Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam adalah suatu agama yang sangat menekankan agar orang
menginfakkan harta kekayaannya di jalan yang baik, dan mencela tabiat kikir
yang tidak mau mengulurkan tangan membantu orang lain. Oleh karena itu
islam sangat menghendaki agar para pemeluknya bersikap murah hati dan
dermawan. Dalam hal itu islam menganjurkan supaya sesama kaum muslimin
berlomba-lomba mengejar kebajikan, dan menjadikannya sebagai kegiatan
utama dalam kehidupan sehari-hari.
Setiap muslim wajib untuk hidup ekonomis dan membatasi kepentingan
sendiri untuk kepentingan orang lain. Ia harus rela dan ikhlas orang lain turut
menikmati karunia Allah SWT yang dilimpahkan kepadanya.
Seorang hamba, pada hakekatnya tidak pernah lepas dari pengawasan
Allah. Hal itu merupakan salah satu bentuk kasih sayang Allah kepada
umatnya. Kemudian sebagai seorang hamba, hendaknya kita harus tahu
bahwa cara Allah mengasihi hamba-hambaNYA. Tidak selalu diberikan
kenikmatan sebagai wujudnya, tetapi cobaan juga merupakan bentuk kasih
sayang Allah kepada umatnya. Sehingga, selayaknya kita bisa mensyukuri
apabila mendapat nikmat dan bersabar ketika mendapat ujian.
Sebagai wujud kecintaan seorang hamba kapada Allah, banyak hal yang
bisa dilakukan. Beberapa diantaranya hendaklah selalu berbuat baik dan
bersabar menghadapi kehidupan. Memanfaatkan semua anugrah Allah juga
merupakan salah satu mencapai itu. Seorang hamba juga harus senantiasa
ridho dengan keputusan Allah dan menerimanya dengan ikhlas. Hal ini akan
semakin mendekatkan diri kepada-Nya di kala kita sedang mendapat
kenikmatan ataupun dalam keadaan susah.
Begitu pula terhadap Rasulullah SAW. Sebagai seorang umat yang
mengharapkan syafaatnya, sudah sepantasnya kita selalu memupuk rasa cinta
kita kepadanya. Banyak cara mencapai itu semua. Dengasn mengamalkan
ajaran-ajaran Rasulullah SAW dan juga senantiasa bershalawat akan

1
membantu wujudkan hal itu. Selainnnya, masih banyak lagi. Dalam makalah
ini akan disampaikan sedikit penjabaran tentang cinta kepada Allah dan
Rasul-Nya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dermawan?
2. Bagaimana bunyi hadist tentang dermawan?
3. Bagaimana bunyi Al-Qur’an tentang berperilaku dermawan?
4. Apa hadits tentang cinta kepada Allah dan Rasulnya?

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Dermawan
Sifat dermawan adalah sifat yang harus ditanamkan dalam diri setiap
muslim. Menurut kamus bahasa indonesia, dermawan diartikan sebagai
pemurah hati atau orang yang suka berderma (beramal dan bersedekah)1.
Menurut istilah dermawan bisa diartikan memberikan sebagian harta yang
dimilikinya untuk kepentingan orang lain yang membutuhkan dengan senang
hati tanpa keterpaksaan. Orang yang dermawan adalah orang yang senang
jika bisa membantu orang lain yang sedang ditimpa kesusahan. Dengan
memiliki sifat yang dermawan maka hidupnya akan lebih bahagia karena
dengan kedermawanannya maka akan melapangkan dadanya. Secara sosial
orang yang dermawan akan disenangi banyak orang, sehingga orang pun
tidak enggan untuk bergaul dengannya. Sedangkan kebalikannya adalah sifat
tamak. Orang yang tamak hidupnya selalu tidak tenang.2

B. Hadist Tentang Dermawan


Dari Abu Hurairah r.a. beliau berkata. Rasulullah SAW bersabda: Tidak
ada suatu hari pun yang dilewati oleh hamba-hamba Allah pada setiap
paginya melainkan dua Malaikat turun, lalu salah satu dari keduanya berdo’a:
Ya Allah berikanlah kepada orang yang suka berinfaq pengganti hartanya itu.
Dan yang satu lagi berdo’a: Ya Allah berikanlah kepada orang yang suka
menahan hartanya ( orang kikir ) itu kemusnahan.( Mutaffaq ‘alaih)3

Orang-orang yang menginfakkan hartanya baik dalam keadaan senang


ataupun susah senantiasa memperoleh perhatian Allah SWT. Para malaikat
berdo’a memohon tambahan rezeki bagi mereka yang mau menafkahkan
hartanya. Sedangkan orang yang menimbun kekayaan selalu membayang-
bayangkan kehilangan hartanya. Padahal harta benda kelak tidak akan dibawa
mati. Oleh karena itu tidak mengherankan bila para malaikat berdo’a seperti

1
Poerwadarminta. 1984. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Jakarta:Balai Pustaka.
Halaman 245.
2
http://www.alislam-safa.com/prinsip-kedermawanan/ 17 Oktober 2011 pukul 07.14.
3
Muhammad, Abubakar. 1995. Hadits Tarbiyah. Surabaya:Al-Ikhlas. Halaman 280.

3
itu4. Allah pun juga sudah berjanji apabila seseorang
berdermawan/bersedekah, maka Allah SWT akan menggantinya, seperti
firman Allah yang tercantum dalam Al-Qur’an :
     …
    
 
Artinya: “Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan
menggantinya dan Dia-lah pemberi rezeki yang sebaik-baiknya”
(Q.S Saba’ : 39)5
Jadi, barang siapa yang mau berderma, maka Allah akan menggantinya.
Dalam ayat lain juga dijelaskan bahwa perumpamaan orang yang
membelanjakan hartanya di jalan Allah seperti sebuah biji yang tumbuh
menjadi pohon yang bercabang tujuh dan pada masing-masing cabang atau
tangkainya itu tumbuh seratus biji. Dengan kata lain harta yang dibelanjakan
di jalan Allah akan dilipatgandakan sampai tujuh ratus kali, bahkan sampai
tak terhingga jika Allah menghendaki.
Hadits lain yang menerangkan bahwa Allah SWT akan mengganti apa
yang dia berikan kepada seorang muslim adalah sebagai berikut.
Dari Ibnu Umar r.a. berkata: bahwa Rasulullah SAW bersabda
sedangkan dia berada di atas mimbar dan menyebut sedekah dan meminta-
minta, maka Nabi bersabda: Tangan yang di atas lebih baik daripada tangan
yang di bawah, tangan yang di atas itu yang memberi dan tangan yang di
bawah itu yang meminta. (H.R Bukhari Muslim).6

Sabda Nabi di atas secara mudah dapat di pahami bahwa orang yang
memberikan suatu manfaat bagi orang lain lebih utama daripada orang yang
menerima manfaat dari orang lain. Di dalam kaidah ushuliah dikatakan bahwa
kebajikan yang bersifat sosial itu lebih utama daripada kebajikan yang
bersifat individual. Sangatlah jelas orang yang dermawan merupakan
kebajikan yang bersifat sosial, sehingga dalam kehidupan bermasyarakat akan

4
Laila, Abu. 1995. Akhlak Seorang Muslim. Bandung:PT Al-Ma’arif. Halaman 235.
5
Al-Qur’an dan Terjemahnya. Al-Jumanatul ‘Ali. Q.S. Saba’ ayat 39.
6
Juwariyah. 2010. Hadis Tarbawi. Yogyakarta:Teras. Halaman 86

4
damai, bahagia, dan harta yang disedekahkan akan mendapat ganti yang
berlipat ganda dari-Nya.7
Bersedekah atau berderma mendapatkan posisi yang tinggi di dalam Al-
Qur’an, yaitu surat Al-Baqarah ayat 177 :
    
  
 
   
 


 
   
 
 
 
  
 
 
  
  
 
  
 
   
 
Artinya: “Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu
suatu kebajikan, akan tetapi Sesungguhnya kebajikan itu ialah
beriman kepada Allah, hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-
kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada
kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang
memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta;
dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan
menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya
apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam
kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. mereka Itulah
orang-orang yang benar (imannya); dan mereka Itulah orang-
orang yang bertakwa.”8

7
Ibid. Halaman 86
8
Al-Qur’an dan Terjemahnya. Al-Jumanatul ‘Ali. Surat Al-Baqarah ayat 177.

5
Ayat di atas membuktikan bahwa bersedekah atau berderma mendapat
posisi tinggi dalam ajaran islam. Setelah beriman kepada Allah SWT dan
seterusnya, selanjutnya adalah memberikan harta yang dicintainya, baru di
seru untuk melaksanakan shalat. Dan itulah orang-orang yang benar dan
bertaqwa.

C. Keutamaan Dermawan
1. Menyelamatkan seseorang dari kekufuran
Sifat dermawan dapat menghindarkan seseorang dari kekufuran,
karena dengan sifat dermawan akan melatih seseorang untuk tidak kufur
nikmat atau dapat dikatakan sombong dengan apa yang telah ia miliki. Ia
akan selalu berfikir dan bersyukur dengan apa yang ia miliki semua adalah
pemberian dari Allah SWT dan didalam sebagian hartanya ada hak-hak
orang lain yang haris diberikan. Ketika kedermawanan itu kita wujudkan
dalam bentuk uluran tangan mengentaskan saudara-saudara kita dari
kemiskinan, sebagaimana pernah dikhawatirkan oleh Baginda Rasulullah
Muhammad SAW bahwa “Kemiskinan lebih dekat dengan kekufuran”.9
2. Akan diberi kemudahan dari segala persoalan hidup yang dihadapinya
3. Membersihkan dan mensucikan
4. Dapat mencegah murka Allah

D. Q.S Al-Baqarah ayat 261-264 dan Terjemahan


  
   
  
   
   
  

9
http://c0c0latez.wordpress.com/2009/06/03/keutamaan-sifat-dermawan/

6
   
  
  
    
   
    
  
   
   
  
   
   
 
  
 
  
  
  
  
  
  
    
  
    
 
 
Artinya: “perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang
menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan
sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir
seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang
Dia kehendaki. dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha
mengetahui. (261)
orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah,
kemudian mereka tidak mengiringi apa yang dinafkahkannya itu
dengan menyebut-nyebut pemberiannya dan dengan tidak
menyakiti (perasaan si penerima), mereka memperoleh pahala di
sisi Tuhan mereka. tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan
tidak (pula) mereka bersedih hati. (262)
Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah
yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si
penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun. (263)
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan
(pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti

7
(perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan
hartanya karena riya kepada manusia dan Dia tidak beriman
kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu
seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu
ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah Dia bersih (tidak bertanah).
mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka
usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang
yang kafir. (264). (Q.S Al-Baqarah: 261-264)

E. Mufradad dan Asbabun Nuzul Q.S Al-Baqarah ayat 261-264


Melalui surah Albaqarah ayat 261-264 tersebut diatas, Allah mengajak
umat manusia khususnya orang yang beriman agar berlaku dermawan.
Kemudian Allah juga menjelaskan keutamaan berinfaq dan menjelaskan tata
cara berinfak yang diridhaiNya.
Pada ayat 261 mengibaratkan orang yang menafkahkan harta dijalan
Allah seperti orang yang menanam satu bijji ditanah yang subur, lalu benih
tersebut tumbuh menjadi satu butir, kemudian setiap butirnya tumbuh
kembali seraatus biji. Ini artinya orang yang mengeluarkan infak akan dibalas
kebaikan berlipat tujuh ratus dari satu kebaikan yang pernah ia lakukan.
Melalui ayat tersebut, Allah memberikan pendidikan kepada manusia
agar bermurah hati, bermurah tangan, terutama terutama dalam menegakkan
kalimat Allah. Menegakn "Sabilillah" tercakup didalamnya membantu para
da'i dalam menyiarkan agama (islam), membangun masjid dan musallah,
panti asuhan, meringankan beban fakit miskin, yatim piatu yang terlantar,
atau untuk kemaslahatan umum.
Allah memerintahkan kepada kaum muslimin khususnya supaya
menginfakkan sebagian kekayaan dan reskinya yang dikaruniakan Allah,
dengan menjanjikan keuntungan yang berlipat ganda di hari akhirat nanti.
Mengorbankan sebagian harta adalah hal yang sangat berat, hanya orang-
orang yang beriman yang bisa menginsafi hal itu, sebaliknya bagi mereka
yang memetingkan dirinya sendiri sulit rasanya melepaskan hartanya itu
karena mereka tidak melihat imbalan yang akan diperolehnya di akhirat, yang
terlihat hanyalah menumpukkan harta sebanyak-banyaknya dan
menikmatinya untuk dirinya an keluarganya sendiri.

8
Lanjutan ayat berikutnya Allah mengatakan :"Allah akan
melipatgandakan pahala siapa yang dikendaki". Artinya sesudah tujuh ratus
lipat itu diberikan , masih bisa dilipat gandakan lagi. Allah memberikan
tambahan dengan tambahan yang tak terhingga. Sungguh Allah mempunyai
kemurahan yang tak terbatas. Pemberian-Nya tidak bisa dihitung atau dibatasi
dan pahala yang begitu besar hanya diberikan kepada orang-orang yang
menginfakkan hartanya dijalan Allah untuk meninggikan kalimatul haq dan
pemberian itu didasari dengan keikhlasan.
Pada ayat 263 diterangkan adab sopan santun dalam membelanjakan
harta dijalan Allah yakni jangan mengungkit-ungkit harta yang telah
diinfakkan karena orang yang seperti itu pemberiannya tidak atau gugur
pahalanya. Misalnya orang yang kerap kali membiayai/membangun mesjid
kemudian dibelakangnya ia selalu menyebut-nyebut pemberiannya itu
kepada orang lain. Sikap seperti itu biasa diartikan membangkit-bangkit
pemberian . Dan ini dapat menjadi "riya". Kemudian Allah juga melarang
menyakiti di dalam memberi. Misalnya ucapan: "Kenapa kerja kamu hanya
meminta-minta saja, apa tidak ada pekerjaan lainnya?" Ucapan seperti ini
dilarang Allah. Kalau hendak memberi, berilah, kalau tidak, maka tidak perlu
mengucapkan kata-kata seperti itu. Ucapkanlah nasehat dan petunjuk yang
baik dengan ungkapan yang lemah lembut dan sopan.
Seseorang yang menginfakkan hartanya, lalu disertakannya perkataan
yang membangkit -bangkit dan menyakitkan, maka ia termasuk orang-orang
yang membelanjakan hartanya di jalan Allah,. Demikian keterangan yang
ditulis dalam tafsir Al-Manar.
Dengan demikian seseorang yang membelanjakan hartanya walaupun di
jalan Allah, kemudian membangki-bangkit pemberian itu atau menyakiti
orang yang diberinya, maka pemberian itu tidak akan mendapatkan pahala
dan tidak memberi manfaat kepadanya di akhirat kelak.
Jadi orang yang memberi atass dasar riya dan diirinrima gi dengan kata-
kata yang menyakitkan, ini menjadi ciri bahwa pemberiannya tidak akan
diterima Allah. Kemudian pada bagian akhir ayat 262, Allah menjelaskan

9
pemberian jaminan yang amat mulia kepada orang yang dermawan. Yakni ia
tidak akan ditimpa perasaan takut dan tidak pula ada perasaan duka cita. Dia
tidak akan merasa takut bahwa hartanya akan berkurang karena memberi.
Hatinya lapang, dan pikirannya terbuka luas. Dia yakin akan janji Allah,
bahwa dengan harta yang dikeluarkan untuk "sabilillah" ia akan mendapat
pahala yang berlipat dari Allah SWT. di akhirat kelak. Namun demikian,
pemberian itu harus disesuaikan dengan kemampuan yang ada.
Berikut pada ayat 263 Allah menerangkan tentang bagaimana
seharusnya seseorang dalam berinfak, sehingga tidak sia-sia. Perlakuan yang
baik dan tutur sapa yang halus terhadap orang yang meminta bantuan adalah
lebih baik dibanding berinfak tapi dengan perlakuan yang menyakiti dan
ucapan yang kasar. Perilaku seperti di atas, walaupun ia tidak memberi apa-
apa kepada si peminta, karena tidak mampu memberi, berarti ia telah
menyenangkan hati seseorang.
Karena mendapat perlakuan yang baik, maka perasaan rendah diri si
peminta-minta atau orang-orang yang meminta pertolongan dapat dihindari.
Jadi apabila seseorang memiliki sesuatu, maka ia harus memberi dan
berupaya menyambut si peminta dengan hati yang tulus, tutur sapa yang
lembut, atau memberi semangat kepda orang (si peminta). Terkadang si
peminta tidak mau diketahui orang lain. Dalam hal ini orang yang diminta
pertolongan tadi hendaknya menutupi kerahasiaannya.
Kemudian pada ayat 264, Allah mengarahkan perhatian-Nya kepada
orang yang beriman, mengulangi kembali larangan-Nya dengan keras agar
tidak membatalkan amal kebijakannya dengan mengungkit-ungkitnya dan
menyakiti. Mengungkit-ungkit kebijakan yang telah dikerjakan dan menyakiti
hati orang yang disedekahi dapat menghilangkan hikmah yang yang
dimaksud dari amal sedekah, bahkan dapat melenyapkan pahalanya. Dan itu
termasuk perbuatan tercela.
Tujuan dari sedekah ialah meringankan penderitaan orang-orang miskin
dan meringankan beban kesulitannya, juga memberi semangat kepada orang-
orang yang mengabdi kepada umat serta membantu kepentingan umat

10
(kemaslahatan umat). Memberi yang diiringi dengan mengungit-ungkt dan
menyaiti hati si peminta termasuk perbuatan yang tercela . Orang yang
mencampuradukkan antara sedekah dengan perbuatan tersebut di atas, maka
sama saja dengan menginfakkan hartanya engan tujuan pamer atau riya, agar
dapat dilihat dan dipuji orang lain. Orang yang berbuat riya berarti bukan
mencari rdha Allah. Riya bukan sikap orang yang beriman kepada Allah dan
hari kiamat.
Allah mengibaratkan orang yang berinfak tapi mengungkit-ungkit
pemberiannya, menyakiti hati si peminta serta berbuat riya seperti debu yang
menempel di atas permukaan batu yang licin, kemudian tersiram air hujan
yang lebat, maka debu itupun lenyap dari permukaannya, yang tinggal
hanyalah batu yang bersih dan licin, tak ada debu yang sedikitpun yang
membekas. Ini berarti bahwa pemberiannya tidak ada pengaruhnya sedikit-
pun. Mereka tidak bisa memetik buah dari amalnya sedikitpun baik di dunia
maupun di akhirat.Perbuatan tercela seeperti tersebut, di atas tidak akan
mendapat pahala, walaupun pujian dari manusia diperolehnya. Walaupun dia
mengaku sebagai seorang muslim, namun perbuatannya seperti orang kafir.
Kian lama dia semakin hanyut, petunjuk semakin jauh. sebab itu harta benda
tidak akan membawa berkah baginya
Tentang Asbabun Nuzul (sebab turunnya ayat) surat Al Baqarah: 261
beberapa ulama ada yang mengatakan bahwa setelah ayat Al Baqarah:245
turun, kemudian turunlah ayat Al baqarah 261, ada juga yang mengatakan
sebaliknya ketika Al Baqarah: 261 turun, kemudian turunlah ayat Al Baqarah:
245, penjelasannya adalah sebagai berikut:
Menginfakkan harta di jalan Allah swt. diibaratkan seperti memberi
pinjaman. Umar r.a. berkata bahwa yang dimaksud dengan memberi
pinjaman kepada Allah swt. adalah menginfakkan harta di jalan Allah swt..
Ibnu Mas'ud r.a. berkata, "Ketika ayat Al Baqarah: 245 turun, Abu Dandah
al-Anshari r.a. datang kepada Rasulullah saw. dan bertanya kepada beliau,
Wahai. Rasulullah, apakah Allah swt. meminjam dari kami?' Rasulullah saw.
menjawab, `Benar.' Kemudian Abu Dandah r.a. berkata, `Ulurkanlah tangan

11
engkau yang mulia itu wahai Rasulullah untuk saya pegang (agar dapat
berbai'at kepada beliau).' Maka Rasulullah saw. mengulurkan tangan beliau
dan Abu Dandah r.a. memegang tangan Rasulullah saw. sebagai lambang
perjanjian, dan ia berkata, `Wahai Rasulullah, saya telah meminjamkan kebun
saya kepada Allah.' Di kebun Abu Dandah r.a. tersebut terdapat enam ratus
pohon kurma, dan di kebun itulah istri dan anak-anaknya bertempat tinggal.
Setelah itu, ia pun menuju ke kebunnya, dan setelah memanggil istrinya
(Ummu Dandah r.ha.), ia berkata, 'Mari kita keluar dari kebun ini, karena
saya telah memberikan kebun ini kepada Rabb saya.'" Dalam hadits yang lain,
Abu Hurairah r.a. berkata, "Kemudian Rasulullah saw. membagi-bagikan
kebun tersebut untuk beberapa anak yatim.”
Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang
menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebUtir benih
yang menumbuhkan tujuh butir, pada tiap-tiap butir seratus biji, dan Allah
melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah
Mahaluas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui."(Q.s. Al-Baqarah: 261).

12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dermawan merupakan salah satu sifat terpuji yang harus dimiliki oleh
seorang mukmin, karena dermawan adalah perbuatan yang mencerminkan
hubungan antar manusia yang baik (Hablumminannas), tetapi tidak
mengesampingkan hubungannya dengan Allah (Hablumminallah).
Kedermawanan mengajarkan seseorang akan arti sebuah keikhlasan dan
kepedulian terhadap orang lain yang membutuhkan bantuan.
Kedermawanan merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan
untuk melatih seseorang dalam mengatur harta yang dimiliki dengan
menyisihkan hartanya dan memberikannya kepada orang lain yang benar-
benar membutuhkan. Sifat dermawan yang dimiliki seseorang akan
membantu mengurangi kesenjangan yang ada, antara si kaya dan si miskin.
Karena didalam perbuatan dermawan yang dilakukan tidak hanya
memberikan seseatu yang dimiliki secara ikhlas tetapi juga adanya hubunagn
atau silaturahmi yang baik antara penderma dan yang menerimanya.

13
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an dan Terjemahnya. Al-Jumanatul ‘Ali. Q.S. Saba’ ayat 39.

Al-Qur’an dan Terjemahnya. Al-Jumanatul ‘Ali. Surat Al-Baqarah ayat 177.

http://c0c0latez.wordpress.com/2009/06/03/keutamaan-sifat-dermawan/

http://www.alislam-safa.com/prinsip-kedermawanan/ 17 Oktober 2011 pukul


07.14.

Juwariyah. 2010. Hadis Tarbawi. Yogyakarta:Teras.

Laila, Abu. 1995. Akhlak Seorang Muslim. Bandung:PT Al-Ma’arif.

Muhammad, Abubakar. 1995. Hadits Tarbiyah. Surabaya:Al-Ikhlas.

Poerwadarminta. 1984. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Jakarta:Balai Pustaka.

14
BERLAKU DERMAWAN DAN HADITS TENTANG SIKAP DERMAWAN

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah


“Pembelajaran Materi Al-Qur’an dan Hadits”

AR BIYAH S
UT YE
M
I IL

KH
H TING G

BURH ANUD D
OLA
EK

I
N
S
P AR IAM A N

Disusun oleh kelompok VI:

MULYADI
TUJUZUL

DOSEN PENGAMPU:
HERI SURIKNO, M.A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH
(STIT) SYEKH BURHANUDDIN
PARIAMAN 2019 M/ 1440 H

15
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah, merupakan satu kata yang sangat pantas penulis


ucakan kepada Allah STW, yang karena bimbingannyalah maka penulis bisa
menyelesaikan sebuah makalah berjudul “Berlaku Dermawan dan Hadits
tentang Sikap Dermawan”.
Makalah ini dibuat dengan berbagai observasi dalam jangka waktu tertentu
sehingga menghasilkan karya yang InsyaAllah bisa dipertanggung jawabkan
hasilnya. Saya mengucapkan terima kasih kepada pihak terkait yang telah
membantu saya dalam menghadapi berbagai tantangan dalam penyusunan
makalah ini.
Saya menyadari bahwa masih sangat banyak kekurangan yang mendasar
pada makalah ini. Oleh karna itu saya mengundang pembaca untuk memberikan
kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kemajuan ilmu pengetahuan ini.
Terima kasih, dan semoga makalah ini bisa memberikan sumbangsih
positif bagi kita semua.

Pariaman, April 2019

Penulis

i
16
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ........................................................................................ i


Daftar Isi.................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Dermawan .................................................................... 3
B. Hadist Tentang Dermawan ............................................................ 3
C. Keutamaan Dermawan................................................................... 6
D. Q.S Al-Baqarah ayat 261-264 dan Terjemahan ............................. 6
E. Mufradad dan Asbabun Nuzul Q.S Al-Baqarah ayat 261-264 ...... 12

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan .................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA

ii
17

Anda mungkin juga menyukai