Anda di halaman 1dari 29

Masa Khulafaur Rasyidin

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Peradaban Islam

Dosen Pengampu:

Rani Suryandari, M.Pd

Disusun Oleh:

Kelompok 3

Chaesa Nur Chofifah 2211100413


Mely Rohimah 2211100323
Nadia Fradila 2211100147

PENDIDIKAN GURU MADRSAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG

2023
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat,hidayah, serta inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah dengan judul “Masa Khulafaur Rasyidin”.

Sholawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad Saw.
Kepada keluarga, sahabat, serta pengikutnya. Ucapan terimakasih penulis sampaikan
kepada Ibu Rani Suryandari, M.Pd sebagai dosen pengampu mata kuliah Sejarah
Peradaban Islam yang telah memberikan arahan dan pemahaman dalam penyusunan
makalah ini.

Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini masih banyak kekurangan karena
keterbatasan kami. Maka dari itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran untuk
menyempurnakan makalah ini.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Bandar Lampung, 5 Maret 2023

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setelah wafatnya Nabi Muhammad Saw pada tahun 632 M di Madinah,
munculah pengganti Nabi yang diberi gelar Khalifah artinya secara harfiah adalah
orang yang mengikuti, pengganti. Khalifah tersebut terdiri dari Abu Bakar (632-
634M), Umar bin Khattab (634-644M),Utsman bin Affan (644-656M), dan Ali ibn
Abi Thalib (656-661M). Mereka merupakan parasahabat Nabi, yang semuanya
dekat hubungannya dengan beliau, baik melalui darah ataupunmelalui perkawinan.
Abu Bakar adalah ayah istri Nabi Muhammad yang bernama Aisyah, dan jugasalah
seorang pendukungya yang paling tua dan terpercaya. Abu Bakar lah yang
menancapkanotoritas Madinah ke seluruh pelosok Jazirah Arabia setelah suku-suku
Badui membatalkan Bai’at (sumpah setia) pribadi mereka kepada Muhammad
(Peperangan Ridda). Begitulah pula denganUmar mempunyai putri yang juga
menikah dengan Nabi. Di bawah umar yang perkasa, energi pemberani orang-orang
Arab gurun diarahkan untuk menaklukan wilayah-wilayah Byzantium.

Utsman adalah menantu Nabi, Ia dipilih menjadi Khalifah setelah terbunuhnya


Umar olehdewan kecil yang beranggotakan sejumlah tokoh kaum muslim.
Pemerintahan Utsman berakhirkarena adanya pemberontakan oleh kelompok-
kelompok yang merasa tidak puas yangmengakibatkan kematiannya sendiri pada
tahun 656M. Kemudian digantilah Ali. Ali merupakansaudara sepupu, saudara
angkat, dan menantunya. Periode empat Khalifah pertama dipandangsebagai zaman
emas, suatu zaman ketika kebajikan-kebajikan Islam yang murni berkembang
pesat,dan karena itulah zaman Khalifah diberi gelar bimbingan di jalan lurus. Untuk
lebih mengetahui bagaimana Pembentukan Kekhalifahan dan Sistemnya, Tipe
Kepemimpinan Khalifah sertaKontribusi Khalifah dalam Peradaban Islam maka
akan dibahas dimakalah ini lebih lanjut.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Itu Khulafaur Rasyidin?
2. Bagaimana Perkembangan Peradaban Islam Pada Masa Khulafaur Rasyidin?

C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Khulafaur Rasyidin.
2. Untuk Mengetahui Perkembangan Peradaban Islam Pada Masa Khulafaur
Rasyidin.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Khulafaur Rasyidin


Al-Khulafa ar-Rasyidin bermakna pengganti-pengganti Rasul yang
cendekiawan. Adapun pencetus nama Al Khulafa ar-Rasyidin adalah dari orang-
orang muslim yang paling dekat dari Rasul setelah meninggalnya beliau. Mengapa
demikian, karena mereka menganggap bahwa 4 tokoh sepeninggal Rasul itu orang
yang selalu mendampingi Rasul ketika beliau menjadi pemimpin dan dalam
menjalankan tugas.Dalam Al-Qur'an, manusia secara umum merupakan khalifah
Allah di muka bumi untuk merawat dan memberdayakan bumi beserta isinya.
Sedangkan khalifah secara khusus maksudnya adalah pengganti Nabi Muhammad
saw sebagai Imam umatnya, dan secara kondisional juga menggantikannya sebagai
penguasa sebuah edentitas kedaulatan Islam (negara). Sebagaimana diketahui bahwa
Muhammad saw selain sebagai Nabi dan Rasul juga sebagai Imam, Penguasa,
Panglima Perang, dan lain sebagainya.

Adapun yang dimaksud dengan Khulafaur Rasyidin adalah para Pemimpin


pengganti Rosulullah dalam mengatur kehidupan umat manusia yang adil,
bijaksana, cerdik, selalu melaksanakan tugas dengan benar dan selalu mendapat
petunjuk dari Allah Tugas Khulafaur Rasyidin adalah menggantikan kepemimpinan
Rosulullah dalam mengatur kehidupan kaum muslimin.Jika tugas Rosulullah terdiri
dari dua hal yaitu tugas kenabian dan tugas kenegaraan. Maka Khulafaur Rasyidin
bertugas menggantikan kepemimpinan Rasulullah dalam masalah kenegaraan yaitu
sebagai kepala Negara atau kepala pemerintahan dan pemimpin agama.

Tugas Khulafaur Rasyidin sebagai kepala Negara adalah mengatur kehidupan


rakyatnya agar tercipta kehidupan yang damai, adil, makmur, aman, dan sentosa.
Sedangkan sebagai pemimpin agama Khulafaur Rasyidin bertugas mengatur hal-hal
yang berhubungan dengan masalah keagamaan. Bilaterjadi perselisihan pendapat
maka kholifah yang berhak mengambil keputusan. Meskipun demikian Khulafaur
Rasyidin dalam melaksanakan tugasnya selalu mengutamakan musyawarah
bersama, sehingga setiap kebijakan yang diambil tidak bertentangan dengan kaum
muslimin.1

B. Peradaban Islam Pada Masa Khulafaur Rasyidin

1. Abu Bakar Ash-Shiddiq (623-634 M)


Abu Bakar Ash-Shiddiq lahir dengan nama Abdullah Bin Abi Quhafah.Belia
lahir tahun kedua dari tahun gajah atau dua tahun lebih muda dari nabi
Muhammad saw Ia adalah satu diantara empat khalifah yang diberi gelar
khulafaur rasyidin atau khalifah yang diberi petunjuk. Abu bakar ash-shiddiq
adalah orang pertama dari kalangan sahabat Nabi Muhammad Saw.yang
diberitakan masuk surga. Ialah khalifah pertama yang meneruskan perjuangan
setelah beliau wafat. Ia pula yang pertama menerima ajaran beliau dan memeluk
islam.2
Abu Bakar memiliki budi pekerti yang baik dan terpuji. Dikalangan
bangsawan Quraisy, beliau dikenal dengan sosok yang ulet dan jujur. Beliau
merupakan pedagang yang kaya raya. Beliau berdagang dengan jujur sehingga
orang-orang tertarik untuk membeli barangnya. Sikap jujurnya hingga beliau
mesuk terbawa Islam.3
Ketika itu, umat Islam bersepakat untuk menambahkan nama "ash- Shiddiq" di
belakang namanya. Sebab, ia termasuk orang pertama yang membenarkan
dakwah Nabi Muhammad Saw. dan terus mengimaninya hingga ia meninggal
dunia. Ia merupakan pria yang pertama kali masuk Islam, dan ia adalah orang
yang paling menjaga kehormatannya pada zaman jahiliah. Ia juga termasuk

1
Ely Zainudin, Peradaban Islam Pada Masa Khulafahur Rasyidin, Intelegensi Vol 03 No 01
2015, hlm 51-52.
2

Rizem Aizid, Sejarah Peradaban Islam Terlengkap, (Yogyakarta: Diva press, 2021) hlm 184
3
Ahmad Saufi, Hasmi Fadillah, Sejarah Perdaban Islam, (Yogyakarta: CV Budi Utama, 2015)
hlm 59
sahabat beliau yang paling berani, dermawan, berpengetahuan, dan bertakwa
kepada Allah Swt. Selain itu, ia pun sahabat yang paling dikasihi oleh beliau.
Abu Bakar adalah ayah dari Aisyah, istri Nabi Muhammad Saw. Pada zaman
pra-Islam, ia bernama Abdul Ka'bah, kemudian diganti oleh beliau menjadi
Abdullah. Sebutan lain baginya adalah Atik (lolos/ lepas). Nama Abdul Ka'bah
berawal dari kenyataan bahwa ibunya setiap kali melahirkan anak laki-laki, pasti
meninggal dunia. Begitu Abu Bakar lahir dan dikaruniai kehidupan, orang
tuanya sangat gembira. Serta merta, dijulukinya anak laki-laki mereka dengan
sebutan Abdul Ka'bah. Ketika anak itu tumbuh menjadi remaja, namanya
bertambah dengan julukan Atik, yang menandakan seolah-olah ia lepas dari
kema- tian. Tetapi, menurut para ahli sejarah, Atik bukanlah nama baginya,
melainkan sekadar julukan, karena kulitnya yang putih bersih. Dalam riwayat
lainnya, dikisahkan bahwa Aisyah, putrinya, pernah ditanya mengenai faktor
yang membuat ayahnya diberi nama Atik. Aisyah pun menceritakan bahwa
suatu saat, Nabi Muhammad Saw. pernah melihat kepada Abu Bakar sambil
berkata, "Inilah Atik Allah dari api neraka."
Dalam kesempatan lainnya, Abu Bakar menemui Nabi Muhammad Saw.
bersama para sahabat. Begitu melihat Abu Bakar, beliau berucap, "Barang siapa
senang melihat orang yang lolos (Atik) dari api neraka, maka lihatlah kepadanya
(Abu Bakar)."
Abu Bakar lahir pada tahun 573 M, dan wafat pada 23 Jumadil Akhir tahun 13
H, bertepatan dengan bulan Agustus 634 M, dalam usia nya 63 tahun; usianya
lebih muda 3 tahun ketimbang Nabi Muhammad Saw. Ia diberi julukan Abu
Bakar atau pelopor pagi hari, karena ia termasuk pria yang masuk Islam pertama
kali. Sedangkan, gelar ash- Shiddiq diperoleh karena ia senantiasa membenarkan
semua hal yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw., terutama saat peristiwa
Isra' Mi'raj.
Abu Bakar adalah putra dari keluarga bangsawan yang terhormat di Makkah.
Semasa kecil, ia merupakan lambang kesucian dan ketulusan hati, serta
kemuliaan akhlaknya, sehingga setiap orang mencintainya. Setelah Nabi
Muhammad Saw. wafat, Abu bakar diangkat menjadi khalifah untuk
menggantikan beliau dalam melanjutkan tugas-tugas sebagai pemimpin agama
dan kepala pemerintahan (negara).
Mengenai keislamannya, dalam kitab Hayatussahabah, bab Dakwah
Muhammad kepada Perorangan, dituliskan bahwa Abu Bakar masuk Islam
setelah diajak oleh Nabi Muhammad Saw. Kemudian, Abu Bakar
mendakwahkan ajaran Islam kepada Utsman bin Affan, Thalhah bin Ubaidillah,
Zubair bin Awwam, Sa'ad bin Abi Waqas, dan beberapa tokoh penting dalam
Islam lainnya.
Bahkan, sang istri yang bernama Qutaylah binti Abdul Uzza dicerai-kan oleh
Abu Bakar karena tidak menerima Islam sebagai agamanya.Sedangkan, istrinya
yang lain, Ummu Ruman, menjadi muslimah. Juga,semua anaknya, kecuali 'Abd
Rahman bin Abu Bakar, sehingga ia dan'Abd Rahman berpisah.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, Abu Bakar meninggal dunia pada
23 Agustus 634 di Madinah, karena sakit yang dideritanya pada usia 61 tahun. Ia
dimakamkan di rumah putrinya, Aisyah, di dekat Masjid Nabawi, di samping
makam Nabi Muhammad Saw.4

a. Perkembangan Islam Pada Masa Abu Bakar Ash-Shiddiq


Priode Abu Bakar 632-634 M, sangat singkat hanya duatahun lebih, ia
mampu mengamankan Negara baru Islam dariperpecahan dan kehancuran,
baik dikalangan sahabat mengenai persoalan pengganti Nabi maupun
tekanan-tekanan dariluar dan dalam. Seperti ekspedisi ke luar negeri (kirim
kembaliUsamah ibn Zaid ke Syam), menghadapi para pembangkangterhadap
negara dengan tidak mau membayar pajak (zakat),dan penumpasan nabi-nabi
palsu. Khalifah membagi negerinyadengan 12 wilayah (termasuk Usamah
ditugaskan ke Syam)dengan 12 bataliyon juga yang masing-masing
dikepalai seorang jendral.5

4
Rizem Aizid, Sejarah Peradaban Islam Terlengkap, hlm.186-187
5
Abrari Syauqi, Sejarah Peradaban Islam, (Yogyakarta: ASWAJA PRESSINDO, 2016) hlm. 13
Untuk menghadapi kaum penyeleweng itu, Abu Bakar bermusyawarah
dengan para sahabat terkemuka. Diputuskan bahwa semua kaum
penyeleweng itu harus diperangi sampai mereka kembali kepada kebenaran.
Kemudian Abu Bakar membentuk 11 pasukan, antara lain dipimpin oleh
Khalid bin Walid, Amr bin Al-Ash, Ikrimah bin Abi Jalal dan Surahbil bin
Hasanah. Kepada mereka dinasehatkan agar hanyamenyerang orang-orang
yang menolak diajak ke jalan yang benar. Perang ini disebut dengan “Perang
Riddah” (perang melawan kemurtadan). Khalid bin Walid yang memimpin
perang melawan
Musailamah yang berhasil mengumpulkan 40.000 orang berlangsung sengit.
Dalam perang itu ribuan orang meninggal, termasuk Musailamah. Pasukan
lain berhasil juga mencapai sasarannya sehingga 6 bulan kemudian para
penyeleweng yang masih hidup kembali kepada kebenaran, termasuk Nabi
palsu Sajah, kecuali Thulaihah masuk Islam di masa khalifah Umar.
Tekad Abu Bakar memerangi kaum penyeleweng telah menyelamatkan
Negara Islam yang masih muda itu. Meskipun untuk itu harus dibayar mahal
dengan gugurnya 70 orang penghafal Al-Qur’an. Bagaimana pun juga, Abu
Bakar telah bertindak tepat dalam mengatasi krisis itu dan untuk itu iapantas
disebut sebagai “juru selamat Islam”. Orang-orang Romawi yang tadinya
berharap agar Islam hancur karena umatnya berperang dengan
sesamanya,menjadi kecewa setelah Abu Bakar berhasil mengatasi situasi.
Kini mereka membujuk suku-suku Badawi di perbatasan utara Jazirah Arab
agar membantunya melawan Islam.6

2. Umar Bin Khattab (12-23 H/ 634-644)


Umar bin Khatthab (583-644) nama lengkapnya adalah Umar bin Khatthab
bin Nufail keturunan Abdul Uzza Al-Quraisy dari suku Adi. Umar dilahirkan di
Mekah empat tahun sebelum kelahiran Nabi Muhammad. Umar masuk Islam
6
Syamruddin Nasution, Sejarah Peradaban Islam, (Riau: Yayasan Pustaka Riau, 2013) hlm. 66-
67
pada tahun kelima setelah kenabian, dan menjadi salah satu sahabat terdekat
Nabi Muhammad serta menjadi khalifah kedua setelah Abu Bakar Ash-Shiddiq.
Setelah masuk Islam, Umar mempertaruhkan seluruh sisa hidupnya untuk
membela dakwah Rasul. Umar menjadi benteng dan pilar ajaran Islam yang
paling kukuh. Ia menjadi orang kepercayaan Rasulullah sekaligus penasihat
utamanya. Umar juga berperan besar bagi perkembangan dan kejayaan Islam di
kemudian hari. 7
Peranan umar dalam sejarah Islam masa permulaan merupakan yang paling
menonjol kerena perluasan wilayahnya, disamping kebijakan-kebijakan
politiknya yang lain. Adanya penaklukan besar-besaran pada masa pemerintahan
Umar merupakan fakta yang diakui kebenarannya oleh para sejarahwan.
Bahkan, ada yang mengatakan, bahwa jika tidak karena penaklukan-penaklukan
yang dilakukan pada masa Umar, Isalm belum tentu bisa berkembang seperti
zaman sekarang.
Khalifah Umar bin Khatthab dikenal sebagai pemimpin yang sangat
disayangi rakyatnya karena perhatian dan tanggungjawabnya yang luar biasa
pada rakyatnya. Salah satu kebiasaannya adalah melakukan pengawasan
langsung dan sendirian berkeliling kota mengawasi kehidupan rakyatnya.8

a. Perkembangan Islam Pada Masa Umar Bin Khattab


Selama mengemban amanah sebagai khalifah, Umar bin Khathab telah
berperan besar bagi perkembangan dan kejayaan Islam di kemudian hari,
khususnya dalam pembentukan hukum dan aturan Islam, sekaligus penaklukan
dan penyebaran ajaran Islam hingga negeri-negeri yang jauh, wilayah-wilayah
Amshar yang sebelumnya tak tersentuh (mulai dari Atlantik, Afrika Utara,
Mesir, Nubia, Mediterania Timur (Syam), Anatolia, Persia, hingga Asia
Tengah) Abdullah bin Mas'ud berkata, "Semenjak Umar bin Khathab manuk
Islam, kami senantiasa berada dalam kejayaan." Sedangkan, Shahib bin Sinan
7
Musthafa Murad, Kisah Hidup Umar Ibn Khattab, (Jakarta: Penerbit Zaman,
2007), hlm. 29
8
Akhmat Saufi, Hasmi Fadilah, Sejarah Peradaban Islam, (Banjarmasin:Deepublish) hlm. 69
berucap. "Ketika Umar bin Khathab masuk Islam, kejayaan Islam mulai
gemilang. Kami sering kali ber kumpul di sekitar Ka'bah, dan bisa shalat serta
beribadah di tempat suci itu dengan leluasa. Selain itu, Umar bin Khathab juga
melakukan banyak reformasi secara administratif, sekaligus mengontrol
kebijakan publik dari dekat,termasuk membangun sistem administratif bagi
daerah yang haru ditaklukkan. Ia juga memerintahkan diselenggarakannya
sensus di seluruh wilayah kekuasaan Islam.
Pada tahun 638 M, Umar bin Khathab memerintahkan untuk memperluas
dan merenovasi Masjidil Haram di Makkah dan Masjid Nabawi di Madinah la
juga memulai proses kodifikasi hukum Islam. Umar bin Khathab dikenal dari
gaya hidupnya yang sederhana. Alih-alih mengadopsi gaya hidup dan
penampilan para penguasa pada saman itu, la justru tetap hidup sangat
sederhana Sementara itu, sekitar tahun ke-17 Hijriah, tahun ke-4 kekha
lifahannya, Umar bin Khathals mengeluarkan keputusan bahwa penang galan
Islam hendaknya mulai dihitung saat peristiwa hijrah. Ada beberapa
perkembangan peradaban dalam pada masa khalifah Umar bin Khathab, yang
meliputi perluasan wilayah, sistem peme kintahan (politik), ilmu pengetahuan,
sosial, seni, dan agama. Berikut penjelasan singkat perkembangan-
perkembangan Islam tersebut:
1) Perluasan Wilayah
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, masa Umar bin Khathab
adalah masa kejayaan Islam, Islam mulai menyebar ke seluruh pelosok
bumi Fokus utamanya dalam perluasan wilayah ialah melakukan
ekspansi wilayah seluas-luasnya. Sejarah Peradaban kam elegan
Periode Klank, Pertengahan, dan Misderin. la menyadari bahwa tugas
utamanya adalah menyukseskan ekspedisi yang dirintis oleh
pendahulunya. Hal ini terjadi karena pemerintahannya tidak disibukkan
oleh para pemberontak dan pembangkang di dalam negeri Sebab,
mereka telah dikikas habis oleh khalifah sebelumnya (Abu Bakar), dan
era penaklukan militer pun telah dimulai.
Belum lagi genap 1 tahun memerintah, Umar bin Khathab telah
menorehkan tinta emas dalam sejarah perluasan wilayah kekuasaan
Islam Pada tahun 635 M, Damaskus, ibu kota Suriah, telah ia
tundukkan. Nah, 1 tahun kemudian, seluruh wilayah Suriah jatuh ke
tangan kaum muslimin, setelah pertempuran hehat di Lembah Yarmuk,
di sebelah timur anak Sungai Yordania.
Keberhasilan pasukan Islam dalam penaklukan Suriah pada masa
Umar bin Khathab tidak lepas dari rentetan penaklukan pada masa
sebelumnya. Abu Bakar telah mengirim pasukan besar di bawah
pimpinan Abu Ubaidah bin al-Jarrah ke front Suriah. Dari Suriah,
laskar kaum muslimin melanjutkan langkah ke Mesir dan membuat
kemenangan-kemenangan di wilayah Afrika Utara. Bangsa Romawi
telah menguasai Mesir sejak tahun 30 SM, dan menjadikan wilayah
subur itu sebagai sumber pemasok gandum terpenting bagi Romawi.
Berbagai macam pajak naik, sehingga menimbulkan kekacauan di
negeri yang pernah diperintah oleh Raja Fir'aun itu.
Amr bin Ash meminta izm kepada Umar bin Khathab untuk
menyerang wilayah itu. Namun, Umar bin Khathab masih ragu- ragu,
karena pasukan Islam masih terpencar di beberapa front pertempuran.
Akhirnya, permintaan itu dikabulkan juga olehnya, dengan mengirim
4.000 tentara ke Mesir untuk membantu ekspedisi tersebut.
Pada tahun 18 H, pasukan muslimin mencapai kota Aris dan
mendudukinya tanpa perlawanan. Kemudian, mereka menun- dukkan
Poelisium (Al-Farama), pelabuhan di pantai Laut Tengah, yang
merupakan pintu gerbang ke Mesir. Selam 1 bulan, kota itu dikepung
oleh pasukan kaum muslimin, dan akhirnya dapat ditaklukkan pada
tahun 19 H. Satu demi satu kota-kota di Mesir ditaklukkan oleh
pasukan muslimin. Kota Babylonia juga bisa ditandukkan pada tahun
20 H. setelah 7 bulan terkepung.
2) Bidang Politik dan Pemerintahan
Pada masa Umar bin Khathab, kondisi politik Islam dalam ke-
adaan stabil. Usaha perluasan wilayah Islam memperoleh hasil yang
gemilang. Karena perluasan daerah terjadi dengan cepat, ia segera
mengatur administrasi negara, dengan mencontoh administrasi yang
sudah berkembang, terutama di Persia.
Perluasan penyiaran Islam ke Persia sudah dimulai oleh Khalid
bin Walid pada masa Abu Bakar, kemudian dilanjutkan oleh Umar bin
Khathab. Tetapi, dalam usahanya itu, tidak sedikit tantangan yang
dihadapinya, bahkan sampai menjadi peperangan. Kekuasaan Islam
sampai Mesopotamia. Sedangkan, sebagian Persia ditaklukkan (direbut
dari tangan Dinasti Sassanid, dari Persia (yang mengakhiri masa
kekaisaran Sassanid), serta meng- ambil alih Mesir, Palestina, Syria,
Afrika Utara, dan Armenia dari Kekaisaran Romawi (Byzantium).
Administrasi pemerintahan diatur menjadi delapan wilayah provinsi,
yakni Makkah, Madinah, Syria, Jazirah Basrah, Kufah, Palestina, dan
Mesir. Pada masa Umar bin Khathab, mulai dirintis tata cara menata
struktur pemerintahan yang bercorak desentrali sasi. Sejak masanya
pun, pemerintahan dikelola oleh pemerintahan pusat dan pemerintahan
provinsi.
Karena telah banyak daerah yang dikuasai oleh Islam, maka
sangat dibutuhkan penataan administrasi pemerintahan. Maka, Umar
bin Khathab pun membentuk lembaga pengadilan; kekuasaan seorang
hakim atau qadhi (yudikatif) terlepas dari pengaruh badan
pemerintahan (eksekutif). Adapun qadhi yang ditunjuk olehnya adalah
seseorang yang mempunyai reputasi baik serta integritas dan
kepribadian yang luhur. Zaid bin Tsabit ditetapkan sebagai qadle
Madinah, Ka'bah bin Sur al-Azdi sebagai qadhi Basrah, Ubadah bin
Shamit sebagai qudhi Palestina, dan Abdullah bin Mas'ud sebagai
qadhi Kufah.
Pada masa Umar bin Khathab, juga mulai berkembang suatu
lembaga formal yang disebut lembaga penerangan dan pembinaan
hukum Islam. Pada masa itu pun, terbentuk sistem atau badan
kemiliteran.

3) Bidang Ekonomi
Secara umum, ada beberapa kemajuan di bidang ekonomi yang
berhasil dicapai oleh pemerintahan Umar bin Khathab, di antaranya
ialah sebagai berikut:
a) Al-Kharaj
Kaum muslimin diberi hak menguasai tanah dan segala sesuatu
yang didapat dengan berperang. Umar bin Khathab mengubah
peraturan ini. Jadi, tanah-tanah itu harus tetap dalam tangan
pemiliknya semula. Namun, bertalian dengan ini, diadakan pajak
tanah (al-kharaj).
b) Ghanimah
Semua harta rampasan perang (ghanimah) dimasukkan ke dalam
baitul mal sebagai salah satu pemasukan negara untuk membantu
rakyat. Ketika itu, peran diwanul jund sangat berarti dalam
mengelola harta tersebut.
c) Pemerataan Zakat
Umar bin Khathab juga melakukan pemerataan terhadap rakyatnya
dan meninjau kembali bagian-bagian zakat yang diperuntukkan
bagi orang-orang yang diperjinakkan hatinya (al-muallafatu
qulubuhum).
d) Lembaga Perpajakan
Ketika kekuasaan Islam telah meliputi wilayah Persia, Irak, Syria,
dan Mesir, maka yang menjadi persoalan adalah pem- biayaan, baik
yang menyangkut biaya rutin pemerintah mau- pun biaya tentara
yang terus berjuang menyebarkan Islam ke wilayah lainnya. Oleh
karena itu, dalam konteks ini, Ibnu Khadim menerangkan bahwa
institusi perpajakan merupakan kebutuhan bagi kekuasaan raja
yang mengatur pemasukan dan pengeluaran.

4) Bidang Ilmu Pengetahuan

Dengan meluasnya wilayah Islam sampai keluar Jazirah Arab,


Umar bin Khathab memikirkan pendidikan Islam di daerah-daerah
yang baru ditaklukkan tersebut. Maka dari itu, ia memerintahkan
kepada para panglima perangnya, apabila mereka berhasil mengua-
sai satu kota, hendaknya mereka mendirikan masjid sebagai tempat
ibadah dan pendidikan. Berkaitan dengan masalah pendidikan ini,
Umar bin Khathab merupakan seorang pendidik yang melakukan
penyuluhan pen- didikan di kota Madinah. Ia juga menerapkan
pendidikan di masjid- masjid dan pasar pasar, serta mengangkat dan
menunjuk guru- guru untuk tiap-tiap daerah yang ditaklukkan itu.
Mereka bertugas mengajarkan isi al-Qur'an dan ajaran Islam lainnya,
seperti figh, kepada penduduk yang baru masuk Islam.

Meluasnya kekuasaan Islam mendorong kegiatan pendidikan Islam


bertambah besar. Sebab, orang-orang yang baru menganut agama
Islam ingin menimba ilmu keagamaan dari sahabat-sahabat yang
menerima langsung dari Nabi Muhammad Saw. Pada masa itu, telah
terjadi mobilitas penuntut ilmu dari daerah-daerah yang jauh dari
Madinah, sebagai pusat agama Islam. Semangat menuntut ilmu
agama Islam ini mendorong lahirnya sejumlah pembidangan disiplin
keagamaan.

Adapun kota-kota gudang ilmu antara lain Basrah, Hijaz, Syam,


dan Kufah. Semua kota ini seakan menjadi idola ulama dalam
menggali keberagaman dan kedalaman ilmu pengetahuan. Sementara
itu, ahli-ahli kebudayaan membagi ilmu Islam menjadi tiga
kelompok.

 Pertama, al-ulumul islamiyah, al-adabul islamiyah, al-


ulumun naqliyah, atau al-ulumis syariat yang meliputi
ilmu-ilmu al-Qur'an,hadits, kebahasaan (lughat), fiqh,
dan sejarah (tarikh).
 Kedua, al-adabul arabiyah atau al-adabul jahiliyah yang
meliputi syair dan khitabah (retorika), yang sebelumnya
memang telah ada, tetapi mengalami kemajuan pesat
pada masa permulaan Islam.
 Ketiga, al-ulumul aqliyah yang meliputi psikologi,
kedokteran, teknik, falak, dan filsafat. Saat itu, para
ulama berlomba-lomba menyusun berbagai ilmu
pengetahuan karena alasan-alasan berikut.
a) Mengalami kesulitan memahami al-Qur'an.
b) Sering terjadi "pemaksaan" terhadap hukum.
c) Dibutuhkan dalam istimbath (pengambilan) hukum.
d) Kesukaran dalam membaca al-Qur'an.

5) Bidang Sosial

Dalam bidang sosial, al-dzimmah (penduduk yang memeluk agama


selain Islam dan berdiam di wilayah kekuasaan Islam yang terdiri atas
pemeluk Yahudi, Nasrani, dan Majusi) mendapatkan perhatian,
pelayanan, serta perlindungan pada masa Umar bin Khathab Umar bin
Khathab juga membuat perjanjian, yang isinya adalah sebagai berikut:
"Keharusan orang-orang Nasrani menyiapkan akomodasi dan konsumsi
bagi para tentara muslim yang memasuki kota mereka,selama tiga hari
berturut-turut."

Selain itu, Umar bin Khathab juga sangat memperhatikan keadaan


di sekitarnya, seperti kaum fakir, miskin, dan anak yatim piatu. Mereka
juga mendapat perhatian yang besar dari Umar bin Khathab.9

3. Khalifah Ustman Ibn Affan (644-656 M)


Khalifah ketiga yaitu Utsman bin Affan,nama lengkapnya ialah Ustman Ibn
Affan Abdil Ash Ibn Ummayyah dari pihak Quraisy.Utsman Ibn Affan lahir di
Thaif pada tahun ke-enam tahun Gajah,kira-kira lima tahun lebih muda dari
Rasulullah Saw. Ibunya adalah Urwah,putri Ummu Hakim Al-Baidha.Pada masa
Rasulullah masih hidup, Utsman terpilih sebagai salah satu sekertaris Rasulullah
sekaligus masuk dalam Tim penulis wahyu yang turun dan pada masa
khalifahannya Al-Qur’an dibukukan.Utsman juga merupakan salah satu sahabat
yang mendapat jaminan Nabi Muhammad Saw sebagai Ahlul Jannah.10

a. Perkembangan Islam Pada Masa Ustman Ibn Affan

Pada kepemimpinannya, Khalifah Utsman bin Affan banyak menghadapi


masalah politik yang cukup serius. Masa enam tahun pertama
kebijaksanaannya berjalan cukup baik. Akan tetapi, masa enam tahun
terakhir terjadi banyak peristiwa yang berdampak negatif bagi
pemerintahannya.

Meskipun demikian, cukup banyak keberhasilan yang dicapai oleh


Khalifah Utsman dalam mengembangkan dan penyebaran Islam. Berikut
beberapa capaian pada masa pemerintahannya:

9
Rizem Aizid, Sejarah Peradaban Islam Terlengkap, hlm. 207-215
10
Akhmad Saufi,Hasmi Fadillah,Sejarah Peradaban,(Banjarmasin:Deeppublish)hal.92
1) Pembukuan al-Qur'an
Salah satu karya monumental yang dipersembahkan Khalifah Utsman
kepada umat Islam adalah penyusunan kitab suci al-Qur'an. Maksud dari
penyusunan itu ialah untuk mengakhiri perbedaan- perbedaan serius
dalam bacaan al-Qur'an. Penyeragaman bacaan dilakukan karena pada
masa Nabi Muhammad Saw., beliau mem- berikan kelonggaran kepada
kabilah-kabilah Arab untuk mem baca dan menghafalkan al-Qur'an
sesual lohjah (dialek) masing- masing. Seiring bertambah luasnya
wilayah Islam dan banyaknya bangsa-bangsa yang memeluk agama
Islam, pembacaan pun menjadi semakin bervariasi. Akhirnya, sahabat
Huzaifah bin Yaman mengusulkan kepada Utsman untuk
menyeragamkan bacaan.
Pada akhir 24 H awal 25 H, Utsman membentuk panitia yang diketuai
oleh Zaid bin Tsabit untuk menyalin mushaf yang disimpan oleh Hafsah
(salah seorang istri nabi) dan menyeragamkan bacaan Qur'an. Panitia Inl
bekerja dengan cermat, tellt, dan hati-hati sehingga menghasilkan sebuah
mushaf. Sebetulnya, karya ini bukan murni dilakukan khalifah Utsman,
karena gagasan itu telah dirintis sejak kepemimpinan Abu Bakar dan
diteruskan oleh Khalifah Umar. Mushaf Utsmani itu pun tuntas disusun
dan mushaf-mushaf lain yang berbeda dari mushaf utama diperintahkan
untuk dibakar. Kemudian, dewan ini membuat beberapa salinan naskah
al-Qur'an untuk disebarkan ke berbagai daerah atau wilayah
kegubernuran sebagai pedoman yang benar untuk masa selanjutnya.

2) Perluasan Islam pada Masa Khalifah Utsman bin Affan


Setelah kepemimpinan Umar bin Khathab, umat Islam berada dalam
keadaan yang makmur dan sejahtera. Kawasan dunia mus- lim pun
bertambah luas. Khalifah Umar berhasil menciptakan stabilitas sosial
politik di dalam negeri sehingga ia dapat membagi perhatiannya untuk
memperluas wilayah Islam. Ketika Utsman menjabat sebagai khalifah, ia
meneruskan sebagian besar garis politik Umar. la melakukan berbagai
ekspedisi untuk mendapatkan wilayah-wilayah baru.
Masa pemerintahan Khalifah Utsman memang tidak terputus dengan
rangkaian penaklukan yang dilakukan pada masa peme- rintahan
Khalifah Umar. Ketika itu, Armenia, Afrika, dan Cyprus telah dikuasai.
Kaum muslimin terus memperkokoh kekuatan di Persia yang telah takluk
di tangan mereka sebelumnya. Perluasan itu meliputi bagian pesisir
pantai atau kelautan, karena pada saat itu kaum muslimin telah memiliki
armada laut.
Pada masa pemerintahannya, Khalifah Utsman berhasil me- naklukkan
negeri Tabaristan yang dipimpin oleh Sald bin Ash. Dikisahkan bahwa
dalam penaklukan ini, kedua putra All bin Abi Thalib, yaitu Hasan dan
Husain Juga turut serta. Selain itu, ada pula Abdullah bin Abbas, Amru
bin Ash, dan Zubair bin Awwam.
Saat itu, pasukan muslimin juga berhasil menumpas pendurhakaan dan
pemberontakan yang terjadi di beberapa daerah yang telah berada di
bawah kekuasaan Islam pada zaman Khalifah Umar. Pendurhakaan itu
ditimbulkan oleh pendukung-pendukung pe- merintah yang lama atau
pemerintahan sebelum daerah itu berada dalam kekuasaan Islam yang
hendak mengembalikan kekuasaannya. Daerah tersebut antara lain
adalah Khurasan dan Iskandariah.
Pada tahun 25 H, penguasa di Iskandariah mengingkari perjanjian yang
telah disepakati pada masa Khalifah Umar. Mereka dihasut oleh bangsa
Romawi yang memberikan janji muluk-muluk. Maka, Utsman pun
memerintahkan gubernur Amru bin Ash yang ketika itu menjabat sebagai
penguasa di Mesir untuk memerangi Iskandariah, sehingga akhirnya
penguasanya mengutus dutanya untuk membuat perjanjian dan kembali
tunduk kepada Kerajaan Islam di Madinah.
Sementara itu, untuk memadamkan pemberontakan di Khu- rasan, pada
tahun 31 H, Khalifah Utsman mengirim Abdullah bin Amir, gubernur
Basrah, bersama sejumlah besar tentara untuk menaklukkan kembali
mereka. Terjadilah perang antara tentara Islam dengan penduduk Merv,
Naisabur, Nama, Hirang, Fusang, Bigdis, Merv As-Syahijan, dan lain-
lain dari penduduk wilayah Khurasan. Dalam perang Ini, kaum muslimin
berhasil menaklukkan kembali wilayah Khurasan. Dalam waktu yang
tidak terlalu lama, daerah- daerah juga berhasil dikuasal, seperti
Azerbaijan, Armenia, Sabur, Afrika Selatan, Andalusia (Spanyol),
Cyprus, Persia, dan Tabristan.
Menurut para ahli sejarah, pemerintahan Khalifah Utsman bin Affan
merupakan zaman keemasan. Pada saat itu, tentara Islam mendapat
kemenangan yang luar biasa, satu demi satu, dan mereka juga dapat
menguasai beberapa negeri yang sebelumnya berada di bawah kekuasaan
Romawi Persia dan Turki. Dalarm waktu yang cukup singkat, umat
Islam pada saat itu telah sampai pada puncak kekuasaan dan kekuatan di
bidang kemiliteran, yang tidak diraih oleh zaman-zaman sesudahnya.
Kemajuan pada masa pemerintahan Utsman memang sangat luar biasa.
Hal ini juga berkat jasa para panglima yang ahli dan berkualitas sehingga
peta Islam menyebar sangat luas dan bendera Islam berkibar dari
perbatasan Aljazair (Barqah, Tripoli, Cyprus di front al-maghrib, bahkan
ada sumber menyatakan sampai ke Tunisia). Di Al-maghrib, di utara
sampai ke Aleppo dan sebagian Asia kecil, di Timur Laut sampal ke Ma
woro al-Nahar -Transoksanla, dan di Timur seluruh Persia, bahkan
sampai di perbatasan Balucistan (sekarang wilayah Pakistan), serta
Kabul dan Ghazni. Selain itu, Khalifah Umar juga berhasil membentuk
armada laut dengan kapalnya yang kokoh dan menghalau serangan-
serangan di Laut Tengah yang dilancarkan oleh tentara Bizantium
dengan kemenangan pertama kali di laut dalam sejarah Islam.11

11
Abdul Syukur Al-Azizi,Sejarah Terlengkap Perdaban Islam,(Yogyakarta:Diva
Press)2013.hal.97-101
4. Ali bin Abi Thalib (36-41 H/656-661 M)
Ali bernama lengkap ali bin Abu Thalib bin Abdul Mutthalib bin Hasyim
bin Abdul Manaf. Ibunya bernama Fatimah binti Asad bin Hasyim bin Abdul
Manaf. Beliau dilahirkan di Makkah pada hari Jum'at 13 Rajab tahun 570 M
atau
32 tahun setelah kelahiran Nabi Muhammad saw. Beliau tinggal bersama Nabi
Muhammad saw sejak kecil.12
Ali adalah orang pertama yang masuk Islam dari kalangan anak-anak.
Ali adalah orang yang tidur di tempat Nabi, waktu malam beliau hijrah dari
Makkah ke Yatsrib dan menyusul Nabi ke Yatsrib setelah menunaikan segala
amanah yang dipercayakan Nabi kepadanya.
Ali dinikahkan Nabi dengan puterinya Fathimah binti Muhammad s.a.w.
pada tahun ketiga hijrah, saat itu usia Ali dua puluh enam tahun. Dari hasil
pernikahan itu, mereka dikurnia Allah s.w.t. dua orang patera, yaitu Hasan dan
Husein.
Ali terkenal ahli menunggang kuda dan sebagai seorang pemberani. Abu
Bakar dan Umar telah menjadikan Ali sebagai anggota musyawarah dalam
berbagai urusan penting, mengingat Ali adalah seorang faqih dalam agama,di
samping sebagai orang yang cerdas.13

a. Perkembangan Islam Masa Ali bin Abi Thalib

1) Perkembangan dalam Bidang Pemerintahan


Pada masa pemerintahan Khalifah Ali bin Abi Thalib, kondisi
kaum muslimin sudah sangat jauh berbeda dengan masa- masa
sebelumnya. Pada masa pemerintahan Abu Bakar dan Umar bin

12
Ahmad Saufi, Sejarah Peradaban Islam, hlm.108

13
Syamruddin Nasution, Sejarah Peradaban Islam, hlm. 90-91
Khathab, kebersamaan dan persatuan mereka masih sangat kental terasa,
mereka memiliki banyak tugas yang harus diselesaikan, seperti
melakukan perluasan wilayah Islam dan lain sebagainya.
Perubahan cukup besar mulai terasa pada masa peme rintahan
Khalifah Utsman bin Affan. Berbagai kemajuan yang dicapai oleh
khalifah sebelumnya dan kemudian dilanjutkan oleh Khalifah Utsman,
kaum muslimin mulai terpengaruh pada hal-hal yang bersifat duniawi.
Itulah sebabnya, beban yang harus dipikul oleh penguasa berikutnya
semakin berat. Usaha- usaha Khalifah All dalam mengatasi persoalan
tersebut tetap dilakukan, meskipun ia mendapat tantangan yang sangat
luar binsa. Semua itu bertujuan agar masyarakat merasa aman, tenteram
dan sejahtera. Setelah diangkat menjadi khalifah, dalam bidang pemerin
tahan, ada beberapa hal yang langsung dilakukan oleh Khalifah Ali, di
antaranya ialah sebagai berikut:
a) Mengganti Para Gubernur yang diangkat Khalifah Utsman bin Affan
Semua gubernur yang diangkat oleh Khalifah Utsman Ibnu Affan
terpaksa diganti karena banyak masyarakat yang tidak menyukainya.
Menurut pengamatan Ali, para gubernur inilah yang menyebabkan
timbulnya berbagai gerakan pemberontakan terhadap pemerintahan
Khalifah Utsman bin Affan. Pemberontakan ini pada akhimya
membuat sengsara banyak rakyat, sehingga rakyat pun tidak suka
terhadap mereka. Berdasarkan pengamatan inilah, kemudian Khalifah
All mencopot mereka.

Adapun beberapa gubernur yang diangkat Khalifah Ali sebagai


pengganti gubernur lama ialah:
 Kuwait, Abu Musa al-Asy'ari digant Ammarah bin Syahab
 Mesir, Abdullah bin Sa'ad diganti Khais bin Tsabit
 Basyrah, Abdullah bin Amr diganti Usnab bin Hany al Anshori
 Syam (Syiria), Muawwiyah bin Abi Sofyan diganti Shal bin
Hanif

b) Menarik Kembali Tanah Milik Negara


Pada masa pemerintahan Khalifah Utsman, banyak para kerabatnya
yang mendapatkan fasilitas dalam ber bagai bidang, sehingga banyak di
antara mereka yang kemudian merongrong pemerintahan dan harta
kekayaan negara. Oleh karena itu, ketika Ali menjadi khalifah, ia
berusaha menarik kembali semua tanah pemberian Khali- fah Utsman
kepada keluarganya untuk dijadikan milik negara.
Usaha yang dilakukan oleh Khalifah itu mendapat banyak tentangan,
serta perlawanan dari para penguasa dan kerabat mantan Khalifah
Utsman. Tentangan terbesar datang dari Mu'awiyah bin Abu Sufyan.
Mu'awiyah sendiri telah terancam kedudukannya sebagai gubernur Syria.
Untuk menghambat gerakan Khalifah Ali, Mu'awiyah menghasut para
sahabat lain supaya menentang rencana khalifah. Mu'awiyah juga
mengajak kerja sama para man- tan gubernur yang dicopot oleh Khalifah
Ali. Inilah ke- mudian yang menjadi pemicu terjadinya Perang Shiffin
dan beberapa pemberontakan lainnya.
Semua tindakan Khalifah Ali sesungguhnya semata bertujuan untuk
membersihkan praktik KKN di dalam pemerintahannya. Akan tetapi,
menurut sebagian masya rakat, situasi pada saat itu kurang tepat untuk
melakukan hal itu, yang akhirnya menyebabkan timbulnya banyak
pemberontakan dan Ali pun meninggal di tangan orang- orang yang tidak
menyukainya.

2) .Perkembangan di Bidang Politik Militer


Tak diragukan lagi bahwa Khalifah Ali memiliki banyak
kelebihan, seperti kecerdasan, ketelitian, ketegasan, keberanian,dan lain
sebagainya. Banyak usaha yang dilakukan yang la menjadi khalifah,
termasuk merumuskan kebijakan untuk kepentingan negara, agama, dan
umat Islam demi masa depan yang lebih cemerlang. Selain itu, ia juga
terkenal sebagai pahlawan yang gagah berani, penasihat yang bijaksana,
penasihat hukum yang ulung, dan pemegang teguh tradisi, seorang
sahabat sejati, dan seorang kawan yang dermawan.
Pada masa pemerintahannya, Khalifah Ali berhasil meng-
organisasi polisi sekaligus menetapkan tugas-tugas mereka. Dalam
bidang kemiliteran, kaum muslimin berhasil meluaskan wilayah
kekuasaan Islam. Misalnya, setelah pemberontakan di Kabul dan Sistan
ditumpas, pasukan muslim melakukan invasi laut atas Konkan (pantal
Bombay). Ali yang merupakan neg- arawan yang juga ahli perang ini
berhasil mendirikan pemu- kiman-pemukiman militer di perbatasan
Syria. Sambil mem- perkuat daerah perbatasan negaranya, ia juga
membangun benteng-benteng yang tangguh di utara perbatasan Parsi.

3. Perkembangan di Bidang Ilmu Bahasa


Selain sebagai pejuang yang tangguh dan pemberani, Khalifah
Ali bin Abi Thalib juga merupakan salah satu tokoh sastra yang hebat. Ia
menulis syair dan beberapa prosa (ter- utama dalam bentuk surat atau
nasihat). Selain itu, la juga dikenal sebagai ahli retorika di kalangan
kaum musilmin, ia mampu memperkaya sastra dunia dengan beratus-
ratus pidatonya yang mempunyai nilai sastra yang tinggi.
Sementara itu, pemerintahan pada masa Khalifah Ali juga
berhasil mengembangkan seni kaligrafi. Pada masa khalifah Utsman,
teknik penulisan al-Qur'an sangat berkembang dan teruspada masa
Khalifah Ali. Adapun kaligrafi yang berkembang pada saat itu adalah
kufi. Khat kufi memiliki ciri-ciri yang spe- sifik, yakni berbentuk kaku,
bersiku-siku atau bersudut-sudut dengan garis lengkung pada huruf-huruf
tertentu saja.
4. Perkembangan di Bidang Pembangunan
Salah satu keberhasilan dalam bidang pembangunan pada masa
Khalifah Ali ialah dalam masalah tata kota. Salah satu kota yang
dibangun adalah kota Kufah di Irak. Awalnya, pembangunan kota ini
bertujuan politis untuk dijadikan se bagai basis pertahanan kekuatan
Islam dari rongrongan para pemberontak, salah satunya dari Mu'awiyah
bin Abu Sufyan. Kota ini memang tidak jauh dari pusat pergerakan
Mu'awiyah, sehingga sangat strategis bagi pertahanan khalifah. Akan
tetapi, lama-kelamaan kota tersebut berkembang menjadi kota yang
sangat ramai dikunjungi, bahkan menjadi pusat pengembangan ilmu
pengetahuan keagamaan, seperti perkembangan ilmu nahwu, tafsir,
hadits, dan lain sebagainya.

5. Bidang Ekonomi
Dalam ekonomi, sistem kebijaksanaan perdagangan yang
diterapkan oleh Khalifah Ali tidak jauh berbeda dengan yang diterapkan
oleh khalifah sebelumnya, Umar bin Khathab. la hanya melanjutkan
beberapa kebijakan yang telah dibuat oleh Umar.
Sementara dalam sektor pertanian, Khalifah Ali mengelola
beberapa tanah atau lahan yang telah diambilnya dari Bani Umayyah dan
para penduduk lainnya. Hal Ini digunakan untuk menambah devisa
negara.
Selain itu, kepemimpinan Khalifah All juga mengelola dan
melestarikan kembali Baitul Mal. Pada masa pemerintahannya, Ali
dengan teguh mengikuti prinsip-prinsip yang telah dite- rapkan oleh
Khalifah Umar. Harta dan kekayaan masyarakat dikembalikan kepada
rakyat dengan adil dan merata.
6. Perkembangan Kebudayaan dan Pendidikan
Khalifah Ali berusaha mengembalikan citra pemerintahan Islam
sebagaimana masa Abu Bakar dan Umar. Akan tetapi, karena kondisi
saat itu tidak terkendali, usaha Ali tidak banyak berhasil. Adapun usaha-
usaha yang dapat dilakukannya, antara lain ialah:
 mendirikan beberapa madrasah sebagai tempat membe- rikan
pelajaran dalam bentuk khologah di masjid atau tempat pertemuan
lainnya,dan
 mengembangkan hukum Islam. Selain sebagal khalifah, All dikenal
sebagai seorang mujtahid yang agung dan ahil hukum pada
zamannya, dan terbesar di segala zaman. la mampu menetapkan
aturan-aturan pokok untuk kepen- tingan umat Islam secara
keseluruhan dan menyelesaikan semua masalah rumit dan yang
paling sulit sekalipun.14

14
Abdul Syukur al-Azizi, Sejarah Terlengkap Peradaban Islam, hlm. 120-127
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

Ely Zainudin, Peradaban Islam Pada Masa Khulafahur Rasyidin, Intelegensi Vol 03
No 01 2015, hlm 51-52.

Rizem Aizid, Sejarah Peradaban Islam Terlengkap, (Yogyakarta: Diva press, 2021)
hlm 184

Ahmad Saufi, Hasmi Fadillah, Sejarah Perdaban Islam, (Yogyakarta: CV Budi


Utama, 2015) hlm 59

Abrari Syauqi, Sejarah Peradaban Islam, (Yogyakarta: ASWAJA PRESSINDO,


2016) hlm. 13

Syamruddin Nasution, Sejarah Peradaban Islam, (Riau: Yayasan Pustaka Riau,


2013) hlm. 66-67

Musthafa Murad, Kisah Hidup Umar Ibn Khattab, (Jakarta: Penerbit Zaman, 2007),
hlm. 29

Akhmat Saufi, Hasmi Fadilah, Sejarah Peradaban Islam, (Banjarmasin:Deepublish)


hlm. 69

Abdul Syukur Al-Azizi,Sejarah Terlengkap Perdaban Islam,(Yogyakarta:Diva


Press)2013.hal.97-101

Anda mungkin juga menyukai