Anda di halaman 1dari 18

TUGAS STRUKTUR DOSEN PENGAMPU

Perbandingan Agama M. Taslimurrahman, Lc., S.Pd.I, M.Pd

HUBUNGAN ILMU PERBANDINGAN AGAMA DENGAN

ILMU-ILMU AGAMA

Oleh Kelompok 2
Fitriana 200101010679

Ira Yasita 200101010222

Muhammad Hasan Syifa 200101010194

Afrina Devi Purwaningsih 200101010761

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
BANJARMASIN
2023 M/1444 H

2
KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT. Karena dengan
anugerah dan kasih sayang, petunjuk dan kekuatan yang telah diberikan pada
kami sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Hubungan Ilmu
Perbandingan Agama Dengan Ilmu-Ilmu Agama” sesuai dengan yang
diharapkan. Tujuan dibuatnya makalah ini untuk memenuhi tugas perkuliahan
pada mata kuliah Perbandingan Agama.
Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa tanpa bimbingan dan bantuan
dari berbagai pihak penyusunan makalah ini tidak mungkin terselesaikan dengan
baik oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada Bapak M. Taslimurrahman, Lc., S.Pd.I, M.Pd
selaku Dosen Pengampuh Mata Kuliah Perbandingan Agama.
Kami berharap makalah ini bisa bermanfaat dan menambah pengetahuan
para pembaca. Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini
masih jauh dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengharap kritik dan saran
yang sifatnya membangun sehingga membuat kami lebih baik lagi dikesempatan
yang akan datang.

Banjarmasin, 21 Februari 2023

Kelompok 2

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................
A. Latar Belakang....................................................................................................
B. Rumusan Masalah...............................................................................................
C. Tujuan Penulisan.................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................
A. Pengertian Hubungan Ilmu Perbandingan Agama dengan Ilmu-Ilmu
Agama...................................................................................................................
B. Perbedaan Ilmu Perbandingan Agama, Teologi dan Filsafat Agama............
C. Peran Ilmu Perbandingan Agama, Teologi dan Filsafat Agama..................
BAB III PENUTUP...........................................................................................................
A. Kesimpulan.........................................................................................................
B. Saran ..................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Semua agama pada hakikatnya terbentuk berdasarkan wahyu dan tafsir


terhadap wahyu itu. Sistematika pengetahuan agama dibangun diatas landasan
argumentasi rasional dan pengalaman keagamaan yang bersumber dari wahyu dan
membentuk batang tubuh pengetahuan.

Di dunia ini terdapat bermacam-macam agama, dan untuk mempelajari


bermacam-macam agama tersebut kita harus mempelajari ilmu perbandingan
agama. Dimana ilmu perbandingan agama tersebut bukan untuk mencari tahu
agama mana yang paling benar, tetapi hanya untuk mempelajari atau mengetahui
perbedaan antara agama satu dengan yang lain.

Selain mempelajari tentang perbandingan agama kita juga perlu


mempelajari filsafat agama. Hal ini di karenakan dalam filsafat agama , agamalah
yang menjadi objek kajiannya. Selain itu kita juga perlu untuk mengkaji masalah
ketuhanan. Meskipun sama-sama mengkaji masalah ketuhanan, pada dasaranya
antara ketiganya memiliki perbedaan.

Oleh sebab itu dalam makalah ini akan di bahas lebih lanjut mengenai
pengertian perbandingan agama, filsafat agama, dan teologi serta membahas
tentang perbedaan antara ketiganya.

B. Rumusan Masalah

Dari pendahuluan diatas, ada beberapa permasalahan yang akan dibahas


dalam makalah ini, diantaranya sebagai berikut:

1. Apa pengertian hubungan ilmu perbandingan agama dengan ilmu-ilmu


agama?
2. Apa perbedaan ilmu perbandingan agama, teologi dan filsafat agama?
3. Bagaimana peran ilmu perbandingan agama, teologi dan filsafat agama?

1
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian hubungan ilmu perbandingan agama dengan
ilmu-ilmu agama
2. Untuk mengetahui perbedaan ilmu perbandingan agama, teologi dan filsafat
agama
3. Untuk mengetahui peran ilmu perbandingan agama, teologi dan filsafat
agama

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Hubungan Ilmu perbandingan Agama dengan ilmu-ilmu


agama
1. Ilmu Perbandingan Agama

Ilmu perbandingan agama adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang


berusaha untuk memahami gejala-gejala keagamaan dari pada suatu kepercayaan
dalam hubungannya dengan agama lain yang meliputi persamaan dan
perbedaannya.1

Pendapat lain dari Louis H. Jordan  mengatakan perbandingan agama


berarti ilmu yang membandingkan asal-usul, struktur dan ciri-ciri dari berbagai
agama di dunia, dengan maksud untuk menentukan persamaan-persamaan dan
perbedaan-perbedaannya yang sebenarnya, sejauh mana hubungan antara satu
agama dengan agama yang lain, dan superioritas dan inferioritas yang relatif
apabila di anggap sebagai tipe-tipe. Jadi makna dari perbandingan agama menurut
adalah suatu ilmu untuk mempelajari gejala-gejala keagamaan, antara satu agama
dengan agama lain, akan tetapi bukan untuk mencari mana yang paling benar.

Sebelum Ilmu Perbandingan Agama lahir pembahasan tentang sudah


dijalankan oleh teologi dan filsafat gama. Teologi adalah ilmu yang mengkaji
keyakinan dan ajaran agama berdasarkan sudut pandang keagamaan tertentu
dengan tujuan membuktikan kebenaran agama yang diyakininya serta
menunjukkan kebatilan agama lain. Sedangkan filsafat agama adalah berfikir
tentang dasar-dasar agama menurut logika dan bebas Pemikiran yang dialoud bisa
mengambil dua bentuk Pertama, membahas dasar-dasar agama secara analitis dan
kritis tanpa terikat pada ajaran-ajaran agama dan tanpa ada tujuan untuk
menyatakan kebenaran suatu agama. Kedua, membahas daurdasar agama secara
analitis skan krims, dengan maksud untuk menyatakan kebenaran ajaranojaran

1
A. Mukhti Ali, Ilmu perbandingan agama di Indonesia, (Yogyakarta : IAIN Sunan Kali
Jaga Press, 1988), h. 5.

3
agama, atau sekurang kurangnya untuk menjelaskan bahwa apa yang diajarkan
agama tidaklah mustahil dan tidak bertentangan dengan logika. Dalam
pembahasan serupa ini orang masih terikat pada ajaran-ajaran agama.

2. Teologi

Teologi (bahasa Yunani) berasal dari kata theo dan logos. Theo berarti
Tuhan dan logos berarti ilmu. Jadi theologi berarti ilmu tentang ketuhanan.2
Teologi memiliki banyak ragamnya ada teologi Islam, teologi Kristen, teologi
Lutheran dan sebagainya. Teologi terdiri dari dua kata “theos” dan “ology”.
“theos” dalam bahasa Yunani berarti Tuhan, yang berkenaan dengan ketuhanan.
Sedangkan “ology” di petik dari bahasa Yunani “logos” yang berarti percakapan,
penilaian, pengkajian, penelitian yang dapat di pahami melalui pembicaraan dan
pemikiran manusia.3 Selain itu teologi juga di artikan sebagai
keseluruhan pengetahuan adi kodrati yang objektif lagi kritis dan yang disusun
secara metodis, sistemis dan koheren; pengetahuan ini menyangkut hal-hal
yang diimani sebagai wahyu Allah atau berkaitan dengan wahyu itu. Jadi teologi
menurut adalah suatu cabang ilmu pengetahuan di mana di dalamnya berkaitan
dengan tuhan, dan kebenaran di dapatkan berdasarkan wahyu dari Allah (di
sesuiakan dengan agama masing-masing).

Pada zaman Aquinus teologi memperluas cakupannya sampai meliputi


doktrin, etika spiritualitas, filsafat, peraturan-peraturan gereja, dan mistisisme.
Waktu itu teologi menjadi ratunya ilmu-ilmu meskipun sangat terkait dengan
humanitas dan ilmu. Meskipun cakupan teologi itu luas, teologi itu sendiri
berpusat pada tradisi kristen dan pada dasarnya berkaitan dengan tradisi kristen.
Walaupun begitu dalam waktu yang panjang, tebuka jalan bagi munculnya teologi
dari tradisi keagamaan lainnya, sehingga akhirnya muncul teologi yahudi, muslim,

A. Hanafi, Theologi Islam, (Jakarta: Al-Husna, 1998), h. 11.


3

Juhaya S. Praja, Filsafat Dan Metodologi Ilmu Dalam Islam, (Jakarta: Teraju, 2002), h.
41-42.

4
hindu, sikh dan seterusnya yang dapat dilihat sebagai teologi yang memiliki
otentitasnya sendiri.

Adapun ciri-ciri teologi itu sendiri adalah:

a. Selalu berkaitan denga tuhan


b. Doktrin tetap menjadi elemen signifikan dalam memaknai teologi.
c. Teologi sesungguhnya adalah aktifitas yang muncul dari keimanan dan
penafsiran atas keimanan.4

3. Filsafat Agama

Filsafat agama yaitu kata majemuk yang terdiri dari filsafat dan agama,
Filsafat berasal dari bahasa Yunani "philosophia". Philosophia merupakan kata
majemuk yang terdiri dari kata philo dan sophia. Philo, artinya suka, cinta (dalam
arti seluas-luasnya) dan sophia artinya kebijaksanaan, pandai atau mengetahui
dengan mendalam. Jadi dilihat dari akar katanya, filsafat mengandung arti ingin
tahu dengan mendalam atau cinta kepada kebijaksanaan. 5 Musa Asy'arie
mengartikan filsafat sebagai kegiatan berfikir yang bebas, radikal dan berada
dalam dataran makna. Bebas artinya tidak ada yang menghalangi pikiran bekerja. 6
Kerja pikiran berada di otak, karenanya tidak ada satu kekuatan apapun yang
dapat dan bisa menghalanginya atau menyeragamkannya, meskipun seorang raja
atau penguasa. Asalkan orang yang bersangkutan dalam keadaan sehat, tidak
sakit, apalagi sakit jiwa. Bisa kita lihat berapa banyak orang yang dalam penjara,
namun kerja otaknya tetap berjalan, malah bisa melahirkan tulisan atau buku.

Selanjutnya agama berasal dari kata sanskrit. Satu pendapat mengatakan


bahwa agama itu tersusun dari dua kata, yakni "a" dan "gama", "a" berarti tidak,
4

Peter Connolly, Aneka Pendekatan Studi Agama, (Yogyakarta, Lkis , 2002), h. 318-319.


5

Abuddin Nata, Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawuf, (Jakarta: Grafindo Persada, 2003), h.
110.
6

Musa Asy'arie, Filsafat Islam Sunnah Nabi Dalam Berfikir, (Yogyakarta: LESFI, 2010),
h. 1

5
dan "gama" berarti pergi. Jadi agama berarti tidak pergi, tetap ditempat, diwarisi
turun temurun, selanjutnya. Pendapat lain mengatakan bahwa agama merupakan
teks atau kitab suci.selanjutnya dikatakan lagi bahwa agama berarti tuntunan[5]
Agama merupakan bagian dari kehidupan sebagian besar manusia, banyak
manusia yang dengan bangga mengakui sebagai penganut agama tertentu. Namun
ada juga orang yang dengan perasaan senang mengakui tidak beragama.
Walaupun demikian kehidupan beragama tetap merupakan bagian yang tak
terpisahkan dari kehidupan umat manusia.7 Secara gamblang, agama adalah
doktrin atau ajaran yang harus dipercaya karena ia berasal dari Maha Kuasa.
Maka dengan demikian filsafat agama berarti mempelajari secara mendalam
tentang dasar agama atau aturan dan tuntunan hidup menurut logika secara bebas.

Jadi filsafat agama adalah suatu penyelidikan yang bersifat kritis tentang
agama berdasarkan makna istilah-istilah, bahan bukti, dan prinsip-prinsip
verifikasi. Filsafat agama dapat diperluas atau dibatasi tergantung pada perhatian
seorang filosof, dan satu-satunya batasan universal yang berlaku adalah sebagai
berikut:

a. Mengemukakan setidak-tidaknya salah satu dari persoalan yang


menyangkut tentang persoalan keagamaan.
b. Perlu dimulai dan tetap terikat dengan klaim-klaim dari manusia
(positif dan negatif) yang berkenaan dengan pengalaman tentang apa
yang suci, sakral, illahi, berkekuasaan, dan bernilai puncak, dan
hakekat dari wujud yang mungkin dianggap memiliki sifat-sifat
tersebut.8

Dalam filsafat agama, agama ialah objek dari filsafat. Objek filsafat
agama tidak hanya persoalan-persoalan ketuhanan semata, akan tetapi juga sampai
kepada persoalan-persoalan eskatologis. Persoalan eskatologis pada umumnya

A.M Romly, Fungsi Agama Bagi Manusia Suatu Pendekatan Filsafat (Jakarta : PT.Bina
Wira Pariwara, 1999), h. 1.

8
John K. Roth, Persoalan-Persoalan Filsafat Agama, Pustaka Pelajar, (Yogyakarta,
2003), h. 10-11.

6
berbicara tentang hari kiamat dan hal-hal yang akan dialami manusia pada waktu
itu, seperti persoalan keadilan Tuhan, penerimaan pahala dan siksa. Pentingnya
persoalan eskatologis sebagai objek pembahasan filsafat agama karena
eskatologislah yang mendorong orang bersemangat orang untuk menjalankan
ajaran agamanya. Tanpa ada tanggung jawab terhadap amal perbuatannya
keberadaan agama menjadi kurang menarik. Hidup sesudah mati inilah yang
membuat pemeluknya menjadi tertarik kepada agama. Filsafat agama sebenarnya
bukanlah langkah untuk menyelesaikan persoalan agama secara tuntas.
Pembahasan filsafat agama hanya bertujuan untuk mengungkapkan argumen-
argumen yang mereka kemukakan dan memberikan penilaian terhadap argumen
tersebut dari segi logisnya.

B. Perbedaan Ilmu Perbandingan Agama, Teologi Dan Filsafat Agama

Tema-tema pokok atau fundamental agama adalah juga merupakan objek


kajian dalam teologi. Sementara, teologi adalah kajian yang sungguh-sungguh
berbeda dengan filsafat agama. Untuk lebih memperjelas apa yang dimaksud
dengan filsafat agama, kiranya perlu dijelaskan perbedaaan antara perbedaan
perbandingan agama, filsafat agama dan teologi.

Ada beberapa Perbedaan antara perbandingan agama, filsafat agama da


teologi di antaranya yaitu:

1. Perbandingan Agama
 Agama mempercayai akan adanya kebenaran dan khayalan dogma-
dogma agama.
 Perbandingan agama membahas perbandingan dari beberapa agama
tetapi bukan untuk membenarkan atau menyalahkan.
 Agama mendahulukan kepercayan dari pada pemikiran.
 Agama adalah kebenaran yang bersumber dari wahyu Tuhan mengenai
berbagai hal kehidupan manusia dengan lingkungannya.

7
Ilmu perbandingan agama mempelajari semua aspek-aspek dari semua
agama dengan seobyektif mungkin, kemudian mengkomperatifkannya sehingga
bermuara kepada persamaan dan perbedaan.

Ilmu perbandingan agama hanya sampai pada mendeskripsikan /


menggambarkan apa adanya, ia tidak boleh berpihak, baik membenarkan atau
menyalahkan suatu agama yang ia kaji atau teliti, jika dalam kajiannya sampai
membenarkan dan menyalahkan suatu agama yang di teliti dan pelajari, maka apa
yang ia lakukan berarti sudah melampaui kewenangannya dan memasuki wilayah
disiplin ilmu lainnya.

2. Teologi
 Teologi sudah menerima dasar ajaran agama sebagai kebenaran.
 Teologi membahas dasar-dasar ajaran agama tertentu. Misalnya teologi
kristen, teologi muslim dsb.
 Teologi berkaitan dengan tuhan dan kebenaran yang di terima
berdasarkan wahyu allah.
 Teologi hanyalah sebatas upaya memberikan penjelasan atau
interpretasi tentang dasar-dasar agama, atau upaya mencari legalitas
rasional atas ajaran agama tertentu

Kalau Ilmu perbandingan agama hanya mendeskripsikan apa adanya


tentang aspek-aspek agama yang ia teliti, hal ini berbeda dengan Teologi.
Teologi berupaya menjelaskan dan malah mempertahankan aspek-aspek dari
ajaran dasar agama itu sendiri. Cara kerja mutakallimin, terlebih dahulu percaya
atau memperpegangi kebenaran pokok permasalahan, setelah itu baru menyusun
dalil-dalil logikanya untuk mendukung apa yang diyakini benar tadi.

Misalnya tentang wujud Allah. Allah itu ada dipercayai dulu, karena dalil
naqlinya ada. Setelah itu disusun dalil akalnya/logikanya. Sehingga muncul dalil
akal yang populer sekali yakni adanya alam, ada yang menciptakan , yang
menciptakan tidak lain adalah Tuhan.

8
3. Filsafat agama
 Filsafat agama bermaksud menyatakan kebenaran atau ketidak benaran
dasar-dasar agama.
 Filsafat agama tidak membahas dasar-dasar ajaran dari agama tertentu,
tetapi dasar-dasar agama pada umumnya.
 Filsafat mempercayakan sepenuhnya kekuatan daya pemikiran.
 Filsafat agama tidak terikat pada dasar-dasar agama tertentu.

Filsafat agama tidak membahas dasar-dasar agama tertentu melainkan


dasar-dasar agama pada umumnya. Theologi membahas dasar-dasar agama
tertentu (Islam,Kristen, Hindu Budha dan sebagainya). Filsafat agama
menggunakan dalil akal dalam pembahasannya, Theologi disamping
menggunakan dalil akal, juga menggunakan dalil naqal.

Filsafat mempelajari sesuatu dimulai dengan ragu, setelah dipelajari


secara mendalam baru ia keluar dengan suatu pendapat yang dipercayainya dan
dibuktikan kebenarannya. Theologi berpangkal pada pengakuan akan dasar-dasar
keimanan sebagaimana yang tersebut dalam Al- Quran kemudian dilanjutkan
dengan pembuktian secara logika tentang kebenarannya. Atau dengan kata lain
filsafat laksana seorang hakim yang adil dan tidak akan mempunyai pendapat
tertentu terhadap perkara yang dihadapinya sebelum ia mempelajari, mengkaji
dan menelaahnya secara mendalam, setelah itu baru keluar keputusannya.
Sedangkan Teologi sama dengan sikap seorang pembela setia yang yakin akan
kebenaran perkara yang dibelanya. Filsafat bertolak dari renungan akal pikiran,
sedagkan Teologi bertolak dari wahyu.9

C. Peran Ilmu Perbandingan Agama, Teologi Dan Filsafat Agama

9
Nico Syukur Dister OFM, Pengantar Teologi, (Yogyakarta: Kanisius, 1990), h. 32.

9
Hubungan Ilmu Perbandingan Agama dengan Teologi dan Filsafat Agama
bisa dilihat dari aspek historis, ketiganya berperan sebagai ilmu agama, lahir dari
atap yang sama sekalipun kemudian masing-masing mengambil jalannya sendiri-
sendiri. Namun begitu, tetap saja bahwa di antara ketiga ilmu itu tidak dapat
benar-benar terpisah karena tetap saja bahwa di antara ketiganya masih saling
beririsan dan bersinggungan. Ibarat suami dan istri yang sudah pisah tempat tidur
tetapi masih tetap saling berjumpa dan berkomunikasi disebabkan telah diikat oleh
buah hati yang ingin dibesarkannya dengan baik. Sedangkan secara fungsional
ketiga ilmu agama ini sejak awal telah saling mengisi kekosongan dan melengkapi
kekurangan yang ada pada masing-masing ilmu tersebut . Dan juga saling
mensuport antara satu dengan yang lain. Seperti hasil-hasil, data-data, dan
keterangan-keterangan dari Filsafat Agama bisa digunakan oleh Teologi Agama
dan Ilmu Perbandingan agama sebagai data pelengkap atau pendukung, dan begitu
juga sebaliknya bahwa hasil-hasil, data-data, dan keterangan-keterangan dari
teologi bisa digunakan oleh Filsafat Agama dan Ilmu Perbandingan Agama atau
hasil-hasil, data-data, dan keterangan-keterangan Ilmu Perbandingan Agama bisa
digunakan oleh Filsafat Agama dan Teologi.10

Untuk melengkapi penjelasan tentang hubungan Ilmu Perbandingan


Agama dengan Teologi dan Filsafat Agama dapat ditambahkan keterangan-
keterangan berikut:

1. Ilmu Perbandingan Agama yang namanya bermacam-macam itu, oleh


perintisnya dikehendaki berbeda dengan Filsafat Agama dan Teologi, dan
metodenya tersendiri pula yaitu yang ilmiah dan religius.
2. Dalam kenyataan sedari masa pertumbuhannya dulu sampai sekarang,
cita-cita itu belum dapat terpenuhi seluruhnya, baik berbeda dan
terlepasnya dari Filsafat Agama dan Teologi, keilmiahannya atau
keriligiusannya.
3. Masih ada sarjana yang memasukkan Filsafat Agama sebagai bagian dari
Ilmu Perbandingan Agama.
10
Muhammad Arif Bahaf, Ilmu Perbandingan Agama, (Serang: A-Empat, 2015), h. 50.

10
4. Masih ada sarjana Ilmu Perbandingan Agama yang tulisannya bergaya
teologis yaitu dengan cara mengelenktik agama selain agama sendiri.
5. Pendekatan Ilmu Perbandingan Agama yang agaknya benar-benar ilmiah,
jadi benar-benar berwatak scientific temper, adalah yang menggunakan
pendekatan sosiologis, pendekatan historis, pendekatan psikologis,
pendekatan anthropologis, serta pendekatan fenomenologis. Tinggal
menekankan aspek religiusnya saja.
6. Watak atau sifat religius pada Ilmu Perbandingan Agama, agaknya tidak
seperti dalam Teologi, harus tetap ilmiah objektif dan tidak evaluatif,
cukup diwujudkan dengan mengakui kekudusan agama, tidak perlu
mengimani atau membenarkannya seperti sikap yang diambil oleh
Teologi.
7. Ilmu Perbandingan Agama dapat mempergunakan pendekatan filosofis
dalam arti bukan penggunaan metode yang bersifat evaluatif, judgment
serta memberikan alternatif, tetapi hanya sekedar menggunakan konsep
konsep atau teori-teorinya serta koherensi metafisisnya. Tetapi watak
scientific temper harus tetap.
8. Ilmu Perbandingan Agama juga dapat menggunakan pendekatan Teologis,
tetapi bukan penggunaan metodenya yaitu yang bersifat dari dalam atau
subyektif, mempercayai serta mentakwai terhadap sesuatu agama khusus,
dalam hal ini agamanya sendiri. Jadi Ilmu Perbandingan Agama harus
berobyekkan agama orang lain bukan agamanya sendiri. Kalau
berobyekkan agamanya sendiri, harus diperkuat sikap obyektifnya, dan
juga sikap skeptisnya terhadap agamanya sendiri, sehingga akan terhindar
dari sikap memihak, yang agaknya hal ini tidak mungkin.11

BAB III
PENUTUP

11
Dis Romdon, MA, Metodologi Ilmu Pabandingan Agama, (Jakarta: Raya Grafindo
Persada, 1996), h. 5859.

11
A. Kesimpulan

Perbandingan agama adalah ilmu yang membandingkan asal-usul, struktur


dan ciri-ciri dari berbagai agama di dunia, dengan maksud untuk menentukan
persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaannya yang sebenarnya, sejauh
mana hubungan antara satu agama dengan agama yang lain, dan superioritas dan
inferioritas yang relatif apabila di anggap sebagai tipe-tipe.

Filsafat agama adalah suatu penyelidikan yang bersifat kritis tentang


agama berdasarkan makna istilah-istilah, bahan bukti, dan prinsip-prinsip
verifikasi.

Teologi adalah keseluruhan pengetahuan adi kodrati yang objektif lagi


kritis dan yang disusun secara metodis, sistemis dan koheren; pengetahuan ini
menyangkut hal-hal yang diimani sebagai wahyu Allah atau berkaitan dengan
wahyu itu.

Perbedaan antara perbandingan agama, filsafat agama dan teologi yaitu:


Perbandingan agama membahas perbandingan dari beberapa agama tetapi bukan
untuk membenarkan atau menyalahkan. Agama mendahulukan kepercayan dari
pada pemikiran. Sedangkan filsafat agama bermaksud menyatakan kebenaran atau
ketidak benaran dasar-dasar agama, tidak membahas dasar-dasar ajaran dari
agama tertentu, tetapi dasar-dasar agama pada umumnya. Dan Teologi membahas
dasar-dasar ajaran agama tertentu. Misalnya teologi kristen, teologi muslim dsb.
Teologi hanyalah sebatas upaya memberikan penjelasan atau interpretasi tentang
dasar-dasar agama, atau upaya mencari legalitas rasional atas ajaran agama
tertentu.

B. Saran

Demikian makalah ini kami susun, semoga dapat menambah wawasan dan
pengetahuan kita semua. Dalam penulisan makalah ini kami juga menyadari
masih terdapat banyak kesalahan dan sebagainya, maka dari itu kritik dan saran

12
dari semua pihak sangatlah saya harapkan guna memperbaiki makalah yang
selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, A. Mukhti, Ilmu perbandingan agama di Indonesia, Yogyakarta : IAIN

Sunan Kali Jaga Press, 1988.

Asy'arie, Musa, Filsafat Islam Sunnah Nabi Dalam Berfikir, Yogyakarta: LESFI,

13
2010.

Bahaf, Muhammad Arif, Ilmu Perbandingan Agama, Serang: A-Empat, 2015

Connolly, Peter, Aneka Pendekatan Studi Agama, Yogyakarta, Lkis , 2002.

HanafI, A., Theologi Islam, Jakarta: Al-Husna, 1998.

Nata, Abuddin, Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawuf, Jakarta: Grafindo Persada,

2003.

OFM, Nico Syukur Dister, Pengantar Teologi, Yogyakarta: Kanisius, 1990.

Praja, Juhaya S., Filsafat Dan Metodologi Ilmu Dalam Islam, (Jakarta: Teraju,

2002.

Romdon, Dis, MA, Metodologi Ilmu Pabandingan Agama, Jakarta: Raya

Grafindo

Persada, 1996.

Romly, A.M, Fungsi Agama Bagi Manusia Suatu Pendekatan Filsafat Jakarta :

PT.Bina Wira Pariwara, 1999.

Roth, John K., Persoalan-Persoalan Filsafat Agama, Pustaka Pelajar,

Yogyakarta, 2003.

14

Anda mungkin juga menyukai