seseorang. Jatidiri juga berarti inti, jiwa,semangat, daya gerak dari dalam, spiritualitas (KBB, h. 319, 352). Dengan demikian, apa yang dimaksud dengan jatidiri guru? $alah satu aspek jatidiri yang sekarang melekat pada diri guru adalah status pekerjaannya sebagai profesi. $tatus yang lama diperjuangkan itu secara yuridis telah memperoleh kekuatan hukum, dengan adanya UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. $ebagai pengantar, perlu disinggung tentang profesi guru, sebelum berbicara secara mendasar tentang jatidiri guru. !ekerjaan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan, yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan khusus. $pesialisasi yang didukung oleh teori yang luas, mencakup: pengetahuan umum yang luas dan keahlian khusus yang mendalam. !engembangan karier yang didukung oleh organisasi sejawat, mencakup: keterikatan dalam suatu organisasi profesional, otonomi jabatan, kode etik jabatan, dan karya bakti selama hidup. !engakuan masyarakat terhadap status profesional, mencakup: dukungan masyarakat, pengesahan dan perlindungan hukum, persyaratan kerja yang sehat, serta jaminan hidup yang layak. 1. menguasai bahan 2. mengelola program pembelajaran 3. mengelola kelas 4. menggunakan media/sumber 5. menguasai landasan kependidikan 6. mengelola interaksi pembelajaran 7. menilai prestasi belajar siswa 8. mengenal fungsi dan program layanan bimbingan dan penyuluhan 9. mengenal dan menyelanggarakan administrasi sekolah 10. memahami prinsip-prinsip dan hasil penelitian pendidikan untuk kepentingan pembelajaran Kesepuluh kompetensi tersebut berhubungan dengan "apa yang diajarkan dan "bagaimana mengajarkannya, agar siswa menguasai bahan ajar tertentu. !ersoalan 'apa' menyangkut kompetensi profesional dan persoalan 'bagaimana' menyangkut kompetensi pedagogik. Dari kesepuluh kompetensi tersebut tidak ada yang termasuk aspek kompetensi pribadi maupun kompetensi sosial. Sekarang dikenaI Iuas konsep tentang: Kompetensi Pendidik (PP No. 19 Tahun 2005 dan UU No. 14 Tahun 2005) Kompetensi Pedagogik Kompetensi Kepribadian Kompetensi ProfesionaI Kompetensi SosiaI !emantapan Jatidiri Guru erat kaitannya dengan pengembangan Kompetensi Kepribadian. Kepribadian: sifat hakiki yang tercermin pada sikap seseorang yang membedakannya dengan orang lain (KBB, h, 701). stilah kepribadian sering rancu penggunaan nya dengan istilah sifat, sikap, tempramen, watak (karakter). bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional ndonesia. menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat. menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa. menunjukkan etos keja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri. menjunjung tingi profesi guru. Kepribadian guru mencakup penghayatan nilai-nilai kehidupan (values) dan motivasi. Dalam hal penghayatan nilai-nilai kehidupan antara lain, apakah seorang guru memiliki rasa kebanggaan atau kepuasan atas jerih payahnya sebagai guru. Dalam hal motivasi kerja, apakah seorang guru bekerja terutama untuk mendapat penghasilan ataukah untuk menyumbangkan tenaga dan fikiran bagi perkembangan generasi muda. (Winkel, 1987). Jatidiri Guru pada umumnya dilihat dan dikembangkan dalam perspektif: filosofis, etis-moral, sosiologis-kultural. Marilah kita renungkan, kita elaborasi, atau kita maknai lebih dalam tayangan-tayangan selanjutnya, yang erat kaitannya dengan pemantapan jatidiri dan kepribadian guru ! Di samping menguasai 'apa' yang dikerjakan dan 'bagaimana' mengerjakannya, seorang guru juga harus memiliki kesadaran, 'mengapa' ia melakukan pekerjaan itu (Raka Joni, 1981). $ekarang kemukakan, mengapa Anda memilih pekerjaan/jabatan guru? "Jadilah guru yang baik atau jangan menjadi guru sama sekali. Apa makna pesan tersebut? $etujukah Anda jika harus memilih satu di antara dua pilihan yang ekstrim itu! GURU adalah akronim dari kata 'digugu' (menjadi panutan) dan 'ditiru' (menjadi contoh teladan). Guru harus tampil sebagai sosok yang digugu dan ditiru, bukan sosok sebaliknya, yaitu agu (tidak pantas) dan saru (tabu), atau yen minggu turu, wagu tur kuru lng ngarsa sung tu|adha (di dopan nonloiikan conloh) lng mada mangun karsa (di longah nonlangun konauan/sonangal Tut uurl handaanl (di loIakang nonloiikan doiongan) !endidikan moral merupakan inti dan wajah utama pendidikan pada masa awal perkembangannya (Downey & Kelly, 1978: 8). Jika orang berbicara tentang pendidikan, pendidik, dan orang yang terdidik, maka gambaran yang paling menonjol adalah aspek moralitasnya. !endidik dan orang yang terdidik dianggap identik dengan orang yang moralitasnya tinggi. !ersoalan moralitas meliputi moral yang bersifat: Universal, bisa disebut kesusilaan, misalnya: kejujuran, sifat kemanusiaan, sifat keadilan (absolut: bebas dari ruang dan ewaktu). Kultural,kontekstual, bisa disebut kesopanan, sopan santun berbicara, sopan santun dalam pergaulan (relatif: tergantung ruang dan waktu). !osisi guru di depan murid-muridnya membawa dua implikasi yang kadangkala bertentangan: Memotivasi, memberi tugas, menilai, memberi kan umpan balik kepada murid-muridnya dll; Bersikap ramah, sabar, penuh pengertian, menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan dll. Guru kerap kali dianggap sebagai orang yang serba tahu, serba bisa, serba baik, dan serba benar. Guru sering dianggap sebagai sosok yang ramah dan sabar, namun kadang kala juga yang dianggap sosok yang tegas, keras, atau bahkan galak. Karena interaksinya yang langsung dan intensif, guru akan diteropong oleh murid-muridnya, baik kelebihan maupun kekurangannya. !ilihan orang tua terhadap sekolah (termasuk staf gurunya) bukan tidak disertai perasaan was-was, sebab mereka mempertaruhkan masa depan anak- anak nereka. Harapan orangtua kepada sekolah/para guru sangat tinggi, yaitu sebagai pengganti orangtua, pelindung, pengasuh, dan pengantar anak-anak mereka ke masa depan yang dicita-citakan. Guru harus menyadari perannya sebagai orang yang menerima amanah dari orangtua murid Dalam pandangan masyarakat, guru memiliki tempat tersendiri. !eran guru tidak hanya di kelas/sekolah, namun juga diharapkan di masyarakat (lebih-lebih di kalangan masyarakat pedesaan). Ketika terjadi berbagai bentuk kenakalan remaja atau ketimpangan di masyarakat, tidak jarang masyarakat pun mempertanyakan peran guru. 1. Guru berbakti membimbing anak didik seuutuhnya untuk membentuk manusia pembangunan yang ber-!ancasila 2. Guru memiliki kejujuran profesional dalam menerapkan kurikulum, sesuai dengan kebutuhan anak didik masing-masing 3. Guru mengadakan komunikasai, terutama dalam memperoleh informasi tentang anak didik, tetapi menghindarkan diri dari penyalahgunaan 4. Guru menciptakan suasana kehidupan sekolah dan memelihara hubungan dengan orang tua murid sebaik-baiknya bagi kepentingan anak didik 5. Guru memelihara hubungan baik dengan masyarakat di sekitar sekolahnya maupun masyarakat yang lebih luas untuk kepentingan pendidikan 6. Guru secara sendiri-sendiri atau bersama-sama berusaha mengembangkan dan meningkatkan mutu profesinya 7. Guru menciptakan dan memelihara hubungan antara sesama guru, baik berdasarkan lingkungan kerja naupun di dalam hubungan keseluruhan 8. Guru secara bersama-sama memelihara, membina, dan meningkatkan mutu organisasi guru profesional sebagai sarana pengabdiannya 9. Guru melaksanakan segala ketentuan yang merupakan kebijaksanaan !emerintah dalam bidang pendidikan. Dari sisi etik (moral), apakah Kode Etik Guru tersebut telah memadai untuk membangun Jatidiri Guru? $udahkah Kode Etik Guru tersebut dijunjung tinggi di kalangan para guru, seperti misalnya $apta Marga dan $umpah !rajurit, Kode Etik Jurnalistik, Etika Kedokteran dll? andangguIa Lamun sira anggeguru kaki Amiliha manungsa kang nyata Ingkang becik martabate Sarta kang wruh ing khukum Kang ngibadah lan kang wirangi Sukur oleh wong tapa Ingkang wus amungkul Tan mikir pawehing liyan Iku pantes sira guranana kaki Sartane kawruhana (Serat Wulangreh karya !aku Buwana V, 1788-1820) ika engkau berguru, ananda PiIihIah manusia sejati Yang baik martabatnya Serta yang tahu hukum (peraturan) Yang taat beribadah dan suka menoIong Syukur mendapatkan seorang pertapa Yang sudah merunduk (berisi, tidak sombong) Tidak mengharap pemberian orang Iain ItuIah orang yang pantas kau jadikan guru emikian, agar engkau tahu (Buku WuIangreh, karya Paku Buwono IV, 1788-1820) Meskipun ajaran atau pandangan tersebut muncul dalam konteks sosio-kultural masyarakat Jawa dan ada yang sudah kurang relevan, yaitu tentang karakter seorang pertapa, akan tetapi nilai-nilai karakter yang lain masih tetap relevan, seperti baik martabatnya, mematuhi hukum, taat beribadah, suka memberi, tidak sombong, dan sepi ing pamrih (tidak didominasi oleh motif-motif pribadi). Terima kasihku kuucapkan Pada guruku yang tuIus IImu yang berguna SIaIu kau Iimpahkan BekaI hidupku nanti ..... dst Berdasar kompleksitas nilai kepribadian, watak, atau karakter yang telah disajikan, yang diharapkan dapat memperkokoh jatidiri guru, muncul pertanyaan : Bagaimana kondisi guru secara umum pada saat ini dilihat dari nilai-nilai yang telah disajikan tersebut? Bagaimana agar nilai-nilai tersebut dapat diapresiasi, dihayati, dan diaktualisasikan oleh para guru sehingga dapat memperkokoh jati diri guru?