
(1) Pendanaan pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara
pemerintah, pemerintah daerah. Dan masyarakat.
(2) Pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung jawab menyediakan
anggaran pendidikan sebagaimana diatur dalam Pasal 31 ayat (4)
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
(3) Ketentuan mengenai tanggung jawab pendanaan pendidikan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut dengan peraturan
pemerintah.
Bagian Kedua
Sumber Pendanaan Pendidikan
Pasal 47
(1) Sumber pendanaan pendidikan ditentukan berdasarkan prinsip keadilan,
kecukupan, dan keberlanjutan.
(2) Pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat mengerahkan sumber
daya yang ada sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.
(3) Ketentuan mengenai sumber pendanaan pendidikan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut dengan peraturan
pemerintah.
Bagian Ketiga
Pengelolaan Dana Pendidikan
Pasal 48

(1) Pengelolaan dan pendidikan berdasarkan prinsip keadilan, efisiensi,


transparansi, dan akuntabilitas public.
(2) Ketentuan mengenai pengelolaan dana

pendidikan

sebagaimana

dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.
Bagian Keempat
Pengalokasian Dana Pendidikan
Pasal 49
(1) Dana pendidikan selain pendidik dan biaya pendidikan kedinasan
dialokasikan minimal 20 % dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN) pada sector pendidikan dan minimal 20% dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
(2) Gaji guru dan dosen yang diangkat oleh pemerintah dialokasikan dalam
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
(3) Dana pendidikan dari pemerintah dan pemerintah daerah untuk satuan
pendidikan diberikan dalam bentuk hibah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
(4) Dana pendidikan dari pemerintah kepada pemerintah daerah diberikan
dalam bentuk hibah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
(5) Ketentuan mengenai pengalokasian dana pendidikan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) diatur lebih
lanjut dengan peraturan pemerintah.

PP NO 48 TAHUN 2008 TENTANG PENDANAAN PENDIDIKAN


BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:
1. Pendanaan pendidikan adalah penyediaan sumberdaya keuangan yang
diperlukan untuk penyelenggaraan dan pengelolaan pendidikan.
Pasal 2
1. Pendanaan

pendidikan

menjadi

tanggung

jawab

bersama

Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat.


2. Masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. penyelenggara atau satuan pendidikan yang didirikan masyarakat;
b. peserta didik, orang tua atau wali peserta didik; dan

antara

c. pihak lain selain yang dimaksud dalam huruf a dan huruf b yang
mempunyai perhatian dan peranan dalam bidang pendidikan.
UU No 20 Tahun 2013
Pasal 12
PESERTA DIDIK
1) Setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak:
a. mendapatkan beasiswa bagi yang berprestasi yang orang tuanya tidak
mampu membiayai pendidikannya;
b. mendapatkan biaya pendidikan bagi mereka yang orang tuanya tidak
mampu membiayai pendidikannya;
Setiap peserta didik berkewajiban :
a. Ikut menanggung biaya penyelenggaraan pendidikan, kecuali bagi peserta
didik yang dibebaskan dari kewajiban tersebut sesuai dengan peraturan
perundangundangan yang berlaku.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Observasi
Observasi ini termasuk dalam observasi lapangan yaitu suatu observasi
yang dilaksanakan secara intensif, terperinci dan mendalam terhadap obyek
tertentu yang membutuhkan analisa komperhensif dan menyeluruh. Observasi
ini dilaksanakan di SMK Negeri 1 Purbalingga, dilakukan dengan cara
mengamati berbagai fasilitas, sarana dan prasarana yang terdapat di sekolah
tersebut. Selain itu juga dilakukan wawancara untuk memperoleh informasi
yang akurat untuk dijadikan laporan. Pertimbangan observasi ini, karena

SMK Negeri 1 Purbalingga merupakan salah satu sekolah yang dapat


memberikan informasi terkait pembiayaan pendidikan.
B. Sifat Observasi
Sifat observasi ini adalah deskriptif analitik, yaitu observasi yang
dilakukan

dengan

menggambarkan

atau

menyajikan

berbagai

fakta

dilapangan kesimpulan dari informasi narasumber.


C. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam observasi ini adalah:
a) Data Primer
Data atau keternagan-keterangan yang diperoleh dari sumber pertama
langsung dari obyek yang diteliti. Sumber dari observasi ini adalah WKS
4/ Humas yang bernama Ibu Wahyuningsih.
b) Data Sekunder
Data yang berasal dari dokumen-dokumen dari SMK Negeri 1
Purbalingga. Misalnya: RAPBS.
D. Teknik Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam mengumpulkan data pada penelitian ini
adalah observasi langsung, wawancara dan dokumentasi.
a) Wawancara
Wawancara adalah suatu metode pengumpulan data dengan jalan
tanyajawab dengan pihak-pihak yang berkepentingan agar diperoleh
informasi yang akurat. Adapun jenis wawancara yang digunakan adalah
wawancara bebas terpimpin, dimana pertanyaan sudah dipersiapkan ,
tetapi juga disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada selama tidak
keluar dari pokok permasalahan yang akan dipertanyakan. Pertanyaan
wawancara ditujukan kepada WKS 4/Humas SMK Negeri 1 Purbalingga
(Ibu Wahyuningsih).
b) Observasi
Metode ini dilakukan dengan cara mengamati secara langsung tentang
kondisi yang terjadi di lapangan, baik kondisi fisik sekolah maupun
kondisi staff pendidik dan tenaga kependidikan. Observasi ini
dilaksanakan pada hari Sabtu, 14 November 2015.
c) Dokumentasi
Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data

dengan

cara

memanfaatkan dokumen bahan tertulis, dokumentasi fisik sekolah baik

dari sarana prasarana sekolah maupun berbagai fasilitas yang tersedia


disekolah.

PENGAWASAN
Kegiatan pengawasan pembiayaan dikenal dengan istilah auditing yaitu
kegiatan yang berkenaan dengan kegiatan pertanggungjawaban penerimaan,
penyimpanan,

dan

pembayaran

atau

penyerahan

uang yang dilakukan

Bendaharawan kepada pihak-pihak yang berwenang.


Menurut Nanang Fatah pengawasan pembayaan pendidikan bertujuan untuk
mengukur, membandingkan, menilai alokasi biaya dant ingkat penggunaannya.
Secara sederhana proses pengawasan terdiri dari :
1. Memantau (monitoring)
2. Menilai
3. Malampirkan hasil temuan, baik pada kinerja actual maupun hasilnya
Langkah atau tahapan yang harus dilakukan dalam proses pengawasan adalah
sebagai berikut:
a. Penetapan standar atau patokan, baik berupa ukuran kuantitas, kualitas,
biaya maupun waktu.
b. Mengukur dan membandingkan antara kenyataan yang sebenarnya dengan
standar yang telah ditetapkan.
c. Menentukan tindak perbaikan atau koreksi yang kemudian menjadi materi
rekomendasi.
Untuk menghindari penyelewengan, setiap pengeluaran yang dilakukan oleh
sekolah harus disertai dengan bukti transaksi dan diketahui oleh bendahara

sekolah. Pemerintah juga ikut andil dalam pengawasan terhadap sekolah.


Pemerintah selalu mengecek penggunaan dana sekolah. Beberapa tahun ini
pemerintah melakukan sidak kesekolah dengan mengecek keseluruhan fasilitas,
sarana dan prasarana sekolah. Menurut informasi yang observer terima dari
narasum berternyata pemerintah melakukan pengawasan sangat mendetail, hal ini
terbukti dengan adanya pengecekan secara menyeluruh misalnya gedung, gedung
diteliti dengan mengecek bahan apasaja yang digunakan. Contohnya saja semen
yang digunakan, kayu yang digunakan, lantai yang digunakan. Pemerintah
melakukan hal ini bertujuan untuk mengawasi penggunaan dana dari pemerintah.
Karena dana yang dikeluarkan oleh pemerintah kepada sekolah merupakan uang
dari rakyat Indonesia. Pengawasan untuk dana sekolah harus sesuai dengan
peraturan bupati indeksnya misalnya honor pengawasan UTS honornya tidak
boleh melebihi peraturan bupati dan yang mengawasi adalah inspektorat daerah
setiap dua tahun sekali secara berkala petugas inspektorat datang kesekolah dan
apabila jumlahnya melebihi peraturan bupati maka sekolah harus mengembalikan.
Pelaporan dilakukan oleh bendahara-bendahara sekolah dan kemudian dilakukan
rapat pleno yang dilakukan pada awal tahun pelajaran baru dan dipertengahan
tahun. Kemudian untuk APBN diadakan monev dari kementrian diperiksa berkasberkasnya dan dicocokan dengan keadaan yang sebenarnya. Dana bos diawasi
oleh inspektorat daerah yang dulunya bernama BAWASDA.
Pihak sekolah sendiri juga selalu melakukan pengawasan tidak hanya
pengawasan dari bendahara sekolah atau kepala sekolah namun guru, komite
sekolah dan orangtua/ wali juga diikut sertakan dalam pengawasan penggunaan
dana sekolah. Setiap tahunnya sekolah mengadakan rapat dengan guru, staff,
komite sekolah dan orangtua/ wali. Rapat ini membahas tentang laporan keuangan
yang telah dibuat oleh bendahara selama satu tahun sehingga apabila ada hal-hal
yang dianggap tidak wajar dapat diketahui oleh pihak-pihak yang bersangkutan.
Kepala sekolah, guru, staff, komite sekolah dan orangtua/ wali dapat mengetahui
dana yang dikeluarkan itu digunakan untuk apa.
Pemerintahjugamelakukanpengecekansecararutinlaporan
telahdibuatolehpihaksekolah,
halinidilakukandalamrangkamenghindaripenyelewenganuangrakyat.

yang

Anda mungkin juga menyukai