Anda di halaman 1dari 5

CRITICAL JURNAL REVIEW

CJR Ini Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Pada Mata Sejarah
Kebudayaan Islam

Dosen Pengampu: Prof. Dr. Haidar Putra Daulay, M.A. & Dr. Sholihah Titin
Sumanti, M.Ag

Disusun Oleh:
Lidra Agustina Tanjung (0331213015)
PAI Reguler / I

PROGRAM MAGISTER S2 PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUMATERA UTARA
MEDAN
2021 - 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah swt, yang memberikan nikmat-Nya sehingga


penulis dapat menyusun dan menyelesaikan kritik ini. Shalawat dan salam kita
kirimkan kepada Nabi Muhammad saw, karena berkat beliaulah kita dapat
merasakan pendidikan seperti saat sekarang ini.
Dalam penulisan dan penyelesaian kritikal jurnal ini penulis tidak terlepas
dari bantuan dan dorongan berbagai pihak terutama dosen pembimbing yaitu
Bapak Prof. Dr. Haidar Putra Daulay, M.A. & Dr. Sholihah Titin Sumanti, M.Ag.
Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada beliau dan terima
kasih juga penulis ucapkan kepada teman-teman yang terlibat dalam penyelesaian
penulis ini.
Mudah-mudahan segala bantuan dan dorongan yang diberikan mendapat
imbalan dari Allah swt. Semoga kritikal ini bermanfaat bagi kita semua dan juga
bagi pemakalah.

Binjai, 20 November 2021

Penulis
A. DATA / IDENTITAS JURNAL
1. Judul Jurnal : The Ritual Of Kanduri Laot in Lowland Aceh: an
Etnograpic Study in South, South West and West Aceh
2. Penulis : Abdul Manan
3. ISSN : 2502-3616
4. Halaman : 39 Halaman
B. RINGKASAN JURNAL
1. PENDAHULUAN
Aceh merupakan bagian dari kepulauan Indonesia. Aceh merupakan
provinsi dengan dilingkupi kelautan. Kebanyakan populasinya mencari
nafkah atau mendapatkan usaha melalui laut.pekerjaan mereka selain
pertanian, mereka juga melaut. Terdapat dua jenis Khanduri di Aceh yaitu
Khanduri blang (Khanduri Sawah) dan Khanduri Laot (Khanduri Laut).
Khanduri Laot di lakukan saat para nelayan mendapatkan panen atau
tangkapan ikan yang besar. Para nelayan yang dipimpin oleh Panglima
Laot, ia merupakan pimpinan para nelayan dan diberi hak oleh Camat untuk
mengatur Khanduri Laot sebagai ucapan terimakasih dan rasa syukur
kepada Allah SWT atas limpahan rezeki yang mereka dapatkan.
2. PEMBAHASAN
a. Khanduri Laot di Blangproh
Sebelum Khanduri di laksanakan, panglima dan staff nahkoda pukat
rapat terlebih dulu untuk menentukan kapan dan berapa iuaran yang akan di
keluarkan dari setiap perahuh, kano dan lain lain untuk membeli domba
jantan dan kebutuhan lainnya. Khanduri Laot dihadiri oleh para pembesar
seperti Camat, Kapolres dan lainnya, selain itu mereka juga mengundang
anak yatim dan fakir miskin. Khanduri Laot termasuk ritual lsakral sehingga
yang menjadi panglima laot tidak bisa sembarangan orang dan jarang
digantikan. Ritual ini biasanya di lakukan pada hari senin atau kamis pada
saat pergantian musim dari timur ke barat.
Inti dari acara Khanduri Laot adalah memberikan isi perut dan tulang
kerbau yang diikat di dalam kulit kerbau dengan benang nilon. Para tetuah
atau panglima (biasanya berjumlah 6 orang) membawa kerbau tersebut
ketengah laut sejauh 1 mil jauhnya dari pesisir pantai kemudian berhenti di
dekat terumbu karang lalu membacakan do’a setelah itu membuka ikatan
nilon dan membuang bagian tubuh kerbau tersebut kedalam laut untuk
dipersembahkan kepada ureueng aloh ( orang yang sangat kecil yang di
sebut sebagai roh laut). Acara Khanduri dilaksakan sampai dini hari, saat
malam hari para imam dan panglima membacakan yasinan dan do’a-do’a
sampai menjelang subuh.
b. Khanduri Laot di Lhok Pawoh
Pada tahun 2015, sebanyak 60 anak yatim di undang untuk
menghadiri Khanduri Laot di Lhok Pawoh. Dan melakukan prosesi
Khanduri Laot sama seperti yang telah di tuliskan pada bagian a. Prosesi ini
di pimpin oleh panglima Laot yang bernama Azman.
c. The Khanduri Laot di Teunom, Aceh Jaya
Khanduri Laot di Teunom di lakukan 2 kali dalam setahun, berbeda
dengan Blangproh dan Lhok Pawoh yang hanya di lakukan 1 kali dalam
setahun. Khanduri pertama disebut Ubiet (Khanduri kecil) dan Khanduri
kedua disebut Rayeuk (Khanduri besar). Ubiet dilakukan pada awal musim
timur, sedangkan Rayeuk dilakukan pada pertengahan musim timur.
Khanduri kecil tidak memungut biaya dari para nelayan karena hanya
khanduri kecil, dan makanan dibawa dari rumah masing-masing dan
kemudian makan bersama di pesisir pantai dengan prosesi yang sama
dengan Khanduri besar yaitu berdo’a bersama.
3. PEMBAHASAN
Ritual Khanduri Laot ini dilakukan untuk memohon kebaikan dan
limpahan banyak ikan bagi para nelayan, selain itu memohon keselmatan
bagi para nelayan yang akan berangkat melaut. Biasanya Khanduli Laot ini
dilakukan pada saat air laut naik dan nelayan tidak bisa pergi melaut, namun
di Teunom Khanduri di lakukan dua kali dalam setahun, saat musim timur
dan pertengahan musim timur. Khanduri dilakukan dengan menyembelih
domba jantan.
C. Kritik Jurnal
1. Judul Jurnal:
a. Penulisan judul jurnal sesuai dengan ketentuan penulisan jurnal.
b. Tidak ada tahun penelitian dalam judul jurnal.
2. Isi Pendahuluan:
a. Terdapat singkatan “dll” yang seharusnya ditulis “dan lain-lain” bukan
di singkat.
b. Kurang rincinya dan kurang konkret isi pendahuluan sebagai pembuka
dari isi jurnal sehingga terdapat kesalahpahaman oleh pembaca.
3. Pembahasan:
a. Pembahasannya kurang sesuai dengan judul jurnal karena seharusnya
pembahasn bisa fokus sesuai dengan judul dari jurnal tersebut.
4. Kekhususan:
a. Jurnal ini menarik karena menaikkan masalah ritual yang berkembang
di masyarakat Aceh bagian pesisir, dan mengambil bahan langsung dari
sebuah kejadian yang terjadi dan menyertakan nama-nama dan orang-
orang besar siapa saja yang terlibat dalam ritual tersebut.

Anda mungkin juga menyukai