Purbalingga
Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pembiayaan Pendidikan
Dosen Pembimbing:
Kardiyem, S.Pd, M.Pd
Disusun oleh:
Istika Indah Ningsih (7101413067)
Nurafni Fauzi
(7101413122)
Ervi Fatimah
(7101413123)
Surya Aditya R
(7101413188)
Aprilian Epti W.
(7101413195)
Dais Setiawan
(7101413197)
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
TAHUN PELAJARAN 2014/2015
2. Sejarah Sekolah
Perintisan lahirnya SMK N 1 Purbalingga dimulai pada tahun 1966
antara lain dirintis oleh Bapak Karseno, BA yang berkeinginan untuk
mendirikan SMEA, mengingat pada waktu itu belum ada SMEA di
Purbalingga maka dibentuklah Panitia Pendiri SMEA PERSIAPAN
Kabupaten Purbalingga yang terdiri dari :
1) Unsur Pemerintah
: Sekda Kab. Purbalingga, Bapak R. Soedjiman
2) Tokoh Pendidikan
: Bapak B. Soesasi, Bapak Karseno, B.A
3) Tokoh Masyarakat
: Bapak W. Sisswo Soemarto, Bapak H. Ach.
Suchaimi, Bapak Kapten Hadi
Pada tanggal 06 Desember 1966, Panitia Pendiri SMEA PERSIAPAN
mengumumkan bahwa pada tahun ajaran 1967 SMEA PERSIAPAN akan
mulai menerima siswa baru.
Dengan semangat dan komitmen yang tinggi akhirnya pada tanggal 19
April 1968 keluarlah Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No.
140/UUK 3/1968 bahwa terhitung mulai tanggal 1 Januari 1968 secara resmi
SMEA Negeri 1 Purbalingga dan ditunjuk sebagai kepala SMEA Negeri 1
Purbalingga yang pertama adalah Drs. Paridjan Prawiro Soeprapto.
Pembangunan gedung SMEA Negeri 1 Purbalingga dimulai tanggal 1
Mei 1969 di atas tanah seluas 0,867 hektar di desa Planjan yang merupakan
pemberian Pemda Kabupaten Purbalingga, ditanda tangani oleh Bupati
Purbalingga Bapak R Bambang Murdharmo, SH.
Ditempat inilah sampai sekarang segala aktifitas pendidikan SMK Negeri
1 Purbalingga berlangsung dalam rangkat mewujudkan generasi bangsa yang
profesional, berwawasan global dan berakhlak mulia.
3. Visi dan Misi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan pendidikan pada saat ini mengalami reformasi yang
sedemikian cepat. Pembangunan pendidikan mulai dari daerah terpencil,
terluar, terdepan, sampai pusat perkotaan terus dilakukan. Di pedalaman
pemerintah memiliki banyak garapan terkait ketertinggalan yang terpaut jauh
dengan sekolah perkotaan. Seperti masih banyaknya buta aksara, tidak adanya
gedung sekolah, guru, minat murid, dan pakaian atau bahan belajar sekoalh.
Sehingga di daerah pedalaman pemerintah lebih fokus pada pemerataan
pendidikan untuk hal pokoknya seperti gedung sekolah, tenaga pendidik, dan
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Sumber-sumber Pendanaan Pendidikan
Berdasarkan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, pada bab XII yang mengatur Pendanaan Pendidikan,
yaitu Bagian Kedua mengenai Sumber Pendanaan Pendidikan, disebutkan
bahwa:
1) Sumber pendanaan pendidikan ditentukan berdasarkan prinsip keadilan,
kecukupan, dan keberlanjutan.
2) Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat mengerahkan sumber
daya yang ada sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3) Ketentuan mengenai sumber pendanaan pendidikan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut dengan peraturan
pemerintah.
6) Dana
pendidikan
satuan
pendidikan
yang
diselenggarakan
oleh
masyarakat
melalui
peningkatan
pelayanan,
diselenggarakan
oleh
pemerintah
pusat/daerah,
tidak
pada
standar
nasional
pendidikan.
Pengumpulan,
Barang/Jasa
barang/jasa
Pemerintah adalah
pemerintah
yang
dibiayai
kegiatan
dengan
operasional
sehari-hari
berikut
operasional)
f) Belanja biaya pemeliharaan peralatan dan mesin
3) Belanja Modal
Pengeluaran untuk pembayaran perolehan
halaman
asset
gedung
dan/atau
untuk
pengadaan/pembelian/pembebasan/
pematangan tanah, pembuatan sertifikat tanah serta pengeluaranpengeluaran lain yang bersifat administratif sehubungan dengan
perolehan
hak
dan
kewajiban
atas
tanah
pada
saat
pendidikan
sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.
Bagian Keempat
Pengalokasian Dana Pendidikan
Pasal 49
(1) Dana pendidikan selain pendidik dan biaya pendidikan kedinasan
dialokasikan minimal 20 % dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN) pada sector pendidikan dan minimal 20% dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
(2) Gaji guru dan dosen yang diangkat oleh pemerintah dialokasikan dalam
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
(3) Dana pendidikan dari pemerintah dan pemerintah daerah untuk satuan
pendidikan diberikan dalam bentuk hibah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
(4) Dana pendidikan dari pemerintah kepada pemerintah daerah diberikan
dalam bentuk hibah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
(5) Ketentuan mengenai pengalokasian dana pendidikan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) diatur lebih
lanjut dengan peraturan pemerintah.
pendidikan
menjadi
tanggung
jawab
bersama
antara
c. pihak lain selain yang dimaksud dalam huruf a dan huruf b yang
mempunyai perhatian dan peranan dalam bidang pendidikan.
UU No 20 Tahun 2013
Pasal 12
PESERTA DIDIK
1) Setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak:
a. mendapatkan beasiswa bagi yang berprestasi yang orang tuanya tidak
mampu membiayai pendidikannya;
b. mendapatkan biaya pendidikan bagi mereka yang orang tuanya tidak
mampu membiayai pendidikannya;
Setiap peserta didik berkewajiban :
a. Ikut menanggung biaya penyelenggaraan pendidikan, kecuali bagi peserta
didik yang dibebaskan dari kewajiban tersebut sesuai dengan peraturan
perundangundangan yang berlaku.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Observasi
Observasi ini termasuk dalam observasi lapangan yaitu suatu observasi
yang dilaksanakan secara intensif, terperinci dan mendalam terhadap obyek
tertentu yang membutuhkan analisa komperhensif dan menyeluruh. Observasi
ini dilaksanakan di SMK Negeri 1 Purbalingga, dilakukan dengan cara
mengamati berbagai fasilitas, sarana dan prasarana yang terdapat di sekolah
tersebut. Selain itu juga dilakukan wawancara untuk memperoleh informasi
yang akurat untuk dijadikan laporan. Pertimbangan observasi ini, karena
dengan
menggambarkan
atau
menyajikan
berbagai
fakta
dengan
cara
PENGAWASAN
Kegiatan pengawasan pembiayaan dikenal dengan istilah auditing yaitu
kegiatan yang berkenaan dengan kegiatan pertanggungjawaban penerimaan,
penyimpanan,
dan
pembayaran
atau
penyerahan
yang