Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam diturunkan sebagai rahmatan lil ‘alamin. Untuk mengenalkan Islam ini
diutuslah Rasulullah SAW. Tujuan utamanya adalah memperbaiki manusia untuk
kembali kepada Allah SWT. Oleh karena itu selama kurang lebih 23 tahun Rasulullah
SAW membina dan memperbaiki manusia melalui pendidikan. Pendidikanlah yang
mengantarkan manusia pada derajat yang tinggi, yaitu orang-orang yang berilmu. Ilmu
yang dipandu dengan keimanan inilah yang mampu melanjutkan warisan berharga berupa
ketaqwaan kepada Allah SWT. Pendidikan merupakan kata kunci untuk setiap manusia
agar ia mendapatkan ilmu. Hanya dengan pendidikanlah ilmu akan didapat dan diserap
dengan baik. Terutama apabila kita mengetahui pendidikan yang telah diajarkan oleh
Rasulullah saw dan para sahabatnya.

Untuk mengetahui sejauh mana pendidikan yang diajarkan oleh Rasulullah SAW,
khalafaur rasyidin dan para sahabatnya. Maka di butuhkanya sejarah pendidikan islam.
Karena sejarah pendidikan islam memiliki dua kegunaan yaitu yang bersifat umum yaitu
sebagai factor keteladanan dan bersifat akademis yaitu memberikan perbendaharaan
perkembangan ilmu pengetahuan (teori dan praktik).

Sejarah pendidikan islam pada hakikatnya tidak terlepas dari sejarah islam. Oleh
sebab itu periodisasi sejarah pendidikan islam dapat dikatakan berada pada periode-
periode sejarah islam itu sendiri. Yang dapat dibagi menjadi tiga periode, yaitu periode
klasik, pertengahan dan modern. Kemudian perinciannya dapat dibagi lima periode,
yaitu: Periode Nabi Muhammad SAW (571-632 M), periode Khulafaur Rasyidin: Abu
Bakar, Umar, Usman, dan Ali di Madinah(632-661 M), periode kekuasaan Daulah
Umayyah (661-750 M), periode kekuasaan Abbasiyah (750-1250 M) dan periode
jatuhnya kekuasaan khalifah di Baghdad (1250-sekarang).

Namun pada Makalah ini penulis hanya membahas sejarah pendidikan islam pada
masa Bani Umayyah.
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pertumbuhan pendidikan Islam pada masa dinasti umaayah?


2. Dimanakah Lembaga-lembaga pendidikan pada masa dinasti umaayah?
3. Bagaimanakah Pertumbuhan ilmu pengetahuan umaayah?
4. Siapa-siapa saja Ilmuwan-ilmuwan pada masa dinasti umaayah?

C. Tujuan Penulisan
Agar mengetahui sejarah pendidikan pada masa dinasti umaayah.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pertumbuhan Pendidikan Islam pada Masa Dinasti Umayyah

Pendidikan Islam mengalami pertumbuhan dan perkembangan sejalan dengan


perkembangan Islam itu sendiri. Berbicara mengenai sejarah pendidikan Islam tidak bisa
dilepaskan dari sejarah peradaban Islam.
Jadi, dapat dikatakan bahwa periodesasi pendidikan Islam sama dengan periodesasi
sejarah peradaban Islam. Periodesasi tersebut terbagi dalam tiga periode utama, yaitu:
periode klasik, periode pertengahan, dan periode modern.1 Apabila dirinci, pada masa Nabi
Muhammad SAW (571-632 M), masa Khulafa al-Rasyidin (632-661 M), masa dinasti
Umayyah di Damaskus (661-750 M), dan masa dinasti Abbasiyah di Baghdad dan masa dari
jatuhnya kekuatan Islam di Baghdad (750-1250 M).
Pendidikan Islam pada masa Umayyah yang masuk dalam periode klasik memiliki
beberapa kesamaan dengan pendidikan pada masa Khulafa al-Rasyidin. Pendidikan pada
masa ini masuk dalam fase pertumbuhan pendudukan Islam. Walaupun demikian, pendidikan
yang ada pada masa Umayyah tetap mempunyai perbedaan dan juga perkembangannya
sendiri.

Pendidikan Islam yang dimulai pada masa Nabi Muhammad berpusat di Madinah.
Ketika masa Umayyah pendidikan Islam mengalami perkembangan. Mengingat Umayah
banyak melakukan ekspansi, sehingga negara Islam bertambah luas dengan pesatnya. Negara
Islam telah meliputi seluruh Syria (Syam), Irak, Persia, Samarkand, Mesir, Maghrib
(Marokko), dan Spanyol.2

1
Dudung Abdurrahman, Metodologi Penelitian Sejarah Islam (Yogyakarta: Penerbit
Ombak, 2011), hlm. 65.
2
Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam dari zaman Nabi SAW Khalifah-khalifah
Rasyidin, Bani Umaiyah dan Abbasiyah sampai zaman Mamluks dan Usmaniyah (Jakarta:
PT Hidakarya Agung, 1990), hlm.33.
Ekspansi yang dilakukan untuk memperluas negara Islam tidaklah dengan cara
meroboh dan menghancurkan, perluasan ini bahkan diikuti oleh para ulama dan guru-guru
Agama yang ikut bersama-sama dengan tentara Islam. Pendidikan Islam pun tidak hanya ada
di Madinah saja, melainkan menyebar diberbagai kota besar, antara lain:
1. Di kota Makkah dan Madinah (Hijaz).
2. Di kota Basrah dan Kufah (Irak).
3. Di kota Damsyik dan Palestina (Syam).
4. Di kota Fistat (Mesir).
Dinasti Umayyah adalah dinasti pertama dalam sejarah Islam. Dinasti ini berlangsung
pada tahun 661-750 M yang berpusat di Damaskus. Nama Umayyah diambil dari nama
Umayyah ibn Abdi Syam ibn Abdi Manaf yang merupakan seorang pemimpin suku Qurayis
di jaman jahiliyah.3 Umayyah mulai menyusun kekuatan pada masa Usman ibn Affan. Ketika
itu Umayyah yang memang memiliki hubungan dekat dengan Usman ibn Affan. Muawiyah
ibn Abu Sufyan diberi jabatan sebagai gubernur Syria (Damaskus) ketika itu.
Pasca terbunuhnya Usman, Ali dibaiat menjadi khalifah menggantikan Usman.
Muawiyah yang merupakan oposisi menjadi musuh dan lawan kekuasaan Ali. Konflik antara
Muawiyah dan Ali pecah dalam perang Siffin. Ketika pasukan Ali hampir menang, Amr ibn
‘ash menasehati Muawiyah agar pasukannya mengangkat mushaf-mushaf al-Quran untuk
melakukan perdamaian. Akhirnya Ali menerima tahkim, sehingga terjadi perpecahan diantara
pendukung Ali. Keputusan yang dihasilkan oleh wakil pihak Ali (Abu Musa al-Asy’ari) dan
pihak Mu’awiyah (Amr ibn ‘Ash) justru memperkuat kedudukan Muawiyah dan golongan
yang mendukungnya. Umat Islam pada saat itu terbagi menjadi tiga golongan:4
1. Bani Umayyah dan pendukungnya dipimpin oleh Muawiyah.
2. Syiah atau pendikung Ali, yaitu golongan yang mendukung kekhalifahan Ali.
3. Khawarij yang menjadi lawan dari kedua partai tersebut.

3
Khoiriyah, Reorientasi Wawasan Sejarah Islam dari Arab sebelum Islam hingga
Dinasti-dinasti Islam (Yogyakarta: Penerbit Teras, 2012), hlm. 69.
4
Siti Maryam, dkk, Sejarah Peradaban Islam: Dari Masa Klasik Hingga
Modern (Yogyakarta: Penerbit Lesfi, 2012), hlm.68.
Setelah kematian Ali, Muawiyah mengambil alih kekuasaan. Ia melakukan
konsolidasi kekuasaan di Syiria yang rakyatnya memang sudah solid terhadap Muawiyah,
dengan memindahkan ibu kota ke Damaskus. Dari sinilah kemudian babak baru dinasti bani
Umayyah dimulai. Umayyah yang berpusat di Damaskus berlangsung selama 91 tahun dan
diperintah oleh 14 orang khalifah. Mereka itu adalah: Muawiyah (41 H/661 M), Yazid I (60
H/680 M), Muawiyah II (64 H/683 M), Marwan I (64 H/685 M), Abdul Malik (65 H/685 M),
Walid I (86 H/705 M), Sulaiman (96 H/715 M), Umar II (99 H/717 M), Yazid II (101 H/720
M), Hisyam (105 H/724 M), Walid II (125 H/743 M), Yazid III (126 H/744 M), Ibrahim (126
H/744 M), dan Marwan II (127-132 H/744-750).
Pada masa Umayyah berkembangnya pendidikan Islam tidak lepas dari perluasan
wilayah negara Islam yang diikuti oleh para ulama dan guru-guru agama yang juga ikut
bersama-sama tentara Islam. Pendidikan yang berkembang bersifat desentrasi, kajian ilmu
yang ada tersebar dan terpusat di kota-kota besar.
Pola pendidikan yang berkembang pada masa ini sebenarnya sama dengan pendidikan
yang berkembang pada masa sekarang. Pendidikan yang ada pada waktu itu terbagi menjadi
tiga tingkatan yaitu, tingkat pertama, tingkat menengah, dan tingkat tinggi.
Berdasarkan uraikan diatas dapat dikatakan bahwa perkembangan pendidikan Islam
tidak lepas dari peranan ulama-ulama yang begitu giat mempelajari ilmu. Para ulama
mendirikan madrasah-madrasah pada tiap-tiap kota. Kecintaan para ulama terhadap ilmu
membuat mereka tergerak mempelajari ilmu tidak hanya pada satu ulama. Sehingga mereka
melakukan pengembaraan ke berbagai tempat untuk menambah ilmu agama.
Ulama-ulama yang ada memiliki murid-murid, jadi ketika ulama tersebut wafat
murid-muridnya, ulama tabi’in akan melanjutkan perjuangan untuk menuntut ilmu. Begitu
seterusnya sampai kepada kita sekarang. Dengan adanya interaksi yang baik antara guru dan
murid inilah yang menciptakan suatu keharmonisan dalam proses pembelajaran berbagai
ilmu pengetahuan. Pencarian ilmu yang dilakukan oleh pencinta ilmu yang dilakukan dengan
mengembara ke berbagai wilayah atau negara lain untuk belajar kepada ulama tertentu juga
mengindikasikan adanya percampuran budaya setempat dengan Islam.
B. Lembaga-lembaga pendidikan pada masa dinasti umaayah
1. Kuttab/maktab berasal dari kata dasar yang sama, yaitu kataba yang artinya menulis.
Sedangkan kuttab/maktab berarti tempat untuk menulis atau tempat di mana
dilangsungkan kegiatan tulis menulis. Kebanyakan para ahli sejarah pendidikan
Islam sepakat bahwa bahwa keduanya merupakan istilah yang sama, dalam arti
lembaga pendidikan Islam tingkat dasar yang mengajarkan membaca dan menulis
kemudian meningkat menjadi pengajaran Al-Qur’an dan pengetahuan agama tingkat
dasar. 5
Kuttab adalah tempat anak-anak belajar menulis dan membaca, menghafal Al-
Qur’an serta belajar pokok- pokok Agama Islam. Setelah tamat Al-Qur’an mereka
meneruskan pelajaran ke masjid. Pelajaran di masjid itu terdiri dari tingkat menengah
dan tingkat tinggi. Pada tingkat menengah gurunya belumlah ulama besar, sedangkan
pada tingkat tinggi gurunya ulama yang dalam ilmunya , masyhur ke’aliman dan
kesalehannya. Umumnya pelajaran diberikan guru kepada murid-murid seorang demi
seorang. Baik di Kuttab atau di Masjid pada tingkat menengah. Pada tingkat tinggi
pelajaran diberikan oleh guru dalam satu tempat yang dihadiri oleh pelajar bersama-
sama. Ilmu-ilmu yang diajarkan pada Kuttab pada mula-mulanya adalah dalam
keadaan sederhana, yaitu:
a. Belajar membaca dan menulis
b. Membaca Al-Qur’an dan menghafalnya
c. Belajar pokok-pokok agama Islam, seperti cara wudhu, shalat, puasa
dansebagainya.
Ilmu-ilmu yang diajarkan pada tingkat menengah dan tinggi terdiri dari:
a. Al-Qur’an dan tafsirannya.
b. Hadits dan mengumpulkannya.
c. Fiqh (tasri’).
Membaca dan menulis menjadi sangat penting peranannya ketika zaman
khalifah Abdul Malik bin Marwan membentuk kantor-kantor pemerintah
Umawiyah. Maka sejak itu para pengajar atau guru pertama kali menjadikan
rumah-rumahnya untuk tempat belajar menulisdan membaca, dan kemudian
setelah itu mereka secara darurat secara individual membangun kamar atau

5
Abudin Nata, Sejarah Pendidikan Islam Pada Periode klasik dan Pertengahan,
(Jakarta : PT Raja Grafndo Persada, 2004), hal. 33
rumah-rumah sesuai dengan standar yabg semakin bertambah meluas dalam
mengajar membaca dan menulis. Dari isinilah timbul pola dan model pertama
perkembangan kuttab. Oleh karena itu kuttab melukiskan sebagai tempat yang
khusus dan bebas bagi anak-anak belajar di bawah pengelolaan para guru yang
mengajar membaca dan menulis.6
Pemerintah dinasti Umayyah menaruh perhatian dalam bidang pendidikan.
Memberikan dorongan yang kuat terhadap dunia pendidikan dengan penyediaan
sarana dan prasarana. Hal ini dilakukan agar para ilmuan, para seniman, dan para
ulama mau melakukan pengembangan bidang ilmu yang dikuasainya serta
mampu melakukan kaderisasi ilmu. Di antara ilmu pengetahuan yang
berkembang pada masa ini adalah:
1. Ilmu agama, seperti: Al-Qur’an, Haist, dan Fiqh. Proses pembukuan Hadis
terjadi pada masa Khalifah Umar ibn Abdul Aziz sejak saat itulah hadis
mengalami perkembangan pesat.
2. Ilmu sejarah dan geografi, yaitu segala ilmu yang membahas tentang
perjalanan hidup, kisah, dan riwayat. Ubaid ibn Syariyah Al Jurhumi berhasil
menulis berbagai peristiwa sejarah.
3. Ilmu pengetahuan bidang bahasa, yaitu segala ilmu yang mempelajari
bahasa,nahu, saraf, dan lain-lain.
4. Bidang filsafat, yaitu segala ilmu yang pada umumnya berasal dari bangsa
asing,seperti ilmu mantik, kimia, astronomi, ilmu hitung dan ilmu yang
berhubungan dengan itu, serta ilmu kedokteran.
Ada dinamika tersendiri yang menjadi karakteristik pendidikan Islam pada
waktu itu, yakni dibukanya wacana kalam (baca: disiplin teologi) yang
berkembangditengah-tengah masyarakat. Sebagaimana dipahami dari konstitusi
sejarah Bani Umayyah yang bersamaan dengan kelahirannya hadir pula tentang
orang yang berbuat dosa besar, wacana kalam tidak dapat dihindari dari
perbincangan kesehariannya,meskipun wacana ini dilatarbelakangi oleh faktor-

6
Ali Al-jumbulati, Abdul Futuh At-Tuwaanisi, Perbandingan Pendidikan
Islam, (Yogjakarta : Rineka Cipta , 2004), hal. 29
faktor politis. Perbincangan ini kemudian telah melahirkan sejumlah kelompok
yang memiliki paradigma berpikir secara mandiri.
Pola pendidikan pada periode Bani Umayyah telah berkembang jika
dilihat dari aspek pengajarannya, walaupun sistemnya masih sama seperti pada
masa Nabi dan khulafaur rasyidin. Pada masa ini peradaban Islam sudah bersifat
internasional yang meliputi tiga benua, yaitu sebagian Eropa, sebagian Afrika dan
sebagian besar Asiayang kesemuanya itu dipersatukan dengan bahasa Arab
sebagai bahasa resmi Negara.
2. Masjid/Masjid jami’
Masjid merupakan lembaga pendidikan luar sekolah yang merupakan
institusi utama dan terpenting dalam mendidik dan membina umat.7 Masjid
disamping untuk tempat sholat, dipergunakan pula untuk mendiskusikan dan
mengkaji permasalahan dakwah Islamiyyah pada permulaan perkembangan Islam,
yang terdiri dari kegiatan bimbingan dan penyuluhan serta pemikiran secara
mendalam suatu permasalahan dan hal-hal yang lain yang menyangkut siasat
perang dalam menghadapi musuh-musuh Islam serta cara-cara menghancurkan
kubu pertahanan mereka.8
Pendidikan Masjid, yaitu tempat pengembangan ilmu pengetahuan
terutama yang bersifat keagamaan.9 Pada pendidikan masjid ini terdapat dua
tingkatan yaitu menegah dan tinggi. Materi pelajaran yang ada seperti al-Qur’an
dan tafsirnya, hadis dan fiqh serta syariat Islam.
Masjid dalam sejarah Islam adalah sebenarnya merupakan madrasah
pertama setelah rumah Dar-al-Arqam bin Arqam. Di dalam masjid itulah

7
Moh. Roqib,IlmuPendidikan Islam, (Jogjakarta : LKiS , 2009), hal. 141
8
Ali Al-jumbulati, Abdul Futuh At-Tuwaanisi, Perbandingan Pendidikan
Islam( Yogjakarta : Rineka Cipta , 2004), hal 23
9
Suwito dan Fauzan, Sejarah Sosial Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2005) hal.
104
berkumpul berbagai macam persoalan pokok kaum muslimin sejak mulai masalah
politik, agama, kebudayaan sampai kemasyarakatan.10
Masjid menjadi tempat utama untuk sholat dan merencanakan kegiatan
dakwah Islamiyyah, di mana agama Islam dapat berdiri tegak sejak awal periode
perkembangan melalui lembaga pendidikan Islam. Kemudian berturut-turut
dibangunlah banyak masjid mengikuti penyebaran dan perluasan daerah/wilayah
kekuasaan pemerintah Islam.
Pada masa Umawiyah Timur dibangun masjid Umawiyah di Damaskus
yang sebelumnya merupakan gereja (al-Qadis Yuhana) akan tetapi atas
kesepakatan bersama antara khalifah Umawiyah dengan kaum Nashrani di
Damskus, masjid tersebut akhirnya disempurnakan pembangunannya. Peranan
masjid pada zaman pemerintahan Umawiyah adalah menyerupai gedung parlemen
modern yang lebih banyak mengembangkan kehidupan berpolitik dengan
kaitannya dengan pemilihan calon hakim atau calon kepala pemerintahan baru
yang kukuhkan menjadi pemimpin agar dapat diumumkan dari atas
panggung/mimbar tentang garis-gsris kebijakan kebijakan yang luas dan terinci
dalam politik kenegaraan dan dalam mengatur urusan kehidupan kaum muslimin
secara keseluruhan. 11
Pada masa Walid dibangun pula masjid agung yang terkenal dengan nama
“Masjid Damaskus” atas kreasi arsitektur Abu Ubaidah ibn Jarrah, dengan
mendatangkan 12.000 orang tukang bangunan dari Romawi. Masjid ini di bangun
dengan ukuran 300x200 m2 dan memiliki 68 pilar dilengkapi dinding-dinding
berukir yang cukup indah.
Pada Masjid Agung Damaskus kubah-kubahnya berbentuk tapak besi kuda
bulat. Pertemuan pada garis-garis ke titiknya dibayangkan oleh kaki tiang di
atasnya, diatas jalan beratap lengkung besar, di sekelilingnya

10
Ali Al-jumbulati, Abdul Futuh At-Tuwaanisi, Perbandingan Pendidikan Islam,
Jogjakarta : Rineka Cipta , 2004 hal 23
11
Ali Al-jumbulati, Abdul Futuh At-Tuwaanisi, Perbandingan Pendidikan
Islam, (Yogyakarta : Rineka Cipta , 2004), hal. 25
terdapat sahn (puncak-puncak barisan ambang pintu yang berbentuk setengan
bundar), di sekeliling masjid ini terdapat empat buah mercu yang merupakan
bangunan peninggalan Yahudi, tetapi oleh orang Islam hanya di ambil satu mercu
saja untuk dijadikan sebagai menara tempat adzan. Menara tersebut terletak di
sebelah tenggara masjid, sedangkan ruangan dalam Masjid Damaskus dihiasi
dengan ukiran-ukiran indah, marmer-marmer halus (mosaics) dan pintu-pintunya
di pasang memakai kaca-kaca berwarna-warni.
Pada masa Emir Hisyam 1 juga telah diselesaikan pembangunan Masjid
Agung Cordova yang terkenal megah itu, yang di mulai pembangunnya oleh
bapaknya Emir Abdurrahman 1 (756-788 M). [22] Pada masa Umawiyah juga
sempat dilakukan perbaikan dan perluasan Masjid al-Haram oleh khalifah Abdul
malik ibn Marwan. Begitu juga masjid Nabawi oleh Walid di perluas dan
diperindah dengan konstruksi dan arsitektur Syiria di bawah pengawasan Umar
ibn Abdul Aziz yang pada saat itu menjabat sebagai gubernur Madinah. 12
Pada masa dinasti Umayyah pola pendidikan bersifat desentrasi. Kajian
ilmu yang ada pada periode ini berpusat di Damaskus, Kufah,Mekkah, Madinah,
Mesir, Cordova dan beberapa kota lainnya, seperti: Basrah dan Kuffah (Irak), Damsyik dan
Palestina (Syam), Mesir. Diantara ilmu-ilmu yang dikembangkannya, yaitu:
kedokteran, filsafat, astronomi atau perbintangan, ilmu pasti, sastra, seni baik itu seni
bangunan, seni rupa, amuoun seni suara. Pada masa khulafa al Rasyidin dan Umayyah
sebenarnya telah ada tingkat pengajaran, hampir sama seperti masa sekarang.
Tingkat pertama ialah Kuttab.
3. Halaqoh Pada Masa Bani Umayyah
Halaqoh artinya lingkaran. Artinya proses belajar mengajar di sini
dilaksanakan di mana murid-murid melingkari gurunya. Seorang guru biasanya
duduk di lantai, menerangkan, membacakan, karangannya, atau memberikan
komentar atas pemikiran orang lain. Kegiatan halaqoh ini bisa terjadi di masjid-
masjid atau di rumah-rumah. Kegiatan halaqoh ini tidak khusus untuk

12
Dudung Abdurrahman,Sejarah Pendidikan Islam, (Jogjakarta : LESFI , 2004), hal.
76
mengajarkan atau mendiskusikan ilmu agama, tetapi juga ilmu pengetahuan
umum, termasuk filsafat. Oleh karena itu, halaqoh ini dikelompokkan ke dalam
lembaga pendidikan yyang terbuka terhadap ilmu pengetahuan umum. Di lihat
dari segi ini, halaqoh di kategorikan ke dalam lembaga pendidikan tingkat
lanjutan yang setingkat dengan college.13
4. Madrasah Pada Masa Bani Umayyah
Madrasah adalah salah satu bentuk institusi (lembaga) pendidikan formal
dalam Islam. Model madrasah tidak sama dengan masjid atau lembaga Islam
lainnya. Madrasah merupakan perkembangan dari masjid. Akibat antusias dan
besarnya semanagat belajar (menuntut ilmu) umat Islam, membuat masjid-masjid
penuh dengan halaqoh-halaqoh. Dari tiap-tiap halaqoh terdengar suara guru-guru
yang menjelaskan pelajaran atau suara perdebatan (muhadharah/anya jawab)
dalam proses belajar mengajar, sehingga menimbulkan kebisingan yang
mengganggu orang ibadah.14
Perluasan negara Islam bukanlah perluasan dengan merobohkan dan
menghancurkan, bahkan perluasan dengan teratur diikuti oleh ulama-ulama dan
guru-guru agama yang turut bersama-sama tentara Islam. Pusat pendidikan telah
tersebar di kota-kota besar sebagai berikut: Di kota Mekkah dan Madinah (HIjaz).
Di kota Basrah dan Kufah (Irak). Di kota Damsyik dan Palestina (Syam). Di kota
Fistat (Mesir). Madrasah-madrasah yang ada pada masa Bani Umayyah adalah
sebagai berikut:
a. Madrasah Mekkah : Guru pertama yang mengajar di Makkah, sesudah
penduduk Mekkah takluk, ialah Mu’az bin Jabal. Ialah yang mengajarkan Al
Qur’an dan manayang halal dan haram dalam Islam. Pada masa khalifah
Abdul Malik bin Marwan, Abdullah bin Abbas pergi ke Mekkah, lalu
mengajar disana di Masjidil Haram. Ia mengajarkan tafsir, fiqh dan sastra.

13
Abudin Nata, Sejarah Pendidikan Islam Pada Periode klasik dan Pertengahan. (
Jakarta : PT Raja Grafndo Persada , 2004), hal. 34-35
14
Abudin Nata, Sejarah Pendidikan Islam Pada Periode klasik dan Pertengahan, (
Jakarta : PT Raja Grafndo Persada , 2004), hal. 75
Abdullah bin Abbaslah pembangunan madrasah Mekkah, yang termasyur
seluruh negeri Islam.
b. Madrasah Madinah : Madrasah Madinah lebih termasyur dan lebih dalam
ilmunya,karena di sanalah tempat tinggal sahabat-sahabat nabi. Berarti disana
banyak terdapat ulama-ulama terkemuka.
c. Madrasah Basrah : Ulama sahabat yang termasyur di Basrah ialah Abu Musa
Al-asy’ari dan Anas bin Malik. Abu Musa Al-Asy’ari adalah ahli fiqih dan
ahli hadist,s erta ahli Al Qur’an. Sedangkan Anas bin Malik termasyhur
dalam ilmu hadis. Al-Hasan Basry sebagai ahli fiqh, juga ahli pidato dan
kisah, ahli fikir dan ahli tasawuf.Ia bukan saja mengajarkan ilmu-ilmu agama
kepada pelajar-pelajar, bahkan jugamengajar orang banyak dengan
mengadakan kisah-kisah di masjid Basrah.
d. Madrasah Kufah : Madrasah Ibnu Mas’ud di Kufah melahirkan enam orang
ulama besar, yaitu: Al-qamah, Al-Aswad, Masruq, Ubaidah, Al-Haris bin Qais
dan Amr bin Syurahbil. Mereka itulah yang menggantikan Abdullah bin
Mas’ud menjadi gurudi Kufah. Ulama Kufah, bukan saja belajar kepada
Abdullah bin Mas’ud menjadi guru di Kufah. Ulama Kufah, bukan saja
belajar kepada Abdullah bin Mas’ud, bahkan mereka pergi ke Madinah.
e. Madrasah Damsyik (Syam): Setelah negeri Syam (Syria) menjadi sebagian
negaraIslam dan penduduknya banyak memeluk agama Islam. Maka negeri
Syam menjadi perhatian para Khilafah. Madrasah itu melahirkan imam
penduduk Syam, yaituAbdurrahman Al-Auza’iy yang sederajat ilmunya
dengan Imam Malik dan Abu-Hanafiah. Mazhabnya tersebar di Syam sampai
ke Magrib dan Andalusia. Tetapikemudian mazhabnya itu lenyap, karena
besar pengaruh mazhab Syafi’I dan Maliki.
f. Madrasah Fistat (Mesir): Setelah Mesir menjadi negara Islam ia menjadi pusat
ilmu-ilmu agama. Ulama yang mula-mula madrasah di Mesir ialah Abdullah
binµAmr bin Al-As, yaitu di Fisfat (Mesir lama). Ia ahli hadis dengan arti kata
yangsebenarnya. Karena ia bukan saja menghafal hadis-hadis yang
didengarnya dari NabiS.A.W., melainkan juga dituliskannya dalam buku
catatan, sehingga ia tidak lupaatau khilaf meriwayatkan hadis-hadis itu kepada
murid-muridnya. Oleh karena itu banyak sahabat dan tabi’in meriwayatkan
hadis-hadis dari padanya.Karena pelajar-pelajar tidak mencukupkan belajar
pada seorang ulama dinegeri tempat tinggalnya, melainkan mereka melawat
ke kota yang lain untuk melanjutkan ilmunya. Pelajar Mesir melawat ke
Madinah, pelajar Madinah melawat ke Kufah, pelajar Kufah melawat Syam,
pelajar Syam melawat kian kemari dan begitulah seterusnya. Dengan
demikian dunia ilmu pengetahuan tersebar seluruh kota-kota di Negara Islam.
C. Pertumbuhan ilmu pengetahuan umaayah
sejak jaman dahulu, kemajuan suatu bangsa selalu ditandai dengan kemajuan dalam
bidang ilmu pengetahuan dan budaya. Hal ini sudah terbukti dalam sejarah, tercatat bahwa
semasa pemerintahan pada khalifah-khalifah Dinasti Umaayah, pertumbuhan ilmu
pengetahuan pada masa Umaayah baik semasa Daulah Umaayah di Dasmaskus (661-750 M)
maupun Dinasti Umaayah di Andalusia atau Spanyol (756-1031 M) .
Damaskus yang sekarang menjadi ibukota Negara Suriah menjadi saksi sejarah
betapa majunya peradaban dan ilmu pengetahuan saat itu. Di kota Damaskus saat itu banyak
didirikan gedung-gedung yang indah. Lingkungan di sekeliling kota juag dibangun dengan
tat kota yang sangat teratur. Di kota juga dibuat taman-taman yang asri, nyaman dan sedap
dimata. Dijalan-jalan damaskus ditanami pohon-pohon yang teduh, sungai-sungai yang
dibuat sedemikan rapi, bersih, dan teratur. Hal ini menunjukan bahwa di masa itu masyarakat
muslim telah mengalami perkembangan budaya dan ilmu pengetahuan ang sangat maju.
Dikota ini juga dibangun masjid yang sangat indah dan megah rancangan seorang arsistek
bernama Abu Ubaidah bin Jarrah.
Kota Damaskus juga dikenal dengan kota pelajar. Pada waktu itu jumlah sekolah di
kota Damaskus sudah mencapai sebanyak 20 sekolah. Sejumlah perpustakaan besar juga
didirikan untuk mendukung perkemabang ilmu pengetahuan. Di anatara lembaga pendidikan
itu terdapat sekolah-sekolah kedokteran dan rumah sakit. Sungguh pada jaman tersebut
kemajuan semacam ini merupakan prestasi yang sangat luar biasa. Keberadaan Daulah
Umaayah di Andalusia pun tak mau kalah dengan periode Daulah Umaayah di Damaskus.
Kekhalifahan Bani Umaayah di Spanyol menjadikan Cordoba sebagai ibukotanya. Kota
Cordoba saat itu menjadi pusat ilmu pengetahuan. Di kota ini didirikan Universitas Cordoba
yang memiliki perpustakaan dengan mecapai 400.000 judul koleksi buku. Sungguh untuk
ukuran saat itu merupakan kemajuan yang tiada duanya didunia.

D. Ilmuwan-ilmuwan pada masa dinasti umaayah

Diantara tokoh ilmuwan Muslim pada zaman Dinasti Umayyah yaitu sebagai berikut:

1. Dalam Bidang Ilmu Fiqih berikut ini adalah tokoh dalam bidang ilmu fiqih:

a. Imam Hanafi

Pendiri madzhab Hanafi ini diberi gelar “Imam Ahlur Ra’yi” karena ia lebih
banyak memakai argumentasi akal dari pada ulama, namun ia tetap mengacu pada
sumber hukum Islam, seperti Al-Qur’an dan Hadits, fatwa sahabat, ijma’, qiyas,
istihsan serta urf. Kitab-kitab yang beliau tulis diantaranya:

1) Al-Faraid ⇒ Yakni kitab khusus membicarakan tentang waris dan segala


bentuk ketentuan-ketentuannya menurut hukum Islam.
2) Asy-Syurut ⇒ Kitab yanng membahas tentang perjanjian dalam suatu akad
atau transaksi
3) Al-Fiqhul Akbar ⇒ Kitab yang membahas tentang teologi dan ilmu tauhid.

b. Imam Malik

Yakni seorang mujtahids besar dan ahli dalam bidang fiqih dan hadits
sekaligus pendiri madzhab Maliki.

Imam Malik dalam menetapkan hukum menggunakan sumber-sumber


dari Al-Qur’an, Hadits, atsar, tradisi masyarakat Madinah, qiyas, dan al-maslahah
al-mursalah. Karyanya yang terkenal adalah “Al-Muwatta” yakni kitab yang
mencakup segala hal dalam masalah fiqih.

2. Dalam Bidang Taswuf berikut ini adalah tokoh dalam bidang tasawuf.
a. Hasan al-Basri

Ialah seorang ahli tasawuf. Pada tahun 37 H, setelah perang siffin, ia


pindah ke Basrah dan disanalah ia memulai karirnya sebagai seorang ulama
dan zahid yang sangat berpengaruh. Inti ajaran beliau ialah al-Khauf wal
Raja’ yakni takut terhadap siksaan Allah SWT. dan berharap akan janji dan
balasan kebaikan dari Allah SWT. Dengan konsep tersebut, manusia dapat
terhindar dari perbuatan maksiat dan senantiasa beriman dan bertaqwa kepada
Allah SWT.

b. Rabi’ah al-Adawiyah

Ia adalah seorang sufi wanita yang termasyhur sepanjang sejarah. Konsep


pemikirannya sangat terkenal dan menjadi suatu terobosan sufisme yang sangat
monumental. Konsep sufi yang diterapkannya adalah konsep mahabbah yaki tentang
rasa cinta kepada Allah SWT. Konsep tersebut mengajarkan bahwa tidak ada sesuatu
yang patut dicintai kecuali Allah SWT. semata dan ibadah yang dilakukan oleh
seorang hamba harus didasari dengan kecintaan kepada-Nya agar dalam beribadah
disertai dengan rasa senang dan keikhlasan.

3. Dalam Bidang Ilmu Hadits berikut ini adalah tokoh dalam bidang hadits.

a. Abu Hurairah

Beliau sangat termasyhur dan paling banyak dalam meriwayatkan hadits-hadits


rasul. Menurut Imam Bukhari, tidak kurang dari 800 hadits yang dihafal oleh Abu
Hurairah.

Dari Abu Hurairah banyak sekali hadits yang diterima oleh para tabi’in dan ulama
ketika itu untuk dikaji dan dijadikan dasar hukum. Para tabi’in yang juga berperan dalam
pengembangan ilmu hadits zaman Bani Umayyah yakni sebagai berikut:

1) Umar bin Abdul Aziz, seorang khalifah dan ulama besar yang memprakasai kodifikasi
hadits ketika menjabat sebagai khalifah.
2) Ikrimah, seorang ulama besar dari Mekah.
3) Abu Qatadah dan Muhamad Sirin, ulama dari Basrah.
4) Asy-Sya’ibi dan an-Nakhari, dari Kufah.
5) Abu Khair Marsad dan Yazid bin Habib, ulama hadis dari Mesir.
6) Thawus bin Kaisan al-Yamani dan Ibnu Munabbin, dari Yaman.

4. Dalam Bidang Tafsir berikut ini adalah tokoh dalam bidang tafsir:

Ilmu tafsir adalah ilmu yang mengkaji makna dan tujuan yang terkandung dalam Al-
Qur’an sesuai dengan kemampuan akal manusia. Diantara mereka yang berjasa dalam
lahirnya dan berkembangnya ilmu tafsir adalah sebagai berikut:

1) Abdullah bin Abbas dari Madinah


2) Abdullah bin Mas’ud dari Mekah
3) Sa’ad bin Jabir
4) Al-Asmi dan Mujahid muridnya Ibnu Abbas.

Itulah beberapa tokoh ilmuwan Muslim yang sangat berperan penting dalam
peradaban Islam di zaman Dinasti Bani Umayyah.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian di atas dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa keadaan pendidikan pada
masa kekuasaan bani Umayyah sudah lebih berkembang dibandingkan pada zaman Khulafur
Rasyidin. Perkembangan pendidikan tersebut yang paling menonjol adalah pada aspek
kelembagaan dan ilmu yang diajarkan. Pada aspek kelembagaan telah muncul dan berkembang
lembaga pendidikan baru, yakni istana, badiah, perpustakaan, dan bimaristan. Adapun ilmu yang
diajarkan bukan hanya bidang agama saja, melainkan juga ilmu-ilmu umum. Namun demikian,
ilmu-ilmu agama masih dominan dibandingkan dengan ilmu umum. Adapun bila kita lihat dari
segi sistemnya masih bersifat sederhana dan konvensional, dan belum dapat disamakan dengan
sistem pendidikan yang sudah berkembang seperti pada saat ini.

Perkembangan pendidikan yang demikian itu karena dipengaruhi oleh situasi politik,
sosial, dan keagamaan yang secara keseluruhan belum mendukung kegiatan pendidikan. secara
politik, masa bani Umayyah yang berlangsung lebih kurang 90 tahun terlalu banyak digunakan
untuk melakukan perluasan wilayah serta meredam berbagai gejolak dan pemberontakan.

B. Saran

Ada sebuah pepatah yang mengatakan “tidak ada gading yang tak retak”. Karena itulah
penulis senantiasa menyadari bahwa begitu banyak kekurangan- kekurangan dan kesalahan-
kesalahan yang terdapat dalam makalah ini. Maka dari pada itu, penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari para pembaca sekalian agar kedepannya penulis bisa berusaha
menjadi lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Dudung. 2011. Metodologi Penelitian Sejarah Islam. Yogyakarta: Penerbit


Ombak
Al-jumbulati, Ali. Futuh, At-Tuwaanisi, Abdul. 2004. Perbandingan Pendidikan
Islam. Yogjakarta : Rineka Cipta
Khoiriyah. 2012. Reorientasi Wawasan Sejarah Islam dari Arab sebelum Islam hingga Dinasti-
dinasti Islam. Yogyakarta: Penerbit Teras
Maryam, Siti. Dkk. 2012. Sejarah Peradaban Islam: Dari Masa Klasik Hingga Modern.
Yogyakarta: Penerbit Lesfi
Nata, Abudin. 2004. Sejarah Pendidikan Islam Pada Periode klasik dan Pertengahan. Jakarta :
PT Raja Grafndo Persada
Roqib, Moh. 2009. IlmuPendidikan Islam. Jogjakarta : LKiS
Suwito dan Fauzan.2005. Sejarah Sosial Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana

Yunus, Mahmud.1990. Sejarah Pendidikan Islam dari zaman Nabi SAW Khalifah-khalifah
Rasyidin, Bani Umaiyah dan Abbasiyah sampai zaman Mamluks dan
Usmaniyah. Jakarta: PT Hidakarya Agung

Anda mungkin juga menyukai