Anda di halaman 1dari 16

PERADABAN ISLAM PADA MASA

KULAFAUR RASYIDDIN

Makalah Ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu


Syarat Mengikuti Mata Kuliah Sejarah Peradaban
Islam Semester Gasal 2016/2017

Disusun oleh: Kelompok I/ TB E

Tatri Nurul Munawaroh 210316157

Rindi Ayu 210316168

Zumrotul Munawaroh 210316179

Dosen Pengampu:

H. Mohammad Rozi Indrafuddin, Lc. M. Fil. I.

Jurusan: Tarbiyah

Progam Studi: Pendidikan Agama Islam

Sekolah Tinggi Agama Islam

(STAIN PONOROGO)

Jl. Pramuka No. 156 Telp.(0352)481277

September 2016

1
KATA PENGANTAR
Segala puji kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
Rahmat dan KaruniaNya, kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Studi Peradaban Islam.
Penulis mencoba menyampaikan berbagai informasi tentang Peradaban
Islam pada Masa Khulafaur Rasyiddin. Harapan kami makalah ini dapat
digunakan sebagai sarana untuk menambah pengetahuan, wawasan, informasi,
serta bahan pembelajaran juga referensi tambahan dalam mempelajari materi
tentang Peradaban Islam pada Masa Khulafaur Rasyiddin.
Kami ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam
proses penyusunan makalah ini. Kami juga menyadari, bahwa dalam penulisan
makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami berharap kritik dan
saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Ponorogo, 23 September 2016

Penulis

2
DAFTAR ISI

Peradaban Islam pada Masa Khulafaur Rasyiddin


Kata Pengantar ................................................................................................... 2
Daftar Isi ............................................................................................................. 3
BAB I (Pendahuluan)
Latar Belakang .............................................................................................4
Rumusan Masalah, Tujuan, Manfaat .............................................................4
BAB II (Pembahasan)
Pengertian Khulafaur Rasyiddin.................................................................... 5
Prestasi yang Diraih Selama Pemerintahan ................................................... 9
BAB III (Penutup) : Kesimpulan .......................................................................... 15
Daftar pusaka……………………………………………………………….……………………………………16

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejarah peradaban islam memiliki arti yang sangat penting dan tidak bisa
kita abaikan begitu saja. Karena dengan sejarah kita bisa mengetahui apa yang
telah terjadi pada zaman sebelum sekarang dan juga kita bisa mengerti bagaimana
pemerintahan pada zaman nabi sampai pada Khulafaur Rasyiddin.
Kaum muslim mulai dipimpin oleh seorang khalifah semenjak wafatnya nabi
untuk menggantikan kedudukan nabi sebagai pemimpin umat dan pemimpin
negara.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Khulafaur Rasyiddin?

2. Apa prestasi yang berhasil diraih dari masing-masing khalifah?

C. Tujuan

1. Mengetahui pengertian dari Khulafaur Rasyiddin.

2. Mengetahui prestasi yang berhasil diraih selama memimpin.

D. Manfaat

1. Memberi pengetahuan mengenai pengertian Khulafaur Rasyiddin.

2. Memberi wawasan terkait prestasi yang berhasil diraih para khalifah


selama memimpin.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Khulafaur Rasyiddin

Kata khulafaur rasyidin terdiri dari dua kata, yaitu kata khulafa’ dan Ar
Rasyiddin. Kata khulafa’ adalah jama’ dari kata kholifah, yang artinya pengganti
atau orang yang ditunjuk sebagai pengganti, pemimpin atau penguasa. Kata Ar
Rasyidin adalah bentuk jama’ dari kata Ar Rasyid, artinya orang yang mendapat
petunjuk.
Kulafaur Rasyiddin adalah empat orang khalifah atau pemimpin pertama
agama islam, yang dipercaya oleh umat islam sebagai penerus kepemimpinan
setelah Nabi Muhammad wafat. Empat orang tersebut adalah para sahabat dekat
Muhammad yang tercatat paling dekat dan paling dikenal dalam membela ajaran
yang dibawanya disaat masa kerasullan Muhammad. Keempat khalifah tersebut
dipilih bukan berdasarkan keturunannya, melainkan konsensus umat Islam.

Secara resmi istilah Khulafaur Rasyiddin merujuk pada empat orang


khalifah pertama islam namun sebagian ulama menganggap bahwa khalifah yang
memperoleh petunjuk tidak terbatas pada keempat orang khalifah tersebut, tetapi
dapat mencakup para khalifah setelahnya yang kehidupannya benar-benar sesuai
dengan petunjuk Al-Qur’an dan As-Sunnah.

Diantara sahabat-sahabat yang termasuk dalam khulafaur rasyiddin yaitu:

1. Abu Bakar (632-634 M )

Abu bakar Ash-Shidiq lahir dengan nama Abdu Syams. Dia diberi gelar
masyarakat muslim dengan sebutan Abu Bakar. Akan tetapi, nama aslinya adalah
Abdullah bin Abi Quhafah. Lalu mendapat julukan Ash Shiddiq yang berarti
terpercaya setelah ia menjadi orang yang pertama kali mengakui peristiwa Isra’
Mi’raj. Beliau juga menemani Rasulullah Muhammad hijrah ke Yatsrib. Ia dicatat
sebagai orang yang sangat setia dan melindungi para pemeluk islam, bahkan
terhadap sukunya sendiri. Ketika Nabi Muhammad sakit keras, Abu Bakar adalah
orang yang ditunjuk untuk menggantikannya menjadi imam dalam sholat di
Masjid Nabawi.

5
2. Umar bin Khattab (634-644 M/13-23 H)

Khalifah Umar bin Khattab menjadi khalifah pada tahun 634-644 M. beliau
adalah khalifah ke-2 dalam sejarah Islam. Pengangkatan Umar bukan berdasarkan
konsensus tetapi berdasarkan surat wasiat yang ditinggalkan oleh Abu Bakar. Hal
ini tidak menimbulkan pertentangan berarti di kalangan umat islam saat itu karena
umat Muslim sangat mengenal Umar sebagai orang yang paling dekat dan paling
setia membela ajaran Islam. Hanya segelintir kaum, yang kelak menjadi golongan
Syi'ah, yang tetap berpendapat bahwa seharusnya Ali yang menjadi khalifah.
Umar memerintah selama sepuluh tahun dari tahun 634 hingga 644 M.

Ketika Abu Bakar sakit dan merasa ajalnya sudah dekat, ia bermusyawarah
dengan para pemuka sahabat, kemudian mengangkat Umar bin Khattab sebagai
penggantinya dengan maksud untuk mencegah kemungkinan terjadinya
perselisihan dan perpecahan di kalangan umat Islam. Kebijaksanaan Abu Bakar
tersebut ternyata diterima masyarakat yang segera secara beramai-ramai membaiat
Umar. Umar menyebut dirinya Khalifah Rasulillah (pengganti dari Rasulullah). Ia
juga memperkenalkan istilah Amir al-Mu'minin (petinggi orang-orang yang
beriman).

Umar memerintah selama sepuluh tahun (13-23 H/634-644 M). Masa


jabatannya berakhir dengan kematian. Dia dibunuh oleh seorang budak Persia
yang bernama Abu Lulu'ah yang beragama Zoroastrianisme (Majusi). Untuk
menentukan penggantinya, Umar tidak menempuh jalan yang dilakukan Abu
Bakar. Dia menunjuk enam orang sahabat dan meminta kepada mereka untuk
memilih salah seorang di antaranya menjadi khalifah. Enam orang tersebut adalah
Utsman, Ali, Thalhah, Zubair, Sa'ad bin Abi Waqqash, Abdurrahman bin 'Auf.
Setelah Umar wafat, tim ini bermusyawarah dan berhasil menunjuk Utsman
sebagai khalifah, melalui proses yang agak ketat dengan Ali bin Abi Thalib.

6
3. Utsman bin ‘Affan (24-36 H/644-656 M)

Utsman bin Affan adalah khalifah islam ketiga yang saleh dilahirkan pada
tahun 573 M di dalam marga Umayyah dari keluarga besar Quraisy. Nabi sangat
mengaguminya karena kesederhanaan, kesalehan, kedermawanannya, dan
memberikan dua putrinya, yakni Ummi Kultsum dan Ruqayyah, untuk dinikahi
olehnya secara berurutan, yaitu setelah meninggal dunia ketika putrinya yang
kedua meninggal, dia berkata bahwa seandainya dia mempunyai putri yang lain
,pasti dia telah menikahkannya dengan Utsman.

Utsman melaksanakan tugas-tugas dengan baik bagi tujuan islam. Dia


menderita penganiayaan bersama nabi di tangan orang-orang Quraisy. Dia
menyertai emigran ke Abesemia bersama istrinya. Utsman adalah orang yang
sangat kaya, dan dia menyerahkan kekayaan itu kepada nabi untuk melayani
islam.

Disaat detik terakhir Umar hidup, di tempat tidurnya, ia mengangkat suatu


dewan yang terdiri atas Utsman, Ali, Thalhah, Zubair, Abdurahman bin Auf dan
Said bin Waqqas untuk memilih seorang khalifah diantara mereka sendiri, apabila
khalifah Umar meninggal. Oleh karena itu, kelima calon ini harus memilih
seorang pengganti khalifah yang meninggal itu. Namun pada waktu pemilihan
dilakukan Ali memilih Utsman dan sebaliknya Utsman memilih Ali.
Bagaimanapun Utsman memperoleh mayoritas suara dan terpilih sebagai khalifah.
Orang yang keenam dari badan pemilih itu Thalhah tiba di Madinah setelah
pemilihan itu terakhir. Dia juga memberikan sumpah setia kepada khalifah
Utsman.

4. Ali bin Abi Thalib (656-661 M / 36-40 H)

Ali bin Abi Thalib adalah khalifah keempat setelah Utsman bin ‘Affan.
Nama lengkapnya adalah Hasyim bin Abdi Manaf. Ia dilahirkan 32 tahun setelah
kelahiran Rasulullah SAW. sejak kecil ia diasuh Rasulullah sebagaimana anak

7
kandung beliau sendiri. Dengan demikian Ali bin Abi Thalib tumbuh menjadi
anak baik dan cerdas dibawah asuhan Rasulullah SAW.

Ketika Muhammad SAW. diangkat menjadi seorang nabi dan rasul, Ali bin
Abi Thalib adalah orang yang pertama kali mempercayainya dari kalangan anak-
anak dan menyatakan keislamannya serta berada disisi Rasulullah. Kesetiaannya
kepada Nabi SAW. sudah tidak diragukan lagi. Keberaniaanya telah teruji pada
saat peristiwa menjelang hijrah Nabi Muhammad SAW. ke Madinah. Ketika itu ia
menggantikan Rasulullah dengan tidur diatas tempat tidur beliau, sedangkan kaum
Kafir Quraisy mengepung rumah dan berencana akan membunuh Nabi
Muhammad SAW. perbuatannya yang mengandung resiko ini merupakan bukti
nyata dari kesetiaannya untuk tetap berada disamping Rasulullah SAW. dalam
membela dan memperjuangkan agama islam.

Ali bin Abi Thalib merupakan tangan kanan Nabi Muhammad ketika di
Madinah sebagaimana ketika beliau berada di Mekah. Ia selalu diberi kepercayaan
untuk menyelesaikan segala rencana yang membutuhkan keberanian dan
semangat yang luar biasa.

Setelah meninggalnya khalifah Utsman bin ‘Affan masyarakat muslim di


Madinah menjadi bingung, mereka seolah-olah kehilangan tokoh yang akan
menggantikan kedudukan khalifah Utsman. Dalam situasi seperti itu, Abdullah
bin Saba1 mengusulkan agar Ali bin Abi Thalib diangkat sebagai khalifah. Usulan
tersebut disetujui mayoritas masyarakat muslim, kecuali mereka yang pro dengan
Muawiyah bin Abi Sufyan. Ali semula menolak usulan tersebut dan tidak mau
menerima jabatan tersebut. alasannya yaitu situasi yang kurang tepat, karena
banyak terjadi kerusuhan dimana-mana. Namun ia terus mendapat desakan dari
para pengikutnya. Akhirnya tawaran untuk menduduki jabatan sebagai khalifah
diterima. Tepat pada tanggal 23 Juni 656 M semua orang yang menginginkan
jabatan itu dipegang oleh Ali bin Abi Thalib melakukan baiat atau sumpah setia
kepada beliau.

1
Salah seorang pemimpin di Mesir.

8
B. Prestasi Kepemimpinan Khulafaur Rasyiddin

1. Prestasi Khalifah Abu Bakar Ash-shiddiq

Abu Bakar diangkat sebagai pemimpin pertama islam setelah Rasul wafat
selama dua tahun yakni sejak tahun 632 sampai 634 M. Pada tahun 634 M ia
meninggal dunia masa sesingkat itu habis untuk menyelesaikan persoalan dalam
negeri terutama tantangan yang disebabkan oleh suku-suku bangsa arab yang
tidak mau tunduk kepada pemerintah Madinah sepeninggal Nabi Muhammad
SAW. karena mereka menganggap perjanjian yang dibuat Nabi Muhammad
dengan sendirinya menjadi batal karena meninggalnya Nabi Muhammad, oleh
karena itu mereka menentang Abu Bakar. Sehingga khalifah menyelesaikan
persoalan ini dengan perang riddah atau perang melawan kemurtadan yang
dipimpin oleh panglima Khalid bin Walid. Selain menjalankan roda pemerintahan
khalifah Abu Bakar juga menjalankan hukum yang telah ditetapkan dalam Al-
qur’an dan As-sunnah. Meskipun demikian seperti juga Nabi Muhammad, Abu
bakar juga mengajak sahabat-sahabat besarnya untuk bermusyawarah. Setelah
selesai perang dalam negeri, barulah Abu Bakar mengirim kekuatan keluar
Arabia. Khalid dikirim ke irak dan dapat menguasai wilayah Al-Hirrah pada tahun
634 ke Syiria dikirim ekspedisi dibawah pimpinan empat panglima, yaitu: Abu
Ubaidah bin Jarrah, Amr bin Ash, Yazid bin Abi Sofyan dan Syurah bin Hazanah.

Sebagai prestasi yang diraih Abu Bakar ialah membukukan Al-Qur’an.


Hal ini dilakukan karena meninggalnya para penghafal Al-Qur’an pada perang
Yarmuk. Dengan membukukan Al-qur’an ini maka ayat-ayat yang telah
dihafalkan ditulis dan disatukan.

2. Prestasi Khalifah Umar bin Khattab

Di zaman Umar gelombang ekspansi (perluasan daerah kekuasaan) pertama


terjadi; ibu kota Syiria, Damaskus, jatuh tahun 635 M dan setahun kemudian,
setelah tentara Bizantium kalah di pertempuran Yarmuk, seluruh daerah Syiria

9
jatuh ke bawah kekuasaan Islam. Dengan memakai Syria sebagai basis, ekspansi
diteruskan ke Mesir di bawah pimpinan 'Amr bin 'Ash dan ke Irak di bawah
pimpinan Sa'ad bin Abi Waqqash. Iskandariah (Alexandria), ibu kota Mesir,
ditaklukkan tahun 641 M. Dengan demikian, Mesir jatuh ke bawah kekuasaan
Islam. Al-Qadisiyah, sebuah kota dekat Hirah di Iraq, jatuh pada tahun 637 M.
Dari sana serangan dilanjutkan ke ibu kota Persia, al-Madain yang jatuh pada
tahun itu juga. Pada tahun 641 M, Moshul dapat dikuasai. Dengan demikian, pada
masa kepemimpinan Umar Radhiallahu ‘anhu, wilayah kekuasaan Islam sudah
meliputi Jazirah Arabia, Palestina, Syiria, sebagian besar wilayah Persia, dan
Mesir.

Karena perluasan daerah terjadi dengan cepat, Umar segera mengatur


administrasi negara dengan mencontoh administrasi yang sudah berkembang
terutama di Persia. Administrasi pemerintahan diatur menjadi delapan wilayah
provinsi: Makkah, Madinah, Syria, Jazirah Basrah, Kufah, Palestina, dan Mesir.
Beberapa departemen yang dipandang perlu didirikan. Pada masanya mulai diatur
dan ditertibkan sistem pembayaran gaji dan pajak tanah. Pengadilan didirikan
dalam rangka memisahkan lembaga yudikatif dengan lembaga eksekutif. Untuk
menjaga keamanan dan ketertiban, jawatan kepolisian dibentuk. Demikian pula
jawatan pekerjaan umum. Umar juga mendirikan Bait al-Mal, menempat mata
uang, dan membuat tahun Hijriyah.

Pada zaman Umar bin Khattab menjabat sebagai khalifah, beliau berhasil
membentuk mushaf yang berharakat. Sehingga masyarakat Islam dapat menbaca
dengan lebih mudah dan tidak menyalahi aturan ataupun mensalah artikan makna
dari bacaan ayat Al-qur’an. Pembukuan Al-qur’an berlangsung secara teratur dan
pada akhirnya Al-qur’an selesai dibukukan. Seorang ahli yang pertama kali
menemukan ilmu nahwu adalah Ibnu Al-Faraghibi dan Ibnu Al-Sibalih.

3. Prestasi Khalifah Utsman bin ‘Affan


Khalifah utsman memerintah imperium muslim selama kurang lebih 12
tahun. Selama kekhalifahannya, imperium arab meluas di Asia dan Afrika. Pada

10
permulaan pemerintahan terjadi suatu pemberontakan oleh orang-orang Persia
yang dihasut oleh Yazdagird. Khalifah Utsman memadamkan pemberontakan itu,
kemudian diikuti oleh penyerbuan jenderal-jenderal arab ke Heart, Kabul, ghazni
,dan asia tangah. Wilayah ini diserang dan ketua suku Afghanistan. Baik
Turkestan dan Korasan dipaksa untuk mengakui kedaulatan kekhalifahan dan
harus membayar upeti kepada khalifah.
Pemerintahan Utsman masih berlanjut dan patut diingat terutama
pembangunan angkatan laut arabnya. Sebagai gubernur Syiria, Muawiyah harus
menghadapi serangan-serangan angkatan laut romawi di daerah-daerah pesisir
propinsinya. Oleh karena itu dia membangun suatu angkatan laut, dengan
bantuannya dia berhasil melawan penyerbu-penyerbu Romawi. Muawiyah
mengirimkan suatu ekspedisi angkatan laut dipulau Siprus. Dia mengalahkan
penguasa Romawi ditempat itu, dan memaksa pulau itu untuk membayar upeti
kepada kekhalifahan.
Bangsa Romawi menyerang Mesir dari laut, dan pada tahun 646 M mereka
menduduki Alexandria. Namun Amar bin Ash memukul mundur mereka dan
merebut kembali pelabuhan itu sekali lagi pada tahun 651 M Romawi menyerbu
Mesir dengan suatu armada yang besar. Pengganti Amar sebagai gubernur Mesir
Abdullah, mengerahkan suatu satuan angkatan laut dan mengalahkan Romawi
dalam suatu pertempuran laut .
Di Afrika, Abdullah menandingi keagungan-keagungan pendahuluannya,
”penakluk mesir”, dengan penaklukan Kolonial Romawi di Tripoli. Dengan tujuan
mengakhiri penyerbuan-penyerbuan dan permusuhan Romawi, Abdullah
menyerbu dengan pasukannya ke Tripoli. Gubernur Romawi, Gregorius memberi
perlawanan dengan satu kesatuan yang terdiri atas 120.000 orang Romawi. Orang
–orang arab mengalahkan mereka dengan penjagalan yang mengerikan dan
menduduki seluruh propinsi Romawi itu yakni Tripoli (652 M ).

Penyusunan Kitab suci Al – Qur’an.


Suatu karya khalifah utsman yang penting ialah penyusunan kitab suci Al–
Qur’an. Selama kekhalifahannya didapati terdapat berbagai bacaan dan versi kitab

11
suci Al–Qur’an di berbagai wilayah imperium.Utsman memutuskan untuk
menghilangkan perbedaan dan menghimpun versi yang benar dari kitab suci Al-
Qur’an. Maka dia menyusun suatu dewan yang diketahui oleh Zaid bin Tsabit.
Mereka membuat salinan dari kitab suci yang sudah disusun itu. Salina–salinan ini
dikirimkan ke berbagai wilayah imperium dan sisanya dibakar sehingga
keauntentikan kitab suci Al-Qur’an dapat dipelihara.
Khalifah Utsman membangun bendungan yang besar untuk melindungi
madinah terhadap bahaya banjir dan mengatur persediaan air untuk kota ini. Dia
membangun banyak jalan, jembatan, masjid, dan rumah tamu di berbagai wilayah
imperium dan memperluas masjid Nabi di Madinah.

4. Prestasi Ali bin Abi Thalib


Dalam pemerintahannya, beliau melakukan penggantian para gubernur yang
diangkat oleh Utsman. Tindakan ini menimbulkan beberapa akibat, diantaranya
munculnya tiga golongan (golongan Ali, golongan Muawiyah, dan golongan
Aisyah, Zubair dan Thalhah). Meletusnya perang Jamal, perselisihan Ali dan
Muawiyah dan terjadi perang Shiffin. Akibat dari perang Shiffin muncullah
Khowarij dan Syi’ah. Khowarij adalah kelompok yang keluar dari golongan Ali
karena tidak setuju dengan kebijakan Ali memberhentikan perang Shiffin disaat
pihaknya merasa hampir menang, di samping tidak setuju diadakannya
pertempuran perdamaian dengan pihak Muawiyah di Daumatul Jandal. Peristiwa
ini dikenal dengan peristiwa Majelis Tahkim Daumatul Jandal.

Sedangkan Syi’ah adalah golongan yang tetap loyal terhadap Ali.


Beberapa orang Khowarij yang beranggapan bahwa pangkal kekacauan di
kalangan umat Islam ada tiga orang Imam yaitu: Ali, Muawiyah dan Amru bin
As. Karena itu mereka harus di bunuh. Asda tiga orang Khowarij yang bertugas
membunuh mereka yaitu Abdur Rahman bin Muljani bertugas membunuh Ali dan
ia berhasil, Barak bin Abdullah bertugas membunuh Muawiyah dan tikamannya
hanya mengenai pinggul dan ia tidak meninggal, bahkan Barak sendiri di bunuh

12
sedangkan Amir bin Bakri bertugas membunuh Amr bin Ash dan tidak berhasil
karena tidak hadir mengimami sholat, sehingga yang terbunuh adalah wakilnya.

Selama masa Khulafaurrasyidin, dalam bidang kebudayaan mengalami


kemajuan, misalnya:

Munculnya seni sastra dan bangunan yang meliputi:

a) Seni bangunan sipil (seperti pembuatan gedung)

b) Seni bangunan agama (seperti pembangunan masjid)

c) Seni bangunan militer (seperti pembangunan benteng pertahanan)

Departemen yang di bentuk antara lain:

a) Al-Nidham Al- Siyasi (menangani masalah politik)

b) An-Nidham Al-Idari (menangani administrasi Negara)

c) Al-Nidham Al-Mali (menangani keuangan dan ekonomi negara)

d) An-Nidam Al-Harbi(menangani angkatan perang dan perlengkapannya)

e) An-Nidham Al-Qadha’ (menangani masalah kehakiman)

Sudah diketahui bahwa Ali Bin Abi Thalib memiliki sikap yang kokoh,
kuat pendirian dalam membela yang hak. Setelah dibaiat sebagai khalifah, dia
cepat mengambil tindakan. Beliau mengambil tindakan yaitu mengeluarkan
perintah yang menunjukkan sikap ketegasan sikapnya diantaranya:

1.) Memecat beberapa gubernur yang pernah diangkat Usman Bin Affan,
mereka adalah Bani Umayah.

2.) Mengembalikan kembali tanah-tanah dan hibah yang demikian besar


jumlahnya. Tindakan ini muncul karena adanya pemberontakan Bani
Umayyah yang tidak membaiatnya sebagai khalifah. Ini tergambar

13
dengan jelas dari sikap Muawiyah Bin Abu Sufyan, yang saat ini
menjadi gubernur Syam. Sedangkan wilayah-wilayah lain telah
membaiat Ali. Adapun Abdurrahman bin Muljam, tidak mendapatkan
kesulitan melaksanakan tugasnya. Sebab, Khalifah Ali tidak pernah
punya pengawal pribadi. Ia hidup seperti rakyat biasa. Pagi itu, ketika
sedang menuju Masjid Agung di Kufah, ia diserang Abdurrahman bin
Muljam. Akibat menderita luka yang cukup parah, Khalifah Ali
meninggal pada 19 Ramadhan 40 H dalam usia 63 tahun. Syahidnya Ali
bin Abi Thalib menandai berakhirnya era Khulafaur Rasyidin.

14
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

1. Khulafaur Rasyiddin ialah Keempat sahabat-sahabat setia Nabi


Muhammad SAW. yang senantiasa melindungi, membela dan
mengembangkan islam. Mereka adalah Abu Bakar, Umar bin Khattab,
Utsman bin ‘Affan dan Ali bin Abi Thalib. Atas hasil musyawarah
maupun wasiat dari khalifah sebelumnya, maka pengangkatan pengganti
khalifah disetujui.
2. Perkembangan peradaban islam dimasa Khulafaur Rasyiddin semakin
luas dan objektif. Yakni tercapainya pembukuan Al-qur’an, perluasan
wilayah-wilayah kekuasaan islam, maka akan menambah jumlah umat
Islam dan akan semakin mudah pula pengembangan politik, ilmu agama,
sastra maupun budaya islam lainnya.

15
DAFTAR PUSAKA

Joesoef, Sou’yb. 1979. Sejarah Daulat Khulafaur Rasyiddin. Jakarta: Bulan


Bintang.

Badri, Yatim. 2007. Sejarah Peradaban Islam . Jakarta: PT. Raja


Findo Persada.

Nasir, Muhammad. 2005. Islam. Bandung: PT. Remaja.

16

Anda mungkin juga menyukai