ILMU-ILMU AGAMA
Oleh Kelompok 2
Fitriana 200101010679
2
KATA PENGANTAR
Segala puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT. Karena dengan
anugerah dan kasih sayang, petunjuk dan kekuatan yang telah diberikan pada
kami sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Hubungan Ilmu
Perbandingan Agama Dengan Ilmu-Ilmu Agama” sesuai dengan yang
diharapkan. Tujuan dibuatnya makalah ini untuk memenuhi tugas perkuliahan
pada mata kuliah Perbandingan Agama.
Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa tanpa bimbingan dan bantuan
dari berbagai pihak penyusunan makalah ini tidak mungkin terselesaikan dengan
baik oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada Bapak M. Taslimurrahman, Lc., S.Pd.I, M.Pd
selaku Dosen Pengampuh Mata Kuliah Perbandingan Agama.
Kami berharap makalah ini bisa bermanfaat dan menambah pengetahuan
para pembaca. Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini
masih jauh dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengharap kritik dan saran
yang sifatnya membangun sehingga membuat kami lebih baik lagi dikesempatan
yang akan datang.
Kelompok 2
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................
A. Latar Belakang....................................................................................................
B. Rumusan Masalah...............................................................................................
C. Tujuan Penulisan.................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................
A. Pengertian Hubungan Ilmu Perbandingan Agama dengan Ilmu-Ilmu
Agama...................................................................................................................
B. Perbedaan Ilmu Perbandingan Agama, Teologi dan Filsafat Agama............
C. Peran Ilmu Perbandingan Agama, Teologi dan Filsafat Agama..................
BAB III PENUTUP...........................................................................................................
A. Kesimpulan.........................................................................................................
B. Saran ..................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Oleh sebab itu dalam makalah ini akan di bahas lebih lanjut mengenai
pengertian perbandingan agama, filsafat agama, dan teologi serta membahas
tentang perbedaan antara ketiganya.
B. Rumusan Masalah
1
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian hubungan ilmu perbandingan agama dengan
ilmu-ilmu agama
2. Untuk mengetahui perbedaan ilmu perbandingan agama, teologi dan filsafat
agama
3. Untuk mengetahui peran ilmu perbandingan agama, teologi dan filsafat
agama
2
BAB II
PEMBAHASAN
1
A. Mukhti Ali, Ilmu perbandingan agama di Indonesia, (Yogyakarta : IAIN Sunan Kali
Jaga Press, 1988), h. 5.
3
agama, atau sekurang kurangnya untuk menjelaskan bahwa apa yang diajarkan
agama tidaklah mustahil dan tidak bertentangan dengan logika. Dalam
pembahasan serupa ini orang masih terikat pada ajaran-ajaran agama.
2. Teologi
Teologi (bahasa Yunani) berasal dari kata theo dan logos. Theo berarti
Tuhan dan logos berarti ilmu. Jadi theologi berarti ilmu tentang ketuhanan.2
Teologi memiliki banyak ragamnya ada teologi Islam, teologi Kristen, teologi
Lutheran dan sebagainya. Teologi terdiri dari dua kata “theos” dan “ology”.
“theos” dalam bahasa Yunani berarti Tuhan, yang berkenaan dengan ketuhanan.
Sedangkan “ology” di petik dari bahasa Yunani “logos” yang berarti percakapan,
penilaian, pengkajian, penelitian yang dapat di pahami melalui pembicaraan dan
pemikiran manusia.3 Selain itu teologi juga di artikan sebagai
keseluruhan pengetahuan adi kodrati yang objektif lagi kritis dan yang disusun
secara metodis, sistemis dan koheren; pengetahuan ini menyangkut hal-hal
yang diimani sebagai wahyu Allah atau berkaitan dengan wahyu itu. Jadi teologi
menurut adalah suatu cabang ilmu pengetahuan di mana di dalamnya berkaitan
dengan tuhan, dan kebenaran di dapatkan berdasarkan wahyu dari Allah (di
sesuiakan dengan agama masing-masing).
Juhaya S. Praja, Filsafat Dan Metodologi Ilmu Dalam Islam, (Jakarta: Teraju, 2002), h.
41-42.
4
hindu, sikh dan seterusnya yang dapat dilihat sebagai teologi yang memiliki
otentitasnya sendiri.
3. Filsafat Agama
Filsafat agama yaitu kata majemuk yang terdiri dari filsafat dan agama,
Filsafat berasal dari bahasa Yunani "philosophia". Philosophia merupakan kata
majemuk yang terdiri dari kata philo dan sophia. Philo, artinya suka, cinta (dalam
arti seluas-luasnya) dan sophia artinya kebijaksanaan, pandai atau mengetahui
dengan mendalam. Jadi dilihat dari akar katanya, filsafat mengandung arti ingin
tahu dengan mendalam atau cinta kepada kebijaksanaan. 5 Musa Asy'arie
mengartikan filsafat sebagai kegiatan berfikir yang bebas, radikal dan berada
dalam dataran makna. Bebas artinya tidak ada yang menghalangi pikiran bekerja. 6
Kerja pikiran berada di otak, karenanya tidak ada satu kekuatan apapun yang
dapat dan bisa menghalanginya atau menyeragamkannya, meskipun seorang raja
atau penguasa. Asalkan orang yang bersangkutan dalam keadaan sehat, tidak
sakit, apalagi sakit jiwa. Bisa kita lihat berapa banyak orang yang dalam penjara,
namun kerja otaknya tetap berjalan, malah bisa melahirkan tulisan atau buku.
Abuddin Nata, Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawuf, (Jakarta: Grafindo Persada, 2003), h.
110.
6
Musa Asy'arie, Filsafat Islam Sunnah Nabi Dalam Berfikir, (Yogyakarta: LESFI, 2010),
h. 1
5
dan "gama" berarti pergi. Jadi agama berarti tidak pergi, tetap ditempat, diwarisi
turun temurun, selanjutnya. Pendapat lain mengatakan bahwa agama merupakan
teks atau kitab suci.selanjutnya dikatakan lagi bahwa agama berarti tuntunan[5]
Agama merupakan bagian dari kehidupan sebagian besar manusia, banyak
manusia yang dengan bangga mengakui sebagai penganut agama tertentu. Namun
ada juga orang yang dengan perasaan senang mengakui tidak beragama.
Walaupun demikian kehidupan beragama tetap merupakan bagian yang tak
terpisahkan dari kehidupan umat manusia.7 Secara gamblang, agama adalah
doktrin atau ajaran yang harus dipercaya karena ia berasal dari Maha Kuasa.
Maka dengan demikian filsafat agama berarti mempelajari secara mendalam
tentang dasar agama atau aturan dan tuntunan hidup menurut logika secara bebas.
Jadi filsafat agama adalah suatu penyelidikan yang bersifat kritis tentang
agama berdasarkan makna istilah-istilah, bahan bukti, dan prinsip-prinsip
verifikasi. Filsafat agama dapat diperluas atau dibatasi tergantung pada perhatian
seorang filosof, dan satu-satunya batasan universal yang berlaku adalah sebagai
berikut:
Dalam filsafat agama, agama ialah objek dari filsafat. Objek filsafat
agama tidak hanya persoalan-persoalan ketuhanan semata, akan tetapi juga sampai
kepada persoalan-persoalan eskatologis. Persoalan eskatologis pada umumnya
A.M Romly, Fungsi Agama Bagi Manusia Suatu Pendekatan Filsafat (Jakarta : PT.Bina
Wira Pariwara, 1999), h. 1.
8
John K. Roth, Persoalan-Persoalan Filsafat Agama, Pustaka Pelajar, (Yogyakarta,
2003), h. 10-11.
6
berbicara tentang hari kiamat dan hal-hal yang akan dialami manusia pada waktu
itu, seperti persoalan keadilan Tuhan, penerimaan pahala dan siksa. Pentingnya
persoalan eskatologis sebagai objek pembahasan filsafat agama karena
eskatologislah yang mendorong orang bersemangat orang untuk menjalankan
ajaran agamanya. Tanpa ada tanggung jawab terhadap amal perbuatannya
keberadaan agama menjadi kurang menarik. Hidup sesudah mati inilah yang
membuat pemeluknya menjadi tertarik kepada agama. Filsafat agama sebenarnya
bukanlah langkah untuk menyelesaikan persoalan agama secara tuntas.
Pembahasan filsafat agama hanya bertujuan untuk mengungkapkan argumen-
argumen yang mereka kemukakan dan memberikan penilaian terhadap argumen
tersebut dari segi logisnya.
1. Perbandingan Agama
Agama mempercayai akan adanya kebenaran dan khayalan dogma-
dogma agama.
Perbandingan agama membahas perbandingan dari beberapa agama
tetapi bukan untuk membenarkan atau menyalahkan.
Agama mendahulukan kepercayan dari pada pemikiran.
Agama adalah kebenaran yang bersumber dari wahyu Tuhan mengenai
berbagai hal kehidupan manusia dengan lingkungannya.
7
Ilmu perbandingan agama mempelajari semua aspek-aspek dari semua
agama dengan seobyektif mungkin, kemudian mengkomperatifkannya sehingga
bermuara kepada persamaan dan perbedaan.
2. Teologi
Teologi sudah menerima dasar ajaran agama sebagai kebenaran.
Teologi membahas dasar-dasar ajaran agama tertentu. Misalnya teologi
kristen, teologi muslim dsb.
Teologi berkaitan dengan tuhan dan kebenaran yang di terima
berdasarkan wahyu allah.
Teologi hanyalah sebatas upaya memberikan penjelasan atau
interpretasi tentang dasar-dasar agama, atau upaya mencari legalitas
rasional atas ajaran agama tertentu
Misalnya tentang wujud Allah. Allah itu ada dipercayai dulu, karena dalil
naqlinya ada. Setelah itu disusun dalil akalnya/logikanya. Sehingga muncul dalil
akal yang populer sekali yakni adanya alam, ada yang menciptakan , yang
menciptakan tidak lain adalah Tuhan.
8
3. Filsafat agama
Filsafat agama bermaksud menyatakan kebenaran atau ketidak benaran
dasar-dasar agama.
Filsafat agama tidak membahas dasar-dasar ajaran dari agama tertentu,
tetapi dasar-dasar agama pada umumnya.
Filsafat mempercayakan sepenuhnya kekuatan daya pemikiran.
Filsafat agama tidak terikat pada dasar-dasar agama tertentu.
9
Nico Syukur Dister OFM, Pengantar Teologi, (Yogyakarta: Kanisius, 1990), h. 32.
9
Hubungan Ilmu Perbandingan Agama dengan Teologi dan Filsafat Agama
bisa dilihat dari aspek historis, ketiganya berperan sebagai ilmu agama, lahir dari
atap yang sama sekalipun kemudian masing-masing mengambil jalannya sendiri-
sendiri. Namun begitu, tetap saja bahwa di antara ketiga ilmu itu tidak dapat
benar-benar terpisah karena tetap saja bahwa di antara ketiganya masih saling
beririsan dan bersinggungan. Ibarat suami dan istri yang sudah pisah tempat tidur
tetapi masih tetap saling berjumpa dan berkomunikasi disebabkan telah diikat oleh
buah hati yang ingin dibesarkannya dengan baik. Sedangkan secara fungsional
ketiga ilmu agama ini sejak awal telah saling mengisi kekosongan dan melengkapi
kekurangan yang ada pada masing-masing ilmu tersebut . Dan juga saling
mensuport antara satu dengan yang lain. Seperti hasil-hasil, data-data, dan
keterangan-keterangan dari Filsafat Agama bisa digunakan oleh Teologi Agama
dan Ilmu Perbandingan agama sebagai data pelengkap atau pendukung, dan begitu
juga sebaliknya bahwa hasil-hasil, data-data, dan keterangan-keterangan dari
teologi bisa digunakan oleh Filsafat Agama dan Ilmu Perbandingan Agama atau
hasil-hasil, data-data, dan keterangan-keterangan Ilmu Perbandingan Agama bisa
digunakan oleh Filsafat Agama dan Teologi.10
10
4. Masih ada sarjana Ilmu Perbandingan Agama yang tulisannya bergaya
teologis yaitu dengan cara mengelenktik agama selain agama sendiri.
5. Pendekatan Ilmu Perbandingan Agama yang agaknya benar-benar ilmiah,
jadi benar-benar berwatak scientific temper, adalah yang menggunakan
pendekatan sosiologis, pendekatan historis, pendekatan psikologis,
pendekatan anthropologis, serta pendekatan fenomenologis. Tinggal
menekankan aspek religiusnya saja.
6. Watak atau sifat religius pada Ilmu Perbandingan Agama, agaknya tidak
seperti dalam Teologi, harus tetap ilmiah objektif dan tidak evaluatif,
cukup diwujudkan dengan mengakui kekudusan agama, tidak perlu
mengimani atau membenarkannya seperti sikap yang diambil oleh
Teologi.
7. Ilmu Perbandingan Agama dapat mempergunakan pendekatan filosofis
dalam arti bukan penggunaan metode yang bersifat evaluatif, judgment
serta memberikan alternatif, tetapi hanya sekedar menggunakan konsep
konsep atau teori-teorinya serta koherensi metafisisnya. Tetapi watak
scientific temper harus tetap.
8. Ilmu Perbandingan Agama juga dapat menggunakan pendekatan Teologis,
tetapi bukan penggunaan metodenya yaitu yang bersifat dari dalam atau
subyektif, mempercayai serta mentakwai terhadap sesuatu agama khusus,
dalam hal ini agamanya sendiri. Jadi Ilmu Perbandingan Agama harus
berobyekkan agama orang lain bukan agamanya sendiri. Kalau
berobyekkan agamanya sendiri, harus diperkuat sikap obyektifnya, dan
juga sikap skeptisnya terhadap agamanya sendiri, sehingga akan terhindar
dari sikap memihak, yang agaknya hal ini tidak mungkin.11
BAB III
PENUTUP
11
Dis Romdon, MA, Metodologi Ilmu Pabandingan Agama, (Jakarta: Raya Grafindo
Persada, 1996), h. 5859.
11
A. Kesimpulan
B. Saran
Demikian makalah ini kami susun, semoga dapat menambah wawasan dan
pengetahuan kita semua. Dalam penulisan makalah ini kami juga menyadari
masih terdapat banyak kesalahan dan sebagainya, maka dari itu kritik dan saran
12
dari semua pihak sangatlah saya harapkan guna memperbaiki makalah yang
selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Asy'arie, Musa, Filsafat Islam Sunnah Nabi Dalam Berfikir, Yogyakarta: LESFI,
13
2010.
Nata, Abuddin, Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawuf, Jakarta: Grafindo Persada,
2003.
Praja, Juhaya S., Filsafat Dan Metodologi Ilmu Dalam Islam, (Jakarta: Teraju,
2002.
Grafindo
Persada, 1996.
Romly, A.M, Fungsi Agama Bagi Manusia Suatu Pendekatan Filsafat Jakarta :
Yogyakarta, 2003.
14