Anda di halaman 1dari 17

KEBUDAYAAN ISLAM PADA MASA BANI FATHIMIYAH

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Individu Pada Mata Kuliah Sejarah


Kebudayaan Islam

DOSEN PENGAMPU: Prof.Dr. Haidar Putra Daulay, MA

Dr. Sholihah Titin Sumanti, M.Ag

OLEH
KELOMPOK 12

SULIS MAWAR DANI


03312130001

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUMATERA UTARA
MEDAN

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita kepada-Nya yang senantiasa selalu memberikan


limpahan rahmat dan karunia yang tak terhingga sehingga penulis mampu
menyelesaikan tugas mini riset ini. Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan
kepada Nabi Muhammad saw. pada akhir zaman, dengan harapan kelak kita
memperoleh syafa’atnya di hari kemudian.
Tugas ini di tulis sebagai tuntunan dan kewajiban dari mata kuliah Sejarah
Kebudayaan Islam. Hal ini bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada
pembaca tentang ”Kebudayaan Islam Pada Masa Fathimiyah”.Makalah ini ditulis
dari hasil penyusun data-data sekunder yang penulis peroleh dari buku panduan
dan jurnal yang berkaitandengan judul makalah.
Sebagai hasil karya manusia biasa, penulis menyadari masih banyak
kesalahan serta kekurangan yang terdapat dalam penulisan makalah, karenanya
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif dari
pembaca. Kepada Dosen saya Bapak Prof. Dr. Haidar Putra Daulay, MA dan Ibu
Dr. Sholihhah Titin Sumanti, M.Ag selaku dosen mata kuliah Sejarah
Kebudayaan Islam saya ucapkan terim akasih yang tak terhingga. Semoga tugas
ini mampu mendorong penulis untuk menyelami kajian ” Kebudayaan Islam Pada
Masa Fathimiyah”.

Medan, 25 Oktober 2021

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i


DAFTAR ISI..................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ....................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................................. 1
C. Tujuan Masalah ...................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................. 3
A. Pengertian Sejarah Kebudayaan Islam................................................................... 3
B. Perkembangan Awal Sejarah Kebudayaan Islam Pada
Masa Bani Fathimiyah ........................................................................................... 3
C. Bentuk Sejarah Kebudayaan Islam Pada Masa Bani Fathimiyah .......................... 5
BAB III PENUTUP ......................................................................................................... 13
A. Kesimpulan ........................................................................................................... 13
B. Saran ..................................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 15

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Histori peradaban Islam telah menuliskan bahwa dinasti Fatimiyah sebagai
salah satu dinasti Islam pada abad X telah membuat prestasi yang gemilang dalam
sejarah peradaban di dunia Islam. Dinasti Fatimiyah yang didirikan oleh Ubaidillah al-
Mahdi, cucu Ismail bin Ja‟far al-Shidiq ini tergolong ke dalam pengikut Syi‟ah
Ismailiyah. Ismailiyah adalah salah satu sekte Syi‟ah yang mempercayai bahwa Ismail
merupakan imam ketujuh, setelah Imam Ja‟far al-Shadiq.
Dinasti Fathimiyah adalah salah satu dari dinasti Syi'ah dalam sejarah Islam.
Dinasti ini didirikan di Tunisia pada tahun 909 M sebagai tandingan bagi penguasa
dunia muslim saat itu yang terpusat di Baghdad, yaitu Bani Abbasiyah. Dinasti
Fathimiyah didirikan oleh Sa'id ibn Husain, kemungkinan keturunan pendiri kedua
sekte Ismailiyah
Pusat pemerintahan semula berada di Tunisia dengan ibukota Qairuwan (909-
971 M.), kemudian pindah ke Kairo, Mesir (972-1171 M.). Dinasti ini merupakan
dinasti Syi‟ah Isma‟iliyah yang pertama kali lahir, diiringi lahirnya Dinasti Bani
Buwaih (932 M.) di Baghdad, dan belakangan Kerajaan Safawi (1501 M.) di Persia.
Berakhirnya kekuasaan Daulah Abbasiyah di awal abad ke-9 ditandai dengan
munculnya disintegrasi wilayah. Di berbagai daerah yang selama ini dikuasai,
menyatakan melepaskan diri dari kekuasaan pemerintah di Baghdad dan membentuk
daulah-daulah kecil yang berdirisendiri (otonom). Di bagian timur Baghdad, muncul
dinastiThahiriyah, Saariyah, Samaniyah, Gasaniyah, Buwaihiyah, dan Bani Saljuk.
Sementara ini di bagian barat, muncul dinasti Idrisiyah, Aghlabiyah, Tuluniyah,
Fathimiyah, Ikhsidiyah, dan Hamdaniyah.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari sejarah kebudayaan islam ?
2. Bagaimana perkembangan awal sejarah kebudayaan Islam pada masa Bani
Fathimiyah ?
3. Bagaimana bentuk sejarah kebudayaan islam pada masa Bani Fathimiyah ?
C. Tujuan Masalah

3
1. Untuk mengetahui pengertian dari sejarah kebudayaan islam ?
2. Untuk mengetahui perkembangan awal sejarah kebudayaan Islam pada masa Bani
Fathimiyah ?
3. Untuk mengetahui bentuk sejarah kebudayaan islam pada masa Bani Fathimiyah ?

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Sejarah Kebudayaan Islam


Menurut bahasa, sejarah berarti riwayat atau kisah. Dalam bahasa Arab, sejarah
disebut dengan tarikh, yang mengandung arti ketentuan masa atau waktu. Sebagian
orang berpendapat bahwa sejarah sepadan dengan kata syajarah yang berarti pohon
(kehidupan). Sedangkan menurut istilah, sejarah ialah proses perjuangan manusia
untuk mencapai penghidupan kemanusiaan yang lebih maksimal dan sebagai ilmu yang
berusaha mewariskan pengetahuan tentang masa lalu suatu masyarakat tertentu.Sejarah
juga merupakan gambaran tentang fakta pada masa lampau dengan menggunakan
indranya serta memberi kepahaman makna yang terkandung dalam gambaran itu.1
Kebudayaan berasal dari bahasa Sansakerta yaitu buddhayah yang merupakan
suatu bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal). Budi mempunyai arti akal, kelakuan,
dan norma. Sedangkan “daya” berarti hasil karya cipta manusia. Dengan demikian,
kebudayaan adalah semua hasil karya, karsa dan cipta manusia di masyarakat. Istilah
"kebudayaan" sering dikaitkan dengan istilah "peradaban". Perbedaannya : kebudayaan
lebih banyak diwujudkan dalam bidang sastra, seni, religi dan moral, sedangkan
peradaban diwujudkan dalam bidang ekonomi teknologi dan politik. Apabila dikaitkan
dengan Islam, maka culture Islam adalah hasil karya, karsa dan cipta umat Islam yang
didasarkan kepada nilai-nilai ajaran Islam yang berlandaskan dari hukum dari al-Qur'an
dan sunnah .
Islam berasal dari bahasa arab yaitu “Aslama-Yuslimu-Islaman” yang artinya
selamat. Menurut istilah, Islam adalah agama samawa yang diturunkan Allah SWT
kepada Nabi Muhammad saw sebagai petunjuk bagi manusia agar kehidupannya
membawa rahmat bagi seluruh alam. Jadi kesimpulannya, Sejarah Kebudayaan Islam
adalah kejadian atau peristiwa masa lampau yang berbentuk hasil karya, karsa dan cipta
umat Islam yang didasarkan kepada sumber nilai-nilai Islam.
B. Awal Sejarah Kebudayaan Pada Masa Bani Fathimiyah
Konstelasi dalam bidang politik yang terjadi dikalangan umat Islam mulai akhir

1
Samsul Munir Amin. Sejarah Peradaban Islam (Jakrta: Amzah,2009). 255

5
zaman Dinasti Umayyah, kemudian memuncak di zaman Dinasti Abbasiyah,
memberikan ruang bagi daerah-daerah yang jauh dari pusat pemerintahan di Damaskus
maupun di Bagdad, berusaha untuk melepaskan diri dari kekusaan Khalifah pusat.
Sehingga bermunculan dinasti-dinasti kecil yang melepaskan diri dari kekuasaan
khalifah pusat.2
Salah satu dari dinasti yang melepaskan diri dari kekuasaan Dinasti Abbasiyah
yaitu dinasti Fatimiyah. Ubaidillah Al- Mahdi merupakan aktivis yang memiliki andil
besar terkait berdirinya Dinasti Fatimiyah pada tahun 909 M. Dinasti Fatimiyah adalah
Dinasti Syi’ah yang berkuasa dari tahun 909 M sampai dengan tahun 1171 M., atas
dasar legitimasi klaim keturunan Nabi lewat Fahtimah dan Ali bin Abi Thalib dari
Ismail anak Jafar Sidik, keturunan keenam dari Ali bin Abi Thalib. Dinasti ini didirikan
sebagai tandingan bagi penguasa dunia muslim saat itu yang terpusat di Bagdad, yaitu
Bani Abbasiyah. Wilayah kekuasaan Dinasti Fatimiyah meliputi Afrika Utara, Mesir,
dan Suriah. Berdirinya Dinasti Fatimiyah dilatarbelakangi oleh melemahnya Dinasti
Abbasiyah.
Dinasti Fatimiyah mengalami puncak kemasyuran pada masa kepemimpinan khalifah
Al-Azis. Kebudayaan Islam berkemajuan pesat pada masa Dinasti ini, ditandai dengan
berdirinya Masjid Al-Azhar yang sekarang terkenal dengan nama Universitas Al-
Azhar. Masjid ini berfungsi sebagai pusat pengkajian Islam dan ilmu pengetahuan.
Danasti Fatimiyah berakhir setelah Al-Adid, selaku khalifah terakhir Dinasti Fatimiyah
jatuh sakit. Terjadinya krisis dalam lingkup dinasti, mulai dari konflik internal antar
umat Islam, kondisi politik yang tidak stabil telah menghancurkan ekonomi rakyat, dan
adanya rongrongan Pasukan Salib dan Yerusaleem mengancam kota Kairo pada tahun
1167 M., telah menambah daftar kekacauan pada Dinasti Fatimiyah. Meskipun
kekacauan tersebut dapat di tangani oleh Salahuddin al-Ayyubi pada tahun 1771 M
dengan memakzulkan (menurunkan) khalifah terakhir Dinasti Fatimiyah, kemudian
mendirikan Dinasti Ayyubiah.3
Dari penjabaran uraian tersebutkan di atas, peling tidak ada beberapa hal yang
dapat dipahami. Pertama, terbentuknya Dinasti Fatimiyah di Mesir, pada awalnya
disebabkan oleh adanya konstelasi politik yang terjadi dalam Dinasti Abbasiyah selaku

2
Philip K Hitti, The History of The Arabs, (Jakarta: Serambi, 2011), h.787.
3
bid., h.88.

6
payung kepemimpinan umat Islam pada saat itu. 4Kedua, menjelaskan bahwa Dinasti
Fatimiyah mempunyai kontribusi dalam pembentukan peradaban Islam, khususnya
pada sektor pembangunan pendidikan, kenyaataan ini dapat dilihat dari peninggalan
sejarah seperti; 5Masjid Al- Azhar, yang memiliki fungsi sebagai tempat pengkajian
Islam dan pengembangan ilmu pengetahuan. Ketiga, menjabarkan penyebab
berakhirnya Dinasti Fatimiyah, secara substansi memiliki kesamaan dinasti-dinasti
sebelumnya, yakni disebkan oleh faktor ketidak stabilan politik atau terjadinya kudeta
antar umat Islam.

C. Bentuk Sejarah Kebudayaan Islam Pada Masa Bani Fathimiyah


a. Afrika
1) Penggunaan Bahasa Arab di Seluruh Wilayah Kekuasaan Islam
Penyebaran Islam oleh beberapa penguasa muslim telah membuat bahasa
Arab menjadi bahasa resmi yang dipakai oleh masyarakat muslim diberbagai
wilyah, khususnya Afrika Utara. Bahasa Arab telah menjadi bahasa komunikasi
antar suku dan bangsa serta bahasa ilmu pengetahuan. Seperti dikemukakan
oleh Abu Suud dalam bukunya “Islamogi” bahwa aspek awal perkembangan
Islam, bahasa Arab telah digunakan untuk penulisan karya keagamaan. Setelah
Nabi wafat bahasa Arab telah mampu menjadi bahasa masyarakat Persia,
Palestina, Mesir, Tunisia, Aljazair, Maroko. Sejak itu jenis jihad dalam Islam
tidak lagi menggunakan pedang, tetapi juga menggunakan bahasa atau sastra
dalam bahasa Arab.
2) Perkembangan Bidang Administrasi Pemerintahan
Kehadiran Islam di Afrika Utara telah memberikan sumbangan besar bagi
kemajuan bidang administrasi pemerintahan. Pada masa pemerintahan Dinasti
Fathimiah khalifah menjabat sebagai kepala negara baik dalam urusan
keduniaan maupun urusan keagamaan. Khalifah berwenang mengangkat dan
memberhentikan jabatan-jabatan dibawahannya.6
Kemudian adanya kementerian negara yang terbagi dalam dua kelompok:

4
Hasan Ibrahim, Sejarah dan Kebudayaan Islam, (Yogyakarta: Kota Kembang, 1989),h.265
5
Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam, Cet. I; Jakarta: Hidakarya Agung, 1990, h. 174,
6
Bahaking Rama, Sejarah Pendidikan Islam Pertumbuhan dan Perkembangan Pada Masa
Awal (Cet.I; Makassar: Alauddin Press, 2012), 5.

7
Pertama, para ahli di bidang militer dan para ahli dibidang keilmuan. Para ahli
di bidang militer menduduki jabatan dan keamanan serta pengawal pemerintah
khalifah, sedangkan ahli keilmuan menduduki jabatian kementrian hukum,
pendidikan, lembaga ilmu pengetahuan, ekonomi dan perdagangan, keuangan,
urusan rumah tangga istana, dan urusan agama. Tingkat terendah kelompok ahli
ilmu adalah pegawai negeri dalam berbagai kementrian. Selain itu, ada pada
jabatan pada tingkat daerah provinsi dan kabupaten. Sedangkan dalam militer
terdapat tiga jabatan pokok, yaitu Amir yang terdiri dari pejabat tinggi militer,
dan pasukan pengawal khalifah, batalyon tempur dan resimen-resimen
pengaman negara.
3) Toleransi Beragama, Kelembutan dan Keadilan

Aspek yang tidak kalah pentingnya dalam perkembangan peradaban


Islam, terutama di Afrika Utara adalah toleransi beragama, kelembutan dan
keadilan. Abu Suud menjelaskan bahwa tidak seorang prajurit dan orang Arab
berhak atas kawasan baru yang dikuasai. Semua kekayaan dan kawasan baru
menjadi milik Islam. Penguasa setempat tidak dipaksa menganut Islam, kecuali
atas kemauan sendiri. Mereka diberi hak untuk meneruskan kepemimpinan
otonom dikawasan mereka, dengan kewajiban membayar pajak. Perlindungan
(Jizyah) kepada khalifah, pengaturannya dilakukan oleh seorang Amir, yaitu
Komandan tentara pendudukan dan pasukan, sebagai wakil khalifah.
Kehidupan amir dan pasukannya dijamin oleh pemerintah setempat dengan
dana dan logistik untuk pelaksanaan operasional tugas mereka di daerah
pendudukan Syed Mahmudunnaris, juga menggambarkan persoalan toleransi,
keadilan dan kelembutan ini, bahwa Hanzala memerintah (seorang guburnur
yang diangkat oleh Hisyam tahun 937 M, wilayah Afrika utara yang
berpenduduk Barbar terbebas dari rintangan dan dibawah pemerintahan raja
yang lembut dan adil serta penuh toleransi, Afrika Utara menjadi makmur
kembali.
Hal senda juga diungkapkan oleh Samsul Munir Amin, bahwa orang-
orang Kristen Kopti dan Armenia tidak pernah merasakan kemurahan dan
keramahan melebihi sikap pemerintahan Muslim pasa masa al-Aziz (Khalifah
Dinasti Fatimiayah 975-996 M) mereka lebih diuntungkan dari pada umat
Islam, di mana mereka ditunjuk menduduki jabatan tinggi di istana. Mereka

8
hidup penuh kedamaian dan kemakmuran, jabatan keuangan diserahkan kepada
mereka.
Penjelasan tersebut menunjukkan bahwa ajaran Islam sangat
menjunjung tinggi toleransi beragama, keadilan dan kelembutan dalam
pemerintahan.
4) Kemajuan Ilmu Pengetahuan, Aritektur dan Bangunan
Kemajuan peradaban Islam di Afrika Utara, tidak hanya di bidang
politik, tetapi juga pada bidang ilmu pengetahuan, arsitektur dan bangunan
wilayah bersejarah yang menjadi pusar kajian Islam. Pada masa pemerintahan
Dinasti Fatimiyah di kota Kairo Mesir yang dibangun pusat kemajuan
keilmuan dan intelektual Islam yaitu Universitas memberikan kontribusi yang
besar untuk kemajuan intelektual dan keilmuan Islam.
Pada masa Dinasti Fatimiyah, merupakan salah seorang ilmuwan. Ia
mendirikan culture pendidikan dan memberi subsidi besar setiap bulannya. Pasa
masa Ibnu Khilis merupakan seorang wazir Fathimiyah yang sangat
memperhatikan ilmu pengetahuan. Ia mendirikan suatu lembaga pendidikan dan
memberi subsidi besar setiap bulannya. Pada masa Ibnu Khilis di dalam Istana
al-Aziz terdapat seorang ilmuwan besar bernama Muhammad al-Tamim,
sejarahwan dan photo grafher besar bernama al-Kindi, pakar astronomi Ali bin
Yunus, pakar Optik bernama Ali Al-Hasanbin al-Khaitami serta sejumlah
sastrawan dan ilmuan yang berkarya di Istana Dinasti Fatimiyah.
Kemudian pada masa pemerintahan Dinasti Almuwahidun terutama
pada masa Abu Ya’kub Yusuf (1184 M), dimana ia sangat dekat dengan kaum
ulama dan cendikiawan. Pada masa permerintahannya hidup tokoh-tokoh besar
seperti, Ibnu Rusyd, Ibnu Tufail, Ibnu Maulkun Abu Ishak, Ibrahim bin
AbdMalik (ahli Bahasa) Abu Bakar bin Zuhur (ahli kesehatan). Sehingga
marakisy menjadi pusat peradaban Islam dewasa ini.
Sedangkan pada masa pemerintahan Dinasti Murabithun di bangun
gedung- gedung baru yang megah dan artistik, seperti Istana Ali di Marakisy,
Dar al-Hajar, masjid Ja’l di Tlemsan, masjid Qairawan di Fez , masjid Agung
Al-Jeria serta bangunan- bangunan Barbar.7

7
Aziz Ahmad , A History of Islamic Sicily, (Edenburgh : Edenburgh University Press, 1975), h. 53-55.

9
b. Mesir
1) Bidang Politik dan Pemerintahan
Bentuk pemerintahan pada masa Fatimiyah merupakan suatu bentuk
pemerintahan dianggap sebagai pola baru dalam sejarah Mesir. Pengangkatan
dan pemecatan pejabat tinggi berada di bawah kekuasaan khalifah. Menteri-
menteri dibagi dalam dua kelompok yaitu kelompok divisi dan kelompok sipil.
Yang dibidangi oleh kelompok militer di antaranya: urusan tentara perang,
pengawal rumah tangga khalifah dan semua permasalahan yang menyangkut
keamanan dan yang termasuk kelompok sipil di antaranya: 8
1) Qadi’ yang berfungsi sebagai hakim dan direktur percetakan uang
2) Ketua dakwah, yang memimpin Darul Hikam (bidang keilmuan)
3) Inspektur pasar, yang membidangi bazar, jalan dan pengawasan
timbangan dan ukuran
4) Bendaharawan negara, yaitu membidangi baitul mal
5) Wakil kepala urusan rumah tangga khalifah
6) Qori’ yang membacakan Al-Quran bagi khalifah kapan saja dibutuhkan.
Ketentaraan dibagi kedalam tiga kelompok. Pertama, amir-amir yang
terdiri dari pejabat tinggi dan pengawal khalifah. Kedua, para officer of the
guard (pegawai biasa termasuk ilmuan). Ketiga, berbagai resimen yang bertugas
sebagai hafidzah, sudaniyah dan lain- lain.
2) Sosial Kemasyarakatan
Pada masa Fatimiyah memasuki Mesir, penduduk setempat ada yang
beragama Kristen Qibty dan Ahlu Sunnah. Mereka hidup dalam kedamaian,
saling menghormati antara satu dengan yang lain. Boleh dikatakan tidak terjadi
pertengkaran antara suku, maupun agama. Masyarakatnya mempunyai
sosialitas yang tinggi sesama mereka.
3) Pendidikan
Dalam perkembangan selanjutnya, lembaga pendidikan Islam tidak
hanya terpusat di Masjid semata, melainkan ada beberapa lembaga-lembaga baru
pendidikan yang dibentuk, dan memiliki fungsi yang cukup kompleks untuk

8
Ajid Thohir, Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam: Melacak Akar-akar Sejarah,
Sosial, Politik dan Budaya Umat Islam, h. 119.

10
pengembangan pendidikan Islam berdasarkan tingkat kebutuhan pendidikan
pada masa dinasti yang berkuasa. Kondisi ini juga dilihat pada era Dinasti
Fatimiyah, mengingat teradapat beberapa lembaga yang dijadikan pusat
pengembangan pendidikan Islam antara lain:

a) Masjid dan Istana

Pada masa dinasti ini, khalifah selaku pemimpin mengumpulkan para


penulis di istana untuk menyalin buku-buku seperti: Al-Qur’an, Hadits, Fiqih,
sastra hingga ilmu kedokteran. Ia juga memberikan penghargaan khuss bagi
para ilmuwan dan menugaskan mereka menjadi imam di Masjid Istana. Tinggi
perhatian pemerintah terhadap ilmu pengetahuan, sehingga kebutuhan untuk
penylinan naskah tersebut pun tersedia semisal tinta dan kertas. Selain itu,
Masjid juga menjadi tempat berkumpulan ulama fiqih khususnya ulama yang
menganut mazhab Syi’ah Ismailiyah termasuk juga wajir dan hakim. Mereka
dikumpulkan oleh khalifah untuk membuat buku tentang mazhab Syi’ah
Ismailiyah yang akan diajarkan kepada masyarakat.
b) Perpustakaan
Selain Masjid dan Istana, pada masa Dinasti Fatimiyah perpustakaan
juga memiliki peranan sebagai lembaga pengembangan pendidikan dalam hal
penyebaran akidah Syi’ah dikalangan masyarakat. Untuk itu, para khalifah dan
wajir memperbanyak pengadaan berbagai buku dan ilmu pengetahuan sehingga
perpustakaan istana menjadi perpustakaan yang terbesar pada masa itu.
Perpustakaan yang terbesar yang dimiliki Dinasti Fatimiyah dinamakan “Dar’al
‘Ulum” yang masih memiliki keterkaitannya dengan perpustakaan “Baitul
Hikmah”. Perpustakaan ini didirikan oleh Khalifah Fathimyah Al-Azis pada
tahun 975-996 M. Konon berisi tidak kurang dari 100.000 volume, bahkan boleh
jadi sebanyak 600.000 jilid buku.9
c) Dar al-‘Ilm
Di dalam perkembangan berikutnya, pemerintahan Dinasti Fatimiyah
tepanya pada bulan Jumadil Akhir sekitar tahun 1005 M., atas dasar usulan
perdana menterinya Ya’kub bin Khilis, Khalifah al-Hakim mendirikan lembaga
pendidikan dengan sebutan Jamiah Ilmiyah Akademi (lembaga riset) seperti

9
Ali Mufrodi, Islam di Kawasan Kebudayaan Arab (Cet. I; Jakarta: Logos, 1997), h. 117.

11
akademi-akademi lain yang ada di Bagdad maupun belahan dunia lain. Lembaga
ini kemudian diberi nama Dar al Hikmah.10 Di lembaga inilah berkumpul para
ahli fiqih, astronomi,
Dalam perkembangan selanjutnya, lembaga pendidikan Islam tidak
hanya terpusat di Masjid semata, melainkan ada beberapa lembaga-lembaga
baru pendidikan yang dibentuk, dan memiliki fungsi yang cukup kompleks
untuk pengembangan pendidikan Islam berdasarkan tingkat kebutuhan
pendidikan pada masa dinasti yang berkuasa.
Kondisi ini juga dilihat dokter, dan ahli nahwu dan bahasa untuk
mengadakan penelitian ilmiah. Para cendikawan tersebut, belajar al-Qur’an,
astronomi, tata bahasa, leksikografi dan ilmu kedokteran dan lain sebagainya.
Sehingga pada tahun 403 H., Khalifah al-Hakim mulai mengadakan majelis
pertemuan rutin yang dihadiri oleh para ahli kesehatan, mantik, kedokteran, dan
bersama-sama untuk mengkaji berbagai masalah.
Uraian tentang lembaga pendidikan pada masa Dinasti Fatimiyah di
atas, menegaskan beberapa hal yang dapat dipahami. Pertama, lembaga
pendidikan dijadikan sebagai basis pengembangan pendidikan pada
pemerintahan Dinasti Fatimiyah, secara substansi hampir sama dengan bentuk
lembaga pendidikan pada dinasti-dinasti sebelumnya, yakni tetap berpijak pada
Masjid dan Istana sebagai pusat belajar. Kedua, menguraikan bahwa fungsi
lembaga pendidikan Islam pada masa Dinasti Fatimiyah terutama Masjid dan
perpustakaan, cenderung digunakan untuk mengembangkan konsep keilmuan
bermazhab Syi’ah. Ketiga, menggambarkan bahwa pengembangan ilmu
pengetahuan pada masa Dinasti Fatimiyah dapat dikatakan sudah dilakukan
dengan sistematis, terlihat dari upaya khalifah membentuk lembaga pendidikan
yang khusus untuk menelaah dan mengkaji setiap masalah dengan pendekatan-
pendekatan ilmiah.
4) Ilmu Pengetahuan

a) Bahasa dan Sastra

Di antara ulama yang terkenal tentang bahasa dan sastra adalah Abu

10
Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik : Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam, (Jakarta,
Kencana Prenada Media Group , 2007), Cet ke 3, h. 157.

12
Tohir An-Nahwi, abu Ya’qub Yusuf bi Ya’qub, Abu Hasan Ali bin Ibrahim
yang telah mengarang beberapa buku sastra.
b) Kedokteran
Dinasti Fatimiyah sangat memberikan perhatian yang besar pada
ilmu kedokteran. Dinasti ini menempatkan posisi dokter ditempat yang tinggi
dengan memberikan upah dan kedudukan yang terhormat. Lazimnya para
dokter ini pula menguasai ilmu filsafat serta bahasa asing khususnya bahasa
Yunani. Tokoh kedokteran yang sangat dikenal pada Dinasti Fatimiyah
seperti; abu Abdullah Muhammad bin Ahmad bin said An-Namimi yang
bertempat tinggal Di Baitul Maqdis. Ia banyak menimba ilmu di negara lain,
sehingga memiliki kemampuan untuk meracik obat sendiri.

c) Syair
Syair termasuk bidang pengetahuan yang cukup berkembang pada
masa Dinasti Fatimiyah. Para penyair melakukan puji-pujian terhadap
khalifah dengan menghina syair-syair ahli Sunnah, dengan pekerjaanya ini
para penyair seperti; Ibnu Hani banyak mendapat imbalan dari khalifah
yang berkuasa pada masa itu. Para penyair bersama khalifah berusaha
untuk menyebarkan doktrin Syi’ah Ismailiyah melalui pantun dan syair.

d) Filsafat

Filsafat merupakan bidang pengetahuan yang berkembang pada


masa Dinasti Fatimiyah. Tokoh filsafat yang terkenal pada masa dinasti
ini disebut dengan Ikhwan al-Shafa. Tokok lain, yang juga berkecimpun
dalam bidang filsafat di antaranya Abu Hatim al-Raji, Abu Hanifah an-
Nu’man al-Maghriby, dan Ja’far bin Mansyur al-Yaman. Para tokoh
tersebut, banyak melahirkan pemikiran dalam bentuk pemikiran filsafat,
seperti; Kitab al-Buyu’ dan Kitab Tharah karya Abu Hanifah an- Nu’man
al-Maghriby, atau kitab ta’wil al zakat dan kitab Al-Jafru al- Aswad karya
Ja’far bin Mansyur al-Yaman.11
Dari uraian di atas, dapat dipahami bahwa perkembangan
pengetahuan di masa Dinasti Fatimiyah secara keseluruhan sudah

11
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006), h.283

13
berkembang dengan cukup baik sebagai bentuk tindak lanjut dari
pengembangan pendidikan yang pernah dilakukan oleh rezim
sebelumnya, meskipun ada tendensi mazhab negara yang turut
mempengaruhi proses pengembangan pendidikan.
5) Ekonomi dan Perdagangan
Pada masa Fatimiyah, Mesir mengalami kemakmuran ekonomi yang
mengungguli Irak dan daerah-daerah lainnya. Hubungan dagang dengan dunia
non-Islam dibina dengan baik termasuk dengan India dan negeri-negeri
Mediterania yang beragama Kristen. Pada suatu festival, khalifah al-Mustanshir
keliatan sangat cerah dan berpakaian indah.
Istana khalifah yang dihuni 30.000 orang terdiri 12000 pelayan dan
pengawal dan 10000 orang pengurus kuda.Juga masjid-masjid, perguruan
tinggi, rumah sakit dan pemondokan khalifah yang berukuran sangat besar yang
menghiasi kota Kairo Baru. Pemandian umum yang dibangun dengan baik
terlihat sangat banyak di setiap tempat di kota itu. Pasar yang mempunyai
20.000 toko luar biasa besarnya dan dipenuhi berbagai produk dari seluruh
dunia.
Keadaan ini menunjukkan sisi kemakmuran yang begitu berlimpah dan
kemajuan ekonomi yang begitu hebat pada masa Dinasti Fatimiyah. Walaupun
Dinasti Fatimiyah ini bersungguh-sungguh dalam men-Syi’ah-kan orang Mesir,
tapi mereka tidak melakukan pemaksaan kepada orang Sunni untuk mengikuti
aliran Syi’ah, itulah salah satu kebijakan pemerintahan yang dilakukan Dinasti
Fatimiyah yang imbasnya sangat besar terhadap kemakmuran dan kehidupan
sosial yang aman dan tentram.12

BAB III

12
Abuddin Nata, Sejarah Pendidikan Islam Pada Periode klasik dan Pertengahan, Cet. I; Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 2004, h. 87

14
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sejarah kebudayaan Islam adalah sebuah catatan yang lengkap tentang semua
yang terjadi pada masa lalu untuk kebaikan hidup manusia di masa yang akan
datang, karena dengan mempelajari sejarah kebudayaan Islam kita dapat
mengetahui kejadia masa lalu untuk dijadikan sebuah pengetahuan dan menjadi
sumber motivasi di dalam kehidupan ini.
Terdapat beberapa kebudayaan Islam dalam beberapa bidang pada masa
Fathimiyah, diantaranya ialah sebagai berikut :
1. Afrika
a. Penggunaan Bahasa Arab di Seluruh Wilayah Kekuasaan Islam
Penyebaran Islam oleh beberapa penguasa muslim telah membuat
bahasa Arab menjadi bahasa resmi yang dipakai oleh masyarakat muslim
diberbagai wilyah, khususnya Afrika Utara.
b. Perkembangan Bidang Administrasi Pemerintahan
c. Toleransi Beragama, Kelembutan dan Keadilan
d. Kemajuan Ilmu Pengetahuan, Aritektur dan Bangunan
2. Mesir
a. Bidang Politik dan Pemerintahan
b. Sosial Kemasyarakatan
c. Pendidikan
Masjid dan Istana,Perpustakaan dan Dar al-‘Ilm
d. Ilmu Pengetahuan
Bahasa dan Sastra, Kedokteran, Syair dan Filsafat
e. Ekonomi dan Perdagangan

B. Saran
Saran penulis yang membaca makalah ini penulis menyarankan bahwa makalah
ini diharapkan dapat menjadi salah satu alternatif dalam memahami dan mengetahui
“Kebudayaan Islam Pada Masa Bani Fathimiyah”.

DAFTAR PUSTAKA

15
Amin, Munir, Samsul. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Amzah, 2010
Asrohah, Harun. Sejarah Pendidikan Islam. Cet. I: Jakarta: Logos, 1990.
Daulany, Haidar Putra dan Nugraha Pasa. Pendidikan Islam Dalam Lintas Sejarah .
Cet. I; Jakarta: Kencana prenada group, 2013.
Dr. Aiman Fuad Sayyid, Daulat Fathimiyah fi Misr Tafsir Jadid, Dar El Masriyah lil
Bananiyah, 1992.
Hasan Maidir, Sejarah Peradaban Islam, Padang: IAIN Imam Bonjol, 2001.

Hasan Ibrahim, Tarikh ad Daulah al Fathimiyah, (Kairo: Jannatut Ta’lif, 1958),


Jaih Mubarok, Sejarah Peradaban Islam, Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2004.
Jamaluddin Surur Muhammad, Tarikh ad Daulah Fathimiyah, Kairo: Dar al Fikr, al
Arabi, 1995.
Mughribi, Syafiq.Sejarah Kebudayaan Islam di Turki, Jakarta: Logos, 1997 .
Muhammad Jamaluddin Surur, Ad-Daulah Al-Fathimiyah fi Al-Mashr, Kairo: Dar Al-Fikr
Araby, 1979.

Rama, Bahaking. Sejarah Pendidikan Islam Pertumbuhan dan Perkembangan PadaMasa


Awal. Cet.I; Makassar: Alauddin Press, 2012.
Syalabi.A. Sejarah dan Kebudayaan Islam. Jakarta: Pustaka Al-Husan,1982.

16

Anda mungkin juga menyukai