Anda di halaman 1dari 13

LAMAN WEB : http://pendididkanislamblogaddress.blogspot.

com/2015/10/kolonialisme-barat-trhadap-
dunia-islam.html PADA PUKUL 1.50

BAB I

PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang

Permulaan dari kolonialisme barat yaitu terjadinya perang salib. Perang salib yaitu perang yang


terjadi pada orang Kristen Eropa Barat untuk menguasai tanah Timur. Perang tersebut terjadi pada abad
ke-11 sampai abad ke-13 Masehi. Salah
satu tujuan dari perang ini adalah untuk melepaskan Palestina dari tangan daulah Islam
dan mendirikan daulah Kristen di tanah Timur. Disebut juga perang salib karena umat Kristen yang
ikut dalam peperangan salib ini menggunakan tanda salib sebagai simbol mereka. Perang salib ini dimen
angkan oleh umat Kristen. Ini dikarenakan umat Islam
pada saat itu tidak bersatu menjadikan perpecahan dimana-mana dan para pemimpin Islam
saling bermusuhan.

Padaabad ke-16 dan ke-17 adalah abad yang paling penting untuk Eropa. Pada abad ke-17 itu pula
Negara-negara Islam mulai mengalami kemunduran. Masa penetrasi kolonial Barat dimulai pada abad
ke-19
(1800). Pada abad tersebut Eropa sedang mendominasi dunia. Pada abad ini didorong oleh kebutuhan e
konomi industri dan pemasarannya dan Negara-negara Eropa mendirrikan kerajaan territorial
dunia. Beberapa Negara Eropa yang telah menjajah di tanah timur seperti Rusia menduduki Asia Dalam,
Belanda menguasai Indonesia, Inggris mendirikan kerajaan di India
dan Afrika dan mengontrol sebagian Timur Tengah, Negeia, sebagian afrika Barat dan Afrika Timur.   

Pada abad ke-20 dapat dikatakan bahwa bangsa Eropa hamper menguasai suluruh dunia Islam. Pada
abad ini Eropa telah siap untuk mengadakan ekspansi perdagangan dengan didukung oleh pertmbuhan
produksi prabik dalam skala dan perubahan besar ditandai dengan ditemukannya keretaapi, telegraph
dan kapal uap. Dengan diiringi dengan pasukan bersenjata yang kuat, Eropa telah menguasai Aljazair.
Aljazair adalah Negara Islam  yang pertama kali dikuasai oleh Eropa yang ditaklukkan oleh Perancis pada
tahun (1830 – 1847 M). Negara Islam padasaat itu mengalami keterpurukan yang sangat besar dan
mereka mengalami keaadaan yang tidak stabil dalam pertumbuhan ekonomi dan budaya.[1]

B.  Rumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang tersebut maka dapat merumuskan masalah sebagai beikut:

1.    Pengertian Kolonialisme?

2.    Bagaimana Bentuk – Bentuk Kolonialisme Barat Terhadap Islam?


3.    Apa Dampak Kolonialisme Barat Terhadap islam?

4.    Bagaimana Implikasi Penjajahan Barat Terhadap Perkembangan Peradaban Islam?

BAB II

PEMBAHASAN

A.  Pengertian Kolonialisme

Kolonialisme menurut Oxford English Dictionary  berasal dari kata Romawi “Colonia” yang berarti “tanah
pertanian” atau “pemukiman”, dan mengacu kepada orang Romawi yang bermukim di negeri-negeri lain
tapi masih memepertahankan kewarganegaraan meraka[2] yang berarti suatu usaha untuk untuk
mengembangkan kekuasaan suatu negara diluar wilayah negara tersebut. Kolonialisme pada umumnya
bertujuan untuk mencapai dominasi ekonomi atas sumber daya alam, manusia, dan perdagangan di
suatu wilayah. Wilayah koloni umumnya adalah daerah-daerah yang kaya akan bahan mentah untuk
keperluan negara yang melakukan kolonialisme.[3]

B.  Bentuk – Bentuk Kolonialisme Barat

Bentuk bentuk penjajahan barat terhadap dunia islam termasuk di Indonesia di latar belakangi oleh
terjadinya perang salib. Negara-negara Barat seperti Inggris, Perancis, Spanyol, Italia, Rusia dan lain-lain
memang mempunyai teknologi militer dan industri perang yang lebih canggih dibandingkan dengan
negara Islam, sehingga mereka tidak segan-segan untuk menyerang dan mengalahkan wilayah-wilayah
yang berada di bawah kekuasaan Islam.

Dari awal penjajahan Barat yaitu perang salib umat Islam telah kehilangan berbagai daerah yang semula
telah dikuasai Islam, yang kemudian jatuh ke tangan orang Kristen, yang sukar untuk dikembalikan
kembali. Jadi pada perang salib ini telah terjadi penaklukan dan penyerangan yang dilakukan oleh
negara Barat untuk merebut wilayah-wilayah kekuasaan Islam.

Di setiap tempat yang terdapat Islam, tidak ada kelanggengan bagi pilar-pilar sistem pemerintahan
otoriter. Setiap tempat yang dihuni Islam, akan menjadi tanda perlawanan terhadap segala bentuk
kezaliman dan kekejaman penjajahan dan eksploitasi, penghinaan dan peremehan terhadap manusia,
serta perlawanan terhadap poros yang dikuasai sistem pemerintahan sewenang-wenang di dunia
kontemporer .

Invasi Eropa terhadap dunia Islam tidak pernah sama, tetapi selalu secara menyeluruh dan efektif.
Penetrasi Barat terhadap dunia Islam di Timur Tengah pertama-tama dilakukan oleh dua bangsa Eropa
terkemuka, Inggris dan Perancis. Inggris terlebih dahulu mencoba menguasai kerajaan Mughal India.
Selama pertengahan terakhir abad ke-18, para pedagang Inggris telah memantapkan diri di Benggali.
Rentang waktu antara 1798 – 1818, dengan perjanjian atau aksi militer, pemerintahan kolonial Inggris
tersebar ke seluruh India, kecuali lembah Indus, yang baru menyerah pada tahun 1843 – 1849.

Sementara itu Perancis merasa perlu memutuskan hubungan komunikasi antara Inggris di barat dan
India di timur. Oleh karena itu, pintu gerbang ke India, yakni Mesir berhasil ditaklukkan dan dikuasai
oleh Napoleon Bonaparte pada tahun 1798 M. Alasan lain Perancis menaklukkan Mesir adalah untuk
memasarkan hasil-hasil industrinya. Mesir, di samping mudah dicapai dari Perancis juga dapat menjadi
sentral aktivitas untuk mendistribusikan barang-barang ke Turki, Syiria hingga ke timur jauh.[4]

Pada tahun 1799 M., Napoleon Bonaparte meninggalkan Mesir karena situasi politik yang terjadi di
negara tersebut. Ia kemudian menunjuk jenderal Kleber menggantikan kedudukan Napoleon di Mesir.
Dalam suatu pertempuran laut antara Inggris dan Perancis, jenderal Kleber kalah dan meninggalkan
Mesir pada tahun 1801 M., dan di Mesir terjadi kekosongan kekuasaan.

Kekosongan tersebut dimanfaatkan oleh seorang perwira Turki, Muhammad Ali dengan didukung oleh
rakyat, berhasil megambil alih kekuasaan dan mendirikan dinasti. Pada masa itu Mesir sempat
menegakkan kedaulatan dan melakukan beberapa pembeharuan, namun pada tahun 1882 M. dapat
ditaklukkan kembali oleh Inggris.

Faktor utama yang menarik kehadiran kekuatan-kekuatan Eropa ke negara-negara muslim adalah
ekonomi dan politik. kemajuan Eropa dalam bidang industri menyebabkannya membutuhkan bahan-
bahan baku, di samping rempah-rempah. Mereka juga membutuhkan negeri-negeri tempat
memasarkan hasil industri mereka. Untuk menunjang perekonomian tersebut, kekuatan politik
diperlukan sekali. Akan tetapi persoalan agama seringkali terlibat dalam proses politik penjajahan barat
atas negeri-negeri muslim. Trauma Perang Salib masih membekas pada sebagian orang barat, terutama
Portugis dan Spanyol, karena kedua negara ini dalam jangka waktu lama, berabad-abad berada di bawah
kekuasaan Islam.[5]

C.    Dampak Kolonialisme Barat Terhadap Islam

1.    Dampak Kolonialisme Barat Dalam Bidang Budaya

Dampak kolonialisme sangat berpengaruh sekali dalam dunia Islam, misalnya adalah negara Turki, Turki
adalah negara pertama yang dijajah oleh Eropa karena dilihat dari letak geografisnya sangatlah dekat
dengan benua eropa. Dan Turki adalah salah satu negara yang telah terpengaruh oleh kolonialisme
barat, baik dalam bidang ekonomi, politik, budaya, sosial, maupun agama.

Bukan hanya turki yang telah dijjajah oleh Bangsa Barat,akan tetapi negara Islam yang lainnya pun
merasakan penajajahan bangsa Eropa, 1882 Mesir diduduki Inggris, 1881-1883 Tunisia diserbu Perancis,
1898 Sudan ditaklukkan Inggris, 1912 Marokko diserbu Perancis dan Spanyol. Dan masih banyak negara-
neagra yang dijajah oleh Barat.[6]

Kolonialisme barat yang membawa tiga misi yaitu : God (Tuhan/Agama), Gold (Kekayaan), dan Glory
(Kemewahan) tidak henti-hentinya mendoktrin pikiran-pikiran masyarakat pada masa itu, dan masih
terasa sampai sekarang, dan akibat dari itu semua sangatlah banyak pengaruhnya. Para kolonialisme
juga telah merusak paradigma dan dampak yang paling jelas terlihat yaitu pada gaya hidup masyarakat
muslim, contohnya 3F yaitu : Fun (kesenangan), Food (makanan) dan Fashion (cara berpakaian).[7]

Masyarakat jaman sekarang telah tergiur oleh produk-produk luar negeri yang mungkin memang
kuallitas mereka lebih tinggi di bandingkan produk dalam negeri, sadar atau tidak, maraknya produk-
produk luar negeri telah menjajah perpasaran negara-negara lain, khususnya Indonesia, negara yang
mayoritas muslim telah lama dicekoki oleh produk-produk luar yang memakai sistem monopoli dalam
proses perdagangannya. Para kolonialsme ternyata tidak pernah puas akan kejayaan mereka,
keserakahan untuk mendapatkan sesuatu yang merekan inginkan.Gaya berbusana juga sudah tak
sepantasnya masyarakat muslim memakai budaya berbusana barat (Para kolonialisme), ala westernisasi
sudah tercampur aduk dengan gaya busana orang-orang muslim yang sebenarnya.[8]

2.    Dampak Kolonialisme Barat Dalam Bidang Sosial

Ketika sampai di negara-negara Islam, mereka (Negara-negara Kolonial) menyusun rencana untuk
memisahkan generasi muda dari Agamanya. Dalam hal itu, mereka memilih dua
jalan. Pertama, menyebarluaskan nafsu (Seksual) dan membuka lebar-lebar kran dekadensi moral.
Menjadi jelas ketika para penjajah itu menjajah umat Islam melalui berbagai cara, terlebih dari bidang
Agama yang mereka pandang bahwasanya Agama adalah salah satu penghalang untuk mereka, dan
jalan termudah untuk melawan semua Agama adalah dengan membebaskan pelampiasan hawa nafsu di
tengah-tengah masyarakat dan membuka semua kran untuk mempraktikkan semua bentuk kerusakan
dan kemerosotan akhlak. Itulah jalan yang para penjajah tempuh secara efektif.

Kemajuan peradaban dan temuan-temuan ilmiah baru, seperti radiao, bioskop dan lain-lain telah
menjadi pengaruh yang kurang baik terhadap moral-moral umat Islam, banyaknya remaja islam yang
terpengaruh oleh pemikiran-pemikiran para penjajah.

Yang kedua,  tercermin pada orientasi ilmu pengetahuan dan pemikiran, bersamaan dengan dampak
pengaruh pemikiran ilmiah baru ke negara-negara Islam yang cukup menarik perhatian karena memang
ilmu pengetahuan pasti punya daya tarik. Kemajuan ilmu pengetahuan barubah menjadi sarana
pemisahan orang banyak dari keyakinan akidahnya, dan menjadi perantara bagi pemadaman obor bagi
keimanan agama dalam hati serta pencabutan emosi keagamaan sampai keakar-akarnya.[9]

3.    Dampak Kolonialisme Barat Dalam Bidang Ekonomi

Para Kolonialisme barat menggunakan segala cara untuk menghancurkan Islam, begitu pula dalam
bidang ekonomi, misalnya negara India.India, pada masa kemajuan kerajaan Mughal adalah negeri yang
kaya dengan hasil pertanian. Hal ini mengundang Eropa yang sedang mengalami kemajuan untuk
berdagang ke sana. Di awal abad ke-17 M, Inggris dan Belanda mulai menginjakkan kaki di India. pada
tahun 1611 M, Inggris mendapat izin menanamkan modal, dan pada tahun 1617 M belanda mendapat
izin yang sama.
Kongsi dagang Inggris, British East India Company (BEIC), mulai berusaha menguasai wilayah India
bagian timur, ketika merasa cukup kuat. Penguasa setempat mencoba mempertahankan kekuasaan dan
berperang melawan Inggris. Namun, mereka tidak berhasil mengalahkan kekuatan Inggris. Pada tahun
1803 M, Delhi, ibukota kerajaan Mughal jatuh ke tangan Inggris dan berada di bawah bayang-bayang
kekuasaan Inggris. Tahun 1857 M, kerajaan Mughal dikuasai secara penuh, dan raja yang terakhir
dipaksa meninggalkan istana. Sejak itu India berada di bawah kekuasaan Inggris yang menegakkan
pemerintahannya di sana. Pada tahun 1879, Inggris berusaha menguasai Afghanistan dan pada tahun
1899, Kesultanan Muslim Baluchistan dimasukkan ke bawah kekuasaan India-Inggris.

Asia Tenggara, negeri tempat Islam baru berkembang, yang merupakan daerah penghasil rempah-
rempah terkenal pada masa itu, menjadi ajang perebutan negara-negara Eropa. Kerajaan-kerajaan Islam
di wilayah ini lebih lemah dibandingkan dengan kerajaan Mughal, sehingga lebih mudah ditaklukkan
oleh bangsa Eropa.

Kerajaan Islam Malaka yang berdiri pada awal abad ke-15 M di Semenanjung Malaya yang strategis
merupakan kerajaan Islam kedua di Asia Tenggara setelah Samudera Pasai, ditaklukkan Portugis pada
tahun 1511 M. Sejak itu peperangan-peperangan antara Portugis melawan kerajaan-kerajaan Islam di
Indonesia seringkali berkobar. Pedagang-pedagang Portugis berupaya menguasai Maluku yang sangat
kaya akan rempah-rempah.[10]

Akibat kolonialisme Barat dibanyak negara Islam dalam bidang Ekonomi, maka tentu sistem
perdagangan Barat mau tidak mau sangat berpengaruh buruk terhadap sistem perdagangan yang telah
ada pada masa itu, misalnya “Monopoli” dalam perdagangan.Dengan adanya monopoli perdagangan
tersebut membuat kehancuran perekonomian yang sebelumnya sudah ada. Seperti dengan masuknya
barang-barang import kenegara jajahannya yang membuat produk-produk local mengalami kerugian. Ini
dikarenakan barang-barang import yang masuk kualitasnya lebih baik dan harganya lebih murah.
Disamping itu barang-barang yang diproduksi Negara-negara barat bisa diproduksi dengan jumlah
banyak karena majunya perindustrian di eropa yang menggunakan mesin dalam
memproduksinya.Kebanyakan negara Islam sekarang ini hidup dalam keterbelakangan dan kebingungan,
meskipun telah berlalu puluhan tahun lamanya. Pada saat yang sama, perusahaan-perusahaan Barat
mampu memanfaatkan berbagai kekayaan negara-negara Islam dan memenuhi kantong-kantong
mereka dengan harta milik negara-negara Islam tersebut. Negara-negara Islam masih sangat bergantung
pada hasil produksi dan ilmu pengetahuan (Sains) Barat. Demikian pula, mereka masih lemah di dunia
politik dan mengekor sistem politik Barat.

4.    Dampak Kolonialisme Barat dalam Bidang Politik

Politik sebagaimana yang telah kita ketahui adalah cara untuk mandapatkan sesuatu. Berpijak pada yang
kita ketahui ini, bangsa barat yang ingin menguasai dunia islam tak luput pula dari beragam cara yang
mereka gunakan untuk menduduki dan mengeruk habis kekayaan islam baik dari segi SDAnya maupun
dari SDMnya.Kololnialisme mengetahui bahwasanya daerah-daerah yang diduduki oleh islam itu
terdapat kekayaan yang banyak sekali sehingga mereka ingin menguasai sepenuhnya seperti minyak
bumi, gas alam dan sebagainya, ini merupakan kekayaan yang melimpah untuk masa depan. Politik yang
mereka pakai untuk melumpuhkan islam adalah menjauhkan orang muslim dari sejarah masa silam
(kejayaan islam) dan meniadakan peran penting ulama dalam kenyataan hidup.

Pada kenyataannya mereka tidak dapat menghilangkan peran ulama secara total dalam masyarakat,
tetapi mereka menggunakan cara lain yakni ulama-ulama berada di bawah kekuasaan pemerintah dan
ulama hanya memainkan peran formal saja seperti penguburan mayat dan sebagainya yang bersifat
formal saja, serta kehidupan pada ulama dijauhkan atau dikucilkan dari keramaian masyarakat. Dengan
cara inilah mereka dapat menduduki sebagain negara-negara islam yang ada pada saat ini.Dengan kedua
cara ini mereka dapat melumpuhkan islam sampai pada ambang keputusasaan, tidak hanya sampai
disini, kolonialisme menawarkan solusi pada islam yang pada hakikatnya merupakan tujuan mereka
untuk melumpuhkan islam, berupa ilmu pengetahuan yang kalau dicermati tidak lain untuk menjauhkan
kaum muslimin dari agamanya.[11]

Politik mereka ini mengarah pada kemerosotan dan kerusakan kemanusiaan yang dapat dikelompokkan
dalam dua judul yakni; sistem sosial dan sistem intelektualSistem sosial, tujuan dari perwujudan dalam
hal ini adalah meniadakan kenyataan akan kemanusiaan sebagai suatu esensi utama dan supra-material
yang secara tragis dilupakan. Seperti kapitalisme dan komunisme – meski beda dalam bentuk lahirnya –
menganggap manusia sebagai binatang ekonomis (economic animal), yang hanya bertumpu pada
pemenuhan kebutuhan material saja.Francis Bacon “ilmu meninggalkan pencarian kebenaran dan
beralih untuk mencari kekuatan”. Nampak dari apa yang dikatakan Bacon, bahwa agama dan spiritul
secara perlahan ditinggalkan dan secara sadar maupun tidak, manusia mengalami pengucilan pada arti
esensinya. Tak bedanya sepeti binatang, hanya bertumpu pada materi dan pemuasan hawa nafsu. Inilah
politik kolonialisme untuk menghancurkan islam.

Sistem intelektual/ideologi, tidak hanya orang islam yang tertarik pada pengetahuan, begitupun bangasa
barat. Karena intelektual memiliki ketertarikan, kolonialisme memunculakan ideoliogi-ideologi
kontemporer yang menutupi akan tujuan mereka untuk meniadakan konsep manusia sebagai mahluk
utama. Seperti historisisme, biologisme dan  sosiologisme.Historisisme menganggap manusia sebagai
satu-satunya material determinatif yang mengarah pada determinatid materialisme, yang peranan
manusia didalamnya hanya sebagai elemen yang pasif. Biologisme, yang mengutamakan hukum alam,
menganggap manusia seperti binatang serta menifestasi spiritual kemanusiaan dan kuslitasnya hasnya
sebagai penimbulan dari keadaan fisik manusia, seperti insting binatang. Sosiologisme, menganggap
menusia sebagai tumbuhan yang tumbuh dalam taman lingkungan sosialnya. Paham ini beranggapan
bahwasanya menusia itu bisa mengalami panen hanya apabila taman itu diubah.Terlihat dari paham-
paham kontemporer itu, semuanya bertumpu pada peniadaan konsep mausia dan mengarah hanya
pada materi saja.[12]

5.    Dampak Kolonialisme Barat Dalam Bidang Agama

Sejak tahun-tahun pertama dimulainya era penjajahan, negara-negara kolonial telah bersungguh-
sungguh memperhatikan masalah misalkan pemisahan ulama dari kehidupan bangsa. Mereka berupaya
mempengaruhi peran yang dijalankan para ulama dengan cara menghilangkan identitas mereka yang
nyata, atau meminggirkan mereka seraya memberi peran yang tiada arti, atau membunuh mereka jika
memungkinkan.

Negara kolonial sebuk menjalankan politk tersebut selama bertahun-tahun lamanya sehingga peran
para ulama melemah di banyak wilayah pendudukan. Keberadaan para ulama terpinggirkan, tak punya
otoritas apapun, bahkan tak lagi menyandang identitas ulama. Para ulama itu tersingkir ketempat-
tempat yang sangat terbatas dan disibukkan dengan pekerjaan-pekerjaan remeh dan tidak berhubungan
dengan kenyataan hidup, seperti mengurusi orang mati dan pekerjaan-pekerjaan lainya yang bersifat
formal.

Bahkan para penguasa disebagian negeri Islam telah berhasil meminggirkan para ulama setelah
bersusah payah selama bertahun-tahun. Bahkan para ulama itu tak lagi dapat menjalankan peran
rutinya, mengajar. Tentunya, di sebagian negeri yang kita ketahui dengan baik, mereka (para kolonial)
tak mampu mencabut kedudukan ulama atau menghilangkan secara total pusat-pusat keilmuan para
ulama itu. Bahkan mereka tak mampu melemahkan para ulama sampai batas menjadikan adanya ulama
itu sama dengan tak adanya.Namun, mereka (kolonial) menggunakan cara lain, yaitu menjadikan para
ulama dan pusat-pusat keilmuan berada bahwa kekuasaan penguasa, kearajaan, dan pemerintahan
yang batil.Saat berupaya mealapangkan rencananya menguasai politik, ekonomi, sosial, dan
kebuudayaan, negara-negara Kolonial justru berbenturan dengan dinding kokoh, yang terbentuk dari
keyakinan agama. Tentunya, tidak semua agama di setiap tempat berdiri menentang intrik penjajahan;
misalnya, Agama yang menyimpang dan agama buatan tangan kekuasaan. Sudah tentu, agama
semacam ini tidak akann menentang kolonialsme.

Sebaliknya, Islam sebagai perlambang kesempurnaan agama, bangkit dengan benar menentang
penjajahan dan menghadapi para kolonial di wilayah-wilayah Islam. Para penjajah tealh memahami itu
lewat berbagai penelitian. Meraka mencobanya di India, di negara-negara Arab, dan di Iran. Di setiap
tempat, perasaan reliigius bangkit di tengah-tengah umat manusia. Hasilnya, negara-negara kolonial
mendapatkan penghalang yang berarti tegak dihadapan mereka, serta genccar menentang rencana
jahat mereka, Diantaranya adalah “Revolusi tembako” di Iran, geraakan konstitusi, tragedi berdarah di
India dalam menghadapi penjajahan Inggris, dan perlawanan orang-orang Islam Afganistan terhadap
penjajahan Inggris di pertengahan Abad ke-19. Juga kebangkitan Sayyid Jaaluddin al-Asad Abadi di mesir
yang mengguncang Inggris.

D.  Implikasi Penjajahan Barat Terhadap Perkembangan Peradaban Islam

Serbuan kaum salib ke negeri-negeri Islam tidak hanya menggunakan pedang, besi dan api, tetapi juga
melalui peradaban mereka yang dicekokkan ke semua negeri yang dapat dikuasainya. Bukan hanya
peradaban material yang menyerbu negara-negara Islam, bahkan mental dan nilai-nilai moralpun tidak
ketinggalan, seperti sistem pendidikan dan pengajaran, dan pemikiran-pemikiran orang Eropa mengenai
ilmu jiwa, ilmu sosial, modal dan lain-lain. Perang Salib menghasilkan puing-puing kehancuran bagi kaum
muslimin akibat kemauan penjajah yang dikendalikan oleh keserakahan untuk menguasai dan
memperkuat wilayahnya mereka memikul salib di pundak mereka, tetapi setan berada di hati mereka.
Dahulu kaum muslimin menghayati peradaban ditambah dengan peradaban Persia, Turki dan lain-lain
disamping pemikiran filsafat yang diserap dari Yunani dan Romawi. Dengan datangnya peradaban Barat,
maka peradaban lama yang telah mereka hayati selama berabad-abad mengalami keguncangan hebat
dalam pikiran mereka. Inti peradaban Barat bercorak Nasrani, karena itu orang-orang Qibth di Mesir
lebih mudah meniru dan menyerapnya. Namun mereka lebih banyak menyerap segi material daripada
segi moralnya, sehingga setiap rumah dari keluarga kaum muslimin telah menggunakan penerangan
listrik, menggunakan sajadah buatan Eropa, mendengarkan siara radio Eropa dan lain sebagainya. Pada
saat barat mendominasi dunia di bidang politik dan peradaban, persentuhan dengan Barat menyadarkan
tokoh-tokoh Islam akan ketinggalan mereka. Karena itu mereka berusaha bangkit dengan mencontoh
Barat dalam masalah-masalah politik dan peradaban untuk menciptakan balance of power. Yang
pertama merasakan hal itu diantaranya Turki Usmani, karena kerajaan ini yang pertama dan utama
menghadapi kekuatan Eropa.

Kesadaran itu memaksa penguasa dan pejuang-pejuang Turki untuk banyak belajar dari
Eropa.Penjajahan Barat juga memicu gerakan pembaharuan dalam Islam, yang didorong oleh 2 faktor
yaitu :

1.     Pemurnian ajaran Islam dari unsur-unsur asing yang dipandang sebagai penyebab kemunduran
Islam dan menimba gagasan-gagasan pembaharuan dan ilmu pengetahuan dari Barat.

2.     Tercermin dari pengiriman para pelajar muslim oleh penguasa Turki Usmani dan Mesir ke negara-
negara Eropa untuk menimba ilmu pengetahuan dan dilanjutkan dengan gerakan penerjemahan karya-
karya Barat ke dalam bahasa Islam.

Pelajar-pelajar muslim asal India juga banyak menuntut ilmu ke Inggris. Pengaruh Barat terutama
terlihat pada lapisan atas dan menengah, terutama pada intelegensia orang yang memperoleh
pendidikan Barat, yang dijumpai pada tiap negeri Timur. Dalam reaksinya terhadap pengaruh Barat
mereka mempunyai pandangan yang berbeda-beda. Pandangan pertama berpegang pada sendi-sendi
filsafat hidup nenek moyangnya, berusaha melakukan asimilasi dengan ide-ide Barat dan memikirkan
sintesa yang lebih tinggi dari semangat Barat. Kedua, memutuskan hubungan dengan warisan lama,
menerjunkan dirinya dalam pembaratan. Yang ketiga bersembunyi di belakang kekecewaan dan
kengerian Barat. Memang benar bahwa pera.[13]

Tanpa peradaban Barat dunia Islam tentu masih seperti keadaan semula, tetapi itu tidak berarti bahwa
peradaban Barat tidak mengandung cacat dan kekurangan. Peradaban Barat telah menjauhkan dunia
Islam dari peradaban Islam yang lama. Akhirnya peradaban Islam bukan lagi suatu produk dari kaum
muslimin mandiri sebagaimana peradaban Barat adalah produk dari orang-orang Barat sendiri.

Kebangkitan Negara – Negara Islam Periode Modern Ekspansi yang telah dilakukan oleh negara – negara
Eropa telah menyadarkan umat Islam bahwa mereka sangat tertinggal jauh dari negara – negara Eropa
akibat keterbelakangan dalam berbagai aspek kehidupan. Negara – negara Eropa bisa menjajah karena
keberhasilan mereka menerapkan sratetegi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang mereka miliki. Pada
satu sisi kekuatan militer dan politik negara – negara Islam menurun. Perekonomian yang merosot yang
merupakan akibat dari monopoli perdagangan antara timur dan barat tidak lagi mereka kendalikan. Di
sisi lain negara – negara Eropa pada waktu yang sama menggunakan metode berpikir rasional, dan
disana tumbuh kelompok intelektual yang membebaskan diri mereka dari ikatan – ikatan gereja.

Sementara dalam bidang ekonomi dan perdagangan mereka mengalami perkembangan yang cukup
pesat dengan ditemukannya Tanjung Harapan dan Benua Amerika. Usaha yang dilakukan negara –
negara Islam melalui gerakan pembaharuan, didorong oleh beberapa faktor yang saling mendukung,
yaitu pemurnian ajaran – ajaran Islam dari unsur – unsur asing yang dipandang sebagai penyebab
kemunduran Islam dan belajar gagasan – gagasan pembaharuan dan ilmu pengetahuan dari negara –
negara Eropa. Salah seorang tokoh pemikir gerakan kemerdekaan yang bernama Sayyed Jamaluddin Al
Afghani yang berasal dari Afganistan, ia memperkenalkan hasil pemikirannya itu yang bernama Pan-
Islamisme,yang sebelumnya didengungkan oleh gerakan Wahhabiah dan Sanisiyah, artinya solidaritas
antara seluruh muslim di dunia internasional. Ajaran inilah kemudian banyak digunakan oleh para
pemikir pembaharuan di dunia Islam Tetapi gagasan Pan-Islamisme lama kelamaan meredup setelah
terjadinya Perang Dunia I, yang mana pada waktu itu Turki bersekutu dengan Jerman dan mengalami
kekalahan. Maka setelah itu muncullah gagasan baru yang bernama gagasan nasionalisme.

Gagasan ini pada permulaannya banyak mendapat tentangan dari berbagai pihak dari pemuka – pemuka
islam karena tidak sejalan dengan semangat ukhuwah islamiyah, tetapi setelah itu berkembanglah
gagasan nasionalisme itu. Diberbagai negara mislanya, gagasan nasionalisme di Mesir telah tumbuh
sejak masa Al Tahtawi (1801 – 1873) dan Jamaluddin Al Afghani. Tetapi tokoh yang terkenal dalam
pergerakan memperjuangklan gagasan ini di Mesir ialah Ahmad Urabi Pasha. Sedangkan di Arab sendiri
gagasan nasionalisme Arab segera menyebar dan disambut hangat sehingga nasionalisme terbentuk
atas dasar kesamaan bahasa. Di India Pan-Islamisme juga tumbuh melalui pelopornya Sed Amir Ali
(1848-1928). Namun gagasan ini segera tergantikan oleh gagasan nasionalisme. Akan tetapi gagasan
nasionalisme juga segera pudar, Ini dikarenakan kaum muslimin yang minoritas tertekan oleh kelompok
Hindu yang mayoritas. Maka umat islam di negara India tidak menganut nasionalisme, melainkan
islamisme, atau yang lebih dikenal dengan sebutan Komunalisme.

Dan di Indonesia partai politik besar yang menentang penjajahan di Indonesia adalah Sarekat Islam
didirikan tahun 1912 oleh HOS Tjokroamionoto. Sarekat Islam sendiri merupakan kelanjutan dari Sarekat
Dagang Islam yang didirikan oleh H.Samanhuditahun 1911. Tidak lama kemudian partai – partai politik
lainnyapun mulai bermunculan, seperti PNI, PNI Baru, Permi. Munculnya gagasan – gagasan untuk
pembaharuan Islam yang kemudian diikuti dengan berdirinya beberapa partai politik merupakan modal
pertama yang dimiliki oleh umat Islam untuk mewujudkan negara yang bebas dari pengaruh negara –
negara Eropa. Perjuangan nyata partai politik tersebut mereka wujudkan dalam beberapa bentuk
kegiatan, seperti gerakan politik, baik dalam bentuk diplomasi maupun bersenjata, dan pendidikan dan
propaganda untuk mempersiapkan masyarakat menyambut dan mengisi kemerdekaan itu sendiri.

Dan pada pertengahan abad ke-20 terjadi Perang Dunia ke-2, yan melibatkan negara kolonialis. Hampir
semua daratan di Eropa dilanda peperangan. Konsekuensinya adalah terpusatnya konsentrasi kekuatan
militer di setiap negara. Akibatnya negara – negara Eropa menarik pasukannya yang berada di daerah
jajahan mereka masing – masing. Dalam kondisi seperti ini negara – negra Islam yang tidak terlibat
memanfaatkannya untuk memperoleh kemerdekaan negerinya masing – masing Dan negara mayoritas
berpenduduk muslim pertama kali memproklamasikan kemerdekaan adalah Indonesia pada tanggal 17
Agustus 1945. Indonesia merdeka dari pendudukan Jepang, setelah Jepang ditaklukkan oleh Tentara
Sekutu dengan ditandai dibomnya kota Hiroshima dan Nagasakai. Namun setelah itu masyarakat
Indonesia harus mempertahankan kemerdekaan dari Belanda dan Tentara Sekutu yang berhasil
menguasai Indonesia Negara Islam kedua yang merdeka dari penjajahan bangsa Barat adalah Pakistan,
tanggal 15 Agustus 1947. yaitu ketika negara Inggris menerahkan kedaulatannya di India dan Pakistan
kepada dua Dewan Konstitusi. Yang pada waktu itu presiden pertamanya adalah Ali Jinnah.

Di bagian Timur Tengah, negara Mesir yang telah memperoleh kemerdekaan tahun 1922 dari negara
Inggris, tetapi dalam sistem pemerintahan Raja Faruk, masih besar pengaruh Inggris. Barulah pada
tanggal 23 Juli 1952 masa pemerintahan Jamal Abd al Nasser merobohkan sistem pemerintahan Raja
Faruk Di negara lain Irak yang hampir sama keadaannya dengan negara Mesir yaitu memperoleh
kemerdekaan tahun 1932, tetapi rakyat Iraq baru meraskan kemerdekaan yang sesungguhnya pada
tahun 1958. Sebelum negara Iraq, negara lain yang mengumandangkan kemerdekaan adalah Syria,
Jordania, dan Libanon pada tahun 1946. Di Afrika, negara – negara banyak yang telah membebaskan diri
dari penjajahan bangsa barat yaitu Perancis. Diantaranya Lybia tahun 1951, Sudan dan Maroko tahun
1956, Aljazair tahun 1962. Dan hampir bersamaan negara Yaman Utara, Yaman Selatan, Emirat Aab
memperoleh kemerdekaan. Di Asia Tenggara, negara – negara mayoritas Islam juga mendapat
kemerdekaan mereka. Malaysia yang pada waktu itu Singapura juga masih masuk mendapat
kemerdekaan dari Inggris tahun 1957, disusul Brunei Darussalam tahun 1984. Satu per satu negara –
negara Islam memperoleh kemerdekaan dari penjajahan negara – negara Eropa. Bahkan ada negara
yang minoritas penduduk Islam ingin memperoleh otonomi sendiri dengan kata lain iningi mendirikan
negara yang merdeka. Seperti Uzbekistan, Turkmenia, Kirghistan, Kazakhtan, Tasjikistan, dan Azerbaijan
yang belum lama ini memperoleh kemerdekaan mereka. Tetapi negara seperti India, yang minoritas
penduduknya di Khasmir dan Filipina yang berada di Moro belum memperoleh kemerdekaan. Meskipun
hidup mereka terasa tertekan karena status minoritas yang sering menyulitkan mereka dalam
memperoleh kesejahteraan hidup.[14]

BAB III

PENUTUP
KESIMPULAN

Penjajahan Barat terhadap dunia Islam yang diawali dengan Perang Salib berlatar belakang hal-hal
berikut :

1.      Mercenary yaitu untuk mencari keuntungan negara Barat di negara-negara Islam.

2.      Missionary yaitu untuk menyebarkan agama Kristen pada negara-negara jajahannya.

3.      Military yaitu perluasan daerah militer.

Selain hal diatas yang melatarbelakangi penjajahan Barat adalah faktor ekonomi dan politik.

Bentuk-bentuk penjajahan barat terhadap dunia Islam berupa penyerangan, penaklukan, sehingga
banyak wilayah-wilayah Islam yang jatuh ke negara-negara Barat. Juga berupa penindasan, penghisapan
dan perbudakan.

Penjajahan Barat ternyata membawa implikasi yang sangat luas terhadap perkembangan peradaban
Islam baik peradaban material yang berupa tehnologi baru, maupun peradaban mental. Penjajahan
Barat juga memicu gerakan pembaharuan dalam Islam, yang mana bertujuan untuk memurnikan agama
Islam dari pengaruh asing dan menimba gagasan-gagasan pembaharuan dan ilmu pengetahuan Barat.

DATFAR PUSTAKA

Agussalim Sitompul, Perang Salib, Beberapa Aspek Negatif dan Positif (Makalah), Yogyakarta, 2006.

Gani, Salahuddin. Penetrasi  Barat  terhadap  Dunia  Islam.  www.salahuddingani.blogspot.com  2011.

Hadi, Syamsul. 2010. Penjajahan Barat atas Dunia Islam dan Perjuangan Kemerdekaan Negara-negara
Islam.

Khamenei Ali, Perang Kebudayaan,  Jakarta : Cahaya, 2005

Looba Ania, Kolonialisme/Pascakolonialisme, Yogyakarta: Bintang Budaya,2003

Munawwir Ima m, Kebangkitan Islam dan Tantangan-tantangan yang Dihadapi dari Masa ke Masa,
Surabaya, PT. Bina Ilmu

Mansur. Peradaban Islam dalam Lintasan Sejarah. 2004. Yogyakarta : Global Pustaka Utama.

Maryam, Siti. Sejarah Peradaban Islam: Dari Masa Klasik Hingga Modern. 2002. Yogakarta: LESFI

Muthahhari, Murtadha, Islam dan tantangan zaman,  Jakarta : Sadra Press, 2011

Sitompul Agussalim, Perang Salib, Beberapa Aspek Negatif dan Positif (Makalah), Yogyakarta, 2006.

Syariati Ali, kritik islam atas marxisme dan sesat-pikir barat lainnya, bandung , mizan press, tth.
Sanaki, Hujair. Pemikiran Peradaban Islam Masa Modern. UII press. Yogyakarta 2008.

Hhtps/armawanpena/wordpress.com/kolonialisme barat di  dunia islan/2013/11/02

www.hadirukiyah2.blogspot.com

[1]Agussalim Sitompul, PerangSalib, Beberapa Aspek Negatifdan Positif (Makalah), Yogyakarta, 2006.

[2]Hhtps/armawanpena/wordpress.com/kolonialisme  barat di  dunia islan/2013/11/02

[3] www.hadirukiyah2.blogspot.com

[4] Ali,  Syariati kritik islam atas marxisme dan sesat-pikir barat lainnya, bandung , mizan press, tth.

[5]Ania Looba, Kolonialisme/Pascakolonialisme, Yogyakarta: Bintang Budaya,2003

[6] Ali Khamenei, Perang Kebudayaan,  Jakarta : Cahaya, 2005

[7]Sanaki Hujair. Pemikiran Peradaban Islam Masa Modern. UII press. Yogyakarta 2008.

[8]Syamsul Hadi,. 2010. Penjajahan Barat atasDunia Islam dan Perjuangan Kemerdekaan Negara-
negara Islam.

[9]Salahuddin Gani. 2011. Penetrasi  Barat  terhadap  Dunia  Islam. www.salahuddingani.blogspot.com 

[10]Mansur. Peradaban Islam dalam Lintasan Sejarah. 2004. Yogyakarta : Global Pustaka Utama.

[11] Murtadha Muthahhari, , Islam dan tantangan zaman,  Jakarta : Sadra Press, 2011

[12] Siti Maryam,. SejarahPeradaban Islam: Dari MasaKlasikHingga Modern. 2002. Yogakarta: LESFI
[13] Agussalim Sitompul, Perang Salib, Beberapa Aspek Negatif dan Positif (Makalah), Yogyakarta, 2006.

[14] Imam Munawwir, Kebangkitan Islam dan Tantangan-tantangan yang Dihadapi dari Masa ke Masa,
Surabaya, PT. Bina Ilmu

Anda mungkin juga menyukai