Anda di halaman 1dari 10

DINAMIKA PROFESI GURU

Disusun guna untuk memenuhi tugas


Mata kuliah : Etika Profesi Keguruan
Dosen pengampu : Dr. H. Muhlisin, M.Ag

Disusun oleh :
1. Rahmawati Yunia Astuti 2118112
2. Naimah Sundari 2119007
3. Fitria Nurmala Sari 2119009
4. Putri Naeni Zulfa 2119010
5. Novi Alfiana 2119015

Kelas : A

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN
2021

0
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dunia pendidikan merupakan bagian dari budaya keseluruhan yang diciptakan
oleh manusia dalam perannya sebagai subjek utama terhadap kehidupan nyata di
alam dunia ini. Sebagaimana penjelasan H.A.R Tilaar bahwa seorang profesional
menjalankan pekerjaannya sesuai dengan tuntutan profesi atau dengan kata lain
memiliki kemampuan dan sikap sesuai dengan tuntutan profesinya. Pendidikan
jika dilihat lebih dalam lagi terfokus mengenai persoalan keguruan. Guru adalah
pembimbing perjalanan, yang berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya
bertanggung jawab atas kelancaran perjalanan itu. Dalam hal ini, istilah
perjalanan tidak hanya menyangkut fisik, tetapi juga perjalanan mental,
emosional, kreativitas, moral, dan spiritual yang lebih dalam dan kompleks.
Sehingga, maju atau mundurnya pendidikan sangat tergantung kepada kualitas
guru karena hanya guru yang berkualitas saja yang mampu mendukung tercipta-
nya suasana proses belajar mengajar yang kondusif.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah sejarah dan eksistensi profesi guru?
2. Bagaimanakah profesi guru dalam perspektif sosial budaya?
3. Bagaimanakah profesi guru dalam perspektif agama?
4. Bagaimanakah profesi guru dalam perspektif politik?
5. Bagaimanakah profesi guru dalam perspektif ekonomi?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang sejarah dan eksistensi profesi guru.
2. Untuk mengetahui tentang profesi guru dalam perspektif sosial budaya.
3. Untuk mengetahui tentang profesi guru dalam perspektif agama.
4. Untuk mengetahui tentang profesi guru dalam perspektif politik.
5. Untuk mengetahui tentang profesi guru dalam perspektif ekonomi.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah dan Eksistensi Profesi Guru
Profesi menurut KBBI ialah bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan
keahlian (keterampilan, kejuruan, dan sebagainya) tertentu. Volmer dan Mills
dalam buku Profesional Education (tahun 1983) mencoba memberikan uraiannya
yaitu profesi sebagai suatu pekerjaan yang didasarkan atas studi intelektual dan
latihan khusus, dengan tujuan menyediakan pelayanan keterampilan dan advice
(arahan/petunjuk) terhadap orang lain dengan bayaran atau upah tertentu. Uraian
tersebut merujuk pada dua hal dasar yang harus dimiliki oleh suatu profesi yaitu
pengetahuan dan keterampilan menjadi ukuran mutlak sehingga dapat disebut
sebagai profesi.1
Istilah guru atau pengajar sudah ada sejak zaman Rasulullah Saw, namun
belum dijadikan profesi yang pasti selayaknya zaman sekarang. Ramayulis
melihat berbagai istilah profesi guru dalam pespektif bahasa Arab sebagai
berikut:
1. Mu’addib (etika, moral, adab) yaitu orang beradab yang memiliki peran dan
fungsi membangun suatu peradaban yang berkualitas di era mendatang.
2. Mursyid yaitu orang yang mengajarkan dan menularkan penghayatan akhlak
dan kepribadian kepada peserta didik.
3. Ustadz yaitu orang yang (dalam pengajaran) selalu memperbaiki dan
berinovasi sesuai dengan perubahan zaman
4. Mudarris yaitu orang mencerdaskan, menghilangkan ketidaktahuan atau
kebodohan, dan melatih keterampilan peserta didik.
5. Mu’allim yaitu orang yang menjelaskan hakikat ilmu atau pengetahuan yang
diajarkan kepada peserta didiknya.
‫صغ َِار ْا ِلع ْل ِم َقبْلَ ِك َب ِار ِه‬ َ ‫ُك ْونـُ ْـوا َربَّا ِن ِّي ْـينَ ُح َل َما َء ُف َق َها َء ُع َل َما َء َو ُي َقالُ اَ َّلربَّا ِن ُّي ا َّلذِى ي‬
َ ‫ُــر ِبــّى ال َّن‬
ِ ‫اس ِب‬
Mohammad Ahyan Yusuf Sya’bani, Profesi Keguruan, (Gresik: Caremedia
1

Communication, 2018), hlm. 10.

2
Artinya: “Jadilah pendidik yang penyantun, ahli fikih, dan ulama. Disebut pendidik
apabila seseorang mendidik manusia dengan memberikan ilmu sedikit-
sedikit yang lama-lama menjadi banyak.” (HR. Bukhari)
Sebagaimana dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun
2003 tentang Sisdiknas Bab I Ketentuan Umum Pasal I pada poin 6 disebutkan
guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator,
dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam
menyelenggarakan pendidikan.”2 Berdasarkan UU RI No.14 tahun 2005 tentang
guru dan dosen Pasal 1, Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik pada Pendidikan anak usia dini jalur Pendidikan
formal, Pendidikan dasar, dan Pendidikan menengah. Dosen adalah pendidik
profesional dan ilmuan dengan tugas utama mentransformasikan,
mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
melalui Pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.3 Di dalam
masyarakat, dari yang terbelakang sampai yang paling maju, guru memegang
peranan penting hampir tanpa terkecuali, guru merupakan satu di antara
pembentukan-pembentukan utama calon warga masyarakat. Guru memiliki
julukan yang paling terkenal adalah “Pahlawan Tanpa Tanda Jasa”. Julukan ini
mengindikasikan betapa besarnya peran dan jasa yang dilakukan guru sehingga
guru disebut sebagai pahlawan.
B. Profesi Guru dalam Perspektif Sosial Budaya
Guru merupakan teladan dan memiliki tanggung jawab sosial diwujudkan
melalui kompetensi guru dalam memahami dirinya sebagai bagian yang tak
terpisahkan dari lingkungan sosial serta memiliki kemampuan interaktif yang

Mohammad Ahyan Yusuf Sya’bani, Profesi Keguruan, hlm. 34


2
3
Anggelika Permata Sari, Pentingnya Profesi Guru di Pendidikan di Indonesia, Universitas
Lambung Mangkurat Banjarmasin, Jurnal Profesi Keguruan Vol. 1 No. 2 (2021), hlm. 2

3
efektif. 4 Guru mempunyai kedudukan yang khusus di tengah-tengah masyarakat.
Perilaku serta penampilannya selalu diawasi dan dilihat oleh masyarakat yang
penuh dengan dinamika baik pada masa sekarang maupun pada masa yang akan
datang. Oleh karena itu, menjadi seorang guru tidaklah mudah dalam
mengemban amanah mencerdaskan kehidupan bangsa. Guru dipandang
masyarakat sebagai profesi khusus, yang terkenal dengan pameo “Guru harus
digugu dan ditiru”. Pameo tersebut menyiratkan pandangan dan harapan
masyarakat terhadap guru sangatlah tinggi. Dalam hal ini, guru tidak lagi
dipandang sebagai seorang pendidik di kelas saja, namun guru dipandang
sebagai pendidik dan pengayom di lingkungan masyarakat. Sebagai
konsekuensinya, guru sebaiknya memberikan contoh teladan yang baik kepada
seluruh masyarakat.5
Guru dalam perspektif budaya maksudnya adalah guru memiliki peranan
yang menyangkut pemeliharaan warisan budaya, menanamkan dan
mengembangkan nilai-nilai karakter bangsa sebagai wujud dari otoritas dan
tanggung jawabnya. Guru mempunyai peran dalam membangun budaya dan
karakter bangsa yaitu guru mampu menginspirasi dan memotivasi siswanya
sehingga mampu berbuat sesuatu yang baik dengan kemampuannya sendiri.
C. Profesi Guru dalam Perspektif Agama
Guru atau pendidik dalam Islam tidak hanya diposisikan sebagai orang
yang alim, wara’, dan uswah, tetapi guru juga diposisikan sebagai orang yang
mewarisi dan menggantikan para nabi dalam hal menjelaskan, menerangkan dan
mengaplikasikan nilai-nilai ajaran nabi (agama) dalam kehidupan.6 Guru

4
Laster D. Crow and Alice Crow, Introduction To Education, (New York: American Book
company, 1960), hlm. 425.
5
E. Mulyasa. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2007), hlm. 17.
6
Zakiah Daradjat, Keperibadian Guru, (Jakarta: Bulan Bintang, 2005), hlm. 11.

4
profesional mempunyai tanggung jawab pribadi, sosial, intelektual, moral, dan
spiritual (agama).7
Guru yang baik dalam perspektif pendidikan agama Islam adalah guru
yang bertitik tolak dari panggilan jiwa, dapat dan mampu bertanggung
jawab atas amanah keilmuan yang dimiliki, bertanggung jawab atas anak
didiknya, amanah orang tua anak didik dan atas profesi yang dia
sandang, baik tanggung jawab moral maupun sosial dan dapat menjadi
uswah bagi murid atau anak didiknya.8
َ‫سله َم َخيُر ُكم َمن تَعله َم القُران‬
َ ‫علَي ِه َو‬ ‫صلَى ه‬
َ ُ‫ٌللا‬ ‫ٌللا ه‬ ُ ‫ قَا َل َر‬: ‫عنهُ قَا َل‬
ِ ‫سو ُل ه‬ ‫ى ه‬
َ ُ‫ٌللا‬ ِ ‫عثَمانَ َر‬
َ ‫ض‬ ُ ‫عن‬
َ
‫ رواه البخاري وابو داود والترمذي والنسائ وابي ماجه هكذا في الترغيب‬. َ‫عله َمه‬
َ ‫َو‬
‫وعزاه الى مسلم ايضا لكن حكي الحافظ في الفضح عن ابي العالء ان مسلما سكت‬
‫عنه‬

Artinya : Dari Utsman RA, Rasulullah SAW bersabda, “Sebaik-baiknya kamu


adalah orang yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya.” (HR
Bukhari, Abu Dawud, Tirmidzi, Nasai, Ibnu Majah)

Dalam hal ini, sesuai hadist di atas bahwasanya profesi guru dalam
perspektif agama adalah mempelajari Al-Qur’an kemudian setelah mempelajari,
mengajarkannya kepada anak didiknya, karena sikap ini adalah mengikuti dan
meneladani para rasul. Di samping mempelajari dan mengajarkan Al-Qur’an
kepada anak didiknya, guru juga harus memberikan teladan yang baik kepada
anak didiknya sesuai dengan ajaran yang terkandung di dalam Al-Qur’an, supaya
mereka dapat menerima dan mengimplementasikan di dalam kehidupannya.
D. Profesi Guru dalam Perspektif Politik

7
Vicki R. Lind, High quality professional development: An investigation of the supports for
and barriers to professional development in arts education. International Journal of Education & the
Arts (Los Angeles: University of California Press, 2007) www. international journal of education &
the arts/ijea.asu.edu/v8n2/ di askes tanggal 29 November 2021.
8
Mukhtar, Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Misaka Galiza, 2003),
hlm. 99.

5
Di Indonesia, upaya penegakan profesionalisme guru masih berbenturan
dengan kepentingan politik.Menurut Richard D. Kellough bahwa guru perlu
menjadi anggota aktif organisasi profesi guru sebagai salah satu ciri dari profesi
guru. Akan tetapi, sejauh ini organisasi profesi guru juga masih menghadapi
permasalahan. Misalnya organisasi PGRI, masih harus melakukan pembenahan
mulai dari kepengurusan, keanggotaan, keuangan, sistem administrasi, dll.
Sejauh ini organisasi profesi guru belum menunjukkan peran yang lebih
fungsional seperti melakukan pengawasan terhadap para anggota dalam
menjalankan tugas atau membela anggota dari perlakuan diskriminatif.9
Pada kenyataannya persoalan guru dan praktik kelas tidak pernah terlepas
dari politik pendidikan nasional. Posisi guru sebagai pendidik rentan di hadapan
penyalahgunaan kekuasaan politik. Selain itu, menurut Doni Koesoema, guru
selalu menjadi objek latihan pemberlakuan kebijakan baru. Untuk melindungi
guru dari praktik-praktik yang merugikan seperti ini guru perlu bergabung dalam
organisasi profesi. Guru perlu menyadari statusnya sebagai sebuah entitas politik
yang dapat berkontribusi terhadap berbagai kebijakan melalui kekuatan wadah
organisasinya. Melalui organisasi tersebut guru memiliki forum untuk
menyampaikan pendapat atau aspirasi terkait dengan ketidakadilan yang
dihadapinya atau terkait dengan pembangunan bangsa ke arah yang positif.10
E. Profesi Guru dalam Perspektif Ekonomi
Peningkatan kualitas guru juga dilakukan dengan meningkatkan
penghasilan mereka. Dalam meningkatkan kualitas guru, pemerintah juga
memberlakukan UU 14/2005 tentang Guru dan Dosen. Undang-undang ini juga
berisi akan kewajiban guru Indonesia untuk di sertifikasi dan bersamaan dengan

9
Ambros Leonangung, Dkk., Etika dan Tantangan Profesionalisme Guru, (Bandung :
ALFABETA CV, 2017), hlm. 157
10
Ibid., hlm. 170

6
serangkaian berikutnya.11 Jika ekonomi guru meningkat diharapkan
keprofesionalitasan guru juga akan lebih baik. Status social ekonomi sendiri
adalah posisi yang dimiliki seseorang dalam sebuah instansi atau perusahaan
dalam kehidupan sehari-hari. Status ekonomi guru menjadi penting karena
berhubungan dengan posisinya baik dalam kehidupan di masyarakat maupun
posisinya di lingkungan sekolah. Status kehidupan di masyarakat lebih
dipandang dari kekayaan yang dimiliki, sedangkan status dalam pekerjaan lebih
dipandang dari jabatan yang sekarang ini dimiliki.12
Hal yang perlu diperhatikan dalam menilai status ekonomi suatu profesi
yang berkenaan dengan penghasilan, tidak hanya dilihat dari besarnya
penghasilan yang diterimanya, tetapi juga perlu disesuaikan dengan standar
kehidupan yang berlaku di suatu tempat dan kurun waktu tertentu. Profesi guru
cenderung disepelekan dan tidak menjadi prioritas pilihan utama dari cita-cita
orang Indonesia. Orang-orang zaman sekarang yang cenderung melihat
kedudukan suatu profesi itu dari jumlah gaji maupun pendapatan mereka. Itulah
mengapa slogan Guru sebagai “pahlawan tanpa tanda jasa” hanya menjadi
sekedar slogan, kurang makna. Sementara di negara-negara lain seperti Jepang
dan Finlandia sangat mengagungkan profesi seorang guru. Tanpa adanya guru,
tidak akan ada peradaban manusia, tidak akan ada pembangunan bangsa. Nilai-
nilai dan paradigma inilah yang perlu diadopsi dan dilekatkan dalam pemahaman
masyarakat Indonesia.

11
Rillia Aisyah Haris, “Analisis Kebijakan Reformasi Manajemen Guru Dalam Perspektif
Ekonomi Politik,” Public Corner 14, no. 1 (2019): 21–37, https://doi.org/10.24929/fisip.v14i3.704.
12
QOSIM, “Pengaruh Kompetensi Guru , Status Sosial Ekonomi , Sikap Dan Minat
Terhadap Perilaku Profesional Guru Di Sma / Ma Se- Kabupaten Demak Program Pascasarjana
Universitas Negeri Semarang Tahun 2008.”

7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa dalam UU RI
No.14 tahun 2005 tentang guru dan dosen Pasal 1, Guru adalah pendidik
profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada Pendidikan
anak usia dini jalur Pendidikan formal, dasar, dan menengah. Dosen adalah
pendidik profesional dan ilmuan dengan tugas utama mentransformasikan,
mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
melalui Pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Profesi guru
dalam perspektif sosial budaya adalah guru harus memberikan teladan yang baik
kepada anak didik dan masyarakat sekitar, guru juga harus melestarikan budaya
sehingga generasi bangsa dapat mengetahui tentang kebudayaannya sendiri.
Profesi guru dalam perspektif agama adalah guru harus memiliki tanggung jawab
moral, intelektial, dan spiritual (agama) supaya dapat mengimplementasikan
dalam kehidupan sehari-hari. Profesi guru dalam perspektif politik adalah
bergabung dalam organisasi profesi. Profesi guru dalam perspektif ekonomi
adalah status kehidupan di masyarakat lebih dipandang dari kekayaan yang
dimiliki, sedangkan status dalam pekerjaan lebih dipandang dari jabatan yang
sekarang ini dimiliki.
B. Saran
Demikian makalah ini kami buat, Penulis berharap tulisan ini dapat menambah
pengetahuan pembaca tentang Dinamika Profesi Guru. Penulis menyadari bahwa
dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Untuk itu,
kritik dan saran dari semua pihak kami harapkan, demi kesempurnaan isi dari
makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

8
DAFTAR PUSTAKA

Sya’bani, Mohammad Ahyan Yusuf. 2018. Profesi Keguruan. Gresik: Caremedia


Communication.
Sari, Anggelika Permata. 2021. Pentingnya Profesi Guru di Pendidikan di Indonesia.
Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin, Jurnal Profesi Keguruan Vol.
1 No. 2
Crow, Laster D. and Alice Crow. 1960. Introduction To Education. New York:
American Book company.
Mulyasa, E. 2007. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Daradjat, Zakiah. 2005. Keperibadian Guru. Jakarta: Bulan Bintang.
Lind, Vicki R. 2007. High quality professional development: An investigation of the
supports for and barriers to professional development in arts education.
International Journal of Education & the Arts. Los Angeles: University of
California Press.
Mukhtar. 2003. Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Misaka
Galiza.
Leonangung, Ambros Leonangung. 2017. Etika dan Tantangan Profesionalisme
Guru. Bandung : ALFABETA CV.
Haris, Rillia Aisyah Haris. 2019. Analisis Kebijakan Reformasi Manajemen Guru
Dalam Perspektif Ekonomi Politik,” Public Corner 14, no. 1.
Qosim. 2008. “Pengaruh Kompetensi Guru , Status Sosial Ekonomi , Sikap Dan
Minat Terhadap Perilaku Profesional Guru Di Sma / Ma Se- Kabupaten
Demak Program Pascasarjana Universitas Negeri Semarang Tahun 2008.”

Anda mungkin juga menyukai