Anda di halaman 1dari 13

SEJARAH PENGHIMPUNAN DAN

PEMBINAAN HADIS
OLEH :
HASAN MUTAWWAKIL BILLAH
IRVAN ROSYADY
NADIA ZULFA
SUB POKOK BAHASAN

2 5
4
1 PERIODE SETELAH
PERIODE SAHABAT TABI’TABI’IN
3
PERIODE NABI
PERIODE TABI’ TABI’IN
MUHAMMAD SAW

PERIODE TABI’IN
PERIODE NABI MUHAMMAD SAW
(13 SH – 11 H)

Ajaj Al – Khathib menjelaskan, bahwa proses terjadinya hadist bisa jadi


timbul dari berbagai sisi yakni ada 3 sisi :

1. Terjadi pada Nabi sendiri kemudian di jelaskan hukumnya kepada sahabat dan
kemudian para sahabat sampaikan kepada sahabat lain.
2. Terjadi pada sahabat atau kaum muslimin karena mengalami suatu problem
masalah kemudian bertanya kepada Rasulullah.
3. Segala amal perbuatan dan tindakan Nabi dalam melaksanakan syari’ah sahabat,
baik menyangkut ibadah dan akhlak yang disaksikanpara sahabat, kemudian
sampaikan kepada para tabi’in.
ALASAN HADIS TIDAK DITULIS SEPERTI AL
QUR’AN
DR. Mushthafa As – Siba’i menyampaikan beberapa alsan di
anataranya:
1
Alqur’an masih turun kepada Nabi Muhammad SAW dan kondisi
penulisan masih sangat sederhana ditulis dan diatas pelepah kurma,
kulit, tulang binatang, dan batu – batuan dan belum dibukukan.
2
Kemampuan tulis menulis bagi para sahabat pada awal islam masih sangat
langka dapat dihitung dengan jari dan mereka sudah difungsikan sebagai
penulis wahyu Alqu’an.
3
Ingatan orang – orang Arab yang dikenal bersifat ummi
(tidak bisa baca tulis) sangat kuat dan diandalkan Rosul
untuk mengingat hadist.
PERIODE SAHABAT
(12 – 98 H)

Ada 6 orang di antara sahabat yang tergolong banyak diriwayatkan


hadist ialah:
1. Abu Hurairah
2. Abdullah bin Umar bin Al Khathab
3. Anas bin Malik
4. Aisyah Ummi Al Mukminin
5. Abdullah bin Abbas
6. Jabir bin Abdullah
Alasan para sahabat banyak meriwayatkan
hadist:

1 2 3 4

Lebih dahulu Banyak berkhidmah Banyak Ketekunannya


bersahabat dengan dengan beliau menyaksikan dalam hadist seperti
Nabi seperti seperti Anas bin internal dalam Abdullah bin Umar,
Abdullah bin Mas’ud Malik rumah tangga beliau Abdullah bin Amr,
seperti Aisyah dan Abu Hurairah.
PERIODE TABI’IN
()

Teknik pembukuan pada periode Tabi’in :


1. Al – Mushnnaf dalam bahasa diartikan sesuatu yang tersusun. Dalam istilah
yaitu teknik pembukuan hadis yang didasarkn pada klarifikasi hukum fikih, dan
dilamnya mencantumkan hadis marfu’, mawquf dan maqthu’.
2. Al Muwaththa’ dalam bahasa diartikn sesuatu yang dimudahkan. Dalam istilah
Al Muwaththa’ diartikan sama dengan mushannaf yaitu teknik pembukuan
hadis yang didasarkn pada klarifikasi hukum fikih, dan dilamnya
mencantumkan hadis marfu’, mawquf dan maqthu’.
3. Musnad dalam bahasa adalah tempat sandaran sedangkan dalam istilah
adalah pembukuan hadis yang didasarkan pada nama para sahabat yang
meriwayatkan.
PERIODE TABI’ TABI’IN

Perkembangn pembukuan hadis pada periode tabi’ tabi’in ada 3 bentuk, yaitu
sebagi berikut :
1. Musnad, yaitu menghimpun semua hadis dari tiap – tiap sahabat tanpa
memperhatikan masalaha atau topiknya, tidak perbab seperti fikih dan kualitas
hadisnya ada yang shahih, hasan, dha’if.
2. Al Jami’ yaitu terknik pembukuan hadis yang mengakumulasi sembilan masalah
yaitu aqa’id, hukum, perbudakan (riqaq), adab mana minum, tafsir, tarikh, dan
sejarah, sifat – sifat akhlak (syama’il), fitnah (fitan), dan sejarah (munaqib).
3. Sunan yaitu teknik penghimpunan hadis secara bab seperti fiqih, setiap bab
memuat beberapa hadis dalam satu topic, seperti Sunnan An Nasa’I, Sunnan Ibn
Majaah, dan Sunan Abu Dawud. Didalam kitab ini ada yang Shahih, hasan, dan
dha’if akan tetapi tidak terlalu dha’if seperti hadis munkar.
PERIODE SETELAH TABI’ TABI’IN

Perkembangan teknik pembukuan hadis pada abad ini yakni pada abad 4 - 6 H ialah
sebagai berikut :

1. Mu’jam, artinya penghimpunan hadis yang diperoleh berdsarkan nama sahabt


secara abjad (alphabet)
2. Shahih, artinya metode pembukuannya mengikuti metode hadis Shahihayn (Al
Bukhari dan Muslim) yang hanya mengumpulkan hadis yang shahih saja menurut
pemulisnya seperti shahih Ibn hibban Al Basri (w. 354 H)
3. Al Mustadrak artinya hadis shohih yang belum disebut dalam kitab Al Bukhori dan
Muslim serta menurutnya telah memenuhi persyaratan keduanya, seperti Al
Mustadak ’ala Al – Shahihyn yang ditulis Abi Abdullah Al Hakim An Naisaburi (w.
405 H).
PERIODE SETELAH TABI’ TABI’IN

Perkembangan teknik pembukuan hadis pada abad ini yakni pada abad 4 - 6 H ialah
sebagai berikut :

4. Sunan, metode penulisannya seperti kitab Sunan abad sebelumnya, yaitu


cakupannya hadis – hadis tentang hukum seperti fikih dan kualitasnya meliputi
shahih, hasan, dha’if.
5. Syarah, yakni penjelasan hadis yang berkaitan dengan sanad atau matan,
terutama maksud dan makna matan hadis atau pemecahannya jika terjadi
kontradiksi dengan ayat atau dengan hadis lain.
6. Mustakhraj ialah seorang penghimpun hadis mengeluarkan beberapa buah hadis
dari sebuah buku hadis seperti yang diteriima dari gurunya sendiri dengan
menggunakan sanad sendiri.
7. Al Jam’u , gabungan dua atau beberapa buku hadis menjadi satu buku.
RANGKUMAN PERKEMBANGAN DAN PENGHIMPUNAN HADIST

No. Periode Perkembangan Karakteristik Model Buku


Penulisan
1. Masa Nabi Larangan Penulisan Hadis dihapal di luar
Catatan pribadi
Muhammad (Nahyu Al – Kitabah) kepala bentuk Shahifah
SAW (lembaran)
2. Masa Sahabat Penyederhanaan Disertai sumpah dan Catatan pribadi
periwayatan (Taqlil Ar – saksi pada masa dalam bentuk
Riwayah) pada masa khulafaur Rasyidin Shahifah.
perlawatan hadis (rihlah dan disertai Sanad
‘ilmiyah) masa pada masanya
setelahnya.
3. Masa Tabi’in Perhimpunan hadist (Al Bercampur antara Shahifah,
Jam’u wa Al- Tadwin) hadist Nabi dan Mushannaf,
fatwa Sahabat dan Muwaththa,
aqwal Sahabat Mussnad dan Jami’

4. Masa Tabi’ Kejayaan kodifikasi hadist Filtersi dan kalrifikasi Musnad, Jami, dan
Tabi’in (Azha Al – Ushar Sunnah ) (Ashr Al-Jami’ At- Sunan
Tashhih)

5. Masa setelah Perhimpunan dan Berferenzi Mu’jam, Mustadrak,


Tabi’ Tabi’in penertiban secara (Muraja’ah) pada Mustakhraj,
(abad IV H – sistematik ( Al – Jam’u wa buku – buku ikhtishar, dan
dan At-Tartib wa At-Tanzhim) sebelumnya tetapi syarah, Zawdid,
seterusnya) lebih sistematik. Jami’, Jawami,
Athraf, Takhrij dan
Mu’jam.
TERIMAKASIH 

Anda mungkin juga menyukai