Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tidak lebih dari dua tahun, Khalifah Abu Bakar mampu menegakkan tiang-tiang
agama Islam, termasuk diluar jazirah Arab yang begitu luas. Kepemimpinan Khalifah Abu
Bakar berlangsung hanya 2 tahun 3 bulan 11 hari. Masa tersebut merupakan waktu yang
paling singkat bila dibandingkan dengan kepemimpinan Khalifah-Khalifah penerusnya.
Meski demikian beliau dapat disebut sebagai penyelamat dan penegak agama Allah dimuka
bumi. Dengan sikap kebijaksanaannya sebagai kepala negara dan ke-tawadhuan-nya kepada
Allah serta agamanya, beliau dapat menghancurkan musuh-musuh yang merongrong agama
Islam bahkan dapat memperluas wilayah Islam keluar Arabia.
B. Rumusan Masalah
Agar tidak terjadi kesimpang siuran dalam penyusunan makalah ini, maka saya
merumuskan masalah sebagai berikut: Riwayat singkat Abu Bakar Ash-Shiddiq, Proses
dilantiknya Abu Bakar menjadi Khalifah, Perang Riddah, persoalan nabi palsu, mengahadapi
golongan murtad dan pengumpulan Al-Quran pertama
C. Tujuan Penulisan
Ada beberapa tujuan dalam pembuatan makalah ini yaitu :
Mahasiswa mampu menceritakan sejarah peradaban Islam pada zaman Khalifah Abu Bakar
Ash-Shiddiq
Mahasiswa mampu menjelaskan latar belakang khalifah Abu Bakar, baik dari segi proses
menjadi khilafah, perang riddah dan pengumpulan Al-Quran
Mahasiswa mampu memahami dan menggambil ibrah dari sejarah para sahabat Nabi, terlebihlebih Abu Bakar Ash-Shiddiq.
D. Metode Penulisan
Metode yang digunakan penulis adalah metode kepustakaan yaitu memberikan
gambaran tentang materi-materi yang berhubungan dengan permasalahan melalui literatur
buku-buku yang tersedia, tidak lupa juga penulis ambil sedikit dari media massa/internet. Dan
diskusi mengenai masalah yang dibahas dengan teman.

BAB II
PEMBAHASAN
KHALIFAH ABU BAKAR
A. Kepribadian Khalifah Abu Bakar Dan Pengangkatannya Sebagai Khalifah
Abu Bakar As-Shidiq adalah salah satu sahabat Nabi Muhammad SAW yang
mempunyai nama lengkap Abdullah Abi Quhafah At-Tamimi. Pada zaman pra Islam ia
bernama Abu Kabah, kemudian diganti oleh Nabi SAW. menjadi Abdullah. Beliau lahir pada
tahun 573 M, dan wafat pada tanggal 23 Jumadil akhir tahun 13 H bertepatan dengan bulan
Agustus 634 M, dalam usianya 63 tahun, usianya lebih muda dari Nabi SAW 3 tahun. Diberi
julukan Abu Bakar atau pelopor pagi hari, karena beliau termasuk orang laki-laki yang masuk
Islam pertama kali. Sedangkan gelar As-Shidiq diperoleh karena beliau senantiasa
membenarkan semua hal yang dibawa Nabi SAW terutama pada saat peristiwa Isra Miraj.
Setelah masuk Islam, beliau menjadi anggota yang paling menonjol dalam jamaah
Islam setelah Nabi SAW. Beliau terkenal karena keteguhan pendirian, kekuatan iman, dan
kebijakan pendapatnya. Beliau pernah diangkat sebagai panglima perang oleh Nabi SAW.,
agar ia mendampingi Nabi untuk bertukar pendapat atau berunding. Pekerjaan pokoknya
adalah berniaga, sejak zaman jahiliyah sampai setelah diangkat menjadi Khalifah. Sehingga
pada suatu hari beliau ditegur oleh Umar ketika akan pergi ke pasar seperti biasanya : Jika
engkau masih sibuk dengan perniagaanmu, siapa yang akan melaksanakan tugas-tugas
kekhalifahan?. Jawab Abu Bakar : Jadi dengan apa saya mesti memberi makan keluarga
saya? . Lalu diputuskan untuk menggaji Khalifah dari baitul mal sekedar mencukupi
kebutuhan sehari-hari dalam taraf yang amat sederhana.
Abu Bakar adalah putra dari keluarga bangsawan yang terhormat di Makkah. Semasa
kecil dia merupakan lambang kesucian dan ketulusan hati serta kemuliaan akhlaknya,
sehingga setiap orang mencintainya. Ketika Nabi SAW mengajak manusia memeluk agama
Islam, Abu Bakar merupakan orang pertama dari kalangan pemuda yang menanggapi seruan
Rasulullah, sehingga Nabi SAW memberinya gelar Ash-Siddiq. Pengabdian Abu Bakar
untuk Islam sangatlah besar. Ia menyerahkan semua harta bendanya demi kepentingan Islam.
Ia selalu mendampingi Rasulullah dalam mengemban misi Islam sampai Nabi SAW wafat.

Rasulullah, Sebagai utusan Allah mengemban dua jabatan , yakni sebagai Rasulullah
dan sebagai kepala Negara. Jabatan Beliau yang pertama selesai bersamaan dengan wafatnya.
Setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW status sebagai Rasulullah tidak dapat diganti oleh
siapapun (khatami al-anbiya wa al-mursalin), tetapi kedudukan beliau yang kedua sebagai
pimpinan kaum muslimin mesti segera ada gantinya. Orang itulah yang dinamakan
Khalifah artinya yang menggantikan Nabi menjadi kepala kaum muslimin (pimpinan
komunitas Islam) dalam memberikan petunjuk ke jalan yang benar dan melestarikan hukumhukum Agama Islam. Dialah yang menegakkan keadilan yang selalu berdiri diatas kebenaran.
Maka setelah Nabi Muhammad SAW wafat, pemuka-pemuka Islam segera bermusyawarah
untuk mencari pengganti Rasulullah SAW. Belum lagi Rasulullah dikebumikan , disebuah
tempat yang bernama Saqifah bani Saidah telah terjadi perselisihan pendapat antara
golongan Anshor dan golongan muhajirin ,tentang pengganti rasul dalam pemerintahan.
Ketika Rasulullah wafat, beliau tidak berpesan mengenai siapa yang jadi penggantinya kelak,
pada saat Nabi belum dimakamkan di antara umat Islam, ada yang mengusulkan untuk cepatcepat memikirkan pengganti Rasulullah. Itulah perselisishan pertama yang terjadi pasca
rasulullah wafat. Perselisihan tersebut berlanjut ke saqifah (suatu tempat dimadinah yang
biasa digunakan oleh kaum Anshar untuk membahas suatu masalah).
Aturan-aturan yang jelas tentang pengganti Rasulullah tidak ditemukan, yang ada
hanyalah sebuah mandat yang diterima Abu Bakar menjelang wafat rasulullah untuk menjadi
Imam. Sesuatu yang masih merupakan tanda tanya terhadap mendat tersebut. Adakah suatu
pertanda Rasulullah menunjuk Abu Bakar atau tidak. Berita perdebatan dua golongan ini
kemudian terdengar oleh sahabat-sahabat terkemuka seperti Abu Bakar, Umar Ibn Khattab
dan Utsman Ibn Affan yang sedang berada di rumah Rasulullah, sedang sahabat Ali sedang
sibuk mengurus jenazah Rasulullah.
Mendegar berita ini akhirnya sahabat Abu bakar dan Umar ibn Khattab sangat
terkejut, kemudian keduanya cepat-cepat mendatangi dimana kedua golongan tersebut yang
sedang berdebat, untuk itu mereka mendatangi Saqifah Bani Saidah. Dalam pertemuan
tersebut, golongan Khajraz telah sepakat mencalonkan Salad bin Ubaidah, sebagai pengganti
Rasulullah. Akan tetapi, suku Aus belum menjawab atas pandangan tersebut. Ketika
perdebatan diantara mereka, Abu bakar berpidato dihadapan mereka dengan mengemukakan
kelebihan-kelebihan Anshar dan Golongan Muhajirin, Abu Bakar Mengusulkan agar hadirin
memilih salah satu dari sahabat yaitu Umar Ibn Khattab dan Abu Ubaidah, namun keduanya
menolak, dan keduanya berkata, Demi Allah kami tidak akan menerima pekerjaan besar ini
3

selama engkau masih ada , hai Abu bakar...! Engkaulah Orang Muhajirin yang paling mulia,
Engkaulah satu-satunya orang yang menyertai Rasulullah di Gua ketika dikejar-kejar oleh
orang-orang Quraisy engkaulah satu-satu nya orang yang pernah Rasulullah untuk menjadi
Imam Shalat waktu Rasulullah Sakit. Untuk itu tengadahkanlah tanganmu wahai Abu Bakar,
kami hendak membaiatmu.
Pada awalnya Abu bakar sendiri merasa keberatan, kemudian Umar ibn Khattab
memegang tangan Abu bakar sebagai tanda pembaiatan dan diikuti oleh sahabat Abu
Ubaidillah, setelah kedua sahabat selesai maka diikuti oleh seluruh sahabat yang ada di
Saqifah bani Saidah itu baik kaum Muhajirin maupun Anshor. Kemudian Abu Bakar
berpidato; Wahai Manusia! saya telah diangkat untuk mengandalikan urusanmu padahal aku
bukanlah orang terbaik diantara kamu , maka jikalau aku menjalankan tugasku dengan baik
maka ikutilah aku, tetapi jika aku berbuat salah , maka luruskanlah! orang yang kamu
pandang kuat saya pandang lemah, sehingga aku dapat mengambil hak darinya, sedang orang
yang kau pandang lemah aku pandang kuat , sehingga aku dapat mengambalikan hak
kepadanya. Hendaklah kamu taat kepadaku selama aku Taat kepada Allah dan RasulNya,
tetapi bilamana aku tidak mentaati Allah dan rasulnya, kamu tidak perlu mentaatiku.
Dirikanlah shalat, semoga Allah merahmati kalian. Pidato yang diucapkan setelah
pengangkatannya menegaskan totalitas kepribadian dan komitmen Abu Bakar terhadap nilainilai Islam dan strategi menilai keberhasilan tertinggi bagi umat sepeninggal Nabi.
Setelah terjadi perdebatan sengit antara kaum Anshar dan kaum Muhajirin, akhirnya
terpilihlah sahabat Abu Bakar sebagai Khalifah, artinya pengganti Rasul SAW yang
kemudian disingkat menjadi Khalifah atau Amirul Muminin.
Keputusan Rasulullah SAW yang tidak menunjuk penggantinya sebelum beliau wafat
dan menyerahkan pada forum musyawarah para sahabat merupakan produk budaya Islam
yang mengajarkan bagaimana cara mengendalikan negara dan pemerintah secara bijaksana
dan demokratis. Terpilihnya Abu Bakar sebagai Khalifah yang pertama dalam ketatanegaraan
Islam merupakan salah satu refleksi dari konsep politik Islam.
Menurut Fachruddin, Abu Bakar terpilih untuk memimpim kaum Muslimin setelah
Rasulullah disebabkan beberapa hal:
1. Dekat dengan Rasulullah baik dari ilmunya maupun persahabatannya.

2. Sahabat yang sangat dipercaya oleh Rasulullah.


3. Dipercaya oleh rakyat, sehingga beliau mendapat gelar AsSiddiq, orang yang sangat
dipercaya.
4. Seorang yang dermawan.
5. Abu Bakar adalah sahabat yang diperintah Rasulullah SAW menjadi Imam Shalat
jamaah.
6. Abu Bakar adalah termasuk orang yang pertama memeluk Islam
B. Perang Riddah
Abu Bakar menjadi khalifah hanya dua tahun. Pada tahun 634 M ia meninggal dunia.
Masa sesingkat itu habis untuk menyelesaikan persoalan dalam negeri terutama tantangan
yang disebabkan oleh suku-suku bangsa Arab yang tidak mau tunduk lagi kepada pemerintah
Madinah sepeninggal Rasulullah SAW. Mereka menganggap bahwa perjanjian yang dibuat
dengan Nabi Muhammad SAW, dengan sendirinya batal setelah Nabi SAW wafat. Karena itu
mereka menentang Abu Bakar. Karena sikap keras kepala dan penentangan mereka yang
dapat membahayakan agama dan pemerintahan, Abu Bakar menyelesaikan persoalan ini
dengan apa yang disebut Perang Riddah (perang melawan kemurtadan). Khalid ibn Al-Walid
adalah panglima yang banyak berjasa dalam Perang Riddah ini.
Kekhalifahan Abu Bakar yang begitu singkat sangat disibukkan dengan peperangan.
Dalam pertempuran itu tidak hanya melawan musuh-musuh Islam dari luar, tetapi juga dari
dalam. Hal ini terjadi karena ada sekelompok orang yang memancangkan panji
pemberontakan terhadap negara Islam di Madinah dan meninggalkan Islam (murtad) setelah
Rasulullah wafat. Gerakan riddat (gerakan belot agama), bermula menjelang Nabi
Muhammad jatuh sakit. Ketika tersiar berita kematian Nabi Muhammad, maka gerakan belot
agama itu meluas di wilayah bagian tengah, wilayah bagian timur, wilayah bagian selatan
sampai ke Madinah Al-Munawarah serta Makkah Al-Mukaramah itu sudah berada dalam
keadaan terkepung. Kenyataan itu yang dihadapi Khalifah Abu Bakar.
Sebab-sebab terjadinya Riddah
1.

Kebodohan.

Kebodohan menjadi penyebab utama adanya gelombang pemurtadan, karena mereka


tidak dibentengi dengan ilmu. Oleh karena itu salah satu cara yang efektif untuk
mmengantisapi pemurtadan adalah dengan menyebarkan aqidah dan ilmu yag benar di
kalangan masyarakat. Syekh al-Bakri ad-Dimyathi (w 1310 H) berkata: Ketahuilah bahwa
banyak orang-orang awam yang mengucapkan kata-kata kufur tanpa mereka sadari, bahwa
sebenarnya hal itu adalah bentuk kekufuran.
2.

Kemiskinan.

Pemurtadan seringkali terjadi pada daerah-daerah miskin dan terkena bencana.


Banyak kaum Muslimin yang mengorbankan keyakinan mereka hanya untuk sesuap nasi dan
sebungkus supermi.
3.

Tidak adanya pemerintahan Islam

Hilangnya pemerintahan Islam yang menegakkan syariat Allah membuat musuhmusuh Islam leluasa melakukan pemurtadan dan penyesatan terhadap umat Islam. Begitu
juga umat Islam tidak akan berani main-main dengan agamanya.
4.

ozwul Fikri.

Munculnya pemikiran-pemikiran sesat seperti liberalisme, pluralisme dan sekulerisme


telah mendorong terjadi gelombang kemurtadan di kalangan kaum Muslimin, karena pahampaham tersebut mengajarkan bahwa semua agama sama, dan semua orang bebas melakukan
perbuatan apapun juga, tanpa takut dosa.
C. Persoalan Nabi Palsu
Pada awal pemerintahan Abu Bakkar, ia diuji dengan adanya ancaman yang datang
dari ummat Islam sendiri yang menentang kepemimpinannya. Di antara pertentangan
tersebut ialah timbulnya orang-orang yang murtad (kaum Riddah), orang-orang yang tidak
mau mengeluarkan zakat, orang-orang yang mengaku menjadi Nabi seperti Musailamah Al
Kazzab dari bani Hanifah di yamamah, Sajah dari bani Tamim, Al Aswad al Ansi dari yaman
dan Thulaihah ibn Khuwailid dari Bani Asad, serta beberapa pemberontakan dari beberapa
kabilah.
Api perlawanan dan pendurhakaan itu menjalar dengan cepat dari satu suku kepada
yang lain, sehingga hampir menggoyahkan sendi khilafah Islam yang masih muda itu.
6

Kekuasan khalifah ketika itu hanya meliputi Makkah, Madinah dan Taif saja. Sementara itu
banyak pula diantara orang Arab yang mendakwakan dirinya menjadi Nabi. Yang berbahaya
sekali adalah Musailamah al-Kazzab, yang mendakwakan kenabiannya bersama Nabi
Muhammad ketika beliau masih hidup. Dia mengatakan, bahwa Allah telah memberikan
pangkat nabi kepadanya bersama dengan Rasulullah. Oleh karena dia berbuat dusta itu, dia
mendapat gelar al-Kazzab yang artinya si pendusta. Pengikutnya banyak yang tersebar di
Yamamah. Ladi dari pada itu ada lagi beberapa nabi palsu, seperti Thulaihah bin Khuwailid,
Sjah Thamiyah seorang perempuan, yang kemudian kawin dengan Musailamah.
D. Menghadapi Golongan Murtad
Bersamaan dengan pengangkatan Abu Bakar, suku-suku Arab tidak mau lagi tunduk
dibawah kepemimpinan pusat di Madinah. Sesudah Nabi wafat, mereka berpendapat bahwa
kekuasaan Quraisy memimpin Arab telah usai. Adapaun sebabnya mereka berlaku demikian
ialah karena sebagian tidak percaya akan kematian Nabi, setelah nyata kebenaran
meninggalnya Nabi, sebagian ragu akan kebenaran Islam. Mereka menyangka bahwa kaum
Quraisy takkan bangun lagi sesudah pemimpinnya meninggal dunia. Mereka tidak akan
tunduk dibawah kekuasaan Quraisy atas nama agama. Apalagi sebagian besar bangsa Arab
ketika itu, barus saja memeluk agama Islam yang melarang mereka mengerjakan perbuatanperbuatan yang telah menjadi darah daging mereka selama ini, seperti minum tuak, berjudi
dan sebagainya.
Oleh karena itu beberapa suku Arab tidak mau takluk lagi dibawah kepemimpinan
Abu Bakar. Mereka enggan mengeluarkan zakat yang mereka pandang hanya sebagai upeti
yang harus diberikan kepada Nabi saja.
Dalam gerakan Aswad dan kawan-kawannya berusaha menguasai dan mempengaruhi
masyarakat Islam, dengan mengerahkan pasukan untuk masuk ke daerah-daerah. Akhirnya
pasukan riddat pun berhasil menyebar kedaerah-daerah, diantaranya: Bahrain, Oman Mahara
dan Hadramaut. Para panglima kaum riddat semakin gencar melaksanakan misinya. Akan
tetapi Khalifah Abu Bakar tidak tinggal diam, beliau berusaha untuk memadamkan dan
menumpas gerakan kaum riddat.
Setelah menyelesaikan urusan perang dalam negeri, barulah Abu Bakar mengririm
kekuatan ke luar Arabia. Khalid Ibn Walid dikirim ke Irak dan dapat menguasai Al-Hiyah di
tahun 634 M. Ke Syria dikirim ekspedisi dibawah pimpinan empat jendral yaitu Abu
7

Ubaidah, Amr Ibn Ash, Yazid Ibn Abi Sufyan, dan Syurahbil. Sebelumnya pasukan
dipimpin oleh Usamah yang masih berusia 18 tahun.
Untuk mengembalikan mereka pada ajaran Islam, Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq
membentuk sebelas pasukan dengan pemimpinnya masing-masing. Setiap pemimpin
pasukan mendapat tugas untuk mengembalikan keamanan dan stabilitas daerah yang
ditentukan. Abu Bakar menyampaikan wasiat kepada pasukan untuk tidak berkhianat, tidak
menipu, tidak melampaui batas, tidak mencincang musuh, tidak membunuh anak-anak atau
wanita atau orang lanjut usia, tidak memotong kambing atau unta kecuali untuk dimakan. Di
antara wasiat yang disampaikan Abu Bakar kepada mereka ialah; Jika kalian melewati suatu
kaum yang secara khusus melakukan ibadah di biara-biara, biarkanlah mereka dan apa yang
mereka sembah. Pasukan ini dibaginya menjadi sepuluh panji, masing-masing pemegang
panji diperintahkan untuk menuju ke suatu daerah. Adapun sebelas panglima dan tugasnya
adalah sebagai berikut :

Khalid bin Walid diperintahkan untuk memerangi Tulaihah bin Khuwailid yang

mengaku sebagai Nabi dan Malik bin Nuwairah yang memimpin pemberontakan dai alBattah, suatu daerah di Arab tengah. Dalam hal ini Khalid bin Walid yang diberi tugas untuk
menundukan Tulaiha, dalam perang Buzaka berhasil dengan cemerlang.

Ikrimah bin Abu Jahal diberi tugas untuk memerangi Musailamah al-Kazzab

seorang kepala suku yang mengaku sebagai nabi. Gerakan ini muncul di daerah bani Hanifah
yang terletak dipesisir timur Arab (Yamamah). Akan tetapi mereka gagal menundukan
Musailamah, kemudian Abu Bakar mengutus Khalid untuk melawan nabi palsu dari Yaman
itu. Dalam pertempuran itu Khalid dapat mengahacurkan pasukan Musailamah dan
membunuh dalam taman yang berdinding tinggi, sehingga taman disebut taman maut .

Syurahbil bin Hasanah mendapat tugas membantu Ikrimah, sebagai pasukan

cadangan. Jika tugasnya selesai, ia dan tentaranya diperintahkan langsung menuju pusat
wilayah Yamamah.

Muhajir bin Umayyah diutus untuk menundukkan sisa-sisa pengikut Aswad al-

Ansi (orang yang pertama mengaku sebagai nabi) di Yaman. Selanjutnya ia harus menuju
Hadramaut untuk menghadapi pemberontakan yang dipimpin Kais bin Maksyuh di Jazirah
Arab selatan.

Huzaifah bin Muhsin al-galfani diperintahkan untuk mengamankan daerah

Daba yang terletak diwilayah tenggara, dekat Oman sekarang, juga karena pemimpin mereka
mengaku Nabi.

Arfajah bin Harsamah ditugaskan untuk mengembalikan stabilitas daerah

Muhrah dan Oman yang terletak dipantai selatan Jazirah Arabia. Mereka membangkang
terhadap Islam dibawa pemimpinan Abu Bakar.

Suwaib bin Muqarin diperintahkan untuk mengamankan daerah Tihamah yang

terletak sepanjang pantai Laut Merah. Mereka juga membangkang terhadap pimpinan Abu
Bakar.

Al-Alla bin Hadrami mendapat tugas ke daerah kekuasaan kaum Riddah yang

yang murtad dari Islam.

Amru bin Ash ditugaskan ke wilayah suku Kudaah dan Wadiah yang terletak

di barat laut Jazirah Arabiyah. Mereka juga membelot terhadap kepemimpinan Islam.

Khalid bin Said mendapat tugas menghadapi suku-suku besar bangsa Arab

yang ada diwilayah tengah bagian utara sampai perbatasan Suriah dan Irak yang juga
menunjukkan pembangkangan terhadap Islam.

Maan bin Hijaz mendapat tugas untuk menghadapi kaum Riddah yang berasal

dari suku Salim dan Hawazin di daerah Tarif yang membangkan terhadap kepemimpinan
Islam.
Sementara itu, Abu Bakar sendiri telah siap berangkat memimpin satu pasukan ke
Dzil Qishshah, tetapi Ali Rodhiyallahu anhu berkeras untuk mencegah seraya berkata,
Wahai Khalifah Rasulullah, kuingatkan kepadamu apa yang pernah dikatakan oleh
Rasulullah SAW pada Perang Uhud, Sarungkanlah pedangmu dan senangkanlah kami
dengan dirimu. Demi Allah, jika kaum Muslimin mengalami musibah karena kematianmu,
niscaya mereka tidak akan memiliki eksistensi sepeninggalanmu.
Abu Bakar kemudian kembali dan menyerahkan panji tersebut kepada yang lain.
Allah memberikan dukungan kepada kaum Muslimin dalam pertempuran ini sehingga
berhasil menumpas kemurtadan, memantapkan Islam di segenap penjuru Jazirah, dan
memaksa semua kabilah untuk membayar zakat.

Pada ini kondisi sosial mayarakat menjadi stabil dan dapat mengamankan tanah Arab
dari pembangkang dan penyelewengan seperti orang murtad, para nabi palsu dan orangorang yang enggan membayar zakat.
Selain itu keadaan kaum muslimin menjadi tenteram, tidak khawatir lagi beribadah
kepada Allah. Perkembangan dagang dan hubungan bersama kaum muslim yang berada di
luar Madinah keadaannya terkendali dan terjalin dengan baik. Selain itu juga kemajuan yang
dicapai adalah : Pembukuan Al-Quran
E. Pengumpulan Al-Quran
Khalifah Abu Bakar dalam masa yang singkat telah berhasil memadamkan kerusuhan
oleh kaum riddat (pemberontak) yang demikian luasnya dan memulihkan kembali ketertiban
dan keamanan diseluruh semenanjung Arabia. Disamping itu, Jasa beliau yang amat besar
bagi kepentingan agama Islam adalah beliau memerintahkan mengumpulkan naskah- naskah
setiap ayat-ayat Al-Quran dari simpanan Al-Kuttab, yakni para penulis (sekretaris) yang
pernah ditunjuk oleh Nabi Muhammad SAW pada masa hidupnya, dan menyimpan
keseluruhan naskah di rumah janda Nabi SAW, yakni Siti Hafshah. Pengumpulan ayat-ayat
Al-Quran tersebut dalah usulan dari Umar bin Khatab. Usulan tersebut berdasar alasan:
1. Para penghafal wahyu banyak yang gugur syahid di medan pertempuran.
Dalam memerangi 3 kaum penyeleweng, yaitu: Kaum murtad, Nabi-nabi palsu,
Orang-orang yang tidak mau membayar zakat. Selama peperangan Riddah, banyak dari
penghafal Al-Quran yang tewas. Dalam peperangan ini tujuh puluh qari (penghafal AlQuran) dari para sahabat gugur. Umar bin Khatab ra. merasa sangat kuatir melihat kenyataan
ini, lalu ia menghadap Abu Bakar ra. dan mengajukan usul kepadanya agar mengumpulkan
dan membukukan Al-Quran karena dikhawatirkan akan musnah. Karena orang-orang ini
merupakan penghafal bagian-bagian Al-Quran.
Di segi lain Umar merasa khawatir juga kalau-kalau peperangan di tempat-tempat lain
akan membunuh banyak qari pula, sehingga Al-Quran akan hilang dan musnah, awalnya
Abu Bakar ra. menolak usulan itu dan berkeberatan melakukan apa yang tidak pernah
dilakukan oleh Rasulullah. Tetapi Umar ra. tetap membujuknya, sehingga Allah membukakan
hati Abu Bakar ra. untuk menerima usulan tersebut, kemudian Abu Bakar ra. memerintahkan
Zaid bin Sabit ra, mengingat kedudukannya dalam masalah qiraat, kemampuan dalam
masalah penulisan, pemahaman dan kecerdasannya, serta kehadirannya pada pembacaan
10

yang terakhir kali. Abu Bakar ra. menceritakan kepadanya kekhawatiran dan usulan Umar.
Pada mulanya Zaid ra. menolak seperti halnya Abu Bakar ra. sebelum itu. Keduanya lalu
bertukar pendapat, sampai akhirnya Zaid ra. dapat menerima dengan lapang dada perintah
penulisan Al-Quran itu.
Zaid ra. melalui tugasnya yang berat ini dengan bersandar pada hafalan yang ada
dalam hati para qari dan catatan yang ada pada para penulis. Kemudian lembaran-lembaran
(kumpulan) itu disimpan di tangan Abu Bakar ra. Zaid ra. berkata,Abu Bakar ra.
memanggilku untuk menyampaikan berita mengenai korban perang Yamamah. Ternyata
Umar sudah ada disana. Abu Bakar berkata: Umar telah datang kepadaku dan mengatakan
bahwa perang yamamah telah menelan banyak korban dari kalangan penghafal Al-Quran
dan ia khawatir kalau-kalau terbunuhnya para penghafal Al-Quran itu juga akan terjadi di
tempat-tempat lain, sehingga sebagain besar Al-Quran akan musnah. Ia menganjurkan agar
aku memerintahkan seseorang untuk mengumpulkan Al-Quran. Maka aku katakan
kepadanya,Bagaimana mungkin kita akan melakukan sesuatu yang tidak pernah dilakukan
oleh Rasulullah?. Tetapi Umar menjawab dan bersumpah,Demi Allah, perbuatan tersebut
baik. Ia terus menerus membujukku sehingga Allah membukakan hatiku untuk menerima
usulannya, dan akhirnya aku sependapat dengan Umar.
Zaid ra. berkata lagi,Abu Bakar berkata kepadaku, Engkau seorang pemuda yang
cerdas dan kami tidak meragukan kemampuanmu. Engkau telah menuliskan wahyu untuk
Rasulullah. Oleh karena itu carilah Al-Quran dan kumpulkanlah.
Demi Allah, Kata Zaid lebih lanjut, Sekiranya mereka memintaku untuk
memindahkan gunung, rasanya tidak lebih berat bagiku dari pada perintah mengumpulkan
Al-Quran. Karena itu aku menjawab,Mengapa anda berdua ingin melakukan sesuatu yang
tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah?.
Abu Bakar menjawab,Demi Allah itu baik. Abu Bakar tetap membujukku sehingga
Allah membukakan hatiku sebagaimana ia telah membukakan hati Abu Bakar ra. dan Umar
ra. Maka aku pun mulai mencari Al-Quran. Kukumpulkan ia dari pelepah kurma, dari
keping-kepingan batu dan dari hafalan para penghafal, sampai akhirnya aku mendapatkan
akhir surah At-Taubah berada pada Abu Huzaimah Al-Anshari, yang tidak kudapatkan pada
orang lain, yang berbunyi Sesungguhya telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu
sendiri hingga akhir surah.

11

Lembaran-lembaran (hasil kerjaku) tersebut kemudian disimpan ditangan Abu Bakar


ra. hingga wafatnya. Sesudah itu berpindah ke tangan Umar ra. sewaktu masih hidup dan
selanjutnya berada di tangan Hafsah binti Umar ra.
Zaid bin Sabit ra. bertindak sangat teliti dan hati-hati. Ia tidak mencukupkan pada
hafalan semata tanpa disertai dengan tulisan. Kata-kata Zaid dalam keterangan di atas, Dan
aku dapatkan akhir surah At-Taubah pada Abu Khuzaimah Al-Anshari yang tidak aku
dapatkan pada orang lain, tidaklah menghilangkan arti keberhati-hatian tersebut dan tidak
pula berari bahwa akhir surah At-Taubah itu tidak mutawatir. Tetapi yang dimaksud ialah
bahwa ia tidak mendapat akhir surah Taubah tersebut dalam keadaan tertulis selain pada Abu
Khuzaimah. Sedangkan Zaid sendiri hafal dan demikian pula banyak diantara para sahabat
yang menghafalnya.
Perkataan itu lahir karena Zaid berpegang pada hafalan dan tulisan, jadi akhir surah
Taubah itu telah dihafal oleh banyak sahabat. Dan mereka menyaksikan ayat tersebut dicatat.
Tetapi catatannya hanya terdapat pada Abu Khuzaimah al-Ansari.
Ibn Abu Daud meriwayatkan melalui Yahya bin Abdurrahman bin Hatib, yang
mengatakan,Umar datang lalu berkata,Barang siapa menerima dari Rasulullah SAW
sesuatu dari Al-Quran, hendaklah ia menyampaikannya.
Mereka menuliskan Al-Quran itu pada lembaran kertas, papan kayu dan pelepah
kurma. Dan Zaid ra. tidak mau menerima dari seseorang sebelum disaksikan oleh dua orang
saksi. Ini menunjukkan bahwa Zaid ra. tidak merasa puas hanya dengan adanya tulisan
semata sebelum tulisan itu disaksikan oleh orang yang menerimanya secara pendengaran
langsung dari Rasulullah SAW, sekalipun Zaid ra. sendiri hafal. Beliau bersikap demikian ini
karena sangat berhati-hati.
Dan diriwayatkan pula oleh Ibn Abu Daud melalui Hisyam bin Urwah, dari ayahnya,
bahwa Abu Bakar berkata pada Umar dan Zaid, Duduklah kamu berdua di pintu masjid. Bila
ada yang datang kepadamu membawa dua orang saksi atas sesuatu dari kitab Allah, maka
tulislah.
Para perawi hadis ini orang-orang terpercaya, sekalipun hadits tersebut munqati,
(terputus). Ibn Hajar mengatakan, Yang dimaksudkan dengan dua orang saksi adalah hafalan
dan catatan.

12

As-Sakhawi menyebutkan dalam kitab Jamalul Qurra, yang dimaksdukan ialah kedua
saksi itu menyaksikan bahwa catatan itu ditulis dihadapan Rasulullah. Atau dua orang saksi
itu menyaksikan bahwa catatan tadi sesuai dengan salah satu cara yang dengan itu Al-Quran
diturunkan.
Abu Syamah berkata,Maksud mereka adalah agar Zaid tidak menuliskan Al-Quran
kecuali diambil dari sumber asli yang dicatat dihadapan Nabi, bukan semata-mata dari
hafalan. Oleh sebab itu Zaid berkata tentang akhir surah At-Taubah,Aku tidak
mendapatkannya pada orang lain, sebab ia tidak menganggap cukup hanya didasarkan pada
hafalan tanpa adanya catatan.
Kita sudah mengetahui bahwa Quran sudah tercatat sebelum masa itu, yaitu pada
masa Nabi. Tetapi masih berserakan pada kulit-kulit, tulang dan pelepah kurma. Kemudian
Abu Bakar memerintahkan agar catatan-catatan tersebut dikumpulkan dalam satu mushaf,
dengan ayat-ayat dan surah-surah yang tersusun serta dituliskan dengan sangat berhati-hati
dan mencakup tujuh huruf yang dengan itu Quran diturunkan. Dengan demikian Abu Bakar
adalah orang pertama yang mengumpulkan Al-Quran dalam satu mushaf dengan cara seperti
ini, disamping terdapat pula mushaf-mushaf pribadi pada sebagian sahabat, seperti mushaf
Ali ra, Ubai dan Ibn Masud ra. Tetapi mushaf-mushaf itu tidak ditulis dengan cara-cara
diatas dan tidak pula dikerjakan dengan penuh ketelitian dan kecermatan. Juga tidak
dihimpun secara tertib yang hanya memuat ayat-ayat yang bacaannya tidak dimansuk dan
secara ijma sebagaimana mushaf Abu Bakar.
Keistimewaan-keistimewaan ini hanya ada pada himpunan Al-Quran yang dikerjakan
Abu Bakar. Para ulama berpendapat bahwa penamaan Al-Quran dengan mushaf itu baru
muncul sejak saat itu, yaitu saat Abu Bakar mengumpulkan Al-Quran. Ali ra. berkata,Orang
yang paling besar pahalanya dalam hal mushaf ialah Abu Bakar ra. Semoga Allah
melimpahkan rahmat-Nya kepada Abu Bakar ra. Dialah orang yang pertama mengumpulkan
kitab Allah.
2. Sarana penulisan wahyu berupa daun-daun, kayu-kayu dan tulang-tulang adalah
benda-benda yang mudah rusak. Kalau kedua hal tersebut habis dan lenyap akan
membahayakan kemurnian wahyu.

13

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian sejarah singkat tentang Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq ada beberapa
Ibrah yang dapat diambil. Peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa Khalifah Abu Bakar
Rodhiyallahu anhu tersebut menunjukkan sejumlah hal dan prinsip, di antaranya :
1.

Pengangkatan Khilafah Abu Bakar Radhiyallahu anhu berlangsung melalui syura.

Semua Ahlul Halli wal-Aqdi dari kalangan sahabat termasuk di dalamnya Ali Radhiyallahu
anhu ikut serta dalam pengambilan keputusan ini. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada satu
pun nash al-Quran atau Sunnah yang menegaskan hak khalifah kepada seseorang
sepeninggal Rasulullah Saw. Seandainya ada nash yang menegaskannya, niscaya tidak akan
ada syura untuk menentukannya dan para sahabat tidak akan berani melangkahi apa yang
ditegaskan oleh nash tersebut.
2.

Perbedaan pendapat yang terjadi di Saqifah bani Saidah antar para tokoh sahabat,

dalam rangka memusyawarahkan pemilihan khalifah, merupakan hal lumrah yang menjadi
tuntutan pembahasan suatu permasalahan. Hal ini bahkan menjadi bukti nyata atas
perlindungan Pembuat syariat (Allah) terhadap beraneka pendapat dan pandangan dari segala
bentuk pelarangan dan pembatasan, selama menyangkut masalah yang tidak dinyatakan
secara tegas dan gamblang oleh nash. Jalan untuk mencapai kebenaran tentang setiap masalah
yang didiamkan oleh Pembuat syariat ialah dengan mengemukakan berbagai pandangan dan
membahas semuanya dengan objektif, bebas, dan jujur. Musibah yang dihadapi kaum
Muslimin saat itu sangat besar dan persoalannya pun sangat pelik. Seandainya para sahabat
tidak menemukan satu pilihan (calon tunggal) yang ditawarkan untuk divoting kemudian
disepakati, niscaya hal tersebut merupakan syura palsu dan kesepakatan yang dipaksakan dari
luar.
3.

Nasihat Ali Radhiyallahu anhu kepada Abu Bakar Radhiyallahu anhu agar tidak ikut

terjun memerangi kaum murtad. Ali mengkhawatirkan kaum Muslimin jika beliau terbunuh.
Hal ini menjadi bukti nyata atas kecintaan Ali Radhiyallahu anhu yang sangat mendalam
terhadap Abu Bakar. Merupakan bukti nyata pula bahwa Ali telah sepenuhnya menerima
Khalifah Abu Bakar dan kelayakannya untuk memimpin kaum Muslimin.
14

4.

Setiap Muslim yang merenungkan sikap yang diambil oleh Abu Bakar Radhiyallahu

anhu terhadap kabilah-kabilah yang murtad dan tekad yang begitu kuat untuk memerangi
kabilah-kabilah tersebut sehingga berhasil meyakinkan semua sahabat yang pada mulanya
tidak bersedia melakukannya, niscaya akan meyakini adanya hikmah Allah yang telah
mengangkat orang yang sesuai dan untuk menghadapi tugas yang sesuai pula. Siapa pun di
antara kita hampir tidak dapat membayangkan bahwa di kalangan sahabat ada orang yang
lebih patut dari Abu Bakar untuk menghentikan badai (kemurtadan) tersebut dan
mengembalikannya ke pangkuan Islam.
5.

Para ahli sejarah menyebutkan bahwa pengumpulan Al-Quran ini termasuk salah satu

jasa besar dari khalifah Abu Bakar. Selama peperangan Riddah, banyak dari penghafal AlQuran yang tewas. Karena orang-orang ini merupakan penghafal bagian-bagian Al-Quran,
Umar cemas jika bertambah lagi angka kematian itu, yang berarti beberapa bagian lagi dari
Al-Quran akan musnah. Karena itu, menasehati Abu Bakar untuk membuat suatu
kumpulan Al-Quran kemudian ia memberikan persetujuan dan menugaskan Zaid ibn
Tsabit karena beliau paling bagus Hafalannya.
B.

Saran
Dari makalah kami yang singkat ini mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi kita

semua umumnya kami pribadi. Yang baik datangnya dari Allah. Dan kami sedar bahwa
makalah kami ini jauh dari kata sempurna, masih banyak kesalahan dari berbagai sisi, jadi
kami harafkan saran dan kritik nya yang bersifat membangun, untuk perbaikan makalahmakalah selanjutnya.

15

Anda mungkin juga menyukai