Anda di halaman 1dari 13

MODEL-MODEL PENDIDIKAN ISLAM DAN

ORIENTASINYA

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas kapita selekta

Dosen:

Drs.Maksum, M.Pd

Disusun oleh:

Mutia shara(191210105)

Nurul qomariyah (191210120)

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM MA’ARIF METRO


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga makalah
ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami mengucapkan
terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.Kami berharap
semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman untuk
para pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
membaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.Kami yakin masih
banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah

B. Rumusan masalah

BAB II

PEMBAHASAN

A. Model-model Pendidikan Islam

B. Orientasi model pendidikan islam

C. Pandangan Para Ahli Tentang Model Pendidikan Ialam

BAB III

A. Kesimpulan

B. saran
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan di zaman sekarang ini sangat penting karena dengan


mengikuti pendidikan, kita mengetahui ilmu baru yang belum kita ketahui
sebelumnya. Dalam pendidikan/pembelajaran itu banyak sekali model-
model pembelajaran yang mana dengan adanya model-model
pembelajaran tersebut kita bisa menjadikan pendidikan menjadi mudah
untuk dipahami dan dimengerti khususnya bagi pelajar yang sedang
mengikuti pelajaran di kelas.1

Ditengah-tengah kemelut resesi kehidupan manusia di berbagai


bidang, terutama bidang ekonomi-keuangan, dimana nilai-nilai yang
mendasarinya juga terkena dampak negatifnya sehingga goyah dan
rentan menjadi transitif, maka pendidikan Islam sebagai salah satu bagian
dari kehidupan universal, tak dapat terhindar dari dampak guncangannya.
Realita perubahan sosio kultural yang melanda seluruh bangsa, termasuk
bangsa Indonesia, menuntut kepada adanya konsepsi baru yang tanggap
dan sanggup memecahkan. problem-problem kehidupan umat manusia
melalui pusat-pusat gerakan yang paling strategis dalam masyarakat.
Salah satu pusat strategis tersebut adalah gerakan kependidikan yang
mempunyai landasan ideal dan operasional yang kokoh berdasarkan nilai-
nilai yang pasti dan antisipatif kepada kemajuan hidup masa mendatang. 2

Dari latar belakang diatas, maka kami menyusun makalah yang


berjudul “Model-Model Pendidikan Islam dan Orientasinya” yang sudah
kami rangkum secara singkat dan jelas untuk dipelajari dan mudah untuk
dimengerti bagi pembaca.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana model-model pendidikan Islam?

2. Bagaimana orientasinya?

3. Bagaimana pandangan menurut para ahli tentang model-model


pendidikan Islam?
C. TUJUAN

1. Agar dapat mengetahui model-model pendidikan Islam.

2. Agar dapat mengetahui orientasinya.

3. Agar dapat mengetahui pandangan menurut para ahli tentang model-


model pendidikan islam

BAB II
PEMBAHASAN

A. MODEL-MODEL PENDIDIKAN ISLAM DAN ORIENTASINYA

Pendidikan islam yang bertugas menggali, menganalisis, dan


mengembang kan serta mengamalkan ajaran Islam yang
bersumberkan Al-Qur’an dan Al-Hadis, cukup memperoleh
bimbingan dan arahan dari kandungan makna yang terungkap dari
kedua sumber tuntutan tersebut. Sumber ajaran Islam itu benar-
benar lentur dan kenyal sertaresponsife (tanggap) terhadap
tuntunan hidup manusia yang makin maju dan modern dalam
segala bidang kehidupan1.

Diantara model-model pendidikan Islam adalah sebagai berikut :

1. Model pendidikan Islam esensialistik.


Model ini berorientasi pada nilai-nilai lama yang membentuk sosok
pribadi muslim yang tahan terhadap pukulan zaman.

2. Model Pendidikan Islam Perenialistik


Model ini berorientasi pada nilai-nilai yang mengandung potensi
mengubah nasib masa lampau (lama) saja yang diinternalisasikan
ke masa kini yang dijadikan inti kurikulum pendidikan. Dimana
nilai-nilai yang terbukti tahan. Sedangkan nilai-nilai yang
berpotensi bagi semangat perubahan di tinggalkan.
3. Model Pendidikan Islam yang Individualistik
Model ini, potensi aloplastik (mengubah dan membangun)
masyarakat dan alam sekitar kurang mengacu kepada kebutuhan
sosiokultural.

4. Model Pendidikan Islam yang bercorak teknologi.

Model ini orientasinya meninggalkan nilai-nilai samawi diganti


dengan nilai-nilai pragmatik realistik kultural.

5. Model pendidikan Islam Dialogis

1
KAPITA SELEKTA PENDIDIKAN ISLAM, Jakarta:BUMI AKSARA,2003,Hal 24
Mekanisme model ini adalah aksi reaksi dalam perkembangan
manusia menjadi gersang dari nilai-nilai Illahi yang mendasari
fitrahnya.

Dari berbagai jenis model pendidikan Islam di atas tentunya


masih banyak masalah-masalah yang timbul. Hal ini dapat dilihat
dari institusi Pendidikan Islam yang ada baik di Indonesia dan luar
negeri. Khususnya Indonesia institusi pendidikan Islam telah
mendapat pengakuan secara hukum dengan diatas dalam UU
pendidikan No. 20 tahun 2003. Tentunya dengan ketentuan-
ketentuan yang telah ditetapkan oleh negara. Setiap jenjang telah
disamakan dengan pendidikan umum. Tentunya dengan kelebihan
dan kekurangan yang dimiliki lembaga masing-masing.

Dorongan dan rangsangan ajaran Al-Qur’an terhadap


pengembangan untuk pemantapan iman dan taqwa diperkokoh
melalui ilmu pengetahuan manusia. Al-Qur’an sebagai sumber
pedoman hidup umat manusia telah menggelarkan wawasan dasar
terhadap masa depan hidup manusia dengan rentangan akal
pikirannya yang mendalam dan meluas sampai pada penemuan
ilmu dan teknologi yang canggih. Maka dari itu Al-Qur’an
menegaskan 300 kali perintah untuk memfungsikan rasio manusia,
dan 780 kali mengukuhkan pentingnya ilmu pengetahuan serta
pemantapan keimanan yang dikukuhkan dengan perintah tidak
kurang dari 810kali ayat-ayatnya.(DR. Fadhil Al-Djamaly,1997,p.87-
89). Ayat-ayat yang mendorong dan merangsang akal pikiran untuk
berilmu pengetahuan dan teknologi itu seperti tersebut dalam
surah Ar-Rahmaan ayat 1-33 tentang kelautan dan ruang angkasa
luar; Surah Al An’aam ayat 79 tentang eksplorasi benda-benda
ruang angkasa dengan akal pikiran oleh Nabi Ibrahim untuk
menentukan Tuhan yang hak, serta pengolahan dan pemanfaatan
besi tembaga sebagai bahan teknologi.2

B.Pandangan Dari Para Ahli Tentang.

Model-Modelpendidikan Islam dan Orientasinya.


Pandangan dari salah satu dokter bedah berkebangsaan
Prancis,Dr.Maurice Bucaille, yang telah melakukan studi
perbandingan mengenai Bibel danAl-Qur’an serta sains modern
sungguh mengejutkan umat Islam Sendiri yang setiap hari
memegang dan membaca kitab suci Al-Qur’an. Pendapat beliau
berdasarkan standar ilmiah modern melalui analisis

2
KAPITA SELEKTA PENDIDIKAN ISLAM,Jakarta: BUMI AKSARA, 2003.Hal 25
komparatif dan akademik terhadap kebenaran Al-Qur’an sebagai
wahyu murni, secara tekstual dan materiil, menunjukkan bahwa
“Al-Qur’an diwahyukan sesudah kitab suci sebelumnya”3

Dengan demikian pendidikan Islam dapat kita kembangkan


menjadi suatu agent of technologically and culturally motivating
resources dalam berbagai model yang mampu mendobrak pola
pikir tradisional yang pada dasarnya dogmatis, kurang dinamis,
dan berkembang secara bebas. Kita perlu bersikap dan
berkeyakinan bahwa agama dan iptek (ilmu pengetahuan dan
teknologi) dapat berperan konstruktif bersama-sama yang saling
mempengaruhi justru karena nilai-nilai agama kita kondusif
terhadap iptek, dan sebaliknya nilai-nilai iptek akan memperkuat
agama kita. Disinilah tampak peranan minimal agama dalam
pengembangan iptek, yaitu memberikan makna kemanusiawian
(humansatif) yang menuntut kebersamaan tanggung jawab dalam
mengelola planet bumi agar lestari dan tahan lama. Peranan
maksimalnya mendasari dan memotivasi perkembangan iptek
dengan Iman, Islam, dan Ihsan sehingga ia mengabdikan kepada
kepentingan hidup manusia bukan sebaliknya, manusia mengabdi
kepada iptek. Prinsip orientasi ini telah mengawali proses
pendidikan Islam pada permulaan sejarahnya.

Orientasi dasar pendidikan Islam, yang telah diletakkan oleh


Rosulullah pada awal risalahnya ialah menumbuh kembangkan sistem
kehidupan sosial yang penuh kebajikan dan kemakmuran, meratakan
kehidupan ekonomi yang berkeadilan sosial berpolakan dunia dan
akhirat yang bertumpu pada nilai-nilai moral yang tinggi dan berorientasi
kepada keutuhan pendidikan yang mengembang kan daya kreativitas
dan pola fikir intelektual bagi terbinanya teknologi sosial yang
berkeadilan dan berkemakmuran. Ketiga dimensi orientasi dasar
tersebut menjadi modal pokok untuk mendinamiskan umat manusia
pada kurun waktu permulaan sejarah pendidikan Islam, yaitu pada
zaman Nabi dan sahabat besar Nabi (khulafaur rasyidin). Pendidikan
Islam pada masa itu mampu menjadikan kaum muslimin sebagai pelaku
positif terhadap pembangunan diri pribadi dan masyarakatnya.
Pendidikan Islam sejak semula berkembangnya senantiasa meletakkan
pandangan filosofisnya kepada sasaran sentralnya, yaitu manusia didik,
sebagai makhluk Tuhan yang memiliki potensi dasar fitrah dimana

3
KAPITA SELEKTA PENDIDIKAN ISLAM,Jakarta: BUMI AKSARA, 2003. Hal.29
religiusitas-Islami menjadiintinya, yang dikembangkan secara vertikal
dan horizontal menuju kehidupan lahir dan batin yang bahagia dalam
arti luas. Sendi-sendi fundamental yang mendasari kehidupan psikologis
manusia, yaitu iman tauhid yang berdimensi ketakwaan kepada Allah,
berhasil didorong dan dipacu untuk berperan nyata dalam segala bidang
kehidupan yang melahirkan sikap hidup fastabiqul khairat.

Para filsuf-pendidikan muslim seperti Ibnu Sina (985M), AL


Ghazali (1058 M), dan Ibnu Khaldun (1332M) yang hidup pada periode
keemasan perkembangan ilmu pengetahuan Islam di Benua Arabia,
Afrika Utara, dan Spanyol Islam, secara prinsipil telah meletakkan
konsepsi pendidikan Islam yang berorientasi pada kebutuhan
perkembangan anak didik. Menurut Al-Ghazali, secara potensial
pengetahuan itu telah eksis dalam jiwa manusia bagaikan benih yang
ada di dalam tanah. Orientasi Al-Ghazali yang bercorak empiris dalam
pendidikan tampak di sisi lain, seperti keharusan seorang pendidik
memperbaiki sikap dan perilaku pendidik pada waktu bertugas
mengajar. Ia memandang kemampuan rasional manusia lebih penting
dari kemampuan kejiwaan lainnya. Ibnu Khaldun berpandangan serupa
dengan Al-Ghozali. Menurutnya akal fikiran (rasio) merupakan kekuatan
menciptakan kehidupan dan kerja sama dengan anggota-anggota
masyarakatnya serta untuk menerima wahyu Tuhan melalui Rosul-
Nya.Sedangkan Ibnu Sina berpandangan bahwa pendidikan lebih
menekankan pembinaan akhlak / moralitas. Muhammad Abduh salah
seorang cendekiawan, ulama, mahaguru Universitas Al-Azhar, ia
memandang bahwa peranan sistem pendidikan besar sekali bagi proses
modenisasi kehidupan umat Islam. Pendidikan harus didasari dengan
moral dan agama. Pendidikan agama diintegrasikan ke dalam ilmu
pendidikan agama, pendidikan dipandang sebagai alat yang paling
efektif untuk mengadakan pembaharuan atau perubahan.

DR. Fadhil Al-Djamly, menjabarkan tuntutan kehidupan


masyarakat (Islam) terhadap pengembangan kurikulum pendidikan
Islam, yaitu suatu jenis ilmu pengetahuan yang dikehendaki oleh AL-
Qur’an dan diajarkan kepada anak didik. Ilmu-ilmu pengetahuan itu
mencakup ilmu agama, sejarah, ilmu falak, ilmu bumi, ilmu hitung, ilmu
hukum dan perundangan, ilmu jiwa, ilmu kedokteran, ilmu pertanian,
biologi, sosiologi, ekonomi, ilmu balaghah, adab dll.
Sejalan dengan pandangan diatas umat Islam harus mengubah sikap
pandangannya yang lama, yaitu dari pandangan terhadap lembaga
pendidikan Islam yang hanya sebagai gudang ilmu atau bank transfer dan
menjadi pengolahan ilmu yang alamiah dan ilmiah yang mengacu pada
tuntutan masyarakat yang thoyibah warabbun ghafur dapat terwujud.
Oleh karena itu, berbagai model pendidikan Islam yang terbukti tidak
memuaskan tuntunan umat terlihat pada

1. Model pendidikan Islam yang berorientasi kepada pola pikir bahwa


nilai-nilai yang konservatif dan asketis harus dilestarikan dalam sosok
pribadi muslim yang resisten terhadap pukulan gelombang zaman,
merupakan ciri utama pendidikan esensialistik. Orientasi demikian sudah
tentu kurang dapat diandalkan oleh umat untuk menjawab tantangan
zaman.

2. Jika pendidikan Islam berorientasi kepada pola pikir bahwa nilai-nilai


Islami yang mengandung potensi mengubah nasib masa lampau ke
masa kini yang dijadikan inti kurikulum pendidikan, maka model
pendidikan Islam bercorak perenialisme, dimana nilai- nilai yang
terbukti tahan lama saja yang diinternalisasikan ke dalam pribadi anak
didik. Sedang nilai-nilai yang potensial bagi semangat pembaharuan
ditinggalkan.

3. Bila pendidikan Islam hanya lebih berorientasi pada personalisasi


kebutuhan pendidikan dalam segala aspeknya, maka ia bercorak
individualistis, dimana potensial plastik ( bersifat mengubah dan
membangun ) masyarakat dan alam sekitar kurang mengacu kepada
kebutuhan sosiokultural.

4. Jika pendidikan islam berorientasi kepada masa depan sosio, masa


depan tekno, dan masa depan bio,di mana ilmu dan teknologi menjadi
pelaku perubahan dan pembaruan kehidupan sosial, maka pendidikan
Islam yang bercorak teknologis, dimana nilai-nilai samawi ditinggalkan
diganti dengan nilai-nilai pragmatik-realivistik kultural.

5. Akan tetapi, jika pendidikan Islam Yang berorientasi kepada


perkembangan masyarakat berdasarkan proses dialogis dimana manusia
ditempatkan sebagai geiger-counter, pendekatan sinar radioaktif elemen-
elemen sosial yang berpotensi kontroversial ganda, yaitu
membahagiakan dan mensejahterakan. Maka Mekanisme aksi reaksi
dalam perkembangan manusia menjadi gersang dari nilai nilai Illahi yang
mendasari fitrahnya.4

C. Model Pendidikan Islam yang Berorientasi Pada Pandangan Falsafah


Dengan memperhatikan potensi psikologis dan pedagogis, model
pendidikan Islam seharusnya berorientasi kepada pandangan falsafah
sebagai berikut:

1. Filosofis: memandang manusia didik adalah hamba Tuhan yang diberi


kemampuan fitrah, dinamis dan sosial-religius serta psiko-fisik. Cenderung
kepada penyerahan diri secara total kepada sang pencipta.

2. Etimologis : potensi berilmu pengetahuan yang berpijak pada iman


dan berilmu pengetahuan untuk menegakkan iman yang bertauhid, yang
bersyariyah-dharuriah, menjadi shibghahmanusia muslim sejati
berderajat mulia.

3. Pedagogis: manusia adalah makhluk belajar sejak dari ayunan sampai


liang lahat yang proses perkembangannya didasari nilai-nilai Islami yang
dialogis terhadap tuntutan Tuhan dan tuntutan perubahan sosial, lebih
cenderung kepada pola hidup yang harmoni antara kepentingan duniawi
dan ukhrawi, serta kemampuan belajarnya disemangati oleh misi
kekhalifahan di muka bumi.5

Secara kurikuler model-model tersebut di atas, didesain


menjadi beberapa macam diantaranya adalah:

1. Content: lebih difokuskan kepada masalah sosio kultural masa kini


untuk diproyeksikan ke masa depan,.dengan kemampuan anak didik
untuk mengungkapkan tujuan dan nilai-nilainya yang sesuai tuntunan
tuhan.

2. Pendidik: bertanggung jawab terhadap penciptaan situasi komunitas


yang terpercaya.

3. Anak didik: dalam proses belajar mengajar bersama-sama menghayati


persepsi terhadap realitas kehidupan dan memperhatikan persepsi orang
lain.

4
KAPITA SELEKTA PENDIDIKAN ISLAM, Jakarta: BUMI AKSARA, 2003, hal.29
5
KAPITA SELEKTA PENDIDIKAN ISLAM, Jakarta : BUMI AKSARA,2003,hal.30-31
BAB III

A. KESIMPULAN

Dari pembahasan makalah diatas, maka dapat kami simpulkan bahwa


Model pendidikan

Islam berorientasi pada pandangan falsafah yaitu:

1. Filosofis yaitu memandang manusia didik adalah hamba tuhan yang


diberi kemampuan fitrah dinamis dan social religious serta yang psiko
fisik cenderung pada penyerahan diri secara total kepada sang pencipta.

2. Etimologis yaitu potensi berilmu pengetahuan yang berpijak pada iman


dan ilmu.

3. Pedagogis yaitu manusia adalah makhluk yang belajar sejak lahir dari
ayunan sampai liang lahat yang proses perkembangannya didasari nilai
nilai islami.
DAFTAR PUSTAKA

Muzayyin Arifin, “Kapita Selekta Pendidikan Islam”, Jakarta: Bumi


Aksara,2003

Dewi Asiyah, “Model-Model Pendidikan Islam dan Orientasinya”dalam


http://

74.blogspot.com. Model-Model Pendidikan Islam//, 2014


Yundi,,”problematika, metode, dan model pendidikan
Islam”dalamhttp://blog konsultasi problematika, metode, dan model
pendidikan Islam//, 2014

Anda mungkin juga menyukai