Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejarah pendidikan Islam sangat erat kaitannya dengan perkembangan
Islam pada masa-masa sejarah perkembangan Islam tersebut, dan tiap periode
berbeda yang tergantung pada keadaan itu. Secara garis besarnya sejarah
Islam terbagi ke dalam tiga periode yaitu; klasik, pertengahan dan modern.
Dengan berakhirnya kekuasaan khalifah Ali ibn Abi Tholib, maka
lahirlah kekuasaan dinasti bani Umayyah. Pada periode Ali dan kholifah
sebelumnya, pola keteladanan masih mengikuti teladan Nabi. Para kholifah
dipilih melalui proses musyawarah dan jika ada kesulitan, langsung
mengadadakan musyawarah dengan para pembesar untuk menyelesaikannya.
Hal ini jauh berbeda dengan masa sesudah khulafaur rasyidin atau
masa dinasti-dinasti yang berkembang sesudahnya, yang dimulai dari dinasti
Umayyah. Adapun bentuk pemerintahannya berbentuk kerajaan, kekuasaan
bersifat feodal, atau turun-temurun.
Umayyah berkuasa kurang lebih selama 91 tahun. Reformasi cukup
banyak terjadi, terkait pada bidang pengembangan dan kemajuan pendidikan
Islam. Perkembangan ilmu tidak hanya dalam bidang agama saja melainkan
juga dalam aspek teknologi. Sementara sistem pendidikan masih sama ketika
masa Rasul dan khulafau rrasyidin, yaitu kuttab yang pelaksanaanya berpusat
di masjid. Dalam makalah ini penulis mencoba untuk menggambarkan
tentang pola pendidikan Islam pada periode Dinasti Umayyah.

B. Batasan Masalah
Agar penulisan ini dapat dilakukan lebih fokus, sempurna, dan
mendalam maka penulis memandang permasalahan penulisan yang diangkat
perlu dibatasi variabelnya. Oleh karena itu, penulis membatasi diri hanya
berkaitan dengan “Pola Pendidikan Islam pada Masa Dinasti Umayyah”.
C. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Bagaimanakah pengambil alih kekuasaan dan pembentukan dinasti
Umayyah?
2. Bagaimanakah pola pendidikan dan bentuk-bentuk pendidikan dinasti
Umayyah?
D. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dalam makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui pengambil alih kekuasaan dan pembentukan dinasti
Umayyah.
2. Untuk mengetahui pola pendidikan dan bentuk-bentuk pendidikan dinasti
Umayyah.
E. Kegunaan Penulisan
1. Kegunaan prakis
a. Bagi jurusan Tarbiyah Prodi PAI, hasil penulisan ini diharapkan dapat
menjadi masukan yang berguna untuk meningkatkan ilmu
pengetahuan tentang pola pendidikan islam pada masa dinasti
umayyah.
b. Bagi penulis, hasil penulisan ini diharapkan dapat lebih memantapkan
penguasaan fungsi keilmuan yang dipelajari selama mengikuti
program perkuliahan sejarah pendidikan islam.
2. Kegunaan akademis
Bagi perguruan tinggi, hasil penulisan ini diharapkan dapat menjadi
dokumen akademik yang berguna untuk dijadikan acuan bagi aktivitas
akademik.
F. Definisi Operasional
1. Sejarah pendidikan Islam adalah keterangan mengenai pertumbuhan dan
perkembangan pendidikan Islam dari waktu ke waktu yang lain, sejak
zaman lahirnya islam sampai dengan masa sekarang.
2. Banu Umayyah atau Umayyah, adalah keluarga pemerintahan
kekhalifahan Islam antara 661 dan 750 dan kemudian Islam Spanyol
antara 756 dan 1031. Pada masa pra-Islam, mereka adalah banu menonjol
dari suku Quraisy yang diturunkan dari Umayyah bin Abdu Syams.

G. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN berisikan tentang latar belakang, rumusan masalah,
batasan masalah, tujuan penulisan, kegunaan penulisan, definisi operasional
dan sistematika penulisan.
BAB II PEMBAHASAN berisikan tentang pengambil alih kekuasaan dan
pembentukan dinasti Umayyah serta pola pendidikan dan bentuk-bentuk
pendidikan dinasti Umayyah.
BAB III PENUTUP berisikan tentang kesimpulan dan saran.
 
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengambil Alih Kekuasaan Dan Pembentukan Dinasti Umayyah


1. Pengambil Alih Kekuasaan
Implementasi (dampak) dari terjadinya Perang Siffin terhadap
pergulatan dunia dalam Islam menimbulkan polemik antara Ali ibn Abi
Thalib dengan Muawiyah. Padahal jika ditinjau dari garis keturunan,
keduanya masih pada satu garis keturunan, yaitu bertemu pada satu garis
keturunan Abdu Manaf.1
Pengikut Ali yang ingkar dinamakan dengan golongan khawarij,
golongan ini dianggap sebagai sekte yang pertama dalam Islam. golongan
ini menyetujui adanya tahkim serta menyatakan keluar dari golongan Ali.
Anggapan mereka tahkim itu sendiri juga penyimpang, karena sudah tidak
sesuai lagi dengan semboyan “La hukma illa lillah” (tiada hukum selain
hukum Allah).
Adapun pengikut yang meningkari Ali ibn Abi Thalib yang disebut
dengan golongan khawarij merencanakan pembunuhan terhadap Ali ibn
Abi Thalib, Muawiyah ibn Abi Sofyan, dan Amr ibn ‘Ash.
Mereka adalah Abd. ar-Rahman ibn Muljam yang berangkat ke
Kuffah untuk mebunuh Ali, Al Baraq ibn Abdillah at-Tamimi berangkat
ke Syam untuk membunuh Muawiyah, ‘Amr ibn Bakr at-Tamimi
berangkat ke Mesir untuk membunuh ‘Amr ibn ‘Ash. Menurut mereka,
ketiga orang tersebut yang menjadi penyebab terjadinya perpecahan di
kalangan umat Islam.2
Di antara tiga tokoh yang direncanakan tersebut hanya Ali ibn Abi
Thalib yang berhasil dibunuh oleh Abd. ar-Rahman ibn Muljam. Muljam
menusukkan pedangnya tatkala Ali memanggil orang untuk melakukan
shalat. Orang dalam masjid tersebut berhasil mengangkap Abd. ar-
1
Samsul Nizar. Sejarah Pendidikan Islam: Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan Era
Rasulullah sampai Indonesia, Cet. 4. (Jakarta: Kencana. 2011). hlm. 54.
2
Ibid. hlm. 54-55.
Rahman ibn Muljam, dan setelah wafatnya Ali kemudian Abd. ar-Rahman
ibn Muljam dibunuh. Sementara Muawiyah hanya tertikam saja dan ‘Amr
ibn ‘Ash ketika hendak dibunuh ia dalam keadaan sakit. Kedudukannya
sebagai imam shalat subuh ketika itu digantikan oleh Kharijah ibn Habib
as-Suhami yang disangka oleh ‘Amr ibn Bakr sebagai ‘Amr ibn ‘Ash.3
Setelah wafatnya khalifah Ali ibn Abi Thalib, maka berakhirlah
kepemimpinan khulafaur rasyidin. Pada saat itu masyarakat Arab, Irak,
dan Iran mengangkat Hasan ibn Ali untuk menggantikan kedudukan
ayahnya. Pada awalnya Hasan menolak karena ia menuntut balas atas
kematian ayahnya, akan tetapi Qois ibn Abbas malarang Hasan. Akhirnya
Hasan dibaiat Qois ibn Saad dan diikuti oleh masyarakat Irak.
Pembaiatan Hasan tidak bisa menyatukan umat, karena polemik
dengan Muawiyah belum selesai. Pihak Muawiyah semakin kuat,
beberapa hari setelah pengangkatan Hasan, Muawiyah mengirim tentara
untuk menyerang Irak. Hal ini diketahui oleh Hasan, maka ia mengirim
Qaish ibn Saad untuk melawan pasukan Muawiyah.4
Demi menghindari pertumpahan darah yang lebih besar di kalangan
umat Islam, maka Hasan ibn Ali bersedia mengundurkan diri dengan
beberapa syarat kepada Muawiyah, antara lain:
a. Agar Muawiyah tidak meneruh dendam terhadap seseorang pun
terhadap Irak.
b. Agar pajak tanah negeri Ahwaz diberikan kepada Hasan setiap tahun.
c. Muawiyah membayar kepada saudara Husain sebanyak dua juta
dirham.
d. Menjamin keamanan dan memaafkan kesalalahn penduduk Irak.
e. Pemberian kepada bani Hasyim haruslah lebih banyak dari pada bani
Abdu Syam.

3
Ahmad Syalabi. Sejarah dan Kebudayaan Islam 1, Cet. 4. (Jakarta: Pustaka al Husna.
2003). hlm. 264.
4
Samsul Nizar. Sejarah Pendidikan Islam: Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan Era
Rasulullah sampai Indonesia. hlm. 55.
f. Jabatan khalifah setelah Muawiyah harus diputuskan berdasarkan
musyawarah di antara kaum muslimin.5

Dengan demikian, Muawiyah menjadi penguasa di seluruh wilayah


kedaulatan pemerintahan Islam. ini terjadi pada tanggal 25 Rabiul Tsani
41 H. Muawiyah sampai di Kuffah untuk mengambil baiat dari kaum
muslimin yang disaksikan oleh Hasan dan Husain. Peristiwa ini disebut
dengan ‘Am al Jama’ah yang artinya tahun persatuan.

2. Pembentukan Dinasti Umayyah


Muawiyah adalah pendiri dinasti Umayyah, ia merupakan putra
dari Abu Sufyan Ibn Umayyah ibn Abdu Syam ibn Abd Manaf. Ibunya
adalah Hindun binti Utbah ibn Rabiah ibn Abd Syam ibn Abd Manaf.
Sebagai keturunan Abdu manaf, muawiyyah mempunyai hubungan
kekerabatan dengan Nabi Muhammad SAW. Ia masuk Islam pada hari
penaklukan kota Mekkah (Fathul Makkah). Ketika itu ia berumur 23
tahun.6
Rasulullah ingin sekali mendekati keluarga para pemimpin
keluarga ternama yang masuk Islam utnuk memberikan perhatian
terhadap mereka Islam yang terjamin dan ajarannya tertanam pada hati
mereka, salah satunya pada Muawiyah. Muawiyah juga pernah diangkat
menjadi anggota sidang penulis hadits.7
Pada masa Abu Bakar, Muawiyah dikirim untuk memimpin tentara
untuk membantu Yazid di Syam. Selain itu ia juga memimpin laskar
Islam dalam penaklukan kota Sindon, Beirut, dan lainnya yang terletak di
dekat pantai Damaskus. Ketika Yazid meninggal, khalifah Umar
menggabungkan daerah Damsyik dalam wilayah kekuasaan Muawiyah,
dengan alasan mempunyai kepribadian yang kuat, jujur, serta ahli dalam

5
Ahmad Syalabi. Sejarah dan Kebudayaan Islam 2. (Jakarta: Pustaka al Husna. 1982).
hlm. 35.
6
Samsul Nizar. Sejarah Pendidikan Islam: Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan Era
Rasulullah sampai Indonesia. hlm. 56.
7
Ahmad Syalabi. Sejarah dan Kebudayaan Islam 2. hlm. 35-36.
bidang politik. Dan pada masa Usman, semua daerah kekuasaan
diserahkan kepada Muawiyah.8
Dari hal tersebut, Muawiyah dikenal dengan gaya kepemiminan
yang kuat, menjadi landasan kepemimpinan, politikus, serta profesional
dalam mengatur adaministrasi pemerintahan.
Dinasti Umayyah berkuasa selama 91 tahun (41-132 H atau 661-
750 M), dengan empat belas khalifah, antara lain:9
a. Mu’awiyah ibnu Abi Sufyan (661-681 M).
b. Yazid ibn Mu’awiyah (681-683 M).
c. Mua’wiyah ibnu Yazid (683-685 M).
d. Marwan ibnu Hakam (684-685M).
e. Abdul Malik ibn Marwan (685-705 M).
f. Al-Walid ibnu Abdul Malik (705-715 M).
g. Sulaiman ibnu Abdul Malik (715-717 M).
h. Umar ibnu Abdul Aziz (717-720 M).
i. Yazid ibnu Abdul Malik (720-824 M).
j. Hisyam ibnu Abdul Malik (724-743 M).
k. Walid ibn Yazid (734-744 M).
l. Yazid ibn Walid (Yazid III) (744 M).
m. Ibrahim ibn Malik (744 M).
n. Marwan ibn Muhammad (745-750 M).

Adapun khalifah Bani Umayyah yang tergolong menonjol adalah


Muawiyah bin Abi Sufyan (661-680 M), Abd al-Malik ibn Marwan(685-
705 M), al-Walid ibn Abd al-Malik (705-715 M), Umar ibn Abd al-
Aziz(717-720 M), dan Hisyam ibn Abd al-Maalik (724-743 M).

Pada awalnya pemerintahan Umayyah bersifat demokrasi lalu


berubah menjadi kerajaan atau feodal. Pusat pemerintahannya bertempat
di Damaskus.
8
Ibid. hlm. 30-31.
9
Samsul Nizar. Sejarah Pendidikan Islam: Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan Era
Rasulullah sampai Indonesia. hlm. 58.
B. Pola Pendidikan Dan Bentuk-Bentuk Pendidikan Dinasti Umayyah
1. Pola Pendidikan Dinasti Umayyah
Pada masa dinasti Umayyah pola pendidikan
bersifat desentralisasi, tidak memilki tingkatan dan standar umur. Kajian
keilmuan berpusat di Damaskus, Kuffah, Mekkah, Madinah, Mesir,
Cordova, dan beberapa kota lainnya.10 Diantara ilmu-ilmu yang
dikembangkannya, yaitu: kedokteran, filsafat, astronomi atau
perbintangan, ilmu pasti, sastra, seni baik itu seni bangunan, seni rupa,
maupun seni suara.
Pola pendidikan pada periode dinasti Umayyah telah berkembang
dilihat dari aspek pengajarannya, meskipun sistemnya masih sama seperti
pada masa Nabi dan khulafaur rasyidin. Pada masa ini perdaban Islam
bersifat Internasional yang meliputi tiga benua, yaitu sebagian Eropa,
sebagian Afrika, dan sebagian asia yang kesemuanya itu dipersatukan
dengan bahasa Arab sebagai bahasa resmi.
Dalam memberikan pelajaran dengan sistem kuttab, pada
masa khulafaur rasyidin gurunya tidak dibayar, sementara pada masa
dinasti Umayyahlain lagi ceritannya. Ada diantaranya penguasa
membayar guru untuk mengajar putranya bahkan disediakan tempat
tinggal di istana. Ada juga guru yang hanya mendapat penghargaan dari
masyarakat.11
Adapun keadaan pendidikan di zaman bani Umayah dapat
dijelaskan secara terperinci, sebagai berikut:

a. Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran


1) Visi
Visi pendidikan di zaman bani Umayyah secara eksplisit tidak
dijumpai. Namun dari berbagai petunjuk bisa diketahui bahwa

10
Mahmud Yunus. Sejarah Pendidikan Islam. (Jakarta: Hidakarya Agung. 1992). hlm.
33.
11
Samsul Nizar. Sejarah Pendidikan Islam: Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan Era
Rasulullah sampai Indonesia. hlm. 60-61.
visinya adalah unggul dalam ilmu agama dan umum sejalan
dengan kebutuhan zaman dan masing-masing wilayah Islam.12
2) Misi
Adapun misinya antara lain:13
a) Menyelenggarakan pendidikan agama dan umum secara
seimbang.
b) Melakukan penataan terhadap kelembagaan dan aspek-aspek
pendidikan Islam.
c) Memberikan pelayanan pendidikan pada seluruhg wilayah
Islam secara adil dan merata.
d) Menjadikan pendidikan sebagai penopang utama kemjuan
wilayah Islam.
e) Memberdayakan masyarakat agar dapat memecahkan
masalahnya sesuai dengan kemampuanya sendiri.
3) Tujuan
Adapun tujuannya ialah menghasilkan sumber daya manusia
yang unggul secara seimbang dalam ilmu agama dan umum
serta mampu menerapkannya bagi kemajuan wilayah Islam.14
4) Sasaran
Sedangkan yang menjadi sasarannya adalah seluruh umat
atau warga yang terdapat di seluruh wilayah kekuasaan Islam,
sebagai dasar bagi dirinya dalam membangun masa depan yang
lebih baik.
Visi, misi, tujuan, dan sasaran pendidikan tersebut di atas,
secara eksplisit atau tertulis tentu belum ada. Namun dari segi
kebijakannya secara umum serta hasil-hasil yang dicapai oleh
dinasti ini mengandung visi, misi, tujuan, dan sasaran tersebut di
atas.

12
Abuddin Nata. Sejarah Pendidikan Islam. hlm. 131.
13
Ibid. hlm.131-132.
14
Ibid. hlm. 132.
Sejarah mencatat, bahwa pada masa dinasti Umayyah
telah dilakukan hal-hal sebagai berikut:15
a) Melakukan pemisahan antara kekuasaan agama dan
kekuasaan politik, sehingga terjadi semacam dikotomi,
namun bukan dalam hal ilmu agama dan ilmu umum.
b) Melakukan pembagian kekuasaan kedalam bentuk provinsi,
yaitu Syiria dan Palestina, Kuffah, Irak, Basrah, Persia,
Sijistan, Khurasan, Bahrain, Oman, Najd, Yamah, Armenia,
Hijaz, Karman dan India, Mesir, Afrika, Yaman, Arab
Selatan, serta Andalusia.
c) Membentuk organisasi dan lembaga-lembaga pemerintahan
dalam bentuk departemen, seperti dewan al-Kahawarij  yang
mengurusi pajak, dewan rasail yang mengani pos,
dewan musghilat  yang menangani kepentingan umum, dan
dewan al-hatim yang menangani dokumen negara.
d) Membentuk organisasi keuangan yang terpusat pada Baitul
Mal yang diproleh dari pajak tanah, perorangan, dan
nonmuslim, serta mencetak mata uang.
e) Membentuk organisasi ketentaraan yang umumnya terdiri
dari orang-orang keturunan Arab.
f) Membentuk organisasi kehakiman.
g) Membentuk lembaga sosial dan budaya.
h) Bidang seni sastra, yaitu terjadinya keseragaman bahasa,
semua bahasa daerah terutama dalam bidang adaministrasi
diseragamkan menggunakan bahasa Arab.
i) Membentuk bidang seni rupa seperti seni ukur, seni pahat,
dan kaligrafi.
j) Membentuk lembaga arsitektur, sebagaimana terlihat pada
arsitektur kubah al-Sakhra di Baitul Maqdis, yaitu kubah batu

15
Badri Yatim. Sejarah Peradaban Islam. (Jakarta: Rajawali Perss. 2011). hlm. 48-49.
yang didirikan pada masa khalifah Abdul Malik ibn Marwan
pada tahun 691 M.16

Terjadinya berbagai kemajuan tersebut dipastikan karena


didukung oleh tersedianya sumber daya manusia yang memiliki
wawasan ilmu pengetahuan, keterampilan, keahlian teknis, dan
pengalaman yang dihasilkan melalui proses pendidikan dalam
arti luas, serta memberikan dorongan yang kuat terhadap
kemajuan dunia pendidikan dengan menyediakan sarana dan
prasarana. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar para ilmuan,
para seniman, para Ulama’ dapat mengembangkan bidang
keahliannya masing-masing serta mampu melakukan kaderisasi
ilmu.17

2. Kurikulum
Pada masa bani Umayyah terdapat dua jenis pendidikan yang
berbeda sistem dan kurikulumnya, yaitu pendidikan khusus dan
pendidikan umum.
a. Pendidikan Khusus
Pendidikan khusus adalah pendidikan yang dislenggarakan dan
diperuntukkan bagi anak-anak khalifah dan anak-anak pembesarnya.
Kurikulumnya diarahkan untuk memperoleh kecakapan memegang
kendali pemerintahan, atau hal-hal yang ada sangkut pautnya dengan
keperluan dan kebutuhan pemerintahan. Tempat pendidikannya di
istana dan guru-gurunya ditunjuk dan diangkat oleh khalifah dengan
mendapat jaminan hidup (gaji).

b. Pendidikan Umum
Sedangkan pendidikan umum adalah pendidikan yang
diperuntukkan bagi rakyat biasa. Pendidikan ini merupakan kelanjutan

16
Ibid. hlm. 82-87.
17
Abuddin Nata. Sejarah Pendidikan Islam. hlm. 134-135.
dari pendidikan yang telah dilaksakan sejak zaman Nabi masih hidup,
ia merupakan sarana yang amat penting bagi kehidupan agama.
Karena ia merupakan lanjutan dari pendidikan sebelumnya, maka
kurikulum yang digunakan pun sama dengan kurikulum sebelumnya.
Yang bertanggungjawab atas kelancaran pendidikan ini adalah
para Ulama, merekalah yang memikul tugas mengajar dan
membimbing rakya. Mereka bekerja atas dasar dorongan moral serta
tanggung jawab agama, bukan atas dasar penunjukkan dan
pengangkatan oleh pemerintahan. Karena itu mereka tidak
memperoleh jaminan (gaji) dari pemerintah.
Kurikulum atau yang dikembangkan dalam pendidikan pada
dinasti Umayyah, antara lain:18
1) Ilmu agama; Al-Qur’an, Hadits, dan Fiqih. Sejarah mencatat,
bahwa pada masa khalifah Umar ibn Abdul al-Aziz (99-10H)
dilakukan proses pembukuan hadits, sehingga studi hadits
mengalami perkembangan yang pesat.
2) Ilmu sejarah dan Geografi; yaitu segala ilmu yang membahas
tentang perjalanan hidup, kisah dan riwayat.
3) Ilmu pengetahuan bidang bahasa; yaitu segala ilmu yang
mempelajari bahasa, nahwu, sorof.
4) Filsafat; yaitu segala ilmu yang pada umunya berasal dari baha
asing, seperti ilmu mantik, kimia, astronimi, ilmu hitung dan ilmu
yang berhubungan dengan ilmu kedokteran.19
c. Bentuk-Bentuk Pendidikan Dinasti Umayyah
Adapun bentuk Pusat-pusat pendidikan pada masa dinasti
Umayyah antara lain:
1) Pendidikan Istana

18
Maidir Harun. Firdaus Agus. Sejarah Peradaban Islam. (Padang: IAIN IB Pers.
2001). hlm. 82-87.
19
Samsul Nizar. Sejarah Pendidikan Islam: Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan Era
Rasulullah sampai Indonesia. hlm. 59.
Pendidikan tidak hanya tingkat rendah, tetapi lanjut pada
pengajaran tingkat tinggi sebagaimana halaqoh, masjid, dan
madrasah. Guru di istana dinamakan Muaddib. Tujuan pendidikan
istana bukan saja mengajarkan ilmu pengetahuan bahkan Muaddib
harus mendidik kecedasan, hati dan jasmani anak.
Adapun rencana pelajaran di istana sebagai berikut:
a) Al-Qur’an.
b) Hadist-hadist yang termulia.
c) Syair-syair yang terhormat.
d) Riwayat hukama.
e) Menulis, membaca, dan lain-lain.
2) Nasihat Pembesar Kepada Muaddib
Sebagaimana pembesar Hisyam ibn Abdul Malik kepada
guru anaknya Sulaiman al-Kalby:20
“Sesungguhnya anakku ini adalah cahaya mataku. Aku
serahkan kepada engkau untuk memberi adab kepadanya. Maka,
tugas engkau adalah bertaqwa kepada Allah dan menunaikan
amanah. Wasiatku yang pertama kepada engaku supaya engkau
ajarkan kepadanya kitabullah. Kemudian engkau riwayatkan
kepadanya syair-syair terbaik. Sesudah itu engkau ajarkan riwayat
kaum arab dan syair-syair mereka yang baik. Perlihatkan
kepadanya sebagian yang halal dan yang haram serta pidato-pidato
dan riwayat peperangan.”
3) Perpustakaan
Al Hakam ibn Nasir (350 H/961 M) mendirikan perpustakaan yang
besar di Qurtubah (Cordova).
4) Bramantisan (Rumah Sakit)
Cucu Muawiyah Kahlid ibn Yazid sangat tertarik pada ilmu
dan kedokteran. Ia menyediakan sejumlah harta dan

20
Ibid. hlm. 61.
memerinyahkan para sarajana Yunani yang ada di Mesir untuk
menerjamahkan buku kimia dan kedokteran ke dalam bahasa Arab.
Hal ini menjadi terjemahan pertama dalam sejarah sehingga Al
Walid ibn Abdul Malik memberikan perhatian
terhadap Bamaristan.21

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah wafatnya khalifah Ali ibn Abi Thalib, maka berakhirlah
kepemimpinan khulafaur rasyidin. Pada saat itu masyarakat Arab, Irak, dan
Iran mengangkat Hasan ibn Ali untuk menggantikan kedudukan ayahnya.
Pembaiatan Hasan tidak bisa menyatukan umat, karena polemik dengan
Muawiyah belum selesai. Demi menghindari pertumpahan darah yang lebih
besar, maka Hasan ibn Ali bersedia mengundurkan diri dengan syarat.
21
Mahmud Yunus. Sejarah Pendidikan Islam. hlm. 82-95.
Dinasti Umayyah berkuasa selama 91 tahun (41-132 H atau 661-750
M). Dengan 14 khalifah. Pada awalnya pemerintahan Umayyah bersifat
demokrasi lalu berubah menjadi kerajaan atau feodal. Pusat pemerintahannya
bertempat di Damaskus. Masa kekhalifahan Bani Umayyah mengalamai
perkembangan dalam bidang politik, bidang sosial dan bidang agama.
Pada masa dinasti Umayyah pola pendidikan
bersifat desentralisasi, tidak memilki tingkatan dan standar umur. Kajian
keilmuan berpusat di Damaskus, Kuffah, Mekkah, Madinah, Mesir, Cordova,
dan beberapa kota lainnya. Pola pendidikan pada periode dinasti Umayyah
telah berkembang dilihat dari aspek pengajarannya, meskipun sistemnya
masih sama seperti pada masa Nabi dan khulafaur rasyidin. Adapun bentuk-
bentuk pendidikan pada masa dinasti Umayyah antara lain: pendidikan istana,
nasihat pembesar kepada muaddib, badiah,  perpustakaan,
dan bramantisan (rumah sakit).
B. Saran
Dalam bidang pendidikan pada masa sekarang, sudah seharusnya kita
dapat mengambil contoh apa yang telah berkembang pada masa dinasti
Umayyah itu. Kita harus melakukan berbagai cara untuk memajukan dan
mengembangkan berbagai bidang dengan mereformasinya.

DAFTAR PUSTAKA

Amin, Samsul Munir. 2010. Sejarah Peradaban Islam. Amzah. Jakarta.

Harun, Maidir. Agus, Firdaus. 2001. Sejarah Peradaban Islam. IAIN IB Pers.


Padang.

Nata, Abuddin. 2011. Sejarah Pendidikan Islam. Kencana. Jakarta.

Nizar, Samsul. 2011. Sejarah Pendidikan Islam: Menelusuri Jejak Sejarah


Pendidikan Era Rasulullah sampai Indonesia, Cet. 4. Kencana.
Jakarta.
Soekarno. Supardi, Ahmad. 1985. Sejarah dan Filsafat Pendidikan Islam. Aksara.
Bandung.

Syalabi, Ahmad. 1982. Sejarah dan Kebudayaan Islam 2. Pustaka al Husna.


Jakarta.

Syalabi, Ahmad. 2003. Sejarah dan Kebudayaan Islam 1, Cet. 4. Pustaka al


Husna. Jakarta.

Yatim, Badri. 2011. Sejarah Peradaban Islam (Dirasah Islamiyah II). Rajawali


Pers.

Yunus, Mahmud. 1992. Sejarah Pendidikan Islam. Hidakarya Agung. Jakarta.

MAKALAH
“POLA PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA DINASTI UMAYYAH”
DISUSUN OLEH :

NAMA : NURDIA KEMHAY

JURUSAN : TARBIYAH

PRODI : MPI

SEMESTER : IV (EMPAT)

RUANG : I (SATU)

MATA KULIAH : SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM

DOSEN : SAHRUL TAKIM, S.Pd.I., M.Pd.I

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)


BABUSSALAM SULA MALUKU UTARA
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahiim

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena


Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
resume ini, yang berjudul: Pola Pendidikan Islam pada Masa Dinasti Umayyah”.

Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan


kita Nabi besar Muhammad SAW, yang telah membimbing umat dari jalan
kegelapan menuju jalan yang terang benderang yang diridhoi oleh Allah SWT
yaitu agama Islam.
Dan atas terselesaikannya penyusunan makalah ini, tak lupa penulis
ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dosen Sahrul Takim, S.Pd.I., M.Pd.I selaku dosen mata kuliah Sejarah
Pendidikan Islam yang telah membimbing dan mendidik penulis sehingga
penulis menjadi mahasiswa yang berilmu.
2. Teman-teman yang membantu penulis dalam penulisan makalah ini.
3. Semua pihak yang telah membantu penulis demi terselesainya makalah ini.
Semoga bimbingan dan bantuan serta dorongan yang diberikan mendapat balasan
dari Allah SWT.

Walaupun penulis sudah berupaya semaksimal mungkin, demi


terselesainya makalah ini, penulis tetap menyadari bahwa kemampuan penulis
jauh dari kesempurnaan, dan sudah pasti masih banyak kekurangannya. Sehingga
kritik dan saran yang sifatnya membangun semangat penulis yang sangat penulis
harapkan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Amin Ya Rabbal ‘Alamin

Sanana, Oktober 2022

Penulis

Nurdia Kemhay

ABSTRAK

NURDIA KEMHAY, POLA PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA DINASTI


UMAAYYAH, JURUSAN TARBIYAH, PRODI MPI, SEMESTER IV,
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM, MAKALAH, OKTOBER 2022 3 Bab,
15 Halaman
(Dibimbing oleh : Sahrul Takim, S.Pd.I., M.Pd.I)
Sejarah pendidikan Islam sangat erat kaitannya dengan perkembangan Islam pada
masa-masa sejarah perkembangan Islam tersebut, dan tiap periode berbeda yang
tergantung pada keadaan itu. Secara garis besarnya sejarah Islam terbagi ke dalam
tiga periode yaitu; klasik, pertengahan dan modern.
Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui pengambil alih kekuasaan dan
pembentukan dinasti Umayyah serta pola pendidikan dan bentuk-bentuk
pendidikan dinasti Umayyah.
Hasil penulisan : Setelah wafatnya khalifah Ali ibn Abi Thalib, maka berakhirlah
kepemimpinan khulafaur rasyidin. Pada saat itu masyarakat Arab, Irak, dan Iran
mengangkat Hasan ibn Ali untuk menggantikan kedudukan ayahnya. Pembaiatan
Hasan tidak bisa menyatukan umat, karena polemik dengan Muawiyah belum
selesai. Demi menghindari pertumpahan darah yang lebih besar, maka Hasan ibn
Ali bersedia mengundurkan diri dengan syarat. Dinasti Umayyah berkuasa selama
91 tahun (41-132 H atau 661-750 M). Dengan 14 khalifah. Pada awalnya
pemerintahan Umayyah bersifat demokrasi lalu berubah menjadi kerajaan
atau feodal. Pusat pemerintahannya bertempat di Damaskus. Masa kekhalifahan
Bani Umayyah mengalamai perkembangan dalam bidang politik, bidang sosial
dan bidang agama. Pada masa dinasti Umayyah pola pendidikan
bersifat desentralisasi, tidak memilki tingkatan dan standar umur. Kajian
keilmuan berpusat di Damaskus, Kuffah, Mekkah, Madinah, Mesir, Cordova, dan
beberapa kota lainnya. Pola pendidikan pada periode dinasti Umayyah telah
berkembang dilihat dari aspek pengajarannya, meskipun sistemnya masih sama
seperti pada masa Nabi dan khulafaur rasyidin. Adapun bentuk-bentuk
pendidikan pada masa dinasti Umayyah antara lain: pendidikan istana, nasihat
pembesar kepada muaddib, badiah, perpustakaan, dan bramantisan (rumah sakit).

Kata kunci: Pendidikan Islam, Pola Kebijakan Dinasti Umayyah

DAFTAR ISI

COVER............................................................................................................ i

KATA PENGANTAR.................................................................................... ii

DAFTAR ISI................................................................................................... iii

ABSTRAK....................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1

A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Batasan Masalah................................................................................... 1
C. Rumusan Masalah................................................................................. 2
D. Tujuan Penulisan.................................................................................. 2
E. Kegunaan Penulisan.............................................................................. 2
F. Definisi Operasional............................................................................. 2
G. Sistematika Penulisan........................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN................................................................................. 4

A. Pengambil Alih Kekuasaan dan Pembentukan Dinasti Umayyah........ 4


B. pola pendidikan dan bentuk-bentuk pendidikan dinasti Umayyah....... 8

BAB III PENUTUP......................................................................................... 15

A. Kesimpulan........................................................................................... 15
B. Saran..................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai