Anda di halaman 1dari 73

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Membaca Al-Qur’an berbeda dengan membaca perkataan selainnya

karena Al-Qur’anul Karim adalah mukjizat yang diturunkan oleh Allah kepada

Rasulnya Muhammad shallallahu ‘alaihi wassalam, tentu sebagai kitab Al-

Qur’an perlu dibaca untuk mengetahui isi yang terkandung didalamnya, karena

Al-Qur’an secara harfiah berarti “bacaan” yang bahkan wahyu Al-Qur’an

pertama kali turun juga berkaitan dengan membaca, Allah ta’ala berfirman :

ٍ َ‫عل‬
﴾ ٢﴿ ‫ق‬ َ ‫سانَ م ْن‬ َ ‫﴾ َخ َلقَ ْاْل ْن‬١﴿ َ‫ا ْق َرأْ باسْم َرب َك الَّذي َخ َلق‬
َ ‫علَّ َم ا ْْل ْن‬
﴾٥﴿ ‫سانَ َما لَ ْم يَ ْعلَ ْم‬ َ ‫﴾ الَّذي‬٣﴿ ‫ا ْق َرأْ َو َرب َُّك ْاْل َ ْك َر ُم‬
َ ﴾٤﴿ ‫علَّ َم ب ْالقَلَم‬

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia


telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan
Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan
perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya.”(QS. Al-Alaq: 1-5)1

Dalam membaca Al-Qur’an seseorang diharuskan membacanya dalam

bahasa Arab, yakni bahasa diturunkannya Al-Qur’an, sebagaimana firman

Allah dalam surat yusuf ayat 2:

َ ‫إنَّا أ َ ْنزَ ْلنَاهُ قُ ْرآنًا‬


﴾٢﴿ َ‫ع َربيًّا لَ َعلَّ ُك ْم تَ ْعقلُون‬

“Sesungguhnya Kami menurunkan Al-Qur’an dengan berbahasa arab,


agar kamu memahaminya”.(QS. Yusuf: 2)2

1
Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemah (Bekasi: Cipta Bagus Segara, 2011),
597
2
Departemen Agama RI. Ibid., 235
2

Demikian apabila hanya dibaca arti/ terjemahannya maka seseorang tidak

dapat pahala membaca Al-Qur’an. Sebagai seorang yang tidak menuturkan

bahasa Arab tentu hal ini menjadi sebab seorang tak dapat membaca al-Qur’an

namun hal ini bukan alasan untuk tidak belajar, meskipun bukan penutur bahasa

Arab, seseorang dapat membaca Al-Qur’an dengan berusaha belajar melafalkan

huruf hijaiyyah dengan belajar kepada seorang yang ahli dalam membaca Al-

Qur’an sehingga orang tersebut dapat membaca Al-Qur’an sebagaiman Al-

Qur’an diturunkan dengan membaca sesuai dengan makhraj dan sifat-sifat huruf

karena Al-Qur’an adalah kitab yang mudah dipelajari sebagaimana firman

Allah ta’ala :

﴾١٧﴿ ‫س ْرنَا ْالقُ ْرآنَ للذ ْكر فَ َه ْل م ْن ُمدَّك ٍر‬


َّ ‫َولَقَ ْد َي‬

“Dan sesungguhnya telah kami mudahkan Al-Qur’an untuk pelajaran,


maka adakah orang yang mengambil pelajaran?” (QS. Al-Qamar: 17)3

Membaca Al-Qur’an memiliki banyak keutamaan yang salah satunya

mendapat derajat yang lebih tinggi disisi Allah sebagaimana diriwayatkan

dalam sebuah hadits Ahmad, dari Abdullah bin Umar, bahwa Rasulullah

bersabda:

‫ت ت ُ َرت ُل فى الدُّ ْنيَا فَإ َّن‬ ْ ‫صاحب ْالقُ ْرآن ا ْق َرأْ َو‬
َ ‫ارتَق َو َرت ْل َك َما ُك ْن‬ َ ‫يُقَا ُل ل‬

‫َم ْنزلَ َك ع ْندَ آخر آيَ ٍة ت َ ْق َرؤُ هَا‬

“Akan dikatakan keada pemilik Al-Qur’an, ‘Bacalah dan naiklah, serta


bacalah dengan tartil sebagaimana dahulu kamu membacanya dengan
tartil di dunia, karena sesungguhnya kedudukanmu adalah pada akhir
ayat yang kamu baca.”(HR. Ahmad)4

3
Departemen Agama RI. Ibid., 529
4
Hadits Riwayat Ahmad II, 192
3

Salah satu kegiatan yang ada di Universitas Muhammadiyah Surakarta

dan berkaitan langsung dengan Al-Qur’an adalah Mentoring Al-Islam dan

Kemuhammadiyahan (AIK) yang merupakan bagian dari pendidikan Al-Qur’an

yang memiliki peran yang penting dalam meningkatkan softskill

Mahasiswanya. Sebagai Universitas yang mempuyai slogan “Wacana

Keilmuan dan Ke-Islaman”. Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS)

dengan program Mentoring Al-Islam dan Kemuhammadiyahan (AIK) yang

ditujukan kepada seluruh Mahasiswa semester I dan II. Adanya program

Mentoring AIK ini sebagai wadah mahasiswa dalam mengembangkan dan

kemampuannya dan sebagai tindak lanjut misi Universitas Muhammadiyah

Surakarta yang menginginkan alumninya yang menerapkan nilai-nilai Islam

dan berakhlakul Al-Qur’an. Program ini dikoordinasi Lembaga Pengembangan

Pondok, Al-Islam dan Kemuhammadiyahan (LPPIK).5

Dengan diadakannya Mentoring Al-Islam dan Kemuhammadiyahan,

Mahasiswa Fakultas Agama Islam mendapatkan peluang untuk meningkatkan

softskillnya. Mahasiswa FAI juga dapat mengembangkan potensi mahasiswa

menjadi ulama intelektual, kader persyarikatan, dan praktisi keislaman

profesional sebagaimana tercantum dalam misi Fakultas Agama Islam.

Dalam pelaksanaan program Mentoring AIK, mahasiswa FAI dibagi

dalam kelompok-kelompok kecil dan pembagiannya sesuai kemampuan

mahasiswa setelah mengikuti tes baca tulis Al-Qur’an yang menentukan

5
Mahasri Sobahiyah dkk, Profil Mentoring Al-Islam dan Kemuhammadiyahan
(Surakarta: Mentoring AIK UMS, 2008), 1-3
4

kemampuan membaca Al-Qur’an Mahasiswa. Mahasiswa kemudian dibagi

dalam 3 bidang, yakni Baca dan tulis Al-Qur’an (BTA), Tahsin, dan Tahfidz.

Dengan adanya kegiatan mentroing AIK ini menjadi ketertarikan penulis

untuk meneliti “Peran Mentoring Al-Islam dan Kemuhammadiyahan (AIK)

Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Al-Qur’an Mahasiswa FAI

Universitas Muhammadiyah Surakarta”. Apakah ada peningkatan kualitas

membaca mahasiswa setelah mengikuti kegiatan mentoring, dan seberapa besar

pengaruhnya peran mentoring dalam meningkatkan kemampuan membaca Al-

Qur’an Mahasiswa FAI.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan yang akan

diteliti yaitu:

1. Bagaimana Peran Mentoring Al-Islam dan Kemuhammadiyahan Fakultas

Agama Islam tahun 2018/2019?

2. Apa Faktor-faktor yang mempengaruhi Mahasiswa dalam meningkatkan

kemampuan membaca Al-Qur’an ?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mendeskripsikan peran Mentoring Al-Islam dan

Kemuhammadiyahan tahun 2018/2019.

2. Untuk mendeskripsikan faktor-faktor yang mempengaruhi Mahasiswa

dalam meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an.


5

D. Manfaat Penelitian

1. Secara Teoritis:

Sebagai Sumbangan Ilmiah terhadap Kajian Pendidikan Al-Qur’an

yang menggunakan metode pembelajaran mentoring bagi seluruh elemen

organisasi yang bergerak dalam dakwah pendidikan agama Islam dalam

meningkatan kualitas membaca Al-Qur’an.

2. Secara Praktis :

a. Bagi Mahasiswa baru : Mendapatkan pemahaman bahwa mentoring

yang mereka ikuti akan bermanfaat selain menambah ilmu pengetahuan

tentang Islam, juga manfaat bagi mereka untuk meningkatkan kualitas

membaca Al-Qur’an.

b. Bagi Pementor : Sebagai motivasi berdakwah dalam kegiatan mentoring

yang memiliki peran penting dalam meningkatkan kualitas softskill

mahasiswa dalam membaca Al-Qur’an.

c. Bagi Universitas : Mendapatkan informasi sudah sejauh mana tingkat

efektifitas kegiatan Mentoring Al-Islam dan Kemuhammadiyahan

(AIK) untuk meningkatkan softskill Mahasiswa dengan peningkatan

kualitas membaca Al-Qur’an.

E. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan dipergunakan dalam melaksanakan

penelitian adalah penelitian lapangan (field research) yang merupakan

penelitian untuk mendapatkan informasi data yang relevan dengan fakta


6

yang terjadi di lapangan atau tempat pelaksanaan kegiatan Mentoring AIK

dengan cara melakukan tindakan pengamatan/ observasi terhadap kegiatan

yang sedang dilakukan Mentoring AIK.

Peneliti mencarian data di lapangan dengan terjun secara langsung dan

melihat seksama kegiatan Mentoring AIK. Hal ini bertujuan untuk

menggambarkan atau mendiskripsikan antara teori dengan fakta yang

terjadi dilapangan.6 Oleh sebab itu Peneliti melakukan pengamatan

langsung pada tempat pelaksanaan kegiatan Mentoring Al-Islam dan

Kemuhammadiyahan yang terkait dengan kegiatan yang dapat

meningkatkan kualitas membaca Al-Qur’an mahasiswa di Fakultas Agama

Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta.

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini dilihat dari sudut

pandang termasuk dalam pendekatan psikologis, hal ini dikarenakan

penelitian ini berkaitan erat dengan mental, studi interaksi antar kelompok

mahasiswa sehingga menjadikan faktor dalam meningkatkan kemampuan

membaca Al-Qur’an mahasiswa FAI. Selanjutnya dalam penelitian ini

merupakan praktek lapangan, yaitu melakukan pengamatan atau observasi,

wawancara, angket untuk mendapatkan data yang menjadi tolak-ukur

penelitian dengan melakukan pemeriksaan kebenaran data yang diperoleh7.

6
Mohammad Ali, dkk, “Pedoman Penulis Skripsi Program Studi Pendidikan Agama Islam”,
(Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2018), 22-23.
7
Sugiyono. “Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D”, (Bandung: Alfabet,
2006), 135.
7

Jika dilihat dari data dan tujuan penelitian, pendekatan penelitian ini

termasuk penelitian kuantitatif yang kemudian dituangkan dalam bentuk

kalimat dan angka. Dengan subjek penelitian antara lain jajaran pengurus

Mentoring AIK, pementor dan mahasiswa yang mengikuti kegiatan

Mentoring Al-Islam dan Kemuhammadiyahan (AIK) Fakultas Agama Islam

Universitas Muhammadiyah Surakarta.

3. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat

diperoleh. Sumber data dalam penelitian ini adalah peserta dan pengurus

Mentoring AIK Fakultas Agama Islam sebagai responden dengan

pengumpulan data berupa wawancara dan kuesioner, sumber data

selanjutnya adalah pengamatan atau observasi terhadap pelaksanaan

program Mentoring Al-Islam dan Kemuhammadiyahan(AIK), peneliti

mengamati pelaksanaan program mentoring AIK, Sumber data selanjutnya

adalah mencari dokumen atau data tertulis dari pelaksanaan Mentoring

AIK.8

Sumber data terbagi menjadi dua, yaitu data primer, dan sekunder.

Data primer adalah sebuah informasi secara langsung kepada orang yang

menerima data. Dalam pelaksanaannya, peneliti akan melakukan observasi

lalu melakukan wawancara kepada pengurus dan pementor, serta menyebar

angket kepada peserta Mentoring Fakultas Agama Islam sehingga terdapat

8
Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2010), 172
8

data yang bersifat faktual. Kemudian data sekunder didapat secara tidak

langsung melalui riset dokumentasi. Dalam hal ini peneliti akan meminta

data berupa arsip kurikulum, jadwal kegiatan, dan susunan pengurus

mentoring FAI pada periode 2018/2019.9

4. Subjek Penelitia

Subjek penelitian merupakan sumber utama untuk mendapatkan data

yang berhubungan dengan fenomena di lapangan10. Maka subjek dalam

penelitian ini adalah peserta Mentoring Al-Islam dan Kemuhammadiyahan

sebagai responden dalam penelitian.

5. Teknik Pengumpulan Data

Metode yang digunakan oleh peneliti adalah metode observasi,

wawancara, dokumentasi. Diantara rincian metode yang diperlukan ialah

sebagai berikut:

a. Observasi

Observasi adalah pengamatan dan pencatatan suatu obyek

dengan sistematika fenomena yang diselidiki yang meliputi kegiatan

pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan

seluruh alat indra. Jadi observasi dapat dilakukan dengan melihat,

mencium, mendengar, meraba, dan mengecap.11

Kegiatan dalam observasi dengan tahapan menentukan objek

yang ingin diteliti, dalam hal ini adalah kegiatan Mentoring Al-Islam

9
Ibid., 137.
10
Saifudin Azwar. Metode Penelitian (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), 34.
11
Suharsimi Arikunto, op.cit., 199-200
9

dan Kemuhammadiyahan di FAI UMS, kemudian membuat pedoman

observasi sesuai dengan dampak yang timbul setelah peserta

Mentoring AIK yang akan diteliti, kemudian mulai mengamati tentang

subjek yang diteliti dengan melihat secara langsung kegiatan

mentoring AIK yang diikuti oleh mahasiswa FAI dengan tujuan untuk

mencari data yang diperlukkan.

Tahap yang terakhir yaitu mulai mengumpulkan dan memilah

data yang sudah di dapat dari hasil observasi. Maka yang dijadikan

objek dalam penelitian ini, yaitu Kegiatan yang dapat meningkatkan

kualitas membaca Al-Qur’an dan subyeknya adalah mahasiswa atau

peserta Mentoring AIK. Tujuanya adalah untuk mengetahui secara

langsung

Kegunaan metode Observasi dalam penelitian ini adalah untuk

menggali data berupa pelaksanaan kegiatan, Sarana dan Prasarana dan

kurikulum, jumlah peserta dan pementor dalam kegiatan mentoring

AIK di Fakultas Agama Islam UMS.

b. Wawancara

Wawancara yang sering juga disebut dengan interview adalah

sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer) untuk

memperoleh informasi dari terwawancara (interviewer).12

Dengan menggunakan metode wawancara ini, peneliti dapat

dapat mengumpulkan data-data atau informasi yang dibutuhkan untuk

12
Suharsimi Arikunto, Ibid., 198
10

kegiatan penelitian dengan cara tanya jawab yang berkaitan dengan

tahapan dalam penggunaan metode wawancara ini yaitu pertama

menentukan instruman yang berhubungan dengan kegiatan Mentoring

AIK yang dapat meningkatkan kualitas membaca Al-Qur’an, tahap

kedua adalah peneliti menggunakan teknik pengumpulan data dengan

mengajukan pertanyaan kepada responden dan mencatat atau

merekam jawaban-jawaban dari responden.

Tahap yang ketiga yaitu peneliti melakukan pengelolaan dari

hasil data yang sudah didapat melalui teknik wawancara. Peneliti

menggunakan metode wawancara ini dilakukan secara langsung dan

tidak langsung. Secara langsung, wawancara dilakukan dan ditujukan

kepada responden yang diperlukan keterangan datanya, contohnya

seperti munculnya penerapan progam baru di sekolah seperti halnya

perintisan pendekatan secara langsung kepada siswa hingga usaha

guru dalam membentuk kepribadian siswa. Sedangkan secara tidak

langusung, wawancara dilakukan meminta bantuan pengurus atau

seorang ahli yang mengetahui permasalahan yang terjadi dalam

pelaksanaan kegiatan Mentoring AIK yang dapat memberikan

keterangan sebagai pelengkap informasi yang berkaitan dengan

pelasanaan kegiatan Mentoring AIK.

Kegunaan dari metode ini adalah mendapatkan informasi dari

peserta mentoring AIK seberapa pengaruhnya kegiatan mentoring

AIK dalam meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an yang


11

akan diajukan kepada responden untuk mengetahui mendapatkan data

atau informasi yang dapat dijadikan indikasi yang dapat membuktikan

adanya peningkatan kemampuan membaca Al-Qur’an mahasiswa

FAI.

c. Dokumentasi

Dokumentasi, dari asal katanya dokumen, yang artinya barang-

barang tertulis. Dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti

menyelidiki benda-benda tertulis dalam kegiatan mentoring AIK yang

digunakan untuk membuktikan kebenaran informasi yang diambil saat

melangsungkan penelitian dengan berwujud foto, struktur organisasi,

dan kurikulum yang didapat saat penelitian berlangsung pada

pelaksanaan kegiatan Mentoring AIK kemudian data diolah untuk

digunakan sebagai pelengkap dan penguat data pada penelitian. 13

d. Angket

Angket atau kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang

digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti

laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui. Metode ini

dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau

pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab.14

Angket yang telah disebarkan kepada peserta mentoring AIK

sebagai responden digunakan untuk mendapatkan informasi tentang

13
Ibid., 201
14
Ibid., 194-195
12

peran mentoring AIK bagi mahasiswa Fakultas Agama Islam UMS

dalam meingkatkan kemampuannya membaca al-Qur’an. Selanjutnya

untuk mempermudah perhitungan presentase maka akan diberikan

skor sesuai dengan masing-masing jawaban yag dipilih, yaitu:

Selalu =4
Sering =3
Kadang-kadang = 2
Tidak Pernah =1
6. Metode Analisis Data

Analisis data adalah sebuah kegiatan terhadap pengolahan data yang

telah dikumpulkan peneliti yang diklarifikasikan, kemudian data dipilah,

kemudian dipersiapkan untuk disajikan dalam bentuk hasil dari suatu

penelitian. Analisis dalam penelitian merupakan bagian dalam proses

penelitian yang sangat penting, karena dengan analisis inilah data yang

nampak manfaatnya terutama dalam memecahkan masalah penelitian dan

mencapai tujuan akhir penelitian.15

Penelitian ini dianalisis secara deskripsi kuantitatif yaitu teknik

analisa data yang dilakukan dengan memberikan penjelasan mengenai hasil

temuan yang telah dilakukan kemudian memberikan penjelasan mengenai

hasil temuan yang diperoleh yang berkaitan dengan peran mentoring Al-

Islam dan Kemuhmmadiyahan dalam meningkatkan kemampuan

mahasiswa dalam membaca Al-Qur’an.16

15
Joko Subagyo, Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktik (Jakarta: PT Rineka Cipta,
2015), 104-105.
16
Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2010), 278
13

Berikut ini adalah langkah-langkah yang akan digunakan dalam

proses analisi data:

a. Reduksi Data (menyeleksi data)

Reduksi data merupakan proses penyederhanaan data, yang di

dapatkan dari lapangan sejak awal penelitian hingga penelitian itu

disusun. Apabila semakin lama melakukan penelitian di lapangan, maka

data yang di peroleh akan semakin banyak. Setelah dilakukan reduksi

data agar lebih terfokus pada hal-hal yang penting. Jika data sudah di

ringkas, maka akan memudahkan untuk melakukan pengumpulan data.

Pada tahap reduksi data, peneliti mencari informasi-informasi

sebagai data yang berkaitan dengan aspek yang diteliti. Aspek ketelitian

dalam mereduksi data yang dibutuhkan oleh seorang peneliti untuk

menyajikan data secara baik dan relevan serta respon positif dari pihak

lembaga yang melaksanakan kegiatan dan mahasiswa yang mengikuti

kegiatan Mentoring Al-Islam dan Kemuhammadiyahan.

b. Prosentase

Prosentase digunakan dengan tujuan menghitung besar kecilnya

peran program mentoring AIK yang dilaksanakan dalam meningkatkan

kemampuan membaca Al-Qur’an mahasiswa FAI UMS.

Teknik analisa pada teknik ini menggunakan statistik prosentase

dengan menggunakan rumus:


𝐹
P= 𝑥100
𝑁

Keterangan:
14

P = angka prosentase

F = frekuensi yang dicari prosentasenya

N = Jumlah frekuensi/ banyaknya individu.17

c. Penyajian Data

Proses penyusunan data serta menggabungkan informasi data yang

memungkinkan untuk ditarik kesimpulan. Penyajian data ini berupa

uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, serta sejenisnya. Akan

tetapi yang selalu di gunakan adalah dengan teks yang dinarasikan .

Penyajian data diarahkan agar data yang sudah di reduksi dapat

terorganisasi dan tersusun rapi dalam pola yang berhubungan dengan

fokus penelitian, sehingga mudah untuk dipahami. Setelah penulis

mendapatkan informasi yang terkait dengan membentukan kepribadian

siswa, serta respon dari pihak guru dan siswa tentang adanya proses

membentuk kepribadian siswa, kemudian diolah supaya menjadi data

yang runtut. Informasi yang sudah diolah menjadi informasi yang runtut,

disajikan sesuai uraian naratif.

d. Penarikan Kesimpulan (verifikasi)

Penarikan kesimpualan adalah salah satu kegiatan menarik

kesimpulan berdasarkan data yang didapatkan, kemudian melakukan

pencocokan awal. Kesimpulan awal yang dikemukakan sifatnya masih

sementara dan kemungkinan untuk berubah apabila ditemukan bukti-

17
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006),
43.
15

bukti yang kuat sebagai pendukung tahap pengumpulan data berikutnya.

Apabila data yang ditemukan pada tahap awal didukung oleh data hasil

pengumpulan data selanjutnya, maka kesimpulan yang di dapatkan

sudah menjadi kesimpulan yang benar dan terpercaya.18

Penyajian hasil penelitian perlu menggunakan pola berfikir yang

bertujuan untuk menjadi pengarah alur peneliti. Pada peneliti lapangan

kali ini penulis melakukan dengan cara berfikir secara induktif, yaitu

pola berfikir yang menekankan hal-hal yang bersifat umum menuju ke

pola pemikiran yang khusus. Peneliti melakukan pengumpulan data

sebanyak-banyaknya mungkin dari berbagai sumber terkait dengan

permasalahan yang relevan dengan objek penelitian yang relevan. Dari

data yang sudah didapatkan kemudian penulis mengolah data

sedemikian mungkin dengan menggunakan analisis yang ditentukan

untuk mendapatkan kesimpulan dari peneliti yang dilakukan.

18
Suharsimi Arikunto, op.cit., 387
16

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

Penelitian ini membahas tentang “Peran Mentoring AIK dalam

Meningkatkan Kualitas Membaca Al-Aqur’an Mahasiswa FAI UMS”. Maka

diperlukan penelitian terdahulu yang membahas permasalahan sejenis yang

membahas tentang kegiatan Mentoring dan Kegiatan serupa yang dapat

meningkatkan kualitas dalam membaca al-Qur’an.

Dengan menyertakan penelitian yang telah dilakukan terdahulu atas

masalah sejenis, maka dapat diketahui posisi dan konstribusi penelitian ini

dengan menunjukkan perbedaan hasil antara penelitian terdahulu dengan

penelitian yang akan dilakukan serta menambah wawasan kajian ke-Ilmuan

yang relevan sebagai bahan perbandingan.19 Atas dasar tersebut peneliti

menyertakan hasil penelitian sejenis sebagai berikut:

1. Muhammad Afiyanto, dalam skripsi dengan judul “Penanaman Nilai-nilai

KeIslaman Melalui Kegiatan Mentoring Al-Islam dan

Kemuhammadiyahan)” dengan hasil penelitian sebagai berikut:

a. Penanaman nilai-nilai ke-Islaman melalui kegiatan Mentoring Al-Islam

dan Kemuhammadiyahan di Fakultas teknik Universitas

19
Mohammad Ali dkk, Pedoman Penulisan Skripsi Program Studi Pendidikan Agama
Islam (Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2018), 20.
17

Muhammadiyah Surakarta melalui tiga aspek penelitian, yakni nilai

aqidah, nilai ibadah, dan nilai akhlak.

b. Usaha yang dilakukan pengurus maupun pementor dalam menanmkan

nilai-nilai ke-Islaman dengan memberikan kesempatan kepada

mahasiswa dengan menyampaikan materi dan mengintensifkan baca Al-

Qur’an.

c. Hambatan pelaksanaan mentoring di Fakultas Teknik UMS adalah

banyak pementor yang absen tanpa pemberitahuan terlebih dahulu,

upaya yang dilakukan pengurus adalah bergabung dengan kelompok

mentoring yang lain.20

Dari aspek penelitian tersebut dapat diambil kesimpulan mengenai

kesamaan penelitian yang dilakukan Muhammad Afiyanto dengan

penelitian yang akan dibuat adalah meneliti kegiatan Mentoring Al-

Islam dan Kemuhammadiyahan. Sedangkan perbedaannya adalah lokasi

pada penelitian ini, Muhammad Afiyanto melakukan penelitian di

Fakultas Teknik sedangkan penelitian saya berada di Fakultas Agama

Islam. Perbedaan kedua, Muhammad Afiyanto meneliti penanaman

nilai-nilai keislaman yang mencakup aqidah, nilai ibadah, dan nilai

akhlak. Sedangkan penelitian saya fokus terhadap pendidikan al-Qur’an

yang dilaksanaka dalam kegiatan Mentoring AIK yang dapat

meningkatan kualitas membaca al-Qur’an mahasiswa FAI.

20
Muhammad Afiyanto, Penanaman Nilai-nilai KeIslaman Melalui Kegiatan Melalui
Kegiatan Mentoring Al-Islam dan Kemuhammadiyahan, Skripsi (Surakarta: Program Studi
Pendidikan Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2015).
18

2. Iftihatur Rohmah, dalam penelitian dengan judul “Studi Komparasi

Terhadap Kurikulum Mentoring Al-Islam dan Kemuhammadiyahan tahun

2008 dan 2015 (Studi Kasus di Universitas Muhammadiyah Surakarta)”

dengan kesimpulan bahwa perubahan kurikulum Mentoring Al-Islam dan

Kemuhammadiyahan dari tahun 2008 dan 2015 didasarkan pada kondisi

peserta mentoring yang sebelumnya mengukuti tes baca tulis yang

sebelumnya diikuti Mahasiswa baru sebelum masa perkulihan aktif di

semester satu dengan hasil yang menunjukkan bahwa masih ada mahasiswa

baru yang belum bisa membaca Al-Qur’an dan belum mampu

melaksanakan shalat dengan tuntunan yang benar. Dengan demikian

perubahan kurikulum dianggap lebih efektif untuk diterapkan di Mentoring

Al-Islam dan Kemuhammadiyahan Universitas Muhammadiyah

Surakarta.21

Kesamaan aspek penelitian yang dilakukan Iftihatur Rohmah dengan

penelitian ini adalah melakukan penelitian pada Kegiatan Mentoring AIK

sedangkan perbedaan dalam penelitian adalah Iftihatur meneliti kurikulum

yang digunakan dalam melaksanakan kegiatan mentoring AIK sedangkan

penelitian ini adalah peran Mentoring AIK dalam meningkatkan kualitas

membaca Al-Qur’an.

21
Iftihatur Rohmah, “Studi Komparasi Terhadap Kurikulum Mentoring Al-Islam dan
Kemuhammadiyahan tahun 2008 dan 2015 (Studi Kasus di Universitas Muhammadiyah
Surakarta)”, Jurnal (Surakarta: Program Studi Pendidikan Agama Islam Universitas
Muhammadiyah Surakarta, 2017).
19

3. Farida Arbaiatin Ulfa, dalam skripsi yang berjudul “Upaya Program

Mentoring Keislaman Dalam Meningkatkan Pendidikan Karakter Siswa Di

Sma Negeri 3 Surakarta Tahun 2017” dengan hasil penelitian yang

seanjutnya disimpulan sebagai berikut:

a. Upaya program Mentoring dalam meningkatkan pendidikan karakter

siswa diantara beberapa adalah sebagai berikut: sasaran materi yang

diberikan dalam mentoring merupakan materi tentang pendidikan

karakter yang harus dimiliki oleh seorang muslim, adanya kelompok

kecil di sekolah melalui mentoring sehingga siswa mempunyai

komunitas kebaikan, pemberian teladan dari mentor yang

mencerminkan pendidikan karakter secara langsung, adanya metode

saling menasihati dalam mentoring yang menciptakan ukhuwah

islamiyah yang harmonis.

b. Faktor pendorong dan penghambat program mentoring keislaman antara

lain. Faktor pendorongnya adalah: mendapatkan dukungan penuh dari

pihak sekolah, dijadikan sebagai program wajib untuk kelas X,

dimasukkan ke dalam unsur nilai Pendidikan Agama Islam, keteladanan

dari pementor. Sedangkan faktor penghambatnya antara lain: jadwal

masing-masing siswa yang berbenturan, ketidak tepatan waktu (tidak on

time), kurangnya motivasi dari dalam diri siswa, dan tidak adanya dana

khusus dari sekolah untuk program mentoring.22

22
Farida Arbaiatin Ulfa, Upaya Program Mentoring Keislaman dalam Meningkatkan
Pendidikan Karakter Siswa di SMA Negeri 3 Surakarta tahun 2017, Skripsi ( Surakarta: Program
Studi Pendidikan Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2017).
20

Kesamaan aspek penelitian yang ditulis oleh Farida dengan penelitian yang

ini adalah penelitian yang berkaitan dengan kegiatan Mentoring KeIslaman.

Adapun perbedaan penelitian yang Farida lakukan dengan penelitian ini

yaitu, pertama tempat penelitian, dimana penelitian yang dilakukan Farida

di SMA Negeri 3 Surakarta sedangkan penelitian ini di Fakultas Agama

Islam di Universitas Muhammadiyah Surakarta, perbedaan kedua adalah

penelitian Farida fokus kepada pendidikan karakter sedangkan penelitian

saya adalah pendidikan Al-Qur’an.

4. Oktora Rinjani, 2014. Dalam penelitian yang berjudul “Hubungan Antara

Kedisiplinan Menjalankan Shalat Dengan Kepercayaan Diri Pada Mentor

Kegiatan Mentoring Universitas Muhammadiyah Surakarta” dengan hasil

Adanya hubungan positif yang sangat signifikan antara kedisiplinan

menjalankan shalat dengan kepercayaan diri. Sumbangan efektif atau

peranan kedisiplinan menjalankan shalat terhadap kepercayaan diri sebesar

17% ini berarti masih terdapat 83% faktor lain yang mempengaruhi

kepercayaan diri di luar variable kedisiplinan menjalankan shalat.

Kedisiplinan shalat pada subjek tergolong tinggi. Kepercayaan diri pada

subjek tergolong sedang.23

Kesamaan aspek penelitian yang ditulis oleh Oktora dengan penelitian ini

adalah penelitian dengan obyek Mentoring Al-Islam dan

Kemuhammadiyahan yang ada di Universitas Muhammadiyah Surakarta

23
Oktora Rinjani, Hubungan Antara Kedisiplinan Menjalankan Shalat Dengan
Kepercayaan Diri Pada Mentor Kegiatan Mentoring Universitas Muhammadiyah Surakarta,
Skripsi ( Surakarta: Program Studi Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2014).
21

sedangkan perbedaan antara kedua penelitian ini adalah penelitian Oktora

Fokus kajiannya kepada kedisiplinan menjalankan shalat dan penelitian ini

fokus kepada pendidikan al-Qur’an, yakni peran dalam meningkatkan

kualitas membaca al-Qur’an.

5. Syaripuddin, 2016, dalam skripsinya dengan judul “Peningkatan

Kemampuan Baca Al-Qur’an Melalui Metode Iqra’ di TPA Raudhatul

Fitriyah Desa Simpang Dua Kecamatan Kluet Tengah Kabupaten Aceh

Selatan”. Dari kesimpulan yang didapat dari penelitiannya yaitu:

a. Metode Iqra’ dapat meningkatkan kemampuan baca Al-Qur’an Santri di

TPA Raudhatul Fithriyah Desa Simpang Dua Kecamatan Kluet Tengah

Kabupaten Aceh Selatan. Hal ini dapat dilihat dari nilai yang dicapai

oleh santri, pada nilai pre-test mendapatkan nilai rata-rata 81,1%, dan

Siklus I meningkat menjadi 83% serta pada Siklus II meningkat menjadi

87,25% kemudian kemampuan baca Al-Qur’an santri di TPA

Raudhatul Fitriyah desa Simpang Dua Kecamatan Kluet Tengah

Kabupaten Aceh Selatan semakin meningkat pada post-test, hingga

mencapai 90%. Dengan demikian, terjadi peningkatan kemampuan

santri dalam membaca Al-Qur’an sampai 8,9% dari kemampuan awal

mereka.

b. Penerapan Metode Iqra’ pada TPA Raudhatul Fitriyah Desa Simpang

Dua Kecamatan Kluet Tengah Kabupaten Aceh Selatan berhasil, hal ini

dapat dilihat dari peningkatan kualitas pembelajaran, baik dari santri

maupun ustadz. Hal ini dapat dilihat dari persentase aktifitas santri yang
22

pada siklus I hanya 50% meningkat menjadi 83% pada Siklus II.

Adapun peningkatan aktifitas ustadz pada siklus I hanya 58% dan

meningkat menjadi 86% pada siklus II. Hal itu menunjukkan

peningkatan setelah pembelajaran Al-Qur’an dengan metode 71 72

Iqra’ di TPA Raudhatul Fitriyah Desa Simpang Dua Kecamatan Kluet

Tengah Kabupaten Aceh Selatan.24

Kesamaan aspek penelitian antara penelitian yang dilakukan Syarippudin

dengan penelitian yang akan dibuat adalah meneliti pendidikan Al-Qur’an

yang fokus kepada peningkatan kualitas membaca Al-Qur’an. Sedangkan

perbedaan penelitian Syarippudin dengan penelitian ini yaitu, pertama

tempat penelitian dimana penelitian ini dilingkungan Universitas

Muhammadiyah Surakarta sedangkan Syarippudin di Desa di Kabupaten

Aceh Selatan. Kedua, obyek yang diteliti Syarippudi adalah kegiatan TPA

sedangkan obyek penelitian ini adalah kegiatan Mentoring Al-Islam dan

Kemuhammadiyahan.

24
Syarippudin, “Peningkatan Kemampuan Baca Al-Qur’an Melalui Metode Iqra’ di TPA
Raudhatul Fitriyah Desa Simpang Dua Kecamatan Kluet Tengah Kabupaten Aceh Selatan”,
Skripsi (Banda Aceh: Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Ar-Rantry
Darrussalam, 2016).
23

B. Kerangka Teoritik

1. Peran Mentoring Al-Islam dan Kemuhammadiyahan

a. Peran

1) Definisi Peran

Peran menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah

perangkat tingkah yang yang diharapkan dimiliki oleh orang yang

berkedudukan dalam masyarakat. Menurut pengertian yang lebih

luas peran adalah patokan atau ukuran yang ada dalam kehidupan

manusia sehingga berfungsi untuk membatasi perilaku dalam setiap

posisi.25

Teori peran adalah sebuah teori yang digunakan dalam dunia

sosiologi, psikologi dan antropologi yang merupakan perpaduan

berbagai teori, orientasi maupun disiplin ilmu. Teori peran berbicara

tentang istilah “peran” yang biasa digunakan dalam dunia teater,

dimana seorang aktor dala teater harus bermain sebagai tokoh

tertentu dan dalam posisinya sebagai tokoh itu ia diharapkan untuk

berprilaku secara tertentu. Posisi seorang aktor dalam teater

dinalogikan dengan posisi seseorang dalam masyarakat, dan

keduanya memiliki kesamaan posisi.26

Dari paparan diatas tersebut dapat disimpulkan bahwa peran

adalah posisi dan prilaku seseorang yang diharapkan dari padanya

25
Edy Suhardono, Teori Peran Konsep, Derivasi dan Implikasinya ( Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama, 1994), 3
26
Sarlito Wirawan Sarwono, Teori- Teori Psikologi Sosial (Jakarta: Rajawali Pers, 2015),
215
24

tidak berdiri sendiri, melainkan selalu berada dalam kaitannya

dengan adanya orang- orang lain yang berhubungan dengan orang

atau aktor tersebut. Pelaku peran menjadi sadar akan struktur sosial

yang didudukinya, oleh karena itu seorang aktor berusaha untuk

selalu nampak “mumpuni” dan dipersepsi oleh aktor lainnya sebagai

“tak menyimpang“ dari sistem harapan yang ada dalam

masyarakat.27

2) Perilaku Dalam Peran

Perilaku dalam sebuah peran terbagi menjadi 3 indikator tentang

perilaku dalam kaitanya dengan peran sebagai berikut :

a) Harapan tentang peran (expectation)

Harapan tentang peran adalah harapan- harapan orang lain

tentang perilaku yang pantas, yang seharusnya ditunjukkan oleh

seseorang yang mempunyai peran tertentu. Harapan tentang

perilaku ini bisa berlaku umum, bisa merupakan harapan dari

segolongan orang saja, dan bisa juga merupakan harapan dari

satu orang tertentu.28

b) Norma (norm)

Norma hanya merupakan salah satu bentuk harapan yang terbagi

dalam jenis- jenis harapan sebagai berikut :

27
Edy Suhardono, op. cit., 4
28
Ibid., 217
25

(1) Harapan yang bersifat meramalkan (anticipatory), yaitu

harapan tentang suatu perilaku yang akan terjadi.

(2) Harapan normatif (role expectation), yaitu keharusan yang

menyertai suatu peran. Harapan normatif ini dibagi lagi ke

dalam dua jenis:

(a) Harapan yang terselubung (convert), yaitu harapan itu

tetap ada walaupun tidak diucapkan.

(b) Harapan normatif (role expectation), yaitu keharusan

yang menyertai suatu peran.29

c) Wujud perilaku dalam peran (performance)

Peran diwujudkan dalam perilaku oleh aktor. Wujud

perilaku dalam peran ini nyata dan bervariasi, berbeda- beda dari

satu aktor ke aktor yang lain. Variasi tersebut dalam teori peran

dipandang normal dan tidak ada batasnya.

Teori peran tidak cenderung mengklasifikasikan istilah-

istilahnya menurut perilaku khusus, melainkan berdasarkan

klasifikasinya pada sifat asal dari perilaku dan tujuannya

(motivasinya). Sehingga, wujud perilaku peran dapat

digolongkan misalnya kedalam jenis hasil kerja, hasil sekolah,

hasil olahraga, pendisiplinan anak, pencari nafkah,

pemeliharaaan ketertiban, dan lain sebagainya.

29
Ibid., 217-218
26

Peran dilihat wujudnya dari tujuan dasarnya atau hasil

akhirnya, terlepas dari cara mencapai tujuan atau hasil tersebut.

Namun tidak menutup kemungkinan adanya cara- cara tertentu

dalam suatu peran yang mendapat sanksi dari masyarakat. Suatu

cara menjadi penting dalam perwujudan peran, ketika cara itu

bertentangan dengan aspek lain dari peran. Dengan demikian,

seorang bebas untuk menentukan cara- caranya sendiri selama

tidak bertentangan dengan setiap aspek dari peran yang

diharapkan darinya.30

b. Mentoring Al-Islam dan Kemuhammadiyahan

1) Definisi

Mentoring berasal dari kata mitologi Yunani, kata mentor

berarti berperan sebagai adviser, role model, consellor tutor dan atau

guru.

Mentoring yaitu hubungan yang saling menguntungkan dari

seseorang yang mempunyai pengalaman lebih kepada individu yang

kurang berpengalaman untuk mengidentifikasi dan meraih tujuan

bersama. 31

Mentoring Al-Islam dan Kemuhammadiyahan merupakan

salah satu strategi pembinaan ke-Islaman bagi mahasiswa yang

dilakukan melalui halaqah-halaqah (kelompok-kelompok) secara

30
Ibid., 219-220
31
Kaswan, Coaching dan Mentoring: Untuk Peningkatan SDM dan Peningkatan Kinerja
Organisasi (Bandung: Alfabeta, 2012), 13
27

terencana, terarah, dan bertanggung jawab untuk mengembangkan

potensi dan fitrah keagamaan mahasiswa Universitas

Muhammadiyah Surakarta, sebagai tanggung jawab moral dan

komitmen untuk mewujudkan kampus yang berwacana keilmuan

dan ke-Islaman.32

2) Status Mentoring Al-Islam dan Kemuhammadiyahan

a) Mentoring Al-Islam dan Kemuhammadiyahan wajib diikuti oleh

seluruh mahasiswa UMS Semester I dan II.

b) Sertifikat Mentoring Al-Islam dan Kemuhammadiyahan

merupakan syarat bagi pengambil Mata Kuliah Studi

Kemuhammadiyahan atau Bahasa Arab IV (Khusus bagi

mahasiswa FAI).

3) Tujuan Mentoring Al-Islam dan Kemuhammadiyahan

a) Tujuan Umum

Mendampingi dan mengarahkan mahasiswa dalam mengkaji dan

mengaplikasikan nilai-nilai ke-Islaman dalam dirinya sehingga

terbentuk pribadi yang sadar akan keharusan

mengimplementasikan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan

sehari-hari.

32
Mahasri Sobahiyah dkk, Profil Mentoring Al-Islam dan Kemuhammadiyahan
(Surakarta: Mentoring AIK UMS, 2008), 3
28

b) Tujuan Khusus

(1) Memberantas buta huruf al-Qur’an di kalangan mahasiswa

UMS.

(2) Mendorong Mahasiswa untuk belajar dan memahami Islam

secara teoritik, empirik dan aplikatif (komprehensif)

berdasarkan al-Qur’an dan as-Sunnah al-Maqbullah.

(3) Menghantarkan mahasiswa kepada perubahan konstruktif

menuju pengaplikasian nilai-nilai ke-Islaman dalam

kehidupan sehari-hari.

(4) Menyiapkan kader-kader mentor yang berdedikasi tinggi

untuk menjaga keberlangsungan pelaksanaan program

mentoring pada periode berikutnya.

4) Manfaat Mentoring

Manfaat mentoring terdiri atas maanfaat bagi peserta dan bagi

pementor, dengan uraian sebagai berikut:

a) Manfaat bagi Peserta Mentoring

(1) Menambah Ilmu Agama selain di meja kuliah

(2) Menjadi sarana konsultasi baik permasalahan akademik dan

non akademik.

b) Manfaat bagi Pementor

Manfaat utama untuk pementor adalah kesempatan untuk

membimbing peserta mentoring sehingga meningkatkan softskill

berupa pendampingan dan pendidikan kepada peserta mentoring


29

serta menambah kepercayaan diri untuk menyampaikan ilmunya

kepada anggota/peserta mentoring.

2. Al-Qur’an

a. Definisi al-Qur’an

Kata al-Qur’an menurut bahasa mempunyai arti yang bermacam-

macam, salah satunya adalah bacaan atau sesuatu yang harus dibaca,

dipelajari. Adapun menurut istilah para ulama berbeda pendapat dalam

memberikan definisi terhadap al-Qur’an. Ada yang mengatakan bahwa

al-Qur’an adalah kalam Allah yang bersifat mu’jizat yang diturunkan

kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantara Jibril dengan lafal dan

maknanya dari Allah SWT, yang dinukilkan secara mutawatir;

membacanya merupakan ibadah; dimulai dengan surah al-Fatihah dan

diakhiri dengan surah an-Nas.33

Ada juga yang mengatakan: al-Qur’an adalah kalamullah yang

diturunkan kepada Nabi Muhammad, dengan bahasa Arab, yang sampai

kepada kita secara mutawatir, yang ditulis di dalam mushaf, dimulai dari

Surah al-Fatihah dan diakhiri dengan Surah an-Nas, membacanya

berfungsi sebagai ibadah, sebagai mukjizat bagi Nabi Muhammad dan

sebagai hidayah atau petunjuk bagi umat manusia. Dari beberapa

definisi yang disebutkan, dapat dikatakan bahwa unsur-unsur utama

yang melekat pada al-Qur’an adalah:

1) Kalamullah

33
M. Quraish Shihab, Sejarah dan Ulum Al-Qur’an, (Jakarta: Pusataka Firdaus, 2008), 13.
30

2) Diturunkan kepada Nabi Muhammad

3) Melalui Malaikat Jibril

4) Berbahasa Arab

5) Menjadi mukjizat Nabi Muhammad

6) Berfungsi sebagai “hidayah” (petunjuk, pembimbing) bagi

7) manusia.34

Dari penjelasan tersebut dapat ditarik suatu pengertian bahwa Al-

Qur’an ialah wahyu yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi

Muhammad SAW melalui perantara Malaikat Jibril dengan bahasa

Arab, sebagai mukjizat Nabi Muhammad yang diturunkan secara

mutawatir untuk dijadikan petunjuk dan pedoman hidup bagi setiap

umat Islam yang ada di muka bumi.

b. Kemampuan Membaca Al-Qur’an

Wahyu berupa al-Qur’an turun pertama kali di Gua Hira’. Ketika

itu Nabi Muhammad saw didatangi oleh malaikat jibril dan berkata

kepada beliau iqro’ yang berarti “Bacalah”. Hal ini selaras dengan arti

al-Qur’an secara etimologi yaitu bacaan, sebagai pedoman bagi umat

Islam tentunya al-Qur’an hendaknya senantiasa dibaca untuk dapat

memahami dan berusaha untuk mengamalkannya.

Seorang yang ingin membacanya tentunya membutuhkan

kemampuan untuk membaca yang diartikan kesanggupan atau

kecakapan dalam melafalkan setiap huruf yang ada pada kitabullah, hal

34
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya, 8
31

inilah yang perlu dipelajari oleh setiap umat muslim jika hendak

membaca al-Qur’an karena membaca al-Qur’an secara baik dan benar

(membaca sesuai dengan aturan-aturan ilmu tajwid) hukumnya fardu

‘ain.

Kemampuan membaca al-Qur’an dapat dilihat melalui cara

pengajaran al-Qur’an yang meliputi :

1) Pengenalan huruf hijaiyah, yaitu huruf arab dari alif sampai

ya’.

2) Cara membunyikan masing-masing huruf hijaiyah dan sifat-

sifatnya.

3) Bentuk dan fungsi tanda baca seperti syakal, syiddah, tanda

panjang, tanwin dsb.

4) Bentuk dan fungsi tanda berhenti waqaf

5) Membaca melagukan dengan bermacam-macam irama dan

bermacam-macam qiraat dalam Ilmu Qiraat dan Ilmu Nadham

6) Membaca dengan adabut tilawah yaitu adab/etika atau tata

cara membaca al-Qur’an sesuai dengan fungsi bacaan itu

sebagai ibadah.35

35
Zakiyah Darajat, dkk, Methodik Khusus Pengajaran Agama Islam ( Jakarta: Bumi
Aksara, 1995), 91
32

c. Keutamaan Membaca Al-Qur’an

1) Firman Allah SWT,

‫الظلُ َمات إلَى النُّور بإ ْذن‬ َ َّ‫اب أ َ ْنزَ ْلنَاهُ إلَي َْك لت ُ ْخر َج الن‬
ُّ َ‫اس من‬ ٌ َ ‫الر ۚ كت‬

﴾١﴿ ‫َربه ْم إلَ ٰى ص َراط ْال َعزيز ْال َحميد‬

“Alif, lam ra. (ini adalah) kitab yang kami turunkan kepadamu
supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada
cahaya terang benderang dengan izin rabb mereka, (yaitu) menuju
jalan Tuhan yang maha perkasa lagi maha terpuji.” (QS.
Ibrahim:1)36
2) Hadits Rasulullah SAW

‫صلى هللا عليه‬- ‫ِهَّللا‬ ُ ‫ِهَّللا بْنَ َم ْسعُو ٍد رضى هللا عنه يَقُو ُل قَا َل َر‬
َّ ‫سو ُل‬ َ ‫ع ْن‬
َّ ‫عبْد‬ َ

َ ‫سنَةٌ َو ْال َح‬


َ‫سنَةُ بعَ ْشر أ َ ْمثَال َها ال‬ َّ ‫ « َم ْن قَ َرأ َ َح ْرفًا م ْن كت َاب‬-‫وسلم‬
َ ‫ِهَّللا فَلَهُ به َح‬

‫ف‬ ٌ ‫ف َوالَ ٌم َح ْر‬


ٌ ‫ف َومي ٌم َح ْر‬ ٌ ‫ف َولَك ْن أَل‬
ٌ ‫ف َح ْر‬ ْ ‫أَقُو ُل الم‬
ٌ ‫حر‬

“Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata:


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Siapa yang
membaca satu huruf dari Al Quran maka baginya satu kebaikan
dengan bacaan tersebut, satu kebaikan dilipatkan menjadi 10
kebaikan semisalnya dan aku tidak mengatakan ‫ الم‬satu huruf akan
tetapi Alif satu huruf, Laam satu huruf dan Miim satu huruf.” (HR.
Tirmidzi)37

« -‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫ِهَّللا‬ ُ ‫ت قَا َل َر‬


َّ ‫سو ُل‬ ْ َ‫شةَ رضى هللا عنها قَال‬ َ ‫ع ْن‬
َ ‫عائ‬ َ
ْ ُ َّ ْ ْ َّ ‫ْال َماه ُر بالقُ ْرآن َم َع ال‬
‫سفَ َرة الك َرام البَ َر َرة َوالذى َي ْق َرأ القُ ْرآنَ َو َيتَت َ ْعت َ ُع فيه‬ ْ
‫َاق لَهُ أَجْ َران‬
ٌّ ‫علَيْه ش‬ َ ‫» َو ُه َو‬
“Aisyah radhiyallahu ‘anha meriwayatkan bahwa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Seorang yang
lancar membaca Al Quran akan bersama para malaikat yang
mulia dan senantiasa selalu taat kepada Allah, adapun yang
membaca Al Quran dan terbata-bata di dalamnya dan sulit

36
Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemah (Bekasi: Cipta Bagus Segara, 2011),
255
37
Muhammad Nashirudin Al-Albani. Shahih Sunan Tirmidzi, 2915
33

atasnya bacaan tersebut maka baginya dua pahala” (HR.


Muslim).38

َّ ‫سو َل‬
‫صلى هللا‬- ‫ِهَّللا‬ ُ ‫سم ْعتُ َر‬ ُّ ‫ع ْن أَبي أ ُ َما َمةَ ْال َباهل‬
َ ‫ى رضى هللا عنه قَا َل‬ َ

ْ َ ‫ يَقُو ُل « ا ْق َر ُءوا ْالقُ ْرآنَ فَإنَّهُ يَأْتى َي ْو َم ْالق َيا َمة شَفيعًا ْل‬-‫عليه وسلم‬
‫ص َحابه‬

“Abu Umamah Al Bahily radhiyallahu ‘anhu berkata: “Aku telah


mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Bacalah Al Quran karena sesungguhnya dia akan datang pada
hari kiamat sebagai pemberi syafa’at kepada orang yang
membacanya” (HR. Muslim).39

d. Membaca Al-Qur’an dengan Tartil

Dalam membaca Al-Qur’an hendaknya membaca dengan tartil, Allah

SWT berfirman:

َ ‫آن ُج ْملَةً َواحدَة ً ۚ َك ٰذَل َك لنُثَب‬


‫ت به‬ ُ ‫علَيْه ْالقُ ْر‬
َ ‫َوقَا َل الَّذينَ َكفَ ُروا َل ْو َال نُز َل‬

ً ‫فُ َؤادَ َك ۖ َو َرت َّ ْلنَاهُ تَ ْرت‬


‫يل‬

“Dan berkatalah orang-orang yang kafir: "Mengapa Al Quran itu tidak


diturunkan kepadanya sekali turun saja? Demikianlah supaya Kami
perkuat hatimu dengannya dan Kami membacanya secara tartil (teratur
dan benar).” (QS. Al-Furqan: 32)40

e. Faktor-faktor yang dapat Meningkatkan Kemampuan Membaca

Al-Qur’an

Dalam mempelajari Al-Qur’an terdapat beberapa faktor yang

mempengaruhi seseorang untuk dapat meningkatkan kemampuannya

dalam membaca Al-Qur’an, berikut adalah faktor-faktornya:

38
Imam Bukhari. Shahih Bukhari Muslim Bab Membaca dan Mendengarkan Al-Qur’an,
157.
39
HR Muslim
40
Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Terjemah (Bekasi: Cipta Bagus Segara, 2011),
362
34

1) Faktor Psikologis Mahasiswa

Salah satu faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca

Al-Qur’an adalah psikologis, yang antara lain:

a) Intelegensi

Intelegensi merupakan kecakapan yang terdiri dari

dari tiga jenis, yaitu kecakapan untuk menghadapi dan

menyesuaikan diri ke dalam situasi yang baru dengan cepat

dan efektif, mengetahui atau menggunakan konsep-konsep

yang abstrak secara efektif dan mengetahui dan

mempelajarinya dengan cepat. Intelegensi juga merupakan

kemampuan psikofisik untuk mereaksi rangsangan atau

menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang

tepat.

Tingkatan kecerdasan atau intelegensi (IQ)

seseorang tidak dapat diragukan lagi, sangat menentukan

tingkat keberhasilan belajarnya. Ini berarti bahwa

semaking tinggi tingkat kecerdasan seseorang maka

semaking besar peluang untuk meraih prestasi. Sebaliknya,

semakin rendah tingkat kecerdasan seseorang maka

semakin kecil pula peluangnya untuk meraih prestasi,

kecuali orang tersebut rajin, dan ulet.41

41
Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Raja Grapindo
Persada, 2006), 129.
35

b) Minat

Minat adalah adalah kecenderungan untuk selalu

memperhatikan dan mengingat sesuatu secara terus

menerus yang sangat erat hubungannya dengan perasaan

senang, minat ini juga sebagai kekuatan untuk dapat

mendorong seseorang untuk terus belajar.42

Jika dikaitkan dengan minat membaca Al-Qur’an

maka mahasiswa mempunyai keinginan yang kuat untuk

dapat membaca Al-Qur’an dan akan senang hati untuk

meningkatkan kemampuan membacanya.

c) Bakat

Bakat merupakan kemampuan potensial yang

dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada

masa yang akan datang. Kemampuan potensial ini baru

akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah

belajar atau berlatih.43

Bila mahasiswa mempunyai bakat atau kemampuan

potensial maka dengan sedikit latihan ia akan lebih cepat

belajar meningkatkan kemampuannya dalam membaca

Al-Qur’an.

d) Motivasi

42
Fadilah Suralaga, dkk, Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Islam (Jakarta: UIN
Jakarta Press, 2005), 122.
43
Tohirin, op.cit., 131.
36

Motivasi adalah kondisi psikologis yang mendorong

seseorang untuk melakukan sesuatu. Jadi motivasi untuk

belajar adalah kondisi psikologis yang mendorong

seseorang untuk belajar.44

Dengan motivasi yang baik dari diri mahasiswa akan

membuat mahasiswa dengan senang membaca, dan

mempelajari Al-Qur’an, motivasi belajar ini juga sebagai

faktor yang cukup penting bagi mahasiswa untuk

meningkatkan kemampuannya dalam membaca Al-

Qur’an karena pengaruh psikologis dari diri sendiri untuk

terus berkembang.

44
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar Edisi II (Jakarta: Rineka Cipta, 2011) 200.
37

BAB III
DESKRIPSI DATA

A. Gambaran Umum

1. Latar Belakang Pelaksanaan Mentoring AIK

Sebagai Perguruan Tinggi yang mengemban misi ke-Islaman,

Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) harus memiliki nilai lebih

pada nilai spiritualitas (keagamaan) dibandingkan Perguruan Tinggi Lain

yang tidak berbasis ke-Islaman. Sehingga wacana keilmuan dan ke-Islaman

sangat tepat dijadikan nilai plus bagi UMS. Mentoring Al-Islam dan

Kemuhammadiyahan adalah implementasi dan internalisasi dari wacana ke-

Islaman dalam keseharian kehidupan mahasiswa, sehingga menjadi faktor

yang mempengaruhi tata nilai ke-Islaman dalam kehidupan di kampus

maupun lingkungan tempat tinggal mahasiswa. Di antara faktor-faktor

tersebut adalah tingkat pemahaman mahasiswa terhadap nilai-nilai Islam,

latar belakang keluarga mahasiswa, dan lingkungan tempat bergaul

mahasiswa.

Sebagai upaya untuk menopang terwujudnya mahasiswa menjadi

sarjana-sarjana muslim yang sarat dengan nilai-nilai ke-Islaman, baik dalam

setiap gerak, sikap dan tutur kata, sehingga terlahir generasi (kader)

pemimpin bangsa bangsa baru yang memiliki sifat-sifat mulia yang berdasar

pada nilai-nilai Islam.45

45
Dokumentasi Mentoring Al-Islam dan Kemuhammadiyahan tahun 2008
38

2. Dasar Mentoring Al-Islam dan Kemuhammadiyahan

a. UMS sebagai salah satu Perguruan Tinggi Muhammadiyah yang

merupakan bagian dari amal usaha Muhammadiyah turut mendukung

visi dan misi Muhammadiyah.

b. UMS sebagai wacana keilmuan dan keislaman.

c. Surat Rektor No. 042/A.2-II/SR/2002 tentang Penegasan Pelaksanaan

Mentoring Al-Islam dan Kemuhammadiyahan.

3. Status Mentoring Al-Islam dan Kemuhammadiyahan

a. Mentoring Al-Islam dan Kemuhammadiyahan wajib diikuti oleh

seluruh mahasiswa UMS Semester I dan II.

b. Sertifikat Mentoring Al-Islam dan Kemuhammadiyahan merupakan

syarat bagi pengambil Mata Kuliah Studi Kemuhammadiyahan atau

Bahasa Arab IV (khusus bagi mahasiswa FAI).

4. Visi Mentoring Al-Islam dan Kemuhammadiyahan

Mentoring Al-Islam dan Kemuhammadiyahan diarahkan untuk

mewujudkan wacana ke-Islaman dalam kehidupan kampus dengan

membangun karakter Islami dalam pribadi mahasiswa UMS, yaitu pribadi

yang shiddiq, amanah, tablig, fathanah dan istiqomah.46

5. Misi Mentoring Al-Islam dan Kemuhammadiyahan

Membentuk mahasiswa yang beraqidah lurus, taat beribadah dan

berakhlak mulia sesuai dengan Al-Qur’an dan al-Sunnah al-Maqbullah

melalui halaqah-halaqah, yang masing-masing beranggotakan 12-15

46
Dokumentasi Mentoring Al-Islam dan Kemuhammadiyahan tahun 2008
39

mahasiswa dengan didampingi oleh seorang mentor (Kakak mentor).

Melalui halaqah, mentor memberikan bimbingan dalam rangka internalisasi

nilai-nilai ke-Islaman pada anggotanya dan membantu menyelesaikan

masalah-masalah keagamaan yang dihadapi oleh para anggotanya.

6. Tujuan Mentoring Al-Islam dan Kemuhammadiyahan

a. Tujuan Umum

Mendampingi dan mengarahkan mahasiswa dalam mengkaji dan

mengaplikasikan nilai-nilai ke-Islaman dalam dirinya sehingga

terbentuk pribadi yang sadar akan keharusan mengimplementasikan

nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

b. Tujuan Khusus

1) Memberantas buta huruf al-Qur’an di kalangan mahasiswa UMS.

2) Mendorong mahasiswa untuk belajar dan memahami Islam secara

teoritik, empirik dan aplikatif (komprehensif) berdasarkan al-Qur’an

dan as-Sunnah al-Maqbullah.

3) Menghantarkan mahasiswa kepada perubahan konstruktif menuju

pengaplikasian nilai-nilai ke-Islaman dalam kehidupan sehari-hari.

4) Menyiapkan kader-kader mentor yang berdedikasi tinggi untuk

menjaga keberlangsungan pelaksanaan program mentoring pada

periode berikutnya.47

47
Dokumentasi Mentoring Al-Islam dan Kemuhammadiyahan tahun 2008
40

7. Target Mentoring Al-Islam dan Kemuhammadiyahan

a. Semua mahasiswa UMS dapat membaca al-Qur’an dengan baik dan

benar.

b. Terwujudnya mahasiswa yang memiliki pemahaman terhadap Islam

secara komprehensif (kaffah).

c. Terwujudnya perubahan konstruktif dalam diri mahasiswa yang

meliputi pandangan (world view), kepribadian, dan akhlak sehari-hari

yang sesuai dengan syari’at Islam.

d. Tersedianya kader-kader mentor yang berakhlak karimah untuk

mengemban amanah dakwah dalam periode berikutnya.

8. Struktur Organisasi Mentoring Al-Islam dan Kemuhammadiyahan

WR I Ka. LPPIK WR III

KASI

WD I KMF WD III

SEKRETARIS BENDAHARA

KMJ
41

MENTOR

ANGGOTA

Keterangan :
: garis instruksi
: garis koordinatif
: garis pendampingan
WR I : Wakil Rektor I sebagai pengarah
WR III : Wakil Rektor III sebagai pengarah
Ka. LPPIK : Ketua Lembaga Pengembangan Pondok Al-Islam dan
Kemuhammadiyahan sebagai pengarah dan penanggung jawab
KASI : Kepala Saksi
KMF : Koordinasi Mentoring Fakultas
KMJ : Koordinasi Mentoring Jurusan (jika ada)
Job Discription :

1. Wakil Rektor I (WR I)

a. Memberi pengarahan mengenai materi Mentoring AIK.

b. Memberikan pengarahan mengenai evaluasi materi Mentoring AIK.

2. Wakil Rektor III (WR III)

a. Memberikan pengarahan mengenai pelaksanaan Mentoring AIK.


42

b. Memberikan pengarahan mengenai evaluasi pelaksanaan Mentoring AIK.

3. Ketua LPPIK (Lembaga Pengembangan Pondok Al-Islam dan

Kemuhammadiyahan)

a. Memberikan pengarahan mengenai perencanaan program Mentoring AIK.

b. Memberikan pengarahan mengenai pelaksanaan program Mentoring AIK.

c. Memberikan pengarahan mengenai evaluasi program Mentoring AIK.

4. Wakil Dekan I (WD I)

a. Memberikan pengarahan pada koordinator Mentoring tingkat Fakultas

mengenai pelaksanaan Mentoring AIK.

b. Melakukan pemantauan pelaksanaan Mentoring di tingkat Fakultas.

5. Wakil Dekan III (WD III)

a. Memberikan pengarahan pada koordinator pelaksanaan Mentoring AIK.

b. Melakukan pemantauan pelaksanaan Mentoring di Fakultas.

Untuk mengefektifkan pengelolaan mentoring baik tingkat pusat maupun

fakultas, maka dibuat struktur organisasi mentoring AIK, sbb:

Struktur Tingkat Pusat

KASI

DPMEP DKP DPLP


43

Keterangan :

Pengurus mentoring pusat merupakan representatif dari perwakilan tiap-tiap

fakultas dan mendapatkan rekomendasi dari pengurus.

Job Discription :

1. Kepala Seksi (KASI) Mentoring Al-Islam dan Kemuhammadiyahan (AIK)

a. Merencanakan, mengarahkan dan mengorganisasikan program mentoring.

b. Memantau pelaksanaan mentoring.

c. Mengevaluasi pelaksanaan mentoring.

2. Departemen Pengembangan Materi & Evaluasi Pusat (DPMEP)

a. Melaksanakan pengembangan materi mentoring.

b. Melakukan koordinasi penyajian materi mentoring di tingkat pusat.

c. Memonitor penyajian materi mentoring.

d. Mempersiapkan model dan teknik evaluasi mentoring.

e. Melakukan koordinasi untuk evaluasi akhir semester genap.

f. Mengumpulkan niai dan membuat sertifikat bagi mahasiswa yang lulus

mentoring.

3. Departemen Pemantauan Lapangan Pusat (DPLP)

a. Melakukan pemantauan pelaksanaan mentoring.

b. Membantu menyelesaikan masalah-masalah yang muncul di lapangan dan

fakultas.

c. Mengaktifkan dan memberikan kegiatan penyegaran fakultas yang dinilai

atau dianggap lesu.


44

4. Departemen Kaderisasi Pusat (DKP)

a. Melaksanakan koordinasi dengan tingkat fakultas untuk rekrutmen mentor.

b. Mengadakan pembekalan untuk calon atau kader mentor.

c. Mengadakan kegiatan peningkatan kualitas mentor.

Struktur Tingkat Fakultas

KMF

SEKRETARIS BENDAHARA

MENTOR

ANGGOTA

Job Discription :

1. Koordinator Mentoring Fakultas (KMF)

a. Melakukan koordinasi dengan seluruh mentor di tingkat Fakultas (jika tidak

ada KMJ) minimal satu bulan sekali.

b. Mengawasi dan mengontrol proses jalannya mentoring di fakultasnya.

c. Mengadakan koordinasi dengan sekretaris, bendahara dan KMJ (jika ada).


45

d. Memberikan teguran kepada mentor yang melanggar aturan dan tidak

pernah hadir atau aktif dalam kegiatan mentoring di lingkungan fakultasnya.

e. Melaporkan perkembangan ke Kasi AIK, baik diminta maupun tidak.

f. Menggantikan mentor yang tidak hadir.

g. Dalam kondisi darurat atau permasalahan yang harus segera diselesaikan

dapat melakukan rapat seluruh mentor dan atau yang ada dalam

kepemimpinan (Pimpinan harian).

2. Sekretaris

a. Mengurusi masalah administrasi mentoring di tingkat fakultas.

b. Menggantikan KMF apabila berhalangan hadir.

c. Membuat laporan tahunan (LPJ)

d. Turut serta mengawasi jalannya kegiatan mentoring di fakultasnya.

3. Bendahara

a. Mengambil dana pembinaan (insentif mentor), dana penngembangan dan

dana operasional (perbekalan) untuk fakultasnya.

b. Menyusun laporan keuangan di tingkat fakultas.

4. Mentor

a. Melaksanakan kewajiban sebagai mentor (to mentor).

b. Memberikan masukan untuk meningkatkan kualitas mentoring melalui

KMF/KMJ (jika ada).

c. Syarat-syarat calon mentor AIK

Syarat Umum :

1) Tercatat sebagai mahasiswa UMS


46

2) Berakhlak mulia

Syarat Khusus :

1) Minimal semester II dan maksimal semester IV (ketika mendaftar)

2) Lulus mentoring dan mampu membaca Al-Qur’an dengan lancar dan

benar, dibuktikan dengan sertifikat.

3) Lulus Baitul Arqom Studi Islam I dan II dengan nilai minimal B,

dibuktikan dengan transkip nilai.

4) Diutamakan telah mingikuti DAD, dibuktikan dengan sertifikat.

5) Direkomendasikan oleh mentor yang pernah mendampingi, dan atau

memiliki komitmen dalam dakwah Islamiyah dengan mengisi blanko

kesediaan.

9. Struktur Organisasi Mentoring AIK Fakultas Agama Islam UMS

Tahun 2018/2019

a. Koordinator Mentoring FAI :

Yan Sen Utama Putra

b. Sekretaris :

1) Ardiana Kunjung R.

2) Balqis Nada

c. Bendahara :

1) Riza Umami

2) Shella Khairunnisa

d. Departemen Kaderisasi :

1) M. Azmi Hamid
47

2) Tyas Kubana V

3) Bagus

4) Arvitas

5) Beny

6) Herlinda

7) Bertha

8) Aqila

e. Dewan Pengembangan Materi (DPM)

1) Muhammadi Reza

2) Qonita Sabila Haq

3) Wildan

4) An-Najmi Fikri

5) Hufrizatul Parida

6) Putri Latifah

7) Arum Pratwindya

8) Nurlaili

f. DKM

1) Mashudi

2) Nadia

3) Erdin

4) Nur Wahyu Eka

5) Darma Ratna

6) Aminah Uswatun Hanifah


48

g. Dewan Pembimbing Lapangan (DPL)

1) Arynal

2) Zyunaidah

3) M. Rahim

4) Fajar Istiqomah

5) Yasmiene

6) Shelli K.

7) Nakhla Masruroh48

10. Kurikulum Mentoring Al-Islam dan Kemuhammadiyahan

a. BTA

Buku Iqro’ jilid 1-6

b. Tahsin

1) Sifat-sifat huruf

a) Sifat yang memiliki lawan

b) Sifat yang tidak memiliki lawan

2) Makhraj huruf

a) Pengertian Makhraj Huruf

b) Macam-macam Makhraj Huruf

3) Hukum nun sukun dan tanwin

a) Idzhar Halqy

b) Idgham

48
Dokumen Mentoring Al-Islam dan Kemuhammadiyahan Fakultas Agama Islam 2019
49

c) Iqlab

d) Ikhfa’ Haqiqy

4) Hukum Mim Sukun

a) Idgham Mimi

b) Ikhfa’ Syafawi

c) Idzhar Safawi

5) Hukum Nun dan Mim Bertasydid

a) Nun Bertasydid

b) Mim Bertasydid

6) Hukum Alif Lam (Al-Ta’rif)

a) Al-Qamariyah

b) Al-Syamsiyah

7) Mad

a) Thabi’i

b) Far’i

c. Tahfidz

Menghafalkan qur’an juz 30

1) Surat at-thariq

2) Surat al-‘ala

3) Surat al-alaq

4) Surat al-lail

5) Surat syamsy

6) Surat taqwir
50

d. Ubudiyah

1) Wudhu

a) Pengertian Wudhu

b) Cara Wudhu

c) Batalnya Wudhu

2) Tayamum

a) Pengertian Tayamum

b) Sebab-sebab Tayamum

c) Alat Tayamum

d) Cara Tayamum

e) Batalnya Tayamum

3) Shalat

a) Pengertian Shalat

b) Cara Shalat

c) Batalnya Shalat

4) Shalat Jama’ dan Qashar

a) Shalat Jama’

b) Shalat Qashar

c) Sebab Shalat Jama’ dan Qashar

5) Shalata Idain

a) Shalat Idul Fitri

b) Shalat Idul Adha

6) Shalat Kusuf
51

a) Pengertian Shalat Kusuf

b) Cara Shalat Kusuf

7) Shalat Jenazah

a) Dasar Hukum Shalat Jenazah

b) Syarat Menunaikan Shalat Jenazah

c) Cara Shalat Jenazah49

B. Peran Mentoring Al-Islam dan Kemuhammadiyahan dalam

meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an mahasiswa FAI UMS

Peneliti dalam hal ini memperoleh data dari hasil observasi,

wawancara, dan menyebarkan angket kepada peserta mentoring di Fakultas

Agama Islam. Angket dibagikan kepada peserta mentoring melalui bantuan

Koordinator Umum (Kordum)/ Ketua, Saudara Yan Sen yang kemudian

dibagikan kepada pementor yang kemudian dibagikan kepada peserta

mentoring AIK sebagai responden dalam penelitian ini. Peneliti melakukan

penelitian 3 kali yaitu pada tanggal 20 April membagikan angket, 27 April

melakukan pengamatan dan dan pada tanggal 4 Mei melakukan wawancara

dengan Kordum FAI.

Fokus dalam penelitian ini adalah Peran Mentoring AIK dalam

meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an Mahasiswa FAI UMS.

Dalam melaksanakan tugasnya pengurus mentoring FAI tentu berperan

dalam mempersiapkan segala hal yang menentukan jalannya kegiatan. 50

49
Dokumentasi Mentoring Al-Islam dan Kemuhammadiyahan 2019
50
Observasi Mentoring Fakultas Agama Islam
52

Saat melakukan kunjungan pada kegiatan mentoring AIK di Fakultas

Agama Islam UMS, penuli melihat pada pukul 07:00 sudah banyak

pementor yang mengisi kolom kehadiran yang sudah disediakan oleh

pengurus mentoring FAI namun, tidak semua pementor datang tepat waktu

masih ada beberapa yang datang lebih dari waktu dilaksanakannya kegiatan

mentoring, peserta mentoring pun ada yang datang tepat waktu pukul 07:00

dan ada yang terlambat. Untuk mentoring pria bertempat di gedung FAI

lantai 2 dan 3 belakang, mentoring putri kebanyakan dilakukan di hal masjid

fadlurrahman dan selatan auditorium muh.djasman.

Peserta mentoring dibagi kedalam kelompok BTA, Tahsin, dan

Tahfidz. Materi yang diajarkan masing-masing kelompok berbeda, BTA

fokus kepada IQRO’, Tahsin dengan ilmu tajwid dan Tahfidz fokus kepada

mengafal juz 30, kemudian pementor melanjutkan dengan memberikan

materi ubudiyah.51

Berikut adalah wawancara dengan Saudara Yan Sen Sebagai

Koordinator Umum Mentoring AIK FAI

Bagaimana persiapan dalam menjalankan mentoring AIK?

“Pertama-tama kita ada pembentukan pengurus baru, setelah pengurus


terbentuk kemudian kita tentukan program kerja untuk satu periode
kepengurusan mentoring di Fakultas Agama Islam. Kegiatan mentoring
AIK dimulang dengan Grand Opening Pusat yang ditujukan kepada
seluruh mahasiswa baru yang dilaksanakan di Masjid Sudalmiah Rais
Universitas Muhammadiyah Surakarta kemudian 2 minggu setelahnya
ada Grand Opening Fakudaltas yang ditujukan untuk seluruh mahasiswa
baru Fakultas Agama Islam, pada Grand Opening mentoring Fakultas
itulah pengurus mensosialisasikan kepada seluruh peserta mentoring
FAI bahwasanya mentoring dilaksanakan setiap hari sabtu mulai pukul

51
Observasi Mentoring Fakultas Agama Islam
53

07:00-08:30 di situ juga pengurus dan peserta mentoring FAI membuat


kesepakan dengan peserta untuk memenuhi jumlah kehadiran yang tidak
boleh alfa lebih dari 3 kali pada setiap semester I dan II, kemudian juga
mensosialisasikan kegiatan cinta subuh yang harus diikuti minimal 3
kali setiap semesternya. Peraturan tersebut diberitahukan diawal supaya
peserta mengetahui dan tidak ada kesalahpahaman ketika terjadi hal
yang tidak diinginkan.”
Berapa jumlah pertemuan dalam kegiatan mentoring AIK ?

“ Jumlah pertemuan pada kegiatan mentoring I dan II ada 20, semester


I ada 10 pertemuan dan semester II ada 10 pertemuan. 9 pertemuan
untuk belajar kemudian 1 pertemuan untuk ujian.”
Halaqah apa saja yang ada di mentoring AIK Fakultas Agama

Islam ?

“ di Fakultas Agama Islam ada 3 kelompok/ Halaqah yaitu Baca Tulis


Al-Qur’an (BTA) yang berjumlah 2 kelompok yang masing-masing
beranggotakan 9 mahasiswa, Tahsin berjumlah 17 kelompok yang
beranggotaan 6-8 mahasiswa setiap kelompok, kemudian halaqah
Tahfidz yang berjumlah 18 dengan anggota masing-masing kelompok
6-8 mahasiswa.”52
Kesulitan yang dialami pengurus Mentoring AIK di FAI?

“ Kesulitan ketika ada pementor yang izin dadakan atau tanpa izin sama
sekali, sehingga berdampak pada kegiatan mentoring AIK. Kemudian
masalah peserta mentoring yang absen lebih dari syarat yang
sebelumnya telah disepakati yakni 3 kali absen dalam setiap
semesternya yang akhirnya berdampak kepada peserta sendiri yang
harus mengulangi kegiatan mentoring pada periode tahun depan.
Kemudian ketepatan waktu kurang baik dari sebagian pementor maupun
peserta mentoring AIK sehinggan memnggangu jalannya kegiatan.”53
Apa solusi yang diupayakan pengurus mentoring AIK ?

“ Untuk kelompok yang pementornya izin kami gabungkan dengan


kelompok lain dan pementor juga ada teguran dan bagi yang kelewatan
absen tanpa keterangan kita sanksi bahkan dikeluarkan, kemudian untuk

52
Wawancara dengan koordinator umum/ketua mentoring Fakultas Agama Islam,
Saudara Yan Sen pada 4 Mei 2019
53
Wawancara dengan koordinator umum/ketua mentoring Fakultas Agama Islam,
Saudara Yan Sen pada 4 Mei 2019
54

peserta yang sering tidak masuk yang menurut kami seolah-olah


meremehkan kita sudah ada rapat dari semua fakultas, KMP, dan
bersama LPPIK memutuskan kalau memang yang tidak masuk lebih
dari persyaratan yang telah diputuskan dengan terpaksa kita tindak tegas
untuk mengulang agar dapat memberikan efek jera dan dipertemuan
tahun berikutnya dapat lebih bertanggung jawab.”
Tabel 1.1
Sata merasa senang dengan kegiatan mentoring AIK54
No Alternatif Jawaban (f) (p)

1 Selalu 15 34,88%
Sering 13 30,23%
Kadang-kadang 14 32,55%
Tidak Pernah 1 2,32%
Jumlah 43 95,55%
Tabel 1.2
Saya memiliki motivasi kuat untuk meningkatkan
kemampuan membaca al-Qur’an
No Alternatif Jawaban (f) (p)

1 Selalu 26 57,77%
Sering 15 33,33%
Kadang-kadang 4 8,88%
Tidak Pernah 0 0,00%
Jumlah 45 100%

Tabel 1.3
Saya merasa mengikuti kegiatan mentoring AIK tanpa paksaan dari pihak
manapun
No Alternatif Jawaban (f) (p)

1 Selalu 23 52,27%
Sering 8 18,18%
Kadang-kadang 13 29,54%
Tidak Pernah 0 0,00%
Jumlah 44 97,77%

54
Angket Peserta Mentoring Fakultas Agama Islam
55

Tabel 1.4
Saya rajin mengikuti kegiatan mentoring AIK55
No Alternatif Jawaban (f) (p)

1 Selalu 14 31,11%
Sering 26 57,77%
Kadang-kadang 5 11,11%
Tidak Pernah 0 0,00%
Jumlah 45 100%

Tabel 1.5
Saya senang mendengar dan membaca al-Qur’an

No Alternatif Jawaban (f) (p)

1 Selalu 26 57,77%
Sering 16 35,55%
Kadang-kadang 3 6,66%
Tidak Pernah 0 0,00%
Jumlah 45 100%

Tabel 1.6
Sebelum mengikuti mentoring, saya mengalami kesulitan membaca al-
Qur’an sesuai kaidah hukum tajwid
No Alternatif Jawaban (f) (p)

1 Selalu 8 17,77%
Sering 8 17,77%
Kadang-kadang 22 48,88%
Tidak Pernah 7 15,55%
Jumlah 45 100%

55
Angket Peserta Mentoring Fakultas Agama Islam
56

Tabel 1.7
Penyampaian pementor mudah dipahami dan dikerjakan56
No Alternatif Jawaban (f) (p)

1 Selalu 23 51,11%
Sering 15 33,33%
Kadang-kadang 7 15,55%
Tidak Pernah 0 0,00%
Jumlah 45 100%

Tabel 1.8
Saya merasa ilmu tajwid itu penting dalam membaca al-Qur’an
No Alternatif Jawaban (f) (p)

1 Selalu 44 97,77%
Sering 1 2,22%
Kadang-kadang 0 00,00%
Tidak Pernah 0 0,00%
Jumlah 45 100%

Tabel 1.9
Pementor senantiasa memberikan bimbingan/ membetulkan bacaan
No Alternatif Jawaban (f) (p)

1 Selalu 27 60,00%
Sering 12 26,66%
Kadang-kadang 6 13,33%
Tidak Pernah 0 0,00%
Jumlah 45 100%

56
Angket Peserta Mentoring Fakultas Agama Islam
57

Tabel 1.10
Pelaksanaan mentoring berjalan tepat waktu
No Alternatif Jawaban (f) (p)

1 Selalu 9 20,00%
Sering 12 26,66%
Kadang-kadang 22 48,88%
Tidak Pernah 2 4,44%
Jumlah 45 100%

Tabel 1.11
Saya kadang mengalami kesulitan memahami materi yang disampaikan

No Alternatif Jawaban (f) (p)

1 Sangat 3 6,66%
Efektif 2 4,44%
Agak Efektif 24 53,33%
Tidak Efektif 16 35,55%
Jumlah 45 100%

Tabel 1.12
Metode yang digunakan mentoring FAI sangat efektif meningkatkan kualitas
membaca Al-Qur’an

No Alternatif Jawaban (f) (p)

1 Selalu 13 28,88%
Sering 19 42,22%
Kadang-kadang 12 26,66%
Tidak Pernah 1 2,22%
Jumlah 45 100%
58

Tabel 1.13
Setiap anggota mendapat kesempatan membaca Al-Qur’an dalam pelaksanaan
mentoring AIK57

No Alternatif Jawaban (f) (p)

1 Selalu 35 77,77%
Sering 10 22,22%
Kadang-kadang 0 0,00%
Tidak Pernah 0 0,00%
Jumlah 45 100%

Tabel 1.14
Saya mempraktikan membaca Al-Qur’an dirumah sesudah mengikuti kegiatan
mentoring
No Alternatif Jawaban (f) (p)

1 Selalu 9 20,00%
Sering 17 37,00%
Kadang-kadang 17 37,77%
Tidak Pernah 2 4,44%
Jumlah 45 100%

Tabel 1.15
Pelaksanaan Mentoring berjalan dengan kondusif

No Alternatif Jawaban (f) (p)

1 Selalu 19 42,22%
Sering 20 44,44%
Kadang-kadang 7 15,55%
Tidak Pernah 0 0,00%
Jumlah 45 100%

57
Angket Peserta Mentoring Fakultas Agama Islam
59

Tabel 1.16
Waktu pelaksanaan kegiatan mentoring sangat efektif dan efesien

No Alternatif Jawaban (f) (p)

1 Selalu 17 37,77%
Sering 14 31,11%
Kadang-kadang 12 26,66%
Tidak Pernah 2 4,44%
Jumlah 45 100%

Tabel 1.17
Pementor senantiasa memberikan motivasi untuk membaca Al-Qur’an58
No Alternatif Jawaban (f) (p)

1 Ya 23 51,11%
Agak 13 28,88%
Kurang 9 20,00%
Tidak 0 0,00%
Jumlah 45 100%

Tabel 1.18
Saya dapat membaca Al-Qur’an dengan tartil setelah mengikuti mentoring AIK
No Alternatif Jawaban (f) (p)

1 Ya 13 28,88%
Agak 21 46,66%
Kurang 11 24,44%
Tidak 0 0,00%
Jumlah 45 100%

58
Angket Peserta Mentoring Fakultas Agama Islam
60

Tabel 1.19
Saya merasakan manfaat setelah mengikuti kegiatan mentoring

No Alternatif Jawaban (f) (p)

1 Selalu 27 60,00%
Sering 12 26,66%
Kadang-kadang 6 13,33%
Tidak Pernah 0 0,00%
Jumlah 45 100%

Tabel 1.20
Kemampuan membaca Al-Qur’an meningkat setelah mengikuti mentoring59
No Alternatif Jawaban (f) (p)

1 Ya 26 57,77%
Agak 13 28,88%
Kurang 6 13,33%
Tidak 0 0,00%
Jumlah 45 100%

59
Angket Peserta Mentoring Fakultas Agama Islam
61

BAB IV
ANALISIS DATA

Kegiatan mentoring Al-Islam dan Kemuhammadiyahan merupakan

pembinaan dalam bentuk halaqah dari membaca al-Qur’an dengan baik dan benar

sampai penyampaian materi ubudiah yang sesuai dengan pemahaman fiqh

Muhammadiyah kepada setiap mahasiswa semester I dan II yang dilakukan setiap

sabtu dari pukul 07:00-08:30.

Pengumpulan data dalam penelitian ini salah satunya dengan menyebarkan

angket kepada 50 peserta mentoring al-Islam dan Kemuhammadiyahan di

Universitas Muhammadiyah Surakarta yang terdiri dari 20 pernyataan yang

menggambarkan kondisi peserta mentoring AIK untuk dapat mengetahui peran

mentoring al-Islam dan Kemuhammadiyahan dalam meningkatkan kemampuan

membaca al-Qur’an mahasiswa Fakultas Agama Islam UMS sebagai responden.

Setelah itu peneliti akan memasukkan data dalam tabel menggunakan metode

deskriptif prosentase. Hasil angket yang telah disebarkan kepada mahasiswa FAI

sebagai responden dalam penelitian sebagai berikut:

A. Peran Mentoring Al-Islam dan Kemuhammadiyahan

Mentoring Al-Islam dan Kemuhammadiyahan merupakan salah satu

strategi pembinaan ke-Islaman bagi mahasiswa yang dilakukan melalui

halaqah-halaqah (kelompok-kelompok) secara terencana, terarah, dan

bertanggung jawab untuk mengembangkan potensi dan fitrah keagamaan

mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta, sebagai tanggung jawab


62

moral dan komitmen untuk mewujudkan kampus yang berwacana keilmuan dan

ke-Islaman.60

Peran Mentoring AIK adalah perangkat tingkah yang sesuai dengan

kedudukan yang diharapkan untuk pembinaan ke-Islaman bagi mahasiswa

melalui halaqah sehingga mengembangkan potensi dan fitrah keagamaan

mahasiswa yang dalam penelitian ini berfokus dalam meningkatkan

kemampuan membaca Al-Qur’an.

Dalam temuan peneliti yang diperoleh dari observasi serta wawancara,

Pengurus mentoring FAI telah berperan aktif dalam membuat program kerja

selama satu periode dan menyiapkan Grand Opening Fakultas yang

dilaksanakan di Masjid Sudalmiah Rais. Hal ini menunjukkan bahwa pengurus

turut berperan sesuai dengan kedudukan dan diharapkan oleh pihak mentoring

pusat dalam mensosialisasikan program yang akan dilaksanakan selama 2

semester setiap hari sabtu, pengurus mentoring juga membuat kesepakatan

dengan peserta mentoring dengan minimal absen tiga kali pada semester I dan

II.61

Dari tabel 1.12 diketahui bahwa 28,88% responden menyatakan bahwa

metode yang digunakan mentoring FAI sangat evektif meningkatkan

kemampuannya membaca Al-Qur’an, 42, 22% menyatakan sering, 26,66%

menyatakan kadang-kadang, 2,22% menyatakan tidak efektif.

60
Lihat BAB II, 26-27
61
Lihat BAB III, 54-55
63

Dari tabel 1.16 diketahui bahwa 37,77% peserta mentoring menyatakan

bahwa pelaksanaan mentoring cukup efektif dan efesien, 31,11% menyatakan

sering, 26,66 menyatakan kadang-kadang, dan 4,44% menyatakan tidak pernah.

Dari tabel 1.18 diketahui bahwa 28,88% peserta mentoring AIK dapat

membaca Al-Qur’an dengan tartil setelah mengikuti mentoring, 46,66%

menyatakan sering, 24,44% menyatakan kadang-kadang. Kemudian dari tabel

1.19 diketahui bahwa 60,00% peserta mentoring selalu merasakan manfaat

setelah mengikuti kegiatan mentoring, 26,66% menyatakan sering, 13,33%

kadang-kadang. Dan dari tabel 1.20 diketahui bahwa 57,77% peserta mentoring

menyatakan kemampuannya membaca Al-Qur’an meningkat setelah mengikuti

kegiatan mentoring, 28,88% menyatakan sering, 13,33% kadang-kadang.

Dari data yang diperoleh itu diketahui bahwa program mentoring Al-Islam

dan Kemuhammadiyahan yang dilaksanakan di Fakultas Agama Islam UMS

cukup berperan dalam meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam membaca

Al-Qur’an.

B. Faktor-faktor yang mempengaruhi mahasiswa dalam meningkatnya

kemampuan membaca Al-Qur’an

a. Intelegensi

Adalah tingkat kecerdasan atau kecakapan seseorang dalam

menghadapi dan menyesuaikan diri ke dalam situasi yang baru.62

62
Lihat BAB II, 34-35
64

Dari tabel 1.6 diketahui bahwa 48,88% mahasiswa kadang-kadang

mengalami kesulitan membaca Al-Qur’an, 15,55% tidak pernah mengalami

kesulitan, 17,77% sering mengalami kesulitan, dan 17,77% selalu

mengalami kesulitan dalam membaca Al-Qur’an sesuai kaidah ilmu tajwid.

Hal ini menjadi faktor mahasiswa kesulitan dalam membaca Al-Qur’an.

Dari tabel 1.9 diketahui bahwa 60,00% mahasiswa menyatakan bahwa

pementor senatiasa memberikan bimbingan/ membetulkan bacaan, 26,66%

menyatakan sering dan 13,33% menyatakan kadang-kadang.

b. Minat

Salah satu faktor yang mempengaruhi meningkatnya kemampuan

membaca Al-Qur’an mahasiswa adalah minat mahasiswa dalam

melaksanakan kegiatan yang ada pada mentoring AIK. Dan berdasarkan

tabel 1.1, diperoleh gambaran dari responden bahwa 34,88% peserta

mentoring merasa selalu senang dengan diadakannya kegiatan mentoring,

30,23% responden menjawab sering, 32,55% menjawab kadang-kadang,

dan 2,32% merasa tidak pernah senang. Hal ini membuktikan bahwa

kegiatan mentoring diadakan membawa dampak yang cukup positif bagi

mahasiswa yang memiliki minat terhadap kegiatan.63

Dari data pada tabel 1.3 diketahui bahwa 52,27% peserta mentoring

merasa dirinya tidak mendapatkan paksaan dari pihak manapun, 18,18%

menjawab sering dan 29,54% merasa kadang-kadang. Hal ini menunjukkan

63
Lihat BAB III, 57
65

bahwa minat mereka dalam mengikuti kegiatan mentoring tanpa ada

paksaan yang berarti dari pihak manapun.

Dari data diatas diketahui 31,11% mahasiswa FAI rajin mengikuti

kegiatan mentoring AIK, 57,77% merasa sering, 11,11% merasa kadang-

kadang. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa banyak mengikuti kegiatan

mentoring mengikuti meskipun tidak selalu atau 100% hadir dalam kegiatan

mentoring AIK.

Dari tabel 1.4 diketahui 31,11% mahasiswa FAI rajin mengikuti

kegiatan mentoring AIK, 57,77% merasa sering, 11,11% merasa kadang-

kadang. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa banyak mengikuti kegiatan

mentoring mengikuti meskipun tidak 100% hadir dalam kegiatan mentoring

AIK.

Dari tabel 1.10 diketahui bahwa 20,00% mahasiswa menyatakan

pelaksanaan mentoring berjalan tepat waktu, 26,66% menyatakan sering

tepat waktu, 48,88% menyatakan bahwa pelaksanaan berjalan tepat waktu,

dan 4,44% menyatakan bahwa pelaksanaan mentoring tidak pernah tepat

waktu.

c. Bakat

Merupakan kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk

mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Kemampuan potensial


66

ini baru akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau

berlatih.64

Dari Tabel 1.7 diketahui bahwa 51,11% mahasiswa menyatakan

bahwa mereka selalu mudah memahami penyampain pementor, 33,33%

menyatakan sering, 15,55% kadang-kadang.

Dari tabel 1.11 diketahui bahwa 53,33% mahasiswa kadang-kadang

mengalami kesulitan memahami materi yang disampaikan, 35,55%

responden menyatakan tidak pernah mengalami kesulitan, 6,66%

menyatakan selalu mengalami kesulitan, dan 4,44% sering mengalami

kesulitan memahami materi.

Dari tabel 1.14 diketahui bahwa 20,00% peserta mentoring

mempraktikan membaca Al-Qur’an dirumah, 37,00% menyatakan sering

mempraktikan dirumah, 37,77% menyatakan kadang-kadang

mempraktikan, 4,44% menyatakan tidak pernah.

d. Motivasi

Yaitu faktor psikologis yang mendorong seseorang dalam melakukan

sesuatu.65 Berdasarkan tabel 1.2 diatas diketahui bahwa sebanyak 57,77%

peserta mentoring selalu memiliki motivasi yang kuat untuk meningkatkan

kemampuannya dalam membaca Al-Qur’an, 33,33% merasa sering

memiliki motivasi, 8,88% merasa dirinya kadang-kadang memiliki

motivasi. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa yang mengikuti kegiatan

64
Lihat BAB II, 36
65
Lihat BAB II, 36-37
67

mentoring memiliki motivasi yang baik dalam meningkatkan

kemampuannya membaca Al-Qur’an.

Dari tabel 1.5 diketahui bahwa 57,77% mahasiswa merasa selalu

senang mendengar dan membaca Al-Qur’an, 35,55% sering, dan 6,66%

kadang-kadang. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa senang mendengar

dan membaca sehingga memotivasi mereka untuk berkembang.

Dari tabel 1.17 diketahui bahwa 51,11% peserta mentoring

menyatakan bahwa pementor senantiasa memberikan motivasi untuk

membaca Al-Qur’an, 28,88% menyatakan sering, 20,00% menyatakan

kadang-kadang.
68

Tabel 2.1
Rekapitulasi Data Hasil Angket
PILIHAN JAWABAN PRESENTASE %
No
Selalu Sering Kadang- Tidak S% SR% KK% TP%
kadang Pernah
1 15 13 14 1 34,88% 30,23% 32,55% 2,32%
2 26 15 4 0 57,77% 33,33% 8,88% 0,00%
3 23 8 13 0 52,27% 18,18% 29,54% 0,00%
4 14 26 5 0 31,11% 57,77% 11,11% 0,00%
5 26 16 3 0 57,77% 35,55% 6,66% 0,00%
6 8 8 22 7 17,77% 17,77% 48,88% 15,55%
7 23 15 7 0 51,11% 33,33% 15,55% 0,00%
8 44 1 0 0 97,77% 2,22% 0,00% 0,00%
9 27 12 6 0 60,00% 26,66% 13,33% 0,00%
10 9 12 22 2 20,00% 26,66% 48,88% 4,44%
11 3 2 24 16 6,66% 4,44% 53,33% 35,55%
12 13 19 12 1 28,88% 42,22% 26,66% 2,22%
13 35 10 0 0 77,77% 22,22% 0,00% 0,00%
14 9 17 17 2 20,00% 37,00% 37,77% 4,44%
15 19 20 7 0 42,22% 44,44% 15,55% 0,00%
16 17 14 12 2 37,77% 31,11% 26,66% 4,44%
17 23 13 9 0 51,11% 28,88% 20,00% 0,00%
18 13 21 11 0 28,88% 46,66% 24,44% 0,00%
19 27 12 6 0 60,00% 26,66% 13,33% 0,00%
20 26 13 6 0 57,77% 28,88% 13,33% 0,00%
Jumlah 400 267 200 31 890,91% 596,43% 433,12% 68,96%

Berdasarkan data rekapitulasi tersebut dapat dicari nilai rata-rata prosentase

peran mentoring Al-Islam dan Kemuhammadiyahan dalam meningkatkan

kemampuan membaca Al-Qur’an mahasiswa FAI Universitas Muhammadiyah

Surakarta.

Nilai rata-rata masing-masing jawaban responden, dapat diketahui dari

perhitungan berikut:

890,91%
𝑆= = 44,54% = Cukup Baik
20
69

596,43%
𝑆𝑅 = = 29,82% = Kurang Baik
20

433,12%
𝐾𝐾 = = 26,65% = Kurang Baik
20

68,96%
𝑇𝑃 = = 3,44% = Kurang Baik
20

Dari data tersebut diketahui bahwa nilai rata-rata responden yang menjawab

(Selalu) 44,54%, 29,82% responden menjawab (Sering), 26,65% responden

menjawab (Kadang-kadang), 3,44% responden menjawab (tidak pernah). Dengan

demikian nilai tertinggi yaitu 44,54%, hal ini menunjukkan bahwa program

pelaksanaa mentoring Al-Islam dan Kemuhammadiyahan dalam meningkatkan

kemampuan membaca Al-Qur’an mahasiswa Fakultas Agama Islam mendapat hasil

cukup baik.
70

BAB V
PENUTUP
A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan dianalisa

menggunakan penelitian kuantitatif dengan metode deskriptif maka dapat

disimpulkan bahwa Peran Mentoring Al-Islam dan Kemuhammadiyahan dalam

meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an mahasiswa Fakultas Agama

Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta memberikan peran yang cukup

baik dalam meningkatkan kemampuan mahasiswanya dalam membaca Al-

Qur’an. berikut ini adalah kesimpulan yang didapat dari penelitian:

1. Peran Mentoring Al-Islam dan Kemuhammadiyahan Fakultas Agama Islam

UMS dari awal telah bekerja sesuai dengan kedudukannya dalam

pembinaan ke-Islaman bagi mahasiswa melalui halaqah BTA, Tahsin, dan

Tahfidz, Mentoring FAI juga telah menyusun program kerja dan

mensosialisasikan kegiatan kepada mahasiswa baru pada Grand Opening

Mentoring Fakultas, peran Mentoring ini berdampak cukup baik bagi

mahasiswa FAI dimana diperoleh data 60,00% dari total responden

mengaku mendapatkan manfaat setelah mengikuti kegiatan mentoring AIK.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi mahasiswa dalam meningkatkan

kemampuan membaca Al-Qur’an adalah :

a. Intelegensi

b. Minat

c. Bakat

d. Motivasi
71

Hal ini ditemukan bahwa 57,77% dari responden menyatakan adanya

peningkatan setelah mengikuti kegiatan mentoring AIK.

B. Saran

Berdasarkan hasil peneltian yang telah dilakukan, maka peneliti

mengajukan saran-saran sebagai berikut:

1. Bagi Pengurus Mentoring AIK UMS, hendaknya terus mempertahankan

dan meningkatkan lagi kualitas program mentoring AIK.

2. Bagi Pengurus Mentoring FAI, teruslah berusaha memberikan kenyamanan

kepada pementor dan peserta mentoring AIK, adakan kegiatanuntuk.

3. Bagi Para Mentor AIK, teruskan berusaha dalam membimbing peserta

mentoring, tepat waktu karena pementor adalah teladan bagi anggotanya

dan berusahalah mengevaluasi peserta pada akhir kesempatan setiap

pekannya untuk dapat mengetahui dan memberi solusi untuk setiap

kesulitan yang dialami peserta mentoring. Berikan motivasi kepada peserta

mentoring dengan menyampaikan keutamaan-keutamaan membaca Al-

Qur’an.

4. Bagi Peserta, lebih giat mengikuti mentoring, tepat waktulah dalam

mengikuti kegiatan, jangan malu bertanya kepada kakak mentor jika

mengalami kesulitan.

5. Bagi Peneliti selanjutnya

Penelitian ini masih perlu dikaji lebih jauh dengan beberapa tes Ujian Tulis

maupun lisan kepada mahasiswa secara langsung, untuk menggambarkan

kemampuan membaca Al-Qur’an sesuai dengan tuntunan yang benar.


72

DAFTAR PUSTAKA

Afiyanto, Muhammad. “Penanaman Nilai-nilai KeIslaman Melalui Kegiatan


Melalui Kegiatan Mentoring Al-Islam dan Kemuhammadiyahan”, Journal of
Field Research.

Ali, Mohammad, dkk. 2018. Pedoman Penulisan Skripsi Program Studi


Pendidikan Agama Islam. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Al-Qur’an Terjemah. 2011. Departemen Agama RI. Bekasi: Cipta Bagus Segara.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:


PT Rineka Cipta.

Azwar, Saifudin. 2010. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Darajat, Zakiyah, dkk. 1995. Methodik Khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta:
Bumi Aksara.

Djamarah, Saiful Bahri. 2011. Psikologi Belajar Edisi II. Jakarta: Rineka Cipta.

Kaswan. 2012. Coaching dan Mentoring: Untuk Peningkatan SDM dan


Peningkatan Kinerja Organisasi. Bandung: Alfabeta.

Rinjani, Oktora. “Hubungan Antara Kedisiplinan Menjalankan Shalat Dengan


Kepercayaan Diri Pada Mentor Kegiatan Mentoring Universitas
Muhammadiyah Surakarta”, Journal of Field Research, 20 (Februari).

Rohmah, Iftihatur. “Studi Komparasi Terhadap Kurikulum Mentoring Al-Islam dan


Kemuhammadiyahan tahun 2008 dan 2015 (Studi Kasus di Universitas
Muhammadiyah Surakarta)”, Journal of Field Research, 20 (Februari).

Sarwono, Sarlito Wirawan. 2015. Teori- Teori Psikologi Sosial. Jakarta: Rajawali
Pers.

Shihab, Quraish. 2008. Sejarah dan Ulum Al-Qur’an. Jakarta: Pusataka Firdaus.

Sobahiyah, Mahasri, dkk. 2008. Profil Mentoring Al-Islam dan


Kemuhammadiyahan. Surakarta: Mentoring AIK UMS.

Sudijono, Anas. 2006. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo


Persada.
Suhardono, Edy. 1994. Teori Peran: Konsep, Derivasi dan Implikasinya. Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama.
73

Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung:


Alfabeta.

Suralaga, Fadilah dkk. 2005. Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Islam. Jakarta:
UIN Jakarta Press.

Thohir, Mudjahirin. 2011. Pengalaman Penelitian Lapangan: Ranah Ilmu-ilmu


Sosial dan Humaniora. Semarang: Fasindo Press.

Tohirin. 2006. Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Raja


Grapindo Persada.

Ulfa, Farida Arbaiatin. “Upaya Program Mentoring Keislaman dalam


Meningkatkan Pendidikan Karakter Siswa di SMA Negeri 3 Surakarta tahun
2017”, Journal of Field Research, 20 (Februari).

Anda mungkin juga menyukai