PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan Islam merupakan hal yang paling utama bagi warga suatu
negara, karena maju dan keterbelakangan suatu negara akan ditentukan oleh
tinggi dan rendahnya tingkat pendidikan warga negaranya. Salah satu bentuk
pendidikan yang mengacu kepada pembangunan tersebut, yaitu pendidikan
agama adalah modal dasar yang merupakan tenaga penggerak yang tidak ternilai
harganya bagi pengisian aspirasi bangsa, karena dengan terselanggaranya
pendidikan agama secara baik akan membawa dampak terhadap pemahaman dan
pengalaman ajaran agama.
1
Slamet Iman Santoso, Pendidikan di Indonesia dari Masa ke masa, (Jakarta: Mas Agung,
1987), 52.
Dengan demikian, jelaslah bahwa proses kependidikan merupakan
rangkaian usaha membimbing, mengarahkan potensi hidup manusia, dan
kemampuan belajar yang dilandasi oleh nilai-nilai Islami. Berbicara masalah
sejarah pendidikan Islam, paling tidak ada dua hal yang perlu diperhatikan
tentang rumusan sejarah pendidikan Islam.
Pada masa Nabi, negara Islam meliputi seluruh jazirah Arab dan
pendidikan Islam berpusat di Madinah, setelah Rasulullah saw wafat kekuasaan
pemerintahan Islam dipegang oleh Khulafaur Rasyidin dan wilayah Islam telah
meluas di luar jazirah Arab. Para khalifah ini memusatkan perhatiannya kepada
pendidikan, syiarnya agama, dan kokohnya negara Islam.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Makalah
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk:
1. Mengetahui pengertian Khulafaur Rasyidin.
2. Mengetahui pola pendidikan Islam pada masa Khulafaur Rasyidin.
3. Mengetahui pusat-pusat dan sistem pendidikan Islam pada masa
Khulafaur Rasyidin.
4. Mengetahui rekontruksi pendidikan Islam pada masa Khulafaur Rasyidin
untuk pendidikan Islam di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
2
Ibnu Katsir, Jilid 1, Pustaka Imam Asy-Syafei oleh Dr. Abdullah
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Tafsir Ibnu Katsir, Jilid 1, Pustaka Imam Asy-Syafei oleh
Dr. Abdullah
3
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001), 36.
Adapun Khulafaur Rasyidin dalam sejarah Islam yang dimaksud terdiri
dari 4 orang sahabat, yaitu:
4
Cyril Gasse, The Concise Encyclopaedia of Islam, Ensiklopedi Islam, Ringkasan,
(penerjemah: Ghufron A. Mas’adi) (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1999), 7.
5
Ibn Khaldun, Muqaddimah, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2000), 250.
Muslimin bersembahyang? Engkaulah penggantinya (khalifah) kami akan
mengikrarkan orang yang disukai Rasulullah di antara kita semua ini, ikrar ini
disebut “ikrar saqifa”.6 Kata-kata ini sangat menyentuh hati Muslimin yang
hadir. Pihak Muhajirin datang memberikan ikrar, kemudian pihak Anshar juga
memberikan ikrarnya.
Hai Kaum Muslimin, saya telah diangkat sebagai pemimpin kalian, tetapi itu
tidak berarti bahwa saya adalah yang terbaik diantara kalian. Maka jika
saya benar, bantulah, dan jika saya salah, betulkanlah!
Ingatlah, orang yang lemah di antara kalian menjadi kuat disisiku, hingga
saya serahkan haknya kepadanya!
Dan ingatlah, orang yang kuat diantara kalian menjadi lemah di sisiku,
hingga saya ambil yang bukan haknya daripadanya.
Taatilah saya selama saya mentaati Allah dan Rasul-Nya! Dan jika saya
tidak taat, maka tiada keharusan bagi kalian untuk mentaatiku!
6
Muhammad Husain Haekal, Hayat Muhammad “Sejarah Hidup Muhammad”,
(diterjemahkan: Ali Auda), (Jakarta: PT Tintamas Indonesia, 1994), 582-584.
7
Haekal, 583.
orang yang enggan membayar zakat. Berdasarkan hal ini Abu Bakar
memusatkan perhatiannya untuk memerangi para pemberontak yang dapat
mengacaukan keamanan dan mempengaruhi orang-orang Islam yang masih
lemah imannya untuk menyimpang dari ajaran Islam. Dengan demikian,
dikirimlah pasukan untuk menumpas para pemberontak di Yamamah. Dalam
penumpasan ini banyak umat Islam yang gugur, yang terdiri dari sahabat
dekat Rasulullah dan para hafidz Al-Qur’an. Oleh karena itu, Umar bin
Khattab menyarankan kepada khalifah Abu Bakar untuk mengumpulkan ayat-
ayat Al-Qur’an, kemudian untuk merealisasikan saran tersebut diutuslah Zaid
bin Tsabit untuk mengumpulkan semua tulisan Al-Qur’an. Pola pendidikan
pada masa Abu Bakar masih seperti pada masa Nabi, baik dari segi materi
maupun lembaga pendidikannya.8
Dari segi materi pendidikan Islam terdiri dari pendidikan tauhid atau
keimanan, akhlak, ibadah, kesehatan, dan lain sebagainya.
8
Hanun Asrohah, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Wacana Ilmu, 2001), 36.
9
Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam (Jakarta: Hidayakarya Agung, 1989), 18.
10
Yunus, 18.
kuttab didirikan oleh orang-orang Arab pada masa Abu Bakar 11 dan pusat
pembelajaran pada masa ini adalah Madinah, sedangkan yang bertindak
sebagai tenaga pendidik adalah para sahabat Rasul yang terdekat. Lembaga
pendidikan Islam adalah masjid, masjid dijadikan sebagai benteng pertahanan
rohani, tempat pertemuan dan lembaga pendidikan Islam sebagai tempat
sholat berjamaah, membaca Al-Qur’an dan lain sebagainya.
Khalifah kedua dalam Islam juga adalah orang kedua dari kalangan
Khulafaur Rasyidin, ia merupakan salah satu diantara tokoh-tokoh besar
dalam sejarah Islam. Ia terkenal dengan tekad dan kehendaknya yang sangat
kuat, cekatan, dan karakternya yang berterus terang. Sebelum menjadi
11
Asma Hasan Fahmi, Sejarah dan Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang), 30.
khalifah, ia dikenal sebagai pribadi yang keras dan tidak mengenal kompromi
dan bahkan kejam. Di bawah pemerintahannya imperum Islam meluas dengan
kecepatan yang luar biasa.12 Dapat dikatakan bahwa orang terbesar
pengaruhnya setelah Nabi dalam membentuk pemerintahan Islam dan
menegaskan coraknya adalah Umar bin Khattab.
16
Sukarno dan Supardi, 51.
17
Asrohah, 17.
18
Muhammad Syadid, Konsep Pendidikan dalam Al-Qur’an, terj. (Jakarta: Penebar Salam,
2001), 37.
19
Karsidjo Djojosuwarno, Life of Omar the Geat, terjemahan. (Bandung, 1981), 387.
Rasulullah dan memiliki pengaruh yang besar, sedangkan pusat
pendidikannya selain Madinah adalah Mesir, Syiria, dan Basyrah.
Pada masa khalifah Umar bin Khattab, mata pelajaran yang diberikan
adalah membaca dan menulis Al-Qur’an dan menghafalnya serta belajar
pokok-pokok agama Islam. Pendidikan pada masa Umar bin Khattab ini lebih
maju dibandingkan dengan sebelumnya. Pada masa ini tuntutan belajar bahasa
Arab juga sudah mulai tampak, orang yang baru masuk Islam dari daerah
yang ditaklukkan harus belajar bahasa Arab, jika ingin belajar dan memahami
pengetahuan Islam. Oleh karena itu pada masa ini sudah terdapat pengajaran
bahasa Arab.21
20
Asrohah, 18.
21
Asrohah, 18.
tidak berilmu QS. Az-zumar: 9; Allah meninggikan yang beriman dan berilmu
QS. Al-Mujadalah: 11
Nama lengkapnya adalah Usman bin Abil Ash ibn Umaiyah. Beliau
masuk Islam atas seruan Abu Bakar as-Siddiq. 23 Usman bin Affan adalah
termasuk saudagar besar dan kaya raya serta sangat pemurah menafkahkan
kekayaannya untuk kepentingan umat Islam. Usman diangkat menjadi
khalifah hasil dari pemilihan panitia enam yang ditunjuk oleh khalifah Umar
bin Khattab menjelang beliau akan meninggal. Panitia yang enam adalah:
Usman, Ali bin Abi Thalib, Thalhah, Zubair bin Awwam, Saad bin Abi
Waqash, dan Abdurrahman bin ‘Auf.24
22
Glasse, 418.
23
Ahmad Syalaby, Sejarah Kebudayaan Islam, (Jakarta: Al Husna Zikra, 2000), 266.
24
Syalaby, 266.
mewarnai pendidikan Islam. Para sahabat yang berpengaruh dan dekat dengan
Rasulullah yang tidak diperbolehkan meninggalkan Madinah di masa khalifah
Umar, diberikan kelonggaran untuk keluar dan menetap di daerah-daerah yang
mereka sukai. Kebijakan ini sangat besar pengaruhnya bagi pelaksanaan
pendidikan di daerah-daerah.
Proses pola pendidikan pada masa Usman ini lebih ringan dan lebih
mudah dijangkau oleh seluruh peserta didik yang ingin menuntut ilmu dan
belajar Islam dan dari segi pusat pendidikan juga lebih banyak, sebab pada
masa ini para sahabat bisa memilih tempat yang mereka inginkan untuk
memberikan pendidikan kepada masyarakat.
Tugas mendidik dan mengajar umat pada masa Usman bin Affan
diserahkan pada umat itu sendiri, artinya pemerintah tidak mengangkat guru-
guru, dengan demikian para pendidik sendiri melaksanakan tugasnya hanya
dengan mengharapkan keridhaan Allah SWT.
Pada masa khalifah Usman bin Affan tidak banyak terjadi
perkembangan pendidikan, kalau dibandingkan dengan masa kekhalifahan
Umar bin Khattab, sebab pada masa khalifah Usman urusan pendidikan
diserahkan saja kepada rakyat. Dan apabila dilihat dari segi kondisi
pemerintahan Usman banyak timbul pergolakan dalam masyarakat sebagai
akibat ketidaksenangan mereka terhadap kebijakan Usman yang mengangkat
kerabatnya dalam jabatan pemerintahan.
Ali bin abi Thalib bin Abdul Muthalib adalah putra dari paman
Rasulullah saw dan suami dari Fatimah anak Rasulullah. Ali bin Abi Thalib
diasuh dan dididik oleh Nabi. Ali terkenal sebagai anak yang mula-mula
beriman kepada Allah.25
Ali adalah khalifah yang keempat setelah Usman bin Affan. Pada
pemerintahannya sudah diguncang peperangan dengan Aisyah (istri Nabi)
beserta Thalhah dan Abdullah bin Zubair karena kesalahfahaman dalam
menyikapi pembunuhan Usman, peperangan diantara mereka disebut Perang
Jamal (unta) karena Aisyah menggunakan kendaraan unta. Setelah berhasil
mengatasi pemberontakan Aisyah, muncul pemberontakan lain, sehingga
masa kekuasaan khalifah Ali tidak pernah mendapatkan ketenangan dan
kedamaian.26
25
Syalaby, 281.
26
Asrohah, 21.
karena desakan sebagian tentaranya akhirnya Ali menerimanya, namun
tahkim malah menimbulkan kekacauan, sebab Muawiyah bersifat curang,
sebab dengan tahkim Muawiyah berhasil mengalahkan Ali dan mendirikan
pemerintahan tandingan di Damaskus. Sementara itu, sebagian tentara yang
menentang keputusan Ali dengan cara tahkim, meninggalkan Ali dan
membuat kelompok tersendiri yaitu khawarij.27
27
Asrohah, 21.
4. Kuffah, sahabat-sahabat yang termasyhur disini adalah Ali bin Abi
Thalib dan Abdullah bin Mas’ud. Abdullah bin Mas’ud mengajarkan
Al-Qur’an, ia adalah ahli tafsir, hadits, dan fikih.
5. Damsyik (Syam), setelah Syam (Syiria) menjadi bagian negara Islam
dan penduduknya banyak beragama Islam. Maka khalifah Umar
mengirim tiga orang guru ke negara tersebut, yaitu: Mu’az bin Jabal,
Ubaidah, dan Abu darda’. Ketiga sahabat ini mengajar di Syam pada
tempat yang berbeda. Abu Darda’ di Damsyik, Mu’az bin Jabal di
Palestina, dan Ubaidah di Hims.
6. Mesir, sahabat yang mula-mula mendirikan madrasah dan menjadi
guru di Mesir adalah Abdullah bin Amru bin Ash, ia adalah seorang
ahli hadits.
1. Berenang
2. Mengendarai unta
3. Memanah
Sedangkan materi pendidikan pada tingkat menengah dan tinggi terdiri dari:
Pusat dan sistem pendidikan ini terus berlanjut sampai pada khalifah
terakhir Ali bin Abi Thalib.
28
http://agussulistyohadi.blogspot.com/2015/09/sejarah-pendidikan-islam-pada-masa.html?
m=I
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Masa Ali bin Abi Thalib kegiatan pendidikan pada saat itu mengalami
hambatan dengan adanya perang saudara. Ali tidak sempat memikirkan masalah
pendidikan, karena yang lebih penting dan mendesak memberikan jaminan
keamanan, ketertibaan dan ketentraman dalam segala kegiatan kehidupan, yaitu
mempersatukan kembali kesatuan umat, tetapi Ali tidak berhasil. Dasar
pendidikan Islam yang tadinya bermotif aqidah tauhid, sejak masa itu tumbuh di
atas dasar motivasi, ambisius kekuasaan, dan kekuatan.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Ade Armando, dkk, Ensiklopedi Islam Untuk Pelajar 6, (Jakarta: PT Ichtiar Baru van
Hoeve, 2004).
Ahmad Syalaby, Sejarah Kebudayaan Islam, (Jakarta: Al Husna Zikra, 2000).
Asma Hasan Fahmi, Sejarah dan Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan
Bintang).
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001).
Cyril Gasse, The Concise Encyclopaedia of Islam, Ensiklopedi Islam, Ringkasan,
(penerjemah: Ghufron A. Mas’adi) (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
1999).
Drs. H. Soekarno, Drs. Ahmad Supardi, Sejarah dan Filsafat Pendidikan Islam,
(Bandung: Angkasa, 2001).
Hanun Asrohah, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Wacana Ilmu, 2001).
Ibn Khaldun, Muqaddimah, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2000).
Karsidjo Djojosuwarno, Life of Omar the Geat, terjemahan. (Bandung, 1981).
Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam (Jakarta: Hidayakarya Agung, 1989).
Muhammad Husain Haekal, Hayat Muhammad “Sejarah Hidup Muhammad”,
(diterjemahkan: Ali Auda), (Jakarta: PT Tintamas Indonesia, 1994).
Muhammad Syadid, Konsep Pendidikan dalam Al-Qur’an, terj. (Jakarta: Penebar
Salam, 2001).
Slamet Iman Santoso, Pendidikan di Indonesia dari Masa ke masa, (Jakarta: Mas
Agung, 1987).
Tafsir Ibnu Katsir, Jilid 1, Pustaka Imam Asy-Syafei oleh Dr. Abdullah
http://agussulistyohadi.blogspot.com/2015/09/sejarah-pendidikan-islam-pada-
masa.html?m=I
MAKALAH
POLA PENDIDIKAN ISLAM PADA PERIODE KHULAFAUR
RASYIDIN
DISUSUN OLEH :
NAMA : NURDIA KEMHAY
JURUSAN : TARBIYAH
PRODI : MPI
SEMESTER : IV (EMPAT)
RUANG : I (SATU)
MATA KULIAH : SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM
DOSEN : SAHRUL TAKIM, S.Pd.I., M.Pd.I
Bismillahirrahmanirrahiim
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena
Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan resume
ini, yang berjudul: Pola Pendidikan Islam pada Periode Khulafaur Rasyidin”.
Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita
Nabi besar Muhammad SAW, yang telah membimbing umat dari jalan kegelapan
menuju jalan yang terang benderang yang diridhoi oleh Allah SWT yaitu agama
Islam.
Dan atas terselesaikannya penyusunan makalah ini, tak lupa penulis ucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Dosen Sahrul Takim, S.Pd.I., M.Pd.I selaku dosen mata kuliah Sejarah
Pendidikan Islam yang telah membimbing dan mendidik penulis sehingga
penulis menjadi mahasiswa yang berilmu.
2. Teman-teman yang membantu penulis dalam penulisan makalah ini.
3. Semua pihak yang telah membantu penulis demi terselesainya makalah ini.
Semoga bimbingan dan bantuan serta dorongan yang diberikan mendapat balasan dari
Allah SWT.
Walaupun penulis sudah berupaya semaksimal mungkin, demi terselesainya
makalah ini, penulis tetap menyadari bahwa kemampuan penulis jauh dari
kesempurnaan, dan sudah pasti masih banyak kekurangannya. Sehingga kritik dan
saran yang sifatnya membangun semangat penulis yang sangat penulis harapkan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Amin Ya Rabbal ‘Alamin
Sanana, Oktober 2022
Penulis
Nurdia Kemhay
DAFTAR ISI
COVER............................................................................................................ i
KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan.................................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN................................................................................. 4
A. Kesimpulan........................................................................................... 18
B. Saran..................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA