Anda di halaman 1dari 2

MATERI DISKUSI

LABUHAN PARANGKUSUMO

Labuhan adalah salah satu upacara adat yang dilakukan oleh Raja-raja di Keraton
Yogyakarta. Upacara adat ini bertujuan untuk memohonkan keselamatan Kanjeng Sri Sultan,
Kraton Yogyakarta dan rakyat Yogyakarta. Upacara tersebut sarat akan makna magis yang
biasanya dihubungkan dengan legenda-legenda tertentu. Sebagai contoh adalah Upacara
Labuhan Parangkusumo yang identik dengan legenda Ratu Pantai Selatan dan Panembahan
Senopati.

Upacara adat labuhan diadakan dalam empat waktu, yaitu :

1) Satu Hari setelah Jumenengen (penobatan seorang raja).


2) Satu hari setelah Tingalan Jumenengan (peringatan satu tahun penobatan raja) biasanya
disebut dengan Labuhan Alit.
3) Dilakukan delapan tahun sekali (Labuhan Ageng).
4) Dilakukan dalam kondisi tertentu (contohnya adalah ketika putra atau putri dari raja akan
menikah).

Sedangkan lokasi yang dijadikan tempat untuk diselenggarakannya Upacara Labuhan adalah:
1. Pantai Parangkusumo.
2. Gunung Merapi.
3. Gunung Lawu.
4. Dlepih Kahyangan.

Dalam prosesinya, banyak perlengkapan yang perlu disiapkan. Diantaranya adalah Apem
(gunungan), Panjenengan Dalem yang telah dibungkus kain putih dan dipayungi, kain batik, rambut
dan kuku milik Sri Sultan yang dikumpulkan selama satu tahun. Diawali dengan membawa bahan
persembahan labuhan ke Kecamatan Kretek yang diterima langsung oleh Bupati Bantul, kemudian
dilakukan penyerahan sesembahan labuhan dari Bupati Bantul ke juru kunci Parangkusumo.
Sesembahan dibawa berjalan kaki menuju pembusanaan di pendapa LKMD, dilanjutkan prosesi doa
oleh juru kunci. Setelah pembacaan doa, maka mulai dilakukan penanaman benda labuhan di areal
pantai dan juga pelarungan barang ke laut. Masyarakat Yogyakarta, khususnya daerah pesisir pantai
selatan meyakini bahwa dengan upacara labuhan akan tercipta ketenteraman, kesejahteraan dan
keselamatan. Semoga tradisi dan adat istiadat yang mencerminkan pribadi masyarakat ini dapat
tetap terjaga kelestarianya.

1. Masih relevankan kegiatan tersebut pada era milenial ini?

Menurut saya seharusnya kegiatan ini sudah tidak dipakai lagi karena di era milenial
ini masyarakat Indonesia lebih open minded dan cerdas. Namun jika kegiatan tersebut
tidak mengganggu orang sekitar dan masih dalam lingkup tidak bermasalah ya tidak
apa-apa. Cuman menurut saya kurang relevan jika masyarakat masih melakukan
kegiatan tersebut.

2. Carilah hubungan adat istiadat/budaya tsb dalam kehudupan modern sekarang


ini?

Tradisi upacara Labuhan memiliki hubungan yang erat dengan era moders, karena
masyarakat Parangtritis karena menurut kepercayaan yang mereka anut, jika ritual
Labuhan tidak dilakukan, maka akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, misalnya
hilangnya pengunjung karena terseret ombak, hasil laut yang merosot drastis, dan
tenggelamnya awak kapal di laut. Dari Pengalaman yang terjadi pada masyarakat
tersebut, maka masyarakat mempercayai bahwa laut merupakan salah satu sumber
kehidupan yang diberikan oleh sang penguasa alam untuk masyarakat Parangtritis
yang harus dijaga, dihormati, dan disyukuri. Penulis ingin mengkaji lebih jauh
tentang makna pentingnya upacara Labuhan dan pengaruhnya bagi kehidupan sehari-
hari.

Anda mungkin juga menyukai