Anda di halaman 1dari 26

MASA PEMERINTAHAN KHULAFA AR-RASYIDIN

Disusun untuk memenuhi Tugas Pemikiran Politik Islam


Oleh Syaban Muhammad, MA.

Disusun oleh:
Fadhly Nurman H.A

11151130000062

Nuzia Quita

11151130000088

Farhan Abdurrohim

11151130000089

Faradila Meiliza

11151130000116

PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2016

KATA PENGANTAR
Alhamdulilah, dengan rasa syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayahNya kepada kita semua. Tentunya tak lupa shalawat serta salam
kepada Nabi kita Muhammad s.a.w beserta keluarga dan para sahabatnya, semoga kita
mendapat syafaatnya kelak di yaumul kiyamah Amin.
Makalah ini kami buat dengan sungguh-sungguh atas usaha semampu kami dengan
ditunjang beberapa referensi. Kami berharap makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
para pembaca. Kami juga menyadari dalam pembuatan makalah ini banyak kekurangan,
maka dari itu kami meminta saran serta kritik dari pembaca untuk perbaikan makalah
kami selanjutnya. Terima kasih.

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Negara Islam terbentuk di tangan Muhammad saw. Tata pemerintahan dan
langkah politik beliau tampil jelas dan tepat. Kemudian Rasulullah Saw. wafat dan
menyerahkan kepada kaum Muslimin agar memilih salah seorang yang mereka ridhai dan
memenuhi criteria sebagai seorang khalifah bagi kebaikan bersama. Nabi sendiri telah
mengingatkan bahwa memimpin itu adalah amanah. Rasulullah menyatakan, jabatan
pimpinan dan kekuasaan itu merupakan beban dan bukan penghormatan, dan beliau tidak
pernah memeberikan kepada orang yang memintanya. Para pemimpin pengganti
Rasulullah setelah beliau wafat disebut dengan Khulafa Ar-Rasyidin.
Khalifah berperan sebagai pemimpin ummat baik urusan negara maupun urusan
agama. Mekanisme pemilihan khalifah dilakukan baik dengan pemilu ataupun dengan
Majelis Syura' yang merupakan majelis Ahlul Halli wal Aqdi yakni para ahli ilmu
(khususnya

keagamaan)

dan

mengerti

permasalahan

ummat.

Mekanisme

pengangkatannya dilakukan dengan cara bai'at yang merupakan perjanjian setia antara
Khalifah dengan ummat. Khalifah memimpin sebuah Khilafah, yaitu sebuah sistem
pemerintahan yang begitu khas, dengan menggunakan Islam sebagai Ideologi serta
undang-undangnya mengacu kepada al-Quran & Hadits.
Al-khulafa al-Rosyidin (11-41 H/632-661 M), yang berkedudukan di Madinah alMunawwarah itu hanya berkuasa selama tiga puluh tahun menurut tahun Hijrah dan dua
puluh sembilan untuk tahun Masehi. Para pejabat kekuasaan tertinggi dalam
Khulafaurrosyidin itu bukan dari satu turunan, tetapi dipilih dan diangkat berdasarkan
permufakatan dan persetujuan masyarakat Islam saat itu. Khulafaurrosyidin itu bermakna
pengganti-pengganti cendekiawan yang terdiri dari empat tokoh sepeninggal Nabi
Muhammad yang memiliki dua fungsi yaitu sebagai risalat dan imamat, namun fungsi
yang pertama tidak bisa digantikan oleh siapapun, yang pengutusannya berupa rahmatan

lilalamin dan merupakan Rasul terakhir dan penutup. Akan tetapi, fungsi yang kedua itu
digantikan kedudukannya oleh para pejabat kekuasaan tertinggi sepeninggal Nabi.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja sejarah pemikiran masing-masing khalifah dalam mengambil kebijakan
pada masa pemerintahannya?
2. Bagaimana kemajuan Islam pada masa Khulafa al-Rasyidin (Abu Bakar ashShiddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib) dan corak
pemerintahan masing-masing khalifah?
3. Apa saja kelebihan dan kelemahan pemerintahan Khulafa ar-Rasyidin
C. TUJUAN MAKALAH
1. Menjelaskan apa saja pemikiran masing-masing khalifah dalam mengambil
kebijakan pada masa pemerintahannya.
2. Menjelaskan kemajuan Islam pada masa Khulafa ar-Rasyidin (Abu Bakar ashShiddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib) dan corak
pemerintahan masing-masing khalifah.
3. Menjelaskan apa saja kelebihan dan kelemahan pemerintahan Khulafa arRasyidin.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Khulafa Ar-Rasyidin
1) Abu Bakar ash Shiddiq
Namanya Abdullah ibnu Abi Quhafah at Tamimi.1 Dimasa jahiliyah bernama
Abdul Kabah, lalu ditukar oleh Nabi menjadi Abdullah Kuniyah Abu Bakar. Gelarnya
As-Shidiq (yang amat membenarkan). Sebelum masuk Islam ia bernama Abd. AlKabah, kemudian setelah ia memeluk Islam nama tersebut diganti oleh Rasulullah
dengan Abdullah yang Akrab dipanggil dengan Abu Bakar. Ada pendapat yang
mengatakan bahwa gelar tersebut melekat sebagai nama penggilan karena beliau termasuk
orang yang mula-mula memeluk Islam. Sedangkan gelar ash-shiddiq merupakan julukan
yang diberikan kepadanya karena ia termasuk orang pertama membenarkan peristiwa Isra
Miraj Nabi pada saat sejumlah masyarakat Arab tidak mempercayainya karena mengukur
peristiwa tersebut dengan logika murni. Abu Bakar dilahirkan pada tahun 573 M. (dua
tahun setelah kelahiran Rasulullah).
Ia termasuk golongan orang yang memeluk Islam tanpa banyak pertimbangan.
Sebelum memeluk Islam, ia merupakan seorang saudagar kaya yang mempunyai
pengaruh yang cukup besar dikalangan bangsa Arab. Namun setelah ia memeluk Islam,
perhatiannya sepenuhnya dicurahkan kepada Islam sehingga aktivitas perdagangan yang
dilakukannya hanya sekedar memenuhi kebutuhan sehari-hari. Selain daripada itu, beliau
juga dikenal sebagai orang yang jujur dan dermawan serta senang beramal untuk kepentingan
perjuangan Islam. Bukti kedermawanan tersebut sebagaimana dilukiskan dalam sejarah bahwa
ketika Rasulullah SAW. Mempersiapkan pasukan menuju Tabuk, Abu Bakar menyumbangkan
semua harta yang dimilikinya dan tidak ada lagi yang tersisa.
Proses Pengangkatan Abu Bakar

Dalam Al-Quran, Allah menegaskan bahwa setiap makhluk yang bernyawa pasti
mengalami kematian, tak terkecuali kekasih-Nya sendiri yang bernama Muhammad SAW.
Namun kematiannya ternyata disikapi dengan emosional oleh sahabat-sahabatnya yang
tidak percaya akan kematian Nabinya, seakan mereka lupa bahwa Nabi Muhammad SAW
adalah manusia seperti mereka pula. Abu Bakar dengan imannya yang hampir mendekati
sempurna tampil sebagai pemecah kekalutan sekaligus menebarkan ketentraman kaum

1 A. Hasjmy. Sejarah Kebudayaan Islam. ( Jakarta : Bulan Bintang, 1973) Hal. 117

muslimin saat itu dengan membacakan firman Allah SWT QS Al-Imran (3): 144 sebagai
berikut:
Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya
beberapa orang rasul. Apakah jika Dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang
(murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, Maka ia tidak dapat mendatangkan
mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi Balasan kepada orang-orang
yang bersyukur.

Ayat itu merupakan bentuk penyadaran yang dilakukan Abu Bakar untuk
menghilangkan keragu-raguan atas wafatnya Rasulullah SAW. Abu Bakar nampaknya
sangat memahami kondisi spritual kaum muslimin saat itu terutama para sahabat.
Sehingga pendekatan retorika yang digunakan adalah pendekatan nash Al-Quran, apalagi
pendekatan ditopang oleh pengetahuan para sahabat tentang Al-Quran dan hadis sebagai
pedoman hidup umat Islam.
Saat itu kaum Anshar menghendaki agar orang yang akan menjadi Khalifah dipilih
diantara mereka, Ali bin Abi Thalib pun mengingini agar beliaulah yang diangkat menjadi
Khalifah, tetapi bagian terbanyak dari kaum muslimin menghendaki Abu Bakar, maka
dipilihlah beliau menjadi khalifah. Orang-orang yang tadinya ragu untuk memberikan
baiat kepada Abu Bakar dikala golongan terbanyak dari kaum muslimin membaiatnya
segera pula memberikan baiatnya. Sesudah Abu Bakar diangkat menjadi khalifah, beliau
berpidato. Dalam pidatonya itu dijelaskan siasat pemerintahan yang akan beliau jalankan,
berikut bunyi pidatonya :
Wahai manusia! Saya telah diangkat untuk mengendalikan pesanmu, padahal
aku bukanlah orang yang terbaik diantaramu. Maka jikalau aku menjalankan
tugasku dengan baik maka ikutilah aku, tetapi jika aku berbuat salah, maka
betulkanlah! Orang yang mengambil hak dari padanya, sedang orang yang kamu
pandang lemah, saya pandang kuat, hingga saya dapat mengembalikan haknya
kepadanya. Hendaklah kamu taat kepadaku selama aku taat kepada Allah dan

Rasul-Nya, tetapi bilamana aku tiada menaati Allah dan Rasulnya kamu tak perlu
menaatiku. Dirikanlah shalat semoga Allah merahmati kalian2
Pengangkatan Abu Bakar menjadi Khalifah merupakan bukti bahwa Abu Bakar
menjadi khalifah bukan atas kehendaknya sendiri, tetapi hasil dari musyawarah mufakat
umat Islam. Dengan terpilihnya Abu Bakar menjadi khalifah, maka mulailah Abu Bakar
menjalankan kekhalifahannya, baik sebagai pemimpin umat maupun sebagai pemimpin
pemerintahan, dan juga disinilah prinsip demokrasi tertanam sejak awal perkembangan
Islam.3
Berikut kebijakan dan kebijaksanaan yang dilakukan oleh Abu Bakar ketika menjadi
khalifah :
Dalam bidang politik
Dalam menjalankan kekuasaan Islam Abu bakar bersifat sentral. Dalam hal ini
kekuasaan eksekutif, legislative dan yudikatif, sepenuhnya berada ditangan khalifah.
Meskipun demikian dalam menentukan dan memutuskan suatu masalah abu bakar selalu
mengajak sahabat untuk bermusyawarah.4
Apabila terjadi suatu perkara Abu Bakar selalu mencari hukumnya dalam AlQuran. Apabila dalam kitab suci tidak dijumpai pemecahannya, maka beliau mempelajari
cara Rosulullah SAW dalam menyelesaikan suatu perkara. Dan jika tidak ditemukannya
dalam hadits Nabi, maka beliau mengumpulkan tokoh-tokoh terbaik dan mengajak
mereka bermusyawarah. Apapun yang diputuskan mereka setelah pembahasan, diskusi,
dan penelitian, beliau menjadikannya sebagai suatu keputusan dan suatu peraturan.
2 Abdul karim. Sejarah Pemikiran dan Perkembangan Islam. (Yogyakarta : Bagaskara, 2012).
Hal. 78
3 A. Hasjmy. Ibid. Hal. 227
4Abdul Syukur Al-Azizi. Ibid. Hal. 68

Sebagaimana dinyatakan dalam pidato yang disampaikan setelah dibaiat, politik


dalam pemerintahan Abu Bakar adalah pemerintahan yang demokratis, beliau menyadari
kelemahannya sebagai manusia biasa. Oleh karena itu beliau meminta kepada segenap
kaum muslimin agar mengikutinya jika yeng dilakukannya adalah benar. Akan tetapi jika
salah beliau meminta untuk dikritisi.
Menurut suyuti pulungan ada beberapa kebijaksanaan Abu Bakar dalam
pemerintahan atau kenegaraan sebgaimana berikut :

Bidang eksekutif
Pendelegasian terhadap tugas-tugas pemerintahan di Madinah maupun daerah.

Misalnya, untuk pemerintahan pusat abu bakar menunjuk ali bin Abi Thalib, Utsman bin
Affan, dan Zaid bin Tsabit sebagai sekertaris dan abu ubaidah sebagai bendaharawan.
Sedangkan Umar bin Khattab menjadi hakim agung.
Adapun urusan pemerintahan diluar kota Madinah Khalifah Abu Bakar membagi
wilayah hukum kekuasaan negara Madinah menjadi beberapa provinsi. Dan setiap
provinsi ia menugaskan Amir atau wali.

Pertahanan dan keamanan


Mengorganisasikan pasukan-pasukan yang ada untuk mempertahankan eksistensi

keagamaan dan pemerintahan. Pasukan itu disebarkan untuk memelihara stabilitas


didalam maupun diluar negeri. Diantara panglima yang ditunjuk adalah Khalid bin Walid,
Musanna bin Harisah, Amru bin Ash, Zaid bin Sufyan, dan lain-lain.5
Mengirim pasukan dibawah pimpinan Usaman bin Zaid yang berjumlah 700 orang,
untuk memerangi kaum Romawi sebagai realisasi dari rencana Rasulullah ketika masih
hidup. Sebenarnya dikalangan sahabat termasuk Umar bin Khattab banyak yang tidak
setuju dengan kebijaksanaan khalifah ini. Alasan mereka karena dalam negeri sendiri pada
5 Yusuf Suaib. Sejarah Daulat Khulafaurrasyidin. (Jakarta : Bulan Bintang, 1979) cet.

Ke VII Hal. 36

saat itu timbul gejala kemunafikan dan kemurtadan yang menambah untuk
menghancurkan Islam dari dalam. Tetapi Abu Bakar tetap mengirim pasukan Usamah ke
Romawi Syam. Pada saat itu merupakan langkah strategis dan membawa dampak positif
bagi pemerintahan Islam, yaitu meskipun negara Islam sedang dalam keadaan tegang akan
tetapi muncul interpestasi dipihak lawan, bahwa kekuatan Islam cukup tangguh. Para
pemberontak menjadi gentar, disamping itu juga dapat mengalihkan perhatian umat Islam
dari perselisihan yang bersifat intern.

Yudikatif
Fungsi kehakiman dilaksanakan oleh Umar bin Khattab dan selama masa

pemerintahan Abu Bakar tidak ditemukan suatu permasalahan yang berarti untuk
dipecahkan. Hal ini karena kemampuan dan sifat Umar sendiri, dan masyarakat dikala itu
dikenal cukup taat terhadap hukum. Meskipun ada penyimpangan jumlahnya tidak terlalu
banyak.
Bidang ekonomi
Praktek kekhalifahan Abu Bakar di bidang pranata sosial ekonomi adalah
mewujudkan keadilan dan kesejahteraan sosial rakyat. Mengenai dalam bidang ekonomi
ada beberapa kebijakan yang dilakukan oleh khalifah Abu Bakar diantaranya, ialah
sebagai berikut :

Kebijakan umum dibidang ekonomi abu bakar menerapkan praktik akad-akad


perdagangan yang sesuai dengan prinsip yang diajarkan dalam Islam. Selama
masa khalifahnya beliau menerapkan beberapa kebijakan umum, antara lain adalah
:
Menegakkan hukum dengan memerangi mereka yang tidak mau membayar
zakat.
Tidak menjadikan ahli badar (orang-orang yang berjihad pada perang
badar) sebagai pejabat negara.
Tidak mengistimewakan ahli badar dalam pembagian kekayaan negara

Mengelola barang tambang (rikaz) yang terdiri atas emas, perak, perunggu,
besi, dan baja sehingga menjadi sumber pendapatan Negara
Menetapkan gaji pegawai berdasarkan karakteristik daerah kekuasaan
masing-masing, dan
Tidak mengubah kebijakan Nabi Muhammad SAW dalam masalah jizyah
Penerapan prinsip persamaan dalam distribusi kekayaan negara
Dalam usahanya meningkatkan kesejahteraan masyarakat khalifah Abu Bakar
melaksanakan kebijakan sebagaimana yang dilakukan Nabi SAW beliau memperhatikan
akurasi perhitungan zakat. Hal penghitungan ini dijadikan sebagai pendapatan negara
yang disimpan dalam baetul mal dan langsung didistribusikan seluruhnya kepada kaum
muslimin.

Amanat baetul mal


Para sahabat Nabi beranggapan baitul mal adalah amanat Allah dan masyarakat

kaum muslimin. Karena itu mereka tidak mengizinkan pemasukan sesuatu kedalamnya
dan pengeluaran sesuatu kedalamnya dan pengeluaran sesuatu darinya yang berlawanan
dengan apa yang telah ditetapkan oleh syariat. Mereka mengharamkan tindakan penguasa
yang menggunakan Baitul mal untuk mencapai tujuan-tujuan pribadi.

Pendistribusian zakat
Selain mendirikan baetul mal khalifah Abu Bakar juga sangat memperhatikan

pemerataan pendistribusian zakat kepada masyarakatnya, karena beliau merasa zakat


merupakan salah satu instrument terpenting dalam menyejahterakan rakyatnya. Dalam
mendistribusikan baitul mal, Abu Bakar menerapkan prinsip kesamarataan. Menurut Abu
Bakar dalam hal keutamaan beriman Allah SWT yang akan memberikan ganjarannya
sedangkan dalam masalah kebutuhan hidup prinsip kesamarataan lebih baik dari pada
prinsip keutamaan.
Bidang keagamaan
Peperangan dengan kaum Riddat

Gerakan Riddat itu bermula dengan kemunculan tiga tokoh yang mengaku dirinya
Nabi Muhammad SAW, yaitu Musailamah, Thulhah, Aswad Al-Insa. Mereka berupaya
meluaskan pengikutnya dan membelakangi agama Islam. Para nabi palsu ini berusaha
menarik hati orang-orang Islam dengan membebaskan prinsip-prinsip moralis dan upacara
keagamaan. Melihat aksi itu khalifah Abu Bakar tidak tinggal diam, beliau membentuk
sebelas pasukan dan menyerahkan Al-Liwak (panji pasukan) kepada masing-masing
pasukan. Selain itu, setiap pasukan dibekali Al-Mansyurat (pengumuman) yang harus
disampaikan pada suku-suku arab, isinya memanggil kembali kepada jalan yang benar.
Jika mereka tetap keras kepala maka barulah dihadapi dengan kekerasan.

Pengumpulan ayat-ayat Al-Quran

Abu bakar berhasil memadamkan kerusuhan yang ditimbulkan oleh kaum Riddah. Serta
memulihkan kembali ketertiban dan kemanan di semnanjung Arabia, tetapi akibat perang
riddat ini banyak penghafal Al-Quran yang terbunuh. Umar bin Khattab khawatir akan
bertambahnya angka kematian itu, yang berarti beberapa bagian lagi Al-Quran akan
musnah. Oleh karena itu Umar mengusulkan Abu Bakar untuk membuat suatu kumpulan
Al-Quran.6
Khalifah Abu Bakar menyetujuinya sekaligus menugaskan Zaid bin Tsabit karena
Zaid paling bagus hafalannya. Abu Bakar memerintahkan pengumpulan naskah-naskah
setiap ayat-ayat Al-Quran dari simpanan Al-Kuttab, yakni para penulis (sekretaris) yang
pernah ditunjuk oleh Nabi Muhmmad SAW. Pada masa hidupnya serta menyimpan
keseluruhan naskah dirumah janda Nabi Muhammad SAW, yakni Siti Hafsah. Para ahli
sejarah menyebutkan bahwa pengumpulan Al-Quran ini merupakan salah satu jasa besar
Abu Bakar.
Sebelum wafat khalifah Abu Bakar berwasiat sebagai penggantinya kelak, beliau
menunjuk Umar bin Khattab, Penunjukkan ini dilakukan setelah beliau bermusyawarah

6 Choirun Niswah. Sejarah pendidikan Islam. (Tanpa kota : Rafah Press, 2010). Hal. 34

dan meminta pendapat dari sahabat senior.7 Dari penunjukkan itu ada beberapa hal yang
harus dicatat bahwa Abu Bakar dalam menunjuk Umar tidak meninggalkan asas
musyawarah, ia lebih dahulu mengadakan konsultasi untuk mengetahui aspirasi rakyat
melalui tokoh-tokoh kaum muslimin, Abu bakar tidak menunjuk salah seorang putranya
atau kerabatnya melainkan memilih orang yang mempunyai nama di hati masyarakat serta
disegani oleh rakyat karena sifat-sifat yang dimilikinya, pengukuhan Umar menjadi
khalifah sepeninggal Abu Bakar berjalan dengan baik dalam satu baiat umum dan
terbuka tanpa ada pertentangan dikalangan kaum muslimin sehingga obsesi Abu Bakar
untuk menjaga keutuhan umat Islam dengan cara penunjukkan itu terjamin.8

2) Umar bin Khattab


Umar bin Khattab adalah salah satu sahabat Nabi dan khalifah kedua setelah
wafatnya Abu Bakar As-Shidiq. Sejak kecil ia sudah terkenal cerdas dan pemberani. Tidak
pernah takut menyatakan kebenaran di hadapan siapapun. Tidaklah mengherankan jika
setelah Umar memeluk Islam, barisan kaum muslimin ditakuti oleh orang kafir Quraisy. Ia
yang sebelum memeluk Islam paling berani menentang Islam, setelah memeluk Islam
paling berani menghadapi musuh-musuh Islam. Kemudian terkenalah Umar sebagai
Singa Padang Pasir yang sangat disegani.
Umar memiliki kepribadian yang sangat kuat, dan tegas memperjuangkan
kebenaran. Oleh karena itu masyarakat menggelarinya Al Faruq, artinya yang dengan
tegas membedakan yang benar dan yang salah. Sedemikian gigih Umar dalam
menegakkan syariat Islam, sehingga Abdullah bin Masud mengatakan, Sejak Islamnya
Umar kami merasa mulia. (H.R. Bukhori).
Abu Bakar meninggal dunia, sementara barisan depan pasukan Islam sedang
mengancam Palestina, Irak, dan kerajaan Hirah. Ia diganti oleh tangan kanan nya, Umar
ibn Khattab. Ketika Abu Bakar sakit dan merasa ajalnya sudah dekat, ia bermusyawarah
7 Abdul Syukur Al-Azizi. Ibid. 78-79
8 Suyuti pulungan. Ibid. Hal. 117-118

dengan para pemuka sahabat, kemudian mengangkat Umar sebagai penggantinya dengan
maksud untuk mencegah kemungkinan terjadinya perselisihan dan perpecahan di
kalangan umat Islam. Kebijaksanaan Abu Bakar tersebut ternyata diterima masyarakat
yang segera secara beramai-ramai membaiat Umar. Umar menyebut dirinya Khalifah
Rasulullah (pengganti dari Rasulullah). Ia juga memperkenalkan istilah Amir al-Muminin
(Komandan orang-orang yang beriman). Berikut beberapa kebijakan yang diterapkan pada
masa kepemimpinan Umar bin Khattab:
Ahlul Hall Wal Aqdi
Dalam masa pemerintahannya, Umar telah membentuk lembaga-lembaga yang
disebut juga dengan ahlul hall wal aqdi, di antaranya adalah:
1. Majelis Syura (Diwan Penasihat), ada tiga bentuk :
a. Dewan Penasihat Tinggi
Terdiri dari para pemuka sahabat yang terkenal, antara lain Ali, Utsman,
Abdurrahman bin Auf, Muadz bin Jabbal, Ubay bin Kaab,
Zaid bin Tsabit, Tolhah dan Zubair.
b. Dewan Penasihat Umum
Terdiri dari banyak sahabat (Anshar dan Muhajirin) dan pemuka berbagai suku,
bertugas membahas masalah-masalah yang menyangkut kepentingan umum.
c. Dewan antara Penasihat Tinggi dan Umum.
Beranggotakan para sahabat (Anshar dan Muhajirin) yang dipilih, hanya membahas
masalah-masalah khusus.
2. Al-Katib (Sekretaris Negara),
Di antaranya adalah Abdullah bin Arqam.
3. Nidzamul Maly (Departemen Keuangan)
Mengatur masalah keuangan dengan pemasukan dari pajak bumi, ghanimah, jizyah,
fai dan lain-lain.
4. Nidzamul Idary (Departemen Administrasi),
Bertujuan untuk memudahkan pelayanan kepada masyarakat, di antaranya adalah
diwanul jund yang bertugas menggaji pasukan perang dan pegawai pemerintahan.
4. Departemen Kepolisian dan Penjaga
Bertugas memelihara keamanan dalam negara.
6. Departemen Pendidikan dan lain-lain.

Pada masa Umar, badan-badan tersebut belumlah terbentuk secara resmi, dalam arti
secara de jure belum terbentuk, tapi secara de facto telah dijalankan tugas-tugas badan
tersebut. Meskipun demikian, dalam menjalankan roda pemerintahannya, Umar
senantiasa mengajak musyawarah para sahabatnya.

Perluasan Wilayah
a. Syiria dan Palestina
Sebelum masuk ke wilayah kekuasaan Islam, Syiria dan Palestina berada dalam

situasi yang sangat memprihatinkan, karena masyarakatnya selalu dibebani dengan


berbagai pungutan dan pajak yang harus mereka bayar kepada pemerintahan kekaisaran
Byzantium (Romawi Timur). Selain itu, mereka juga dipaksa untuk mengikuti aliran
agama yang tidak sepaham dengan mazhab yang dianut kebanyakan masyarakat Syiria
dan Palestina.
Keadaan tersebut tentu saja membuat masyarakat Syiria dan Palestina menanti sang
pembela yang akan membebaskan mereka dari cengkeraman penjajah Byzantium tersebut.
Untuk itulah pengiriman pasukan ke Syiria dan Palestina sangat diperlukan. Sehingga
kedua kota tersebut dapat ditaklukkan pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin
Khattab.
b. Irak dan Persia
Setelah Syiria dan Palestina dapat dikuasai, maka khalifah Umar bin Khattab
melanjutkan usahanya untuk memperluas pengaruh Islam ke Irak dan Persia. Sebenarnya
Irak sudah dapat dikuasai Islam pada masa kepemimpinan Abu Bakar dibawah komando
panglima Khalid bin al-Walid. Akan tetapi, ketika pasukan Walid meninggalkan Irak dan
membantu pasukan Islam lainnya di Syiria, kesempatan itu dipergunakan oleh orangorang Persia untuk mengusir umat Islam keluar dari Irak di bawah panglima Rustum.
Olah karena itu, Umar mengirim Saad bin Abi Waqqash untuk menundukkan kembali
Irak dan Persia.
Jatuhnya Qadisia pada tahun 21 H, dalam perang Nahawand merupakan pertanda
kemenangan besar bagi tentara Islam, karena kota ini merupakan pusat pertahanan
terakhir tentara Yazdazird, Kisra Persia. Sejak saat itu, perkembangan Islam di Persia
semakin maju, karena semua masyarakatnya telah memiliki peradaban yang cukup dan
mereka memadukannya dengan ajaran Islam yang telah mereka anut.

c. Mesir
Beban berat tak hanya dirasakan oleh masyarakat Syiria dan Irak. Mesir pun
menjadi negara korban jajahan Byzantium. Mereka merasa tersiksa karena tekanan
pemerintah Byzantium yang mengharuskan seluruh penduduk Mesir membayar pajak
melampaui batas kemampuannya. Karena mereka tidak tahan atas perlakuan semenamena itulah, kemudian mereka memta bantuan kepada penguasa muslim di Madinah.
Untuk itu khalifah Umar bin Khattab pada tajun ke-18 H memerintahkan pasukan yang
berada di Palestina untuk melanjutkan perjalanan ke Mesir. Pasuka itu berada di bawah
komando Amr bin Ash yang memimpin 4000 tentara. Setelah menaklukan beberapa kota
kecil, akhirnya ia menakukkan kota Fushtat setelah mengadakan pengepungan terhadap
kota tersebut selama kurang lebih 7 bulan.

Kalendeh Hijriyah
Kebijakan lain yang sangat monumental adalah penetapan tahun hijriyah sebagai

tahun baru umat Islam. Penetapan tahun baru umat Islam ini atas inisiatif Ali bin Abi
Thalib, yang kemudian direspons oleh khalifah Umar bin Khattab. Penetapan tahun baru
ini didasarkan pada peredaran bulan dan saar Rasulullah hijrah ke Madinah.

Pemberlakuan Ijtihad
Pada saat agama Islam telah meluas hingga ke Syam, Mesir dan Persia, agama Islam

banyak menjumpai kebudayaan baru yang hidup di negeri-negeri itu, sehingga timbullah
berbagai macam kesulitan dan masalah-masalah yang belum pernah ditemui oleh kaum
muslim.
Umar bukan saja menciptakan peraturan-peraturan baru, tetapi juga memperbaiki
dan mengadakan perubahan terhadap peraturan yang telah ada, bilamana peraturan itu
memang harus diperbaiki dan diubah. Misalnya peraturan yang telah berlaku bahwa kaum
muslim diberi hak menguasai tanah dan segala sesuatu yang didapat dengan berperang,
Umar mengubah-nya bahwa tanah itu harus tetap di tangan pemiliknya semula tetapi
dikenai pajak tanah (kharaj).

Di antara ijtihadnya di bidang hukum yang cukup

spektakuler yaitu:
a. Tidak melaksanakan hukuman potong tangan terhadap pencuri yang terpaksa

mencuri demi membebaskan dirinya dari kelaparan.


b. Menghapuskan bagian zakat bagi para muallaf (orang yang dibujuk hatinya
karena baru masuk Islam).
c. Menghapuskan hukum mutah (kawin kontrak) yang semula diperbolehkan
dan sampai sekarang masih diakui oleh orang-orang Syiah Itsna Asyariyah.
Dengan melaksanakan ijtihad, Umar hanya ingin memberikan tuntunan dan
pengertian bahwa ajaran Islam itu tidak kaku, tapi bisa lentur dan luwes sesuai dengan
perkembangan zaman dan permasalahan yang dihadapi dengan tetap mengacu pada
substansi ajaran yang ada dalam al-Quran dan al-Hadits

3. Ali bin Abi Thalib


Sejak masa pemerintahan Khalifah Ali inilah, Islam mulai mengalami kemunduran.
Bermula dari banyaknya pihak yang menuntut dendam atas terbunuhnya Utsman bin
Affan ra., terutama dari golongan Bani Umaiyyah dari kelompok Aisyah ra., janda Nabi
Muhammad saw. Suasana tersebut semakin memanas dengan adanya kebijaksanaan
Khalifah Ali mengganti sebagian besar pejabat pemerintah yang telah diangkat oleh
Utsman.
Setelah Utsman wafat, masyarakat beramai-ramai membaiat Ali ibn Abi Thalib
sebagai khalifah. Ali memerintah hanya enam tahun. Selama masa pemerintahannya, ia
menghadapi berbagai pergolakan. Tidak ada masa sedikit pun dalam pemerintahannya
yang dapat dikatakan stabil. Setelah menduduki jabatan khalifah, Ali memecat para
gubernur yang diangkat oleh Utsman. Dia yakin bahwa pemberontakan-pemberontakan
terjadi karena keteledoran mereka. Dia juga menarik kembali tanah yang dihadiahkan
Utsman kepada penduduk dengan menyerahkan hasil pendapatannya kepada negara, dan
memakai kembali sistem distribusi pajak tahunan diantara orang-orang Islam
sebagaimana pernah diterapkan Umar.
Tidak lama setelah itu, Ali bin Abi Thalib menghadapi pemberontakan Thalhah,
Zubair dan Aisyah. Alasan mereka, Ali tidak mau menghukum para pembunuh Utsman,
dan mereka menuntut bela terhadap darah Utsman yang telah ditumpahkan secara zalim.
Ali sebenarnya ingin sekali menghindari perang. Dia mengirim surat kepada Thalhah dan

Zubair agar keduanya mau berunding untuk menyelesaikan perkara itu secara damai.
Namun ajakan tersebut ditolak. Akhirnya, pertempuran yang dahsyat pun berkobar.
Perang ini dikenal dengan nama Perang Jamal (Unta), karena Aisyah dalam pertempuran
itu menunggang unta, dan berhasil mengalahkan lawannya. Zubair dan Thalhah terbunuh
ketika hendak melarikan diri, sedangkan Aisyah ditawan dan dikirim kembali ke
Madinah.
Bersamaan dengan itu, kebijaksanaan-kebijaksanaan Ali juga mengakibatkan
timbulnya perlawanan dari gubernur di Damaskus, Muawiyah, yang didukung oleh
sejumlah bekas pejabat tinggi yang merasa kehilangan kedudukan dan kejayaan. Setelah
berhasil memadamkan pemberontakan Zubair, Thalhah dan Aisyah, Ali bergerak dari
Kufah menuju Damaskus dengan sejumlah besar tentara. Pasukannya bertemu dengan
pasukan Muawiyah di Shiffin. Pertempuran terjadi di sini yang dikenal dengan nama
perang shiffin. Dalam masa pemerintahan Khalifah Ali terus terjadi pemberontakan dan
pada akhirnya menyebabkan 3 golongan: yaitu Muawiyah, Syiah (pengikut Ali) dan AlKhawarij (orang-orang yang keluar dari barisan Ali). Hal ini tidak menguntungkan Ali
karena aliran kontra yang akhirnya Ali terbunuh oleh salah seorang Khawarij.
Perang ini diakhiri dengan tahkim (arbitrase), tapi tahkim ternyata tidak
menyelesaikan masalah, bahkan menyebabkan timbulnya golongan ketiga, al-Khawarij,
orang-orang yang keluar dari barisan Ali. Akibatnya, di ujung masa pemerintahan Ali bin
Abi Thalib umat Islam terpecah menjadi tiga kekuatan politik, yaitu Muawiyah, Syiah
(pengikut) Ali, dan al-Khawarij (orang-orang yang keluar dari barisan Ali). Keadaan ini
tidak menguntungkan Ali. Munculnya kelompok al-khawarij menyebabkan tentaranya
semakin lemah, sementara posisi Muawiyah semakin kuat. Pada tanggal 20 ramadhan 40
H (660 M), Ali terbunuh oleh salah seorang anggota Khawarij.

Ekonomi Masa khulafaurrasyidin


Sistem perekonomian pada masa pemerintahan khulafaurrasyidin adalah bertani dan
berdagang setiap hari mereka disibukkan dengan pesoalan air dan rumput-rumput. Hasil
pertanian yang mereka ekspor antara lain, kurma, kayu gaharu, buah kismis anggur dan

lainnya selain bertani, unsure terpenting dalam perekomoian mereka adalah berdagang.
Masyarakat Arab waktu itu sudah mengenal ekspor impor.
Komoditas ekspor Arab Selatan dan Yaman adalah dupa, kemenyan, kayu gaharu,
minyak wangi dan kulit binatang. Buah kismis anggur dan lainnya. Komoditas yang
mereka impor dari Afrika Timur antara lain kayu untuk bangunan, bulu burung unta,
lantakan logam mulia dan badat. Dari asia selatan dan china adalah daging, batu mulia,
sutra, pakaian, pedang, rempah-rempah. Sedangkan dari negara teluk persia mereka
mengimpor intan. Mereka memperoleh pedang dan pakaian dari asia selatan dan china,
ekspor-impor sudah dikenal sejak masa khulafaurrasyisin, mereka membuka hubungan
dengan negara-negara disekitar mereka.

4. Sejarah Khalifah Utsman bin Affan


Utsman bin Affan adalah sahabat nabi dan juga khalifah ketiga dalam Khulafaur
Rasyidin. Beliau dikenal sebagai pedagang kaya raya namun sangat dermawan. Nama
lengkapnya adalah Utsman bin Affan bin Abil Ash bin Umayyah bin Abdusy Syam bin
Abdu Manaf bin Qusyai bin Kilab bin Murrah bin Kaab bin Luwai bin Gholib bin Fihr
bin Malik bin An-Nadhr bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar
bin Nizar bin Maaddu bin Adnan.
Ia mendapat julukan Dzunnurain yang berarti yang memiliki dua cahaya. Julukan
ini didapat karena Utsman telah menikahi puteri kedua dan ketiga dari Rasullah SAW
yaitu Ruqayah dan Ummu Kaltsum. Usman bin Affan lahir pada 574 Masehi dari
golongan Bani Umayyah. Beliau masuk Islam melalui dakwah Abu Bakar Shiddiq. Beliau
adalah orang pertama yang hijrah ke negeri Ethiopia, kemudian kembali ke Makkah dan
hijrah ke Madinah. Ketika istri beliau Ruqoyyah binti Rasulullah SAW meninggal,
Rosulullah menikahkannya dengan adik istrinya, Ummu Kaltsum. Itulah sebabnya, beliau
mendapat gelar Dzin Nurroini. Beliau tidak ikut perang Badar karena ditugaskan
menjaga istrinya yang sedang sakit berat, namun pada peperangan-peperangan berikutnya
selalu ikut serta.

Diriwayatkan oleh Imam Muslim bahwa Aisyah berkata: Ketika Rasulullah SAW.
sedang berbaring di rumahku, kedua betisnya tersingkap. Lalu Abu Bakar minta izin
masuk, dan dipsersilakan sedang beliau saw, tetap seperti keadaannya semula, lalu mereka
berbincang-bincang. Kemudian Umar minta izin masuk, dan dipersilakan sedangkan
beliau saw. tetap seperti keadannya semula, lalu mereka berbincang-bincang. Giliran
kemudian Utsman minta izin masuk, maka Rasulullah SAW. duduk dan membetulkan
pakaian beliau saw., lalu mereka berbincang-bincang. Setelah (Utsman) keluar, Aisyah
bertanya kepada Rasulullah SAW : Abu Bakar masuk tapi engkau biasa saja dan tidak
memberi perhatian khusus, lalu Umar masuk engkau pun biasa saja dan tidak memberi
perhatian khusus. Akan tetapi ketika Utsman masuk engkau terus duduk dan membetulkan
pakaian, mengapa? Beliau menjawab: Apakah aku tidak malu terhadap orang yang
Malaikat saja malu kepadanya?

Pengangkatannya Sebagai Khalifah


. Umar bin Khattab tidak dapat memutuskan bagaimana cara terbaik menentukan
khalifah penggantinya. Segera setelah peristiwa penikaman dirinya oleh Fairuz, seorang
majusi Persia, Umar mempertimbangkan untuk tidak memilih pengganti sebagaimana
yang dilakukan oleh Rasulullah. Namun Umar juga berfikir untuk meninggalkan wasiat
seperti dilakukan Abu Bakar. Sebagai jalan keluar, Umar menunjuk enam orang sahabat
sebagai dewan formatur yang bertugas memilih khalifah baru. Keenam orang itu adalah
Abdurrahman bin Auf, Thalhah, Zubair, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, dan Saad
ibnu Waqas.
Pembaiatan Utsman sebagai khalifah berdasar kesepakatan enam orang sahabat
termasuk dirinya yang telah ditunjuk langsung oleh Umar ibn Khattab untuk menjadi
penggantinya

yang

akan

melanjutkan

kepemimpinandan

perjuangannya

dalam

menyebarkan islam ke penjuru dunia. Dari masa inilah awal pengangkatan seorang
khalifah secara demokratis dengan jalan musyawarah yang diwakili oleh keenam orang
sahabat sepanjang sejarah manusia.

Politik Masa Khalifah Utsman bin Affan


Setelah Utsman bin Affan dilantik menjadi khalifah ketiga negara Madinah, ia
menyampaikan pidatonya yang menggambarkan dirinya sebagai sufi dan citra
pemerintahannya lebih bercorak agama ketimbang politik belaka sebagai dominan. Dalam
pidatonya Utsman mengingatkan beberapa hal yang penting:
a) Agar umat Islam berbuat baik sebagai bekal untuk hari kematian
b) Agar umat Islam tidak terperdaya kemewahan hidup didunia yang penuh
kepalsuan
c) Agar umat Islam mau mengambil pelajaran dari masa lalu.
d) Sebagai khalifah ia akan melaksanakan perintah Al-Quran dan sunnah
rasul
e) Disamping ia akan meneruskan apa yang telah dilakukan pendahulunya
juga akan membuat hal baru yang akan membawa kepada kebajikan.

Untuk

pelaksanaan

administrasi

pemerintahan

didaerah,

khalifah

Utsman

mempercayakan kepada seorang gubernur untuk setiap wilayah atau provinsi pada
masanya kekuasaan wilayah membagi menjadi sepuluh provinsi.
1) Nafi bin Al-Haris Al-KhuzaI, amir wilayah mekah
2) Sufyan bin Abdullah Al-Tsaqfi, Amar (wilayah bani naufi
3) Yala bin Munabbih Halif bani Nauful (NA) bin Abdul Manaf diwilayah
shana.
4) Abdullah bin Abi Rabiah, Amir wilayah a-janad
5) Utsman bin Abi Al-Ashal-Tsaqafi, Amir wilayah Bahrain
6) Al-Mughirah bin Syubah Al-Tsaqi, Amir wilayah Kuffah
7) Abu Musa Abdullah bin Qais Al-Asyari, Amir wilayah Basrah
8) Muawiyah bin Abi Sufyan, Amir wilayah Damaskus
9) Umar bin Saad,Amir wilayah Hims, dan
10) Amr bin Al-Ash Al-Sahami, Amir wilayah Mesir.

Sedangkan kekuasaan legislatif dipegang oleh dewan penasehat syura, tempat


khalifah mengadakan musyawarah dengan para sahabat terkemuka. Prestasi tertinggi

masa pemerintahan Utsman sebagai hasil majlis syura adalah menyusun Al-Quran
standar, yaitu penyeragaman bacaan dan tulisan Al-Quran, seperti yang dikenal sekarang.
Naskah salinan Al-Quran tersebut disimpan dirumah istri Rasulullah.

Kebijakan Politiknya
Utsman menjabat sebagai kholifah selama 12 tahun. Selama pemerintahannya itu,
keadaan bisa dibagi menjadi 2 periode, yaitu periode kemajuan dan periode kemunduran.
Periode I pemerintahannya membawa kemajuan luar biasa, sedang periode II
kekuasaannya identik dengan kemunduran dan huru-hara yang luar biasa sampai akhirnya
beliau tewas di tangan pemberontak.
Ada beberapa kebijakan politik Utsman yang cukup menonjol, antara lain:

Melanjutkan Ekspansi Wilayah Islam


Pada masa pemerintahannya, berkat jasa para panglima yang ahli dan berkualitas, di
mana peta Islam sangat luas dan bendera Islam berkibar dari perbatasan Aljazair (Barqah
dan Tripoli, Syprus di front al-Maghrib bahkan ada sumber menyatakan sampai ke
Tunisia) di al-Maghrib, di Utara sampai ke Aleppo dan sebagian Asia Kecil, di Timur Laut
sampai ke Ma Wara al-Nahar Transoxiana dan di Timur seluruh Persia, bahkan sampai
di perbatasan Balucistan (wilayah Pakistan sekarang), serta Kabul dan Ghazni.

Membentuk Armada Laut yang Kuat


Pada masa pemerintahannya, Utsman berhasil membentuk armada laut dengan
kapalnya yang kokoh sehingga berhasil menghalau serangan-serangan di Laut Tengah
yang dilancarkan oleh tentara Bizantium dengan kemenangan pertama kali di laut dalam
sejarah Islam.

Menggiatkan Pembangunan

Utsman berjasa membangun banyak bendungan untuk menjaga arus banjir yang
besar dan mengatur pembagian air ke kota-kota. Beliau juga membangun jalan-jalan,
jembatan-jembatan, masjid-masjid dan memperluas masjid Nabi di Madinah.

Menulis Kembali Penulisan Mushaf Al-Quran


Diantara jasa Utsman yang besar adalah telah menyatukan kaum muslimin pada satu
qiroah dan dituliskannya bacaan Al-Quran terakhir yang diajarkan oleh Jibril kepada
Rasulullah SAW yakni ketika Jibril mendiktekan Al-Quran kepada Rosulullah pada tahun
terakhir masa hidup beliau.
Utsman meminta mushaf yang disimpan oleh Hafshah yang merupakan hasil
pengumpulan pada masa Abu Bakar, untuk ditulis kembali. Maka ditulislah satu mushaf
Al-Quran untuk penduduk Syam, satu mushaf untuk penduduk Mesir, satu mushaf untuk
penduduk Basrah, satu mushaf dikirim ke Kufah, begitu juga ke Makah dan Yaman, serta
satu mushaf untuk Madinah.

Kesimpulan
Nabi Muhammad SAW bukan hanya sebagai seorang Rasulullah yang di utus
untuk menyebarkan ajaran Islam, melainkan juga sebagai pemimpin negara yang pandai
dalam berpolitik, sebagai seorang panglima perang serta seorang administrator yang

cakap, hanya dalam waktu kurun waktu singkat Rasulullah bisa menaklukkan seluruh
Jazirah Arab. Dengan mengamati pola keberagaman pembangunan dasar-dasar
pemerintahan Islam dari masa Rasulullah Saw sampai dengan masa Khulafaurrasyidin,
maka dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Nabi Saw merupakan seorang yang dilahirkan dari keturunan para pemimpin,,
maka pantaslah jika beliau menjadi pemimpin yang handal dalam mengatur dan
mengarahkan umatnya.
2. Bahwa Nabi Saw telah meletakkan pola dasar pembangunan peradaban manusia
diawali dengan pembangunan masjid Kuba.
3. Nabi Saw telah membuat sistem perundang-undangan dalam menata
kemasyarakatan di Madinah dalam upaya menegakkan sendi-sendi kenegaraan,
yakni dengan membuat kesepakatan tidak saling mengganggu dan Nabi Saw
melindungi penduduk Mekah dan menjamin hak-haknya meskipun mereka
beragama Yahudi dan Nasrani.
4. Nabi Saw mempersaudarakan antara Muhajirin dan Anshar mempunyai peran
strategis dalam upaya membangun Negara yang kokoh dan kuat. Dan hal ini
merupakan satu contoh langkah politik yang berlandaskan agama.
5. Berakhirnya pemerintahan Nabi Saw, Khulafaurrasyidin menggantikan peran
beliau. Abu Bakar adalah Khalifah pertama yang meneruskan kepemimpinan Nabi
Saw dengan sistem yang diwarisi dari nabi Saw.
6. Peran Abu Bakar sebagai Khalifah sangat besar, beliau berupaya mengumpulkan
Al Quran agar tidak punah, membangun baitul Mal, menumpas nabi-nabi palsu
dan pembangkang zakat dan lain-lain.

7. Pola kepemimpinan Umar yang adil dan tidak memihak menjadi contoh nyata
bahwa sebagai pemimpin selayaknya kita berlaku demikian, adil tidak memandang
pangkat dan golongan, status dan usia, agama dan ras budayanya.
8. Umar bin Khattab membangun kantor-kantor perwakilan pemerintahan dan
menunjuk gubernur-gubernur serta mendirikan jawatan pos dan perpajakan,
merupakan gambaran umum bahwa dalam pemerintahannya sudah semakin
lengkap dan teratur.
9. Usaha perluasan pemerintahan Islam terjadi kemajuan yang signifikan, sehingga
daerah-daerah di Afrika dan sebagaian eropa mampu dikuasai terutama Romawi.
10. Utsman bin Affan sebagai Khalifah ke tiga membawa perubahan cukup banyak
dalam pemerintahan Islam dan peradaban Islam. Pada masa pemerintahannya
armada angakatan laut dibangun sebagai bentuk gambaran akan kuat dan
lengkapnya militer dan pemerintahan pada masanya sehingga disegani musuh.
11. Khalifah Ali bin Abi Thalib menggantikan kekhalifahan Umar dengan sebuah
proses yang panjang, dalam pemerintahannya banyak ditemukan ganjalan-ganjalan
sehingga roda pemerintahannya tidak berjalan lancar. Akan tetapi beliau tetap
mengemban amanah kekahalifahan dengan baik.
Islam berkembang pada masa kepemimpinan Nabi Muhahammad dan Khulafaur
Rasyidin adalah melalui beberapa aspek pendekatan yang diantaranya adalah
pendekatan dawah yang meliputi dawah dengan lisan (diplomasi) dan juga
perbuatan (pertempuran).

DAFTAR PUSTAKA

Hasjmy. Sejarah Kebudayaan Islam. ( Jakarta : Bulan Bintang, 1973)


Suyuti pulungan. Fiqih Siyasah. (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1994)
Abdul Syukur Al-Azizi. Kitab sejarah Peradaban Islam. (Jogjakarta : Saufa).
Abdul karim. Sejarah Pemikiran dan Perkembangan Islam. (Yogyakarta : Bagaskara,
2012).
Yusuf Suaib. Sejarah Daulat Khulafaurrasyidin. (Jakarta : Bulan Bintang, 1979) cet. Ke
VII Hal. 36
Choirun Niswah. Sejarah pendidikan Islam. (Tanpa kota : Rafah Press, 2010). Hal. 34
Murodi, H. (2008). Sejarah Kebudayaan Islam. Semarang: PT Karya Toha Putra.
Haekal, Muhammad Husain. (2000). Umar bin Khattab. Jakarta: PT Pustaka Litera
AntarNusa
Sejarah Negara. 2014. http://www.sejarah-negara.com/4-kebijakan-umar-bin-khattabbidang-pemerintahan/. 20 September 2016
Ibnu Katsir. Al-Bidayah Wan Nihayah. Penerjemah: Abu Ihsan. Cetakan ke 3. Darul Haq,
Jakarta. 2006

Khalid Muh. Khalid. Karakteristik Perihidup Khalifah Rasulullah. Penerjemah:


Mahyuddin Syaf, dkk. Cetakan ke 8. CV. Diponegoro, Bandung. 1999
Syalaby, A., Prof. Dr. Sejarah dan Kebudayaan Islam. Penerjemah: Mukhtar Yahya.
Cetakan ke 2. Pustaka Al Husna, Jakarta. 1992
Hasan Ibrahim Hasan. Sejarah dan Kebudayaan Islam. Penerjemah: Djahdan Humam,
Kota Kembang, Yogyakarta. 1989

Anda mungkin juga menyukai