Anda di halaman 1dari 14

Tradisi Upacara Adat Buang Jong

dalam Konteks Budaya Masa Kini


Aep Saepuloh
Pogram Studi Teknik Informatika, Fakultas Sains dan Teknologi,
Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung
Jalan A. H. Nasution No. 105 Bandung
Email: asaepuloh2007@uinsgd.ac.id

ABSTRACT

This paper aims to find out the history, processes, functions, and forms of buang jong tra-
ditional ceremonies among the Sawang community in Belitung island in the contemporary
context. This research was conducted using a qualitative method. The buang jong ceremony
was held to convey offerings to the God of the sea so that they would get good sea products;
and also to ask for their safety from any harm and poverty. This ceremony is a reflection of
the desire of the Sawang tribe to live in harmony with nature. They believe that if they treat
the sea badly, the sea will be angry and will be affected their socio-cultural life. However,
after they live on the mainland, there was a negative change in the elements of the buang
jong traditional ceremony, which is considered inappropriate with the customary rules caus-
ing a decrease in the value of sacredness of the traditional ceremony. In fact, the government
protocol puts as a priority in the sequence of traditional ceremonies, resulting in changes in
the time and arrangement of ceremonies. This has reduced the meaning and sacredness of
the buang bong traditional ceremony.

Keywords: traditional ceremony, buang jong ritual, cultural changes

ABSTRAK

Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui sejarah, proses, fungsi dan bentuk tradisi upa-
cara adat buang jong dalam konteks budaya masa kini. Penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan metode kualitatif dengan analisis yang bersifat deskriptif. Buang jong meru-
pakan upacara adat yang secara turun-temurun dilakukan oleh masyarakat suku Sawang
di Pulau Belitung. Upacara buang jong dilakukan untuk menyampaikan persembahan ke-
pada dewa laut, agar mereka diberikan hasil laut dan memohon agar mereka terhindar dari
segala macam malapetaka dan kemela-ratan. Upacara ini merupakan refleksi dari keingin-
an Suku Sawang untuk hidup harmonis dengan alam. Mereka percaya bahwa jika mereka
memperlakukan laut dengan tidak baik maka laut akan marah kepada mereka sehingga
kehidupan sosial-budaya mereka akan terganggu. Namun, setelah mereka tinggal di da-
ratan, terjadi perubahan negatif dalam unsur upacara adat buang jong, yaitu adanya penam-
bahan acara yang tidak selaras dengan ketentuan adat yang menyebabkan berkurangnya
nilai kesakralan dari upacara adat tersebut. Aturan protokol pemerintah menjadi prioritas
di atas upacara adat sebagai acara utama. Hal ini mengakibatkan bergesernya waktu dan
susunan upacara tidak lagi sesuai dengan ketentuan adat, sehingga mengurangi makna
dan kesakralan dari upacara adat tersebut.

Kata kunci: upacara adat, ritual buang jong, pergeseran budaya


Panggung Vol. 29 No. 1, Januari - Maret 2019 2

PENDAHULUAN senang menyebut diri mereka sebagai Suku


Indonesia merupakan negara maritim Sawang ketimbang Suku Sekak, karena
(maritime state). Secara geografis Indonesia penyebutan Sekak tersebut mengandung
merupakan negara laut terbesar di dunia, arti “primitif” atau “terbelakang” (Salman,
dengan luas lautnya 3,1 juta KM, dan pan- dkk., 2011: 127-128). Orang Sawang di Beli-
jang garis pantai 81.000 KM. Di tengah laut tung akan sangat marah apabila dikatakan
tersebut ditaburi 17.508 pulau besar dan atau disebut sebagai orang Sekak karena
kecil, (Dahuri, dkk. dalam Hamid, 2013: 1). dianggap menghina mereka. Mereka mera-
Di Indonesia terdapat sekitar 1.340 su- sa bahwa ada stigma negatif dalam diri
ku bangsa dan 300 kelompok etnis yang mereka apabila mereka disebut sebagai
masing-masing memiliki identitas kebu- orang Sekak. Stigma negatif tentang orang
dayaan tersendiri (Liliweri, 2005: 6). Setiap Sawang memang berkembang luas pada
etnik atau suku bangsa tersebut pada u- masyarakat Melayu Belitung. Mereka me-
mumnya memiliki teritorial dengan bahasa miliki gambaran bahwa orang Sawang itu
dan budaya yang berbeda dengan etnik boros, senang menenggak minuman keras
yang lain. dan tidak memiliki kemauan untuk hidup
Koentjaraningrat (dalam Wikandia, 2016: secara hemat (Purwana, 2015: 185).
59-60), mengatakan bahwa: Suku Sawang dikenal dengan tradisi
melautnya yang begitu kuat. Mereka hi-
Kebudayaan sebagai hasil perjuangan manu-
sia terhadap dua pengaruh yang kuat yaitu dup dan berbudaya selama berabad-abad
kodrat (alam) dan masyarakat (Zaman) un- di laut dengan memegang teguh nilai-ni-
tuk mengatasi rintangan-rintangan dan ke- lai kehidupan yang diturunkan oleh para
sukaran yang timbul dalam hidup dan peng-
hidupan untuk mencapai keselamatan. leluhurnya dan membangun kebudaya-
an yang unik. Mata pencaharian mereka
Sebagai negara maritim atau negara ke- adalah mencari ikan, sebagai nelayan. Se-
lautan, Indonesia memang memiliki budaya cara teologis, nelayan masih memiliki ke-
kelautan yang amat kaya. Budaya tersebut percayaan yang kuat bahwa laut memiliki
dikembangkan oleh kelompok masyara- kekuatan magis sehingga perlu perlakuan-
kat yang memegang teguh pandangannya perlakuan khusus dalam melakukan akti-
terhadap kearifan lokal di laut. Kelompok vitas penangkapan ikan agar keselamatan
masyarakat tersebut disebut Suku Laut atau dan hasil tangkapan semakin terjamin
Orang Laut (Tanjung dan Yulifar, 2017: 56). (Fajriana, 2008: 1).
Di kawasan Asia Tenggara terdapat 3 Keyakinan akan alam gaib masih diles-
(tiga) kelompok suku laut, dua di antara- tarikan oleh para leluhur Suku Sawang,
nya hidup di wilayah Indonesia, yaitu Suku antara agama dan kepercayaan melebur
Bajo yang hidup di Sulawesi sampai Filipi- menjadi satu. Dengan kata lain, kekuat-
na, Suku Moken di pesisir barat Myanmar an ilahiah dan kekuatan gaib merupakan
sampai Malaysia, dan Suku Sekak di sekitar mata rantai yang tidak terpisah. Hubung-
perairan Riau sampai Kepulauan Bangka an tersebut menunjukkan bahwa tidak
Belitung. Di Bangka Belitung, Suku Sekak semua hal dapat diberikan jawaban secara
dapat ditemui di Pulau Bangka di wilayah konkret, ada sesuatu di luar kekuasaan ma-
Jebu Laut, Kundinpar, Lepar, dan Pongok, nusia. Semua ini memberikan tafsiran ke-
sedangkan di Pulau Belitung Suku Sekak pada manusia untuk mengadakan upacara
terdapat di Juru Seberang, Kampung Baru, agar hal-hal yang tidak diinginkan akan
dan Gantung (Elvandari, 2017: 1-2). menjadi netral dan pendekatan-pendekat-
Orang Laut di Bangka Belitung lebih an untuk mendapatkan kebahagiaan dan
Saepuloh: Tradisi Upacara Adat Buang Jong dalam Konteks Budaya Masa Kini 3

kesenangan. Tanggapan manusia terhadap (malapetaka) dan kemelaratan. Upacara ini


alam dan lingkungannya melahirkan ber- juga merupakan hiburan, karena pada saat
bagai upacara. itu mereka, Suku Sawang, dapat berkum-
Hal ini ditunjukkan dengan adanya ke- pul untuk bersuka-ria, setelah bekerja keras
giatan upacara adat yang dilakukan berkait- (Hasan dkk. dalam Fajriana, 2008: 4).
an dengan peristiwa alam dan kepercayaan Dalam ritual ini masyarakat Sawang
yang rutin dilakukan oleh masyarakat Suku akan membuat miniatur perahu dari kayu
Sawang. Upacara adat ini dinamakan upa- jeruk antu, lalu diisi oleh beragam kue se-
cara buang jong. Dikatakan demikian karena perti ketupat dan makanan yang dibungkus
dalam upacara ini sebuah jong (kapal) beru- daun seperti lemper, kemudian dilarung
kuran mini, berikut dengan perlengkap- ke laut bersama-sama. Pesta ini dilakukan
an lainnya berupa barang-barang sesajen semalam suntuk dengan menari menge-
dan balai penonang (tiang), dilayarkan dan lilingi miniature perahu dan mendendang-
dibuang ke laut lepas sebagai persembahan kan syair-syair yang dinilai mengandung
Suku Sawang kepada Dewa Laut. Upacara magis. Menjelang subuh, ritual diakhiri
ini dilakukan oleh Suku Sekak berdasarkan dengan membuang perahu ke laut. Hal ini
kepercayaan dan adat kebiasaan yang turun- dimaksudkan sebagai bentuk syukur ke-
temurun dari nenek moyang mereka (Hasan pada Tuhan dan permohonan agar Tuhan
dalam Fajriana, 2008: 1-2). melindungi suku Sawang ketika melaut.
Upacara adat buang jong dilakukan oleh Saat ini, banyak masyarakat Suku
masyarakat Suku Sawang setahun sekali. Sawang yang tinggal di daratan. Upaya
Upacara ini diselenggarakan karena ada- merumahkan orang Sawang itu dinilai
nya keyakinan dan kepercayaan masyara- mengakibatkan tercabutnya orang Sawang
kat Suku Sawang terhadap dewa laut dan dari akar budayanya karena selama ratus-
kekuatan-kekuatan lain yang berasal dari an tahun nenek moyang orang Sawang
dunia adikodrati. Upacara ini merupakan membangun budaya bahari sebagai pedo-
refleksi dari keinginan untuk hidup har- man hidup dan kerangka adaptasi mereka
monis dengan alam, sehingga para nelayan hidup di laut. Masyarakat Sawang di Beli-
percaya bahwa jika mereka memperlaku- tung menghadapi permasalahan yang kom-
kan laut dengan tidak baik, maka laut akan pleks antara lain beban diskriminasi yang
marah kepada mereka sehingga kehidupan memiliki sejarah panjang. Setelah mereka
sosial-budaya mereka terganggu. dimukimkan di darat, orang Sawang men-
Penyelenggaraan upacara diadakan di jadi terasing dengan kehidupan budaya,
perkampungan Suku Sawang, di sekitar sistem ekonomi, dan sistem religi mereka
laut di mana mereka hidup. Pelaksanaan sendiri. Selain itu identitas kultural mereka
upacara adat Buang jung diadakan di ping- sebagai orang Laut juga semakin memudar
gir pantai dan kemudian menuju laut be- ketika kehidupan sehari-hari mereka tidak
bas. Pihak-pihak yang terlibat dalam upa- ada hubungannya dengan laut (Purwana,
cara buang jong adalah seluruh masyarakat 2015: 180).
Suku Sawang. Upacara buang jong dilak- Haviland (dalam Jamilah, 2016: 36),
sanakan dengan tujuan untuk menyampai- mengatakan bahwa perubahan merupa-
kan persembahan kepada dewa laut, agar kan karakteristik semua kebudayaan. Ini
dewa laut memberikan isi laut (berupa ikan merupakan salah satu kesulitan yang di-
dan hasil-hasil laut lannya) kepada mereka, hadapi, karena menyangkut budaya ma-
dengan memohon kepada Dewa Laut agar syarakat yang terus berproses mengalami
mereka terhindar dari segala macam balak perubahan seiring dengan berjalannya
Panggung Vol. 29 No. 1, Januari - Maret 2019 4

waktu dan pandangan masyarakat tentang tang keadaan dan fakta yang lengkap se-
kebudayaannya. Begitu juga dengan buda- cara menyeluruh perihal objek penelitian.
ya masyarakat Suku Sawang. Penelitian kualitatif, memposisikan pe-
Sampai dengan tahun 2013 tradisi buang neliti adalah instrumen utama dalam pro-
jong ini dilaksanakan dengan sangat meri- ses penelitian. Berdasarkan metode terse-
ah dan ditunggu-tunggu oleh masyarakat. but, peneliti memposisikan dirinya sebagai
Namun, dalam kurun lima tahun terakhir pengamat, masuk dalam komunitas subjek
daya tariknya sudah mulai memudar. Hal penelitian, yaitu masyarakat Suku Sawang
ini terjadi setelah adanya kebijakan peme- di Kabupaten Belitung dan Kabupaten Be-
rintah yang mewajibkan mereka tinggal litung Timur. Peneliti melakukan observasi
di darat. Kebijakan ini menyebabkan ter- dan wawancara dengan para informan di
jadinya perubahan yang cenderung nega- lokasi penelitian.
tif dalam unsur upacara adat buang jong, Data yang dikumpulkan dalam pene-
yaitu adanya penambahan acara yang ti- litian ini meliputi data primer dan data
dak selaras dengan ketentuan adat menye- sekunder. Pengumpulan data primer di-
babkan berkurangnya nilai dan kesakralan lakukan dengan mennggunakan teknik
dari upacara adat tersebut. Aturan protokol observasi dan wawancara mendalam de-
pemerintah menjadi prioritas di atas upa- ngan informan, yang bertujuan untuk
cara adat sebagai acara utama, mengaki- memperoleh informasi dan data dari indi-
batkan bergesernya waktu dan susunan vidu secara umum untuk tujuan informasi
upacara yang tidak lagi sesuai dengan ke- secara mendalam. Namun, data sekunder
tentuan adat. Hal demikian akhirnya disi- diperoleh dari hasil studi pustaka. Untuk
nyalir dapat mengurangi makna dan ke- membuat interpretasi yang tidak bertentang-
sakralan dari upacara adat buang jong. an, peneliti kemudian melakukan pemerik-
Tulisan ini diharapkan dapat memberi- saan silang informasi melalui studi literatur
kan gambaran tentang sejarah, proses dan yang terkait dengan topik penelitian.
fungsi upacara adat buang jong, serta tradisi Kegiatan penelitian ini dilakukan pada
upacara adat buang jong dalam konteks bu- komunitas adat orang Sawang di Kabu-
daya masa kini. paten Belitung dan Kabupaten Belitung
Timur, Provinsi Kepulauan Bangka Be-
METODE litung dimulai dengan mengunjungi lokasi
Penelitian ini dilakukan dengan meng- pemukiman masyarakat Suku Sawang di
gunakan metode kualitatif. Bogdan & Tay- Kampung Laut, Desa Selinsing, Kecamatan
lor (dalam Moloeng, 2007: 4), mendefinisi- Gantung, Kabupaten Belitung Timur dan
kan penelitian kualitatif sebagai prosedur pemukiman masyarakat Suku Sawang di
penelitian yang menghasilkan data deskrip- Kampung Laut, Kelurahan Pal Satu, Jalan
tif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari Gatot Subroto Dalam, Kecamatan Tanjung
orang-orang dan perilaku yang diamati dari Pandan, Kabupaten Belitung. Di dua lo-
fenomena yang terjadi. kasi yang bernama Kampung Laut tersebut
Lebih lanjut, Moleong (2007: 11) menge- setelah melakukan pengamatan terhadap
mukakan bahwa penelitian deskriptif me- lingkungan pemukiman mereka, kemudi-
nekankan pada data berupa kata-kata, gam- an dilaksanakan wawancara dengan orang
bar, dan bukan angka-angka yang disebabkan Sawang, baik dengan warga masyarakat bi-
oleh adanya penerapan metode kualitatif. asa maupun tokoh adat orang Sawang, se-
Penggunaan metode ini diharapkan dapat perti dukun jong (penyampai persembah-
memberikan gambaran secara konkret ten- an buang jong), kepala suku dan informan
Saepuloh: Tradisi Upacara Adat Buang Jong dalam Konteks Budaya Masa Kini 5

lain yang dianggap mengetahui tentang nya. Mereka hidup dalam kumpulan kelu-
keberadaan orang Sawang di dua tempat arga yang terdiri dari keluarga yang terdiri
tersebut. dari anak istri sekitar 5-6 orang, sehingga
Penelitian tentang upacara adat buang tidak mengherankan banyak orang yang
jong ini telah dilakukan sejak tahun 2016 menjuluki mereka sebagai manusia perahu.
hingga sekarang, dengan membuat peta Mereka membuat perahu mereka sendiri
penelitian mulai dari sejarah, proses, dan dan melengkapinya dengan peralatan un-
fungsi upacara adat buang jong, serta tradisi tuk menangkap ikan, yakni panah sebelum
upacara adat buang jong. Oleh karena itu, mereka mengenal jala (Hoogstad, 2009:12).
penelitian ini, mencoba untuk menjelaskan Suku Sawang atau suku Laut didefinisi-
semua data yang didapat dari lapangan, kan sebagai kelompok orang atau suatu ko-
sehingga hasil dari penelitian ini valid dan munitas yang tinggal di daerah pesisir dan
reliabel. sumber kehidupan perekonomiannya ber-
gantung secara langsung pada pemanfaatan
HASIL DAN PEMBAHASAN sumberdaya laut, mereka terdiri dari nela-
Suku Sawang dan Upacara Adat Buang Jong yan yang merupakan bagian dari masyara-
Dalam penelusuran historis, sejauh ini kat terpinggirkan dan memiliki interaksi
belum ada yang dapat memastikan dari sosial yang masih rendah, baik interaksi so-
mana asal usul suku Laut. Berdasarkan i- sial di sektor ekonomi, sosial, pendidikan,
ngatan yang melekat pada masyarakat, me- dan kesehatan (Erwin, 2015: 5).
reka berasal dari kepulauan Sulu Mindanao Suku Sawang diperkirakan sudah ada
Filipina Selatan. Sebagai suku pengembara di pulau Belitung sejak abad ke-16 atau 17.
mereka berlayar dan berpindah-pindah Seperti juga suku bangsa lainnya yang ter-
dari pulau ke pulau hingga terdampar di dapat di Indonesia, masyarakat suku laut
pantai Belitung. Cerita lain juga mengisah- pun mempunyai adat tersendiri. Komunitas
kan bahwa suku laut menyingkir dari tanah orang Sawang di Pulau Belitung sudah lama
daratan dan menyeberang ke arah selatan. menetap di darat. Mereka sudah berakulturasi
Di tengah laut dalam pelayaran pelarian dan berasimilasi dengan kebudayaan Melayu
dari tanah Melayu angin ribut dan arus laut dan secara resmi menganut agama Islam.
membuat perahu-perahu mereka terpisah- Sebagian besar orang Sawang sudah tidak
pisah. Akibatnya itu ada yang terdam- lagi bermata pencaharian sebagai nelayan
par di sekitar kepulauan Riau, selebihnya dan kehidupan mereka sehari-hari tidak lagi
hanyut mengikuti arus dan tiupan angin berkaitan dengan laut. Namun, dalam diri
utara hingga mencapai pulau Bangka dan mereka ada kesadaran yang samar-samar
Belitung. Demikianlah sejak zaman dahulu bahwa mereka merupakan keturunan para
dengan penghidupan dan mata pencaha- pelaut dan pewaris tradisi bahari. Orang
rian sebagai nelayan, suku laut mendiami Sawang tidak sepenuhnya meninggalkan
pinggiran pantai di atas perahu. Sejak itu, tradisi bahari warisan leluhur mereka. Satu
di pulau Belitung dikenal dua golongan tradisi yang masih tetap eksis hingga hari
penduduk yang terdiri dari “orang darat” ini adalah ritual buang jong.
dari suku melayu dan “orang laut” yang Upacara adat buang jong merupakan
mendiami pinggiran pantai (Diana dan Ka- salah satu upacara adat yang secara tu-
farisa, 2018: 167-168). run-temurun dilakukan oleh masyara-
Orang Sawang asli dicirikan oleh ke- kat Suku Sawang. Upacara ini diadakan
biasaan mereka yang memang tinggal dan karena adanya kepercayaan Suku Sawang
hidup di atas perahu dalam arti sebenar- mereka terhadap dewa laut. Upacara ini
Panggung Vol. 29 No. 1, Januari - Maret 2019 6

merupakan refleksi dari keinginan untuk al buang jong digelar antara bulan Agustus
hidup harmonis dengan alam, para ne- sampai November pada waktu berlang-
layan Suku Sawang percaya bahwa jika sung angin bertiup ke arah barat karena
mereka memperlakukan laut dengan tidak posisi Pantai Tanjung Pandan berada di
baik maka laut akan marah kepada mereka sisi sebelah barat Pulau Belitung. Dengan
sehingga kehidupan sosial-budaya mereka demikian arah angin menuju ke laut lepas.
akan terganggu. Buang jong bertujuan un- Penetapan hari dan tanggal pelaksanaan
tuk menyampaikan persembahan kepada ritual buang jong setiap tahunnya tergan-
dewa laut, agar mereka diberikan isi laut tung dari hasil penerawangan dari dukun
(berupa ikan dan hasil-hasil laut lannya), jong setelah dilakukan ritual berasik atau
dan memohon agar mereka terhindar dari ritual memanggil makhluk halus dari laut
segala macam balak (malapetaka) dan ke- untuk menunjukkan waktu yang tepat bagi
melaratan (Anggara, 2018: 368). penyelenggaraan ritual buang jong. Prosesi
Ritual upacara adat buang jong meru- upacara adat buang jong biasanya berlang-
pakan upacara selamatan bagi masyara- sung selama tiga hari tiga malam.
kat Suku Sawang yang menggantungkan
hidupnya pada laut. Ritual ini bermakna Proses Upacara Adat Buang Jong
sebagai ungkapan rasa syukur masyara- Upacara buang jong diawali dengan
kat Suku Sawang atas semua rezeki dan ritual berasik yaitu suatu prosesi meng-
keselamatan yang mereka peroleh selama hubungi atau mengundang makhluk halus
satu tahun ke belakang. Mereka bersyu- dari lautan melalui pembacaan mantera
kur kepada dewa-dewi penguasa laut yang oleh dukun jong. Tanda-tanda dari alam
disakralkan disertai dengan harapan dan sering menunjukkan kedatangan para
do’a semoga dalam waktu satu tahun yang makhluk halus dari arah lautan ini berupa
akan datang juga memperoleh rezeki yang angin kencang yang tiba-tiba berhembus
banyak, sehat, dan selamat seluruh anggota kuat dari arah laut dan gelombang ombak
keluarganya. air laut juga nampak bertambah besar. Du-
Buang jong diselenggarakan oleh komu- kun jong akan melakukan berasik sambil
nitas Suku Sawang di Pulau Belitung di dua menabuh gendang serta berdeker (berteriak)
tempat yakni Pantai Mudong, Kecamatan atau mengulang-ulang bacaan matera. Bagi
Manggar, Kabupaten Belitung Timur dan seorang dukun jong yang senior dan ber-
di Pantai Tanjung Pendam, Kecamatan Tan- pengalaman untuk memanggil makhluk
jung Pendam, Kabupaten Belitung. Ritual halus dari laut tidak perlu berdeker. Namun
buang jong di Kabupaten Belitung Timur di- cukup mengheningkan cipta dalam hati
laksanakan pada bulan Februari pada saat dengan niat memanggil makhluk halus
berlangsung ketika angin bertiup ke arah penghuni lautan, mereka akan datang.
timur. Arah angin sangat diperhitungkan Orang Sawang sangat percaya bahwa
agar jong atau replika perahu layar yang lautan yang luas ada yang menguasainya,
berisi sesajen untuk makhluk halus itu bisa yakni dewa-dewi penguasa laut. Dukun
terbawa angin ke arah tengah laut. Posisi jong di Desa Selinsing, Kecamatan Gan-
Pantai Mudong, Kecamatan Manggar Ka- tung, Kabupaten Belitung Timur me-
bupaten Belitung Timur berada di sisi ba- nyebutkan ada tiga makhluk halus yang
gian timur dari Pulau Belitung, sehingga merupakan satu keluarga penguasa laut di
prosesi upacara buang jong dilaksanakan sekitar Kepulauan Bangka Belitung yang
pada saat angin bertiup ke arah timur. bernama Bujang sebagai kepala keluarga,
Sedangkan di Kabupaten Belitung, ritu- Dayang Senani istri Bujang, dan anak me-
Saepuloh: Tradisi Upacara Adat Buang Jong dalam Konteks Budaya Masa Kini 7

reka yang bernama Terang. Sementara du- Sambang Tali juga sering menolong orang
kun jong di Kelurahan Pal Satu, Tanjung Sawang ketika kehilangan orientasi arah di
Pandan, Kabupaten Belitung menyebutkan tengah laut ketika tidak mengetahui arah
ada lima penguasa samudera yang memi- menuju daratan.
liki cakupan wilayah kekuasaan yang sa- Satu tarian yang selalu ditampilkan
ngat luas sampai ke Samudera Hindia. Lima dalam upacara buang jong adalah Tari Ga-
penguasa samudera itu adalah Ratu Pantai jah Manunggang. Tarian ini melambangkan
Selatan yang bertahta di Samudera Hindia keberhasilan nenek moyang orang Sawang
sebagai penguasa tertinggi di samudera menaklukkan binatang laut raksasa yang
raya, penguasa laut dibawah Ratu Pantai disebut Gajah Mina, sehingga Gajah Mina
Selatan adalah Bujang Awang, satu tingkat selalu membantu orang Sawang mengha-
di bawah kekuasaan Bujang Awang adalah dapi marabahaya di laut. Mitologi penun-
Dayang Ina. Penguasa laut tingkat keempat dukan nenek moyang orang Sawang terha-
adalah Pilai dan penguasa laut tingkat ke- dap makhluk raksasa di laut yang bernama
lima adalah Badiq. Gajah Mina dilestarikan dalam Tarian Ga-
Setelah upacara berasik usai, dilanjutkan jah Menunggang dan diiringi dengan lagu
dengan pergelaran Tarian Ancak yang di- Bujang Juare. Bujang Juare adalah pahla-
peragakan oleh seorang pemuda. Pemuda wan mitologis orang Sawang yang menga-
yang menari tersebut melakukan gerakan lahkan Gajah Mina.
tari menggoyang-goyang ancak atau replika Ritual selanjutnya yang tidak kalah me-
rumah tempat tinggal orang Sawang yang nariknya adalah numbak duyung. Dalam
dihias dengan daun kelapa. Ancak tersebut ritual ini dipergunakan mata tombak yang
diayun-ayunkan ke segala penjuru mata sangat tajam dan sudah dibacakan man-
angin, diiringi dengan suara gendang dan tera kemudian diikatkan dengan seutas
tawak atau gong yang dipukul bertalu-talu. tali pada pangkal tombak. Ritual ini di-
Tarian Ancak ini juga dimaksudkan untuk lanjutkan dengan memancing di laut. Bagi
mengundang lebih banyak para makhluk orang Sawang saat ini yang tidak bermata
halus penghuni lautan untuk bergabung pencaharian sebagai nelayan, kedua ritual
dalam ritual buang jong. Tarian Ancak bera- ini sangat menarik dan biasanya diikuti
khir ketika penarinya kesurupan dan me- peserta dengan antusias sambil mengenang
manjat tiang tinggi yang disebut jitun. kehidupan nenek moyang mereka yang
Dalam rangkaian upacara buang jong ini sepenuhnya mengharapkan hasil dari laut.
juga dimanfaatkan oleh komunitas orang Ada satu acara dalam ritual buang jong
Sawang mengenang hal-hal yang memiliki yang melibatkan kelompok suku lain teru-
nilai penting dalam sejarah panjang orang tama suku Melayu, yaitu dalam ritual jual
Sawang hidup di laut. Berbagai peristiwa beli jong. Dalam jual beli jong tidak meng-
yang sangat penting dalam kehidupan gunakan alat tukar berupa uang, namun
orang Sawang di laut pantas untuk dike- secara barter antara orang Sawang dengan
nang dan diceritakan kembali kepada ge- orang Melayu. Ritual ini untuk mengenang
nerasi muda. leluhur mereka yang secara periodik ber-
Tari Sambang Tali menggambarkan na- labuh di pesisir, menjalin hubungan re-
rasi cerita nenek moyang orang Sawang siprositas ekonomi dengan orang Melayu
yang sering dituntun oleh burung Sam- yakni tukar-menukar barang. Orang Sa-
bang Tali untuk menunjukkan tempat kolo- wang menukar ikan dan udang hasil tang-
ni atau berkumpulnya ikan dalam jumlah kapannya kepada orang Melayu untuk di-
yang sangat banyak. Selain itu, burung tukar dengan beras, gula, minyak goreng,
Panggung Vol. 29 No. 1, Januari - Maret 2019 8

baju, tembakau atau rokok, dan lainnya. Sawang mengangkat jong menaiki perahu
Ritual ini juga melambangkan selain re- motor menuju ke tengah laut.
siprositas ekonomi, ada juga resiprositas Konon dahulu kala nenek moyang
sosial antara orang Sawang dengan orang orang Sawang adalah pendekar-pendekar
Melayu. Salah satu contoh yang nyata yang berilmu tinggi selalu memakai coken
adalah tidak sedikit orang Sawang yang dan berhasil menundukkan Suku Lanun
menikah dengan orang Melayu. yang dikenal sebagai bajak laut yang pa-
Acara yang penting lainnya adalah be- ling ditakuti di perairan Asia Tenggara.
loncong atau melagukan syair-syair orang Setelah tiba di tengah laut, jong diturunkan
Sawang dengan iringan alat musik tradi- ke laut dengan harapan jong terus melaju
sional orang Sawang, yakni gendang dan karena dipasang kain layar menuju Pulau
tawak atau gong. Setelah acara beloncong Jengih Gosong Timur atau ‘pulau gaib’
selesai dilanjutkan dengan nyaloi mirip de- tempat bersemayam para penguasa laut.
ngan beloncong namun syair lagunya berisi Satu hal yang paling dikawatirkan dalam
kesan budi baik para leluhur, mengapa ritual buang jong adalah jika terjadi ngulak
mereka cepat meninggalkan sanak kelu- atau jong tidak bergerak ke arah tengah
arga, masih ingatkah mereka para arwah laut namun justru berbalik ke arah pantai
bahwa dahulu mereka sewaktu hidup per- tempat penyelenggaraan acara buang jong.
nah menyelam bersama di laut. Nyaloi lebih Ini pertanda yang sangat buruk karena bisa
bermakna sebagai ungkapan kenang-ke- menimbulkan wabah sampar, yakni orang
nangan indah tentang kehidupan mereka tiba-tiba mati tanpa sakit. Tiga hari pasca
dahulu ketika masih hidup di dunia, budi buang jong merupakan hari yang sakral
baik mereka akan selalu dikenang oleh bagi orang Sawang sehingga pantang bagi
keluarga dan anak cucu mereka. Orang- orang Sawang untuk beraktivitas mencari
orang tua dari komunitas Sawang sering ikan atau mengadakan perjalanan di laut.
menangis haru ketika mengikuti acara nya- Proses ritual upacara adat buang jong
loi karena teringat dengan sanak keluarga bisa memakan waktu hingga tiga hari tiga
mereka yang sudah meninggal dunia. malam. Terdapat tiga tahapan dalam pro-
Puncak acara buang jong adalah mem- sesi upacara adat buang jong, di antaranya
persiapkan jong yang akan diantar berlayar adalah sebagai berikut:
ke tengah laut untuk membawa persem- 1. Tahap Sebelum Upacara
bahan orang-orang Sawang kepada para Sebelum upacara Buang jong dilak-
penguasa laut, dan arwah nenek moyang sanakan terdapat beberapa kegiatan yang
orang Sawang. Sesajian atau persembah- dilakukan oleh masyarakat Suku Sawang,
an yang ada di dalam jong itu, antara lain yaitu penentuan waktu pelaksanaan upa-
beras kunyit, kopi, teh, rokok tiga batang, cara, penyampaian berita kepada para pe-
kemenyan, gabin atau roti, gula, seekor rangkat upacara, masyarakat dan peme-
ayam hidup, tiga butir telur ayam kam- rintah daerah setempat sekaligus pencarian
pung, mayang pinang, tiga helai daun dana untuk keperluan upacara, penentuan
sereh dan daun telasih. Jong juga dihiasi hutan sebagai lokasi pengambilan kayu se-
dengan bendera merah putih. Kemudian bagai bahan untuk membuat jong dan per-
setelah rangkaian sesaji sudah lengkap ada lengkapan lainnya.
di dalam jong, enam orang laki-laki dewasa Perlengkapan yang diperlukan dalam u-
memakai ikat kepala atau coken berwarna pacara buang jong terdiri atas jong (perahu),
putih, atau hitam dan bisa juga bermotif balai penonang (replika rumah-rumahan ber-
batik sebagai lambang para pendekar Suku bentuk limas), tiang jitun (tiang tempat upa-
Saepuloh: Tradisi Upacara Adat Buang Jong dalam Konteks Budaya Masa Kini 9

cara buang jong dilaksanakan), seperangkat hiasi dengan janur, kertas krep dan dicat.
sesajen dan tempa (pemandian semacam Balai penonang yang dibuat untuk upacara
saluran air). Jong adalah sebuah perahu buang jong berjumlah empat buah, tiga
kecil yang panjangnya 4 (empat) meter buah balai dibuat dengan ukuran 1 X 1 m
dengan layar terbuat dari kain berwarna dan 1 satu balai dibuat dengan ukuran yang
putih, dilengkapi sebuah keranjang tempat lebih besar dan kuat yang akan digunakan
meletakkan seperangkat sesajen yang akan dalam upacara balai. Balai berbentuk limas
dipersembahkan kepada dewa laut. Pada melambangkan sebuah rumah yang akan
bagian atas, depan dan belakang jong ter- dipersembahkan kepada Dewa Laut oleh
dapat beberapa hiasan lukisan berbentuk Suku Sawang.
manusia membawa senjata berupa sena- Tiang jitun adalah tiang yang akan di-
pan pendek dan panjang yang melambang- pasang di pantai tempat upacara buang jong
kan awak kapal. Jong yang dibuat dihiasi dilaksanakan, terbuat dari kayu gelam yang
beranekaragam hiasan dari daun kelapa dipertemukan segitiganya dan dipaku serta
muda atau janur dan kertas krep. Jong di- diikat dengan seutas tali. Tinggi tiang jitun
cat menggunakan cat minyak warna putih, yang dipasang adalah 6 depa atau 9 meter.
merah, hijau, dan cat buatan sendiri dengan Tempa adalah saluran air yang terbuat
bahan campuran arang, kunyit dan kapur. dari kayu-kayu kecil yang disusun dan
Jong melambangkan kapal yang akan dilapisi dengan tikar dan kain. Tempa ini
dipakai dewa laut sebagai persembahan berfungsi sebagai tempat memandikan
Suku Sawang. Cat digunakan untuk menge- para pelaksana buang jong agar iblis dan
cat jong, balai penonang, dan sebagainya, bau anyir dari laut mengalir dan lepas dari
yang berbeda dari warna cat perahu nela- tubuh mereka sehingga mereka dalam ke-
yan Suku Sawang. Hal ini melambangkan adaan suci dan hilang dari pengaruh sial
bahwa kesukaan Dewa Laut diberi sesuatu dan iblis laut.
yang istimewa, lain dari yang lain. Sedang- 2. Tahap Pelaksanaan Upacara
kan sesajen melambangkan alat penukar Pelaksanaan upacara buang jong dimu-
yang diberikan oleh Suku Sawang kepada lai dengan mempersiapkan dan memeriksa
Dewa Laut yang nantinya Dewa Laut akan segala peralatan yang diperlukan yang di-
menukarnya dengan memberikan ikan ha- lakukan sebelum matahari terbit. Dukun
sil tangkapan dan berbagai hasil laut lain
kepada masyarakat Suku Sawang.
Balai penonang adalah replika rumah
berbentuk limas terbuat dari kayu yang di-

Gambar 2. Proses Membawa Tiang Jitun


(Sumber: https://www.kompasiana.com/
vau-g/574c38ed8823bd84089a596b/taber-
laot-dan-muang-jong-tradisi-adat-ma-
Gambar 1. Jong dan Balai Penonang syarakat-pesisir-pantai-kepulauan-bang-
(Foto: Dokumentasi Tim Peneliti, 2018) kabelitung-bagian-2?page=all)
Panggung Vol. 29 No. 1, Januari - Maret 2019 10

jong memerintahkan kepada petugas arak- dan perlengkapan lainnya dengan penye-
arakan dengan cara berjalan kaki untuk lam yang bertindak mewakili Dewa Laut.
keliling kampung yang dimulai dari ujung Penyelam tersebut biasanya sudah dalam
dusun menuju arah tepi laut, pantai di mana keadaan kemasukan Dewa Laut. Dalam dia-
upacara akan dilaksanakan. Barisan arak- log terjadi tawar menawar, sang dukun me-
arakan diiringi dengan bunyi-bunyian dari nyampaikan niatnya memberikan persem-
gong dan gendang. Tujuan arak-arakan un- bahan kepada Dewa Laut yang diwakili para
tuk mengajak dan memberitahu warga un- penyelam Suku Sawang dan diminta agar
tuk menyaksikan acara buang jong. Setelah menerima persembahan yang diberi. Lalu
rombongan arak-arakan tiba di pantai, du- Dewa Laut bertanya apa yang dikehendaki
kun kembali memeriksa para pembantunya. oleh dukun, maka sang dukun mengatakan
Apabila semua sudah siap, maka di bawah supaya Dewa Laut memberikan kepada
pimpinan dukun dan para pembantunya mereka isi laut sebagai imbalannya.
jong beserta perlengkapan lainnya diangkat Apabila telah terjadi kesepakatan, maka
ke perahu yang telah tersedia. jong diturunkan perlahan-lahan ke laut be-
Dalam perjalanan menuju tanjungan serta isinya berikut dengan balai besar. Ber-
dan laut lepas gong dan gendang dibu- samaan dengan ini diikuti pula pembuang-
nyikan, orang-orang yang ada dalam pera- an satu balai di darat dan dua di tanjungan
hu bernyanyi dan berjoget, ada di antara yang semuanya dilakukan setelah mendapat
mereka yang dilemparkan ke laut kemu- isyarat dari dukun. Saat pembuangan jong
dian dinaikkan kembali, sembur-semburan dan balai, si penyelam yang mewakili Dewa
dengan air laut hingga sampai ke lokasi Laut melintas di bawah jong yang diturun-
pembuangan jong. Setelah sampai di lo- kan sebagai isyarat atau tanda persetujuan
kasi, kegiatan upacara dimulai dengan ter- terhadap persembahan yang diberikan dan
junnya seorang penyelam mengelilingi dan memberikan pengamanan jong dari gang-
menyeberangi dasar perahu untuk menge- guan iblis laut.
tahui apakah tempat pembuangan jong su- Setelah semua acara pembuangan jong
dah aman dari gangguan iblis laut. selesai (jong dan balai sudah tenggelam),
Kegiatan selanjutnya adalah dialog an- sang dukun memanggil penyelam yang
tara dukun jong yang berada di atas perahu mewakili Dewa Laut untuk naik ke pera-
selaku penyampai persembahan buang jong hu. Setibanya di atas perahu oleh pengurus

Gambar 3. Proses Membawa Jong ke Laut Gambar 4. Proses Melarung Jong ke Laut
(Sumber: https://www.kompasiana.com/ (Sumber: https://www.kompasiana.com/
vau-g/574c38ed8823bd84089a596b/taber-laot- vau-g/574c38ed8823bd84089a596b/taber-
dan-muang-jong-tradisi-adat-masyarakat-pe- laot-dan-muang-jong-tradisi-adat-masyara-
sisir-pantai-kepulauan-bangkabelitung-ba- kat-pesisir-pantai-kepulauan-bangkabeli-
gian-2?page=all) tung-bagian-2?page=all)
Saepuloh: Tradisi Upacara Adat Buang Jong dalam Konteks Budaya Masa Kini 11

upacara si penyelam dikembalikan kesadar- d. Peserta upacara buang jong yang ber-
annya dengan membaca biang atau lagu. status sebagai penonton, apabila ditangkap
Setelah semua selesai para pengikut upacara oleh pengambil iblis tidak boleh lari atau
meminta kepada Dewa Laut untuk mohon melawan, dan harus pasrah untuk dibawa
diri dan kembali ke darat. Dalam perjalanan ke pengurus upacara untuk dikebas dengan
ke darat mereka tetap bergembira dan ber- mayang pinang. Jika yang bersangkutan lari
nyanyi hingga sampai di tepi pantai. atau melawan maka dianggap sial karena-
3. Tahap Sesudah Upacara nya harus diusir dari kegiatan upacara.
Setelah pelaksanaan upacara buang jong e. Peserta yang mengikuti upacara bu-
di tengah laut selesai, rombongan pembuang ang jong di laut harus ikut mandi di tempa
jong kembali ke pantai dan dibawa ke tempa walaupun sedikit saja, karena jika air tidak
(tempa adalah pemandian semacam saluran mengenai badan atau pakaiannya, maka
air). Di tempa tersebut mereka kemudian di- menurut kepercayaan mereka orang terse-
mandikan, agar iblis dan bau anyir dari laut but akan dihinggapi kesialan.
mengalir dan lepas dari tubuh mereka sehing-
ga mereka betul-betul dalam keadaan suci dan Fungsi Upacara Adat Buang Jong
hilang dari pengaruh sial dan iblis laut. Upacara adat buang jong merupakan
Terdapat pantangan-pantangan yang satu-satunya upacara dalam konteks re-
harus dihindari oleh masyarakat Suku ligi asli masyarakat Suku Sawang yang
Sawang baik sebelum, saat berlangsung- menandakan bahwa mereka adalah ke-
nya upacara dan bahkan sesudah upacara turunan para pelaut ulung dan mewarisi
buang jong dilaksanakan. Pantangan-pan- tradisi bahari yang patut dibanggakan. Me-
tangan itu meliputi, sebagai berikut: lalui serangkaian prosesi ritual buang jong
a. Sebelum dan selama upacara Buang dan festival seni budaya Sawang seakan
jong berlangsung tidak boleh ada perkela- meneguhkan jatidiri atau identitas orang
hian terutama bagi mereka yang terli- Sawang sebagai anak keturunan para pelaut
bat langsung dalam upacara. Siapa yang tangguh yang mampu menaklukkan para
berkelahi akan dikenakan sanksi masyara- perompak yang sangat ditakuti di perairan
kat yaitu dikucilkan dari masyarakat Suku Asia Tenggara yakni perompak Ilanun atau
Sawang dan diwajibkan membayar ongkos Lanun. Penyelenggaraan upacara buang
pembuatan peralatan buang jong. jong setiap tahun ini mempersatukan kem-
b. Warna cat yang digunakan untuk bali semua Orang Sawang yang tersebar di
mengecat jong tidak boleh sama dengan war- berbagai tempat di Kepulauan Bangka Be-
na cat perahu yang dimiliki oleh masyarakat litung. Orang-orang Sawang dari berbagai
Suku Sawang. Apabila hal ini dilakukan, tempat datang berduyun-duyun di tem-
maka akan mengundang kemarahan Dewa pat upacara buang jong untuk mengenang
Laut karena dianggap jong beserta segala dan meneguhkan identitas mereka sebagai
pelengkapan lainnya yang diberikan tidak- pewaris budaya bahari. Mereka merayakan
lah istimewa atau tidak diberikan sebagai kesamaan identitas sebagai suku Laut.
kehormatan bagi Dewa Laut. Ritual upacara adat buang jong juga me-
c. Selama tiga hari sesudah mem- rupakan aktivitas kolektif Orang Sawang
buang jong, para peserta upacara yang untuk merayakan semua hal yang bermak-
terlibat langsung dilarang mengambil isi na dalam kehidupan mereka seperti bahasa,
laut seperti ikan dan sebagainya. Apabila tari-tarian, syair atau beloncong, hubung-
dilakukan berarti yang bersangkutan akan an kekerabatan, sejarah gemilang masa
mengundang sial. lalu Orang Sawang dan kenangan tentang
Panggung Vol. 29 No. 1, Januari - Maret 2019 12

keperkasaan mereka di samudera. Ritual martabat Orang Sawang yang sering dile-
buang jong seperti sebuah ritual katarsis cehkan oleh orang darat dan aparat peme-
atau pembebasan beban psikologis Orang rintah. Visualisasi mitologi ini merupakan
Sawang terhadap realitas kemarginal- penegasan bahwa Orang Sawang memiliki
an mereka dalam kehidupan sosial dan sejarah yang hebat dan dapat disejajarkan
ekonomi. Melalui ritual buang jong, Orang dengan sejarah kerajaan-kerajaan Melayu
Sawang secara kolektif meneguhkan dirinya yang besar di masa lalu.
bahwa mereka juga memiliki ketangguhan Ritual buang jong memiliki makna yang
jiwa dan raga untuk menghadapi gelom- penting bagi masyarakat Suku Sawang.
bang permasalahan yang silih berganti Melalui ritual ini mereka merayakan pe-
dalam kehidupan mereka sehari-hari. ngalaman kehidupan kolektif mereka ke-
Ritual buang jong bagi pemerintah dae- tika mereka masih hidup sebagai pelaut
rah dan wisatawan mungkin hanya seke- nomaden. Melalui ritual ini Orang Sawang
dar hiburan dari event budaya spiritual juga merayakan semua hal yang bermakna
yang menarik untuk disaksikan. Namun, dalam sejarah kehidupan kolektif mereka
bagi Orang Sawang di Pulau Belitung, ri- seperti sejarah, pengalaman kehidupan
tual buang jong memiliki makna lebih dari mereka di atas laut, hubungan kekerabatan
sekedar suatu tontonan atau hiburan se- dan rasa kebersamaan mereka sebagai Orang
mata. Orang-orang Sawang dari berbagai Sawang. Ketika Orang Sawang merayakan
tempat, datang berbondong-bondong ke keberadaan para dewa-dewi penguasa laut
lokasi penyelenggaraan ritual buang jong. yang disakralkan secara tidak disadari me-
Mereka bersukaria, bersenda gurau, ber- reka merayakan semua hal yang bermakna
cengkerama dengan saudara, kerabat luas dalam kehidupan sosial mereka sebagai ko-
dan teman yang telah lama tidak bertemu munitas Orang Sawang.
karena tinggal di tempat yang berjauhan.
Dalam suasana seperti ini orang Sawang Tradisi Upacara Adat Buang Jong dalam
yang berusia lanjut bertutur kata dan ber- Konteks Budaya Masa Kini
senda gurau dengan saudara dan teman se- Tradisi buang jong di kalangan Suku
baya mereka menggunakan bahasa Sawang. Laut atau Suku Sawang merupakan bagian
Orang-orang Sawang yang berusia lanjut sa- dari keunikan lokal, sekaligus sebuah peris-
ling menanyakan keadaan atau kabar sauda- tiwa sosial, karena di balik upacara ritual
ra, kerabat dan teman mereka di waktu kecil. tersebut mengandung kearifan-kearifan lo-
Mereka berbagi kabar suka dan duka terkait kal masyarakat yang hidup amat bersahaja.
dengan sanak-saudara dan teman-teman Pelaksanaan upacara adat buang jong bagi
mereka yang telah lama tidak saling bersua. masyarakat Suku Sawang disambut seba-
Ritual buang jong adalah visualisasi gai “hari raya” masyarakat Suku Sawang
sejarah orang Sawang yang hebat dan sa- di Pulau Belitung. Mereka datang dan
ngat perkasa di laut. Orang Sawang ingin berkumpul di pantai tempat penyeleng-
menunjukkan bahwa nenek moyang mere- garaan ritual buang jong untuk mengikuti
ka memiliki sejarah gemilang sejajar dengan rangkaian prosesi upacara, menyaksikan
sejarah kerajaan-kerajaan maritim karena berbagai pertunjukan kesenian khas Orang
orang Sawang mampu menaklukkan ba- Sawang, makan bersama, dan bersuka-cita
jak laut Lanun yang ditakuti oleh armada bertemu dengan sanak-saudara yang lama
perdagangan dari kerajaan-kerajaan mari- tidak bertemu.
tim. Visualisasi mitologi orang Sawang ini Ketika komunitas Suku Sawang dimu-
memiliki makna peneguhan identitas dan kimkan di daratan lewat campur tangan
Saepuloh: Tradisi Upacara Adat Buang Jong dalam Konteks Budaya Masa Kini 13

pemerintah melalui program binaan De- Nilai sakral pada upacara buang jong
partemen Sosial, berangsur-angsur ter- terkikis oleh nilai profan yang berbentuk
jadi perubahan pola dan pandangan me- pariwisata budaya. Pemerintah setempat
reka terhadap laut. Tradisi buang jong pun hanya mengetahui bagaimana mendorong
mulai kehilangan sakralitasnya. Bahkan, industri pariwisata di Pulau Belitung pasca
kini mulai kehilangan tokoh-tokoh adat terkenalnya Pulau Belitung lewat film Las-
yang memahami roh dan semangat awal kar Pelangi.
upacara penuh ritual tersebut (Anggara, Obsesi keuntungan finansial untuk
2018: 364). mendorong pariwisata tanpa menyeim-
Adanya kebijakan pemerintah yang me- bangkan nilai sakral budaya lokal tersebut
wajibkan mereka tinggal di darat, meng- semakin terlihat setelah Belitung ditetap-
akibatkan terjadi perubahan negatif dalam kan sebagai Destinasi Unggulan ketiga
unsur upacara adat buang jong, yaitu adanya setelah Bali dan Lombok (RIPARNAS). Un-
penambahan acara yang tidak selaras dengan tuk itu, pemerintah daerah melalui instansi
ketentuan adat menyebabkan berkurang- terkait berupaya menggali potensi-potensi
nya nilai dan kesakralan dari upacara adat yang ada, baik alam maupun budaya, un-
tersebut. Aturan protokol pemerintah dae- tuk dijadikan sebagai bagian dari kepari-
rah menjadi lebih prioritas di atas upacara wisataan. Pariwisata sendiri menjadi salah
adat sebagai acara utama, mengakibatkan satu solusi untuk memperkecil penga-
bergesernya waktu dan susunan upacara ruh pertambangan atau akibat dari pasca
tidak lagi sesuai dengan ketentuan adat, se- penambangan timah di Belitung (Anggara,
hingga mengurangi makna dan kesakralan 2018: 361-362). Namun demikian, harus bisa
dari upacara adat buang jong. dibedakan antara pengembangan wisata
Pemerintah daerah, baik Pemerintah alam dan budaya. Wisata budaya kiranya
Daerah Kabupaten Belitung maupun Pe- harus memperhatikan nilai-nilai yang di-
merintah daerah Kabupaten Belitung kandungnya dan dianut oleh masyarakat
Timur, selalu memberi dukungan dana lingkungannya.
terhadap penyelenggaraan upacara adat
buang jong di Tanjung Pandan dan di Gan- SIMPULAN
tung setiap tahunnya. Tujuannya untuk Kebudayaan Suku Sawang yang bermu-
mengkomodifikasi budaya masyarakat Su- kim di Pulau Belitung berada dalam proses
ku Sawang sebagai atraksi budaya yang perubahan. Semenjak tinggal menetap di
sangat eksotik guna menarik kedatangan darat dan meninggalkan pekerjaannya se-
wisatawan sebanyak mungkin, baik wisa- bagai nelayan, kehidupan mereka sehari-
tawan lokal, nasional, maupun wisatawan hari tidak lagi berhubungan dengan laut.
mancanegara. Sedangkan kebudayaan asli orang Sawang
Alih-alih pelestarian kebudayaan ma- termasuk sistem religi mereka merupakan
syarakat Suku Sawang, atraksi seni itu tak proses adaptasi orang Sawang terhadap
lebih dari upaya peningkatan kunjungan ekosistem laut. Secara perlahan kebudaya-
atau destinasi wisata di Kabupaten Belitung an bahari masyarakat Suku Sawang se-
dan Belitung Timur. Oleh karena dukung- makin terkikis dan generasi muda orang
an dana Pemerintah Kabupaten Belitung Sawang hampir sepenuhnya mengadopsi
dan Kabupaten Belitung Timur, penyeleng- kebudayaan Melayu.
garaan ritual buang jong, kehilangan sakral- Salah satu tradisi yang masih eksis dan
itas sebagai nilai-nilai budaya yang dianut dilestarikan secara turun temurun oleh ma-
masyarakat Suku Sawang. syarakat Suku Sawang di tengah arus pe-
Panggung Vol. 29 No. 1, Januari - Maret 2019 14

rubahan yang menerpa kebudayaan mere- Fajriana, F. (2008). Upacara Adat Buang
ka adalah upacara adat buang jong. Upacara Jong pada Masyarakat Suku Sekak
ini dilaksanakan setiap satu tahun sekali di Bangka. Sabda, 3 (2), 1-12.
oleh masyarakat Suku Sawang, karena ma- Hamid, A. (2013). Sejarah Maritim Indonesia.
sih adanya kepercayaan terhadap kekuatan Yogyakarta: Ombak.
gaib di luar kemampuan manusia seperti Hoogstad, S.Y.A. (2009). Suku Sawang Be-
Dewa Laut. litung dan Buang Jong, Kolom, War-
Upacara adat buang jong menjadi pe- ta Praja, Edisi 07/Th IV/Juli 2009. Be-
nanda atau simbol identitas kolektif orang litung: Pemkab Belitung.
Sawang yang menerangkan bahwa mereka Jamilah. (2016). Pertunjukan Pajoge Mak-
keturunan para pelaut tangguh dan penje- kunrai pada Masyarakat Bugis di Su-
lajah samudera di sebagian besar perairan lawesi Selatan. Panggung, 26 (1), 35-47.
Nusantara pada masa lalu. Ritual buang Liliweri, A. (2005). Prasangka dan Konflik Ko-
jong masih menjadi simbol solidaritas yang munikasi Lintas Budaya Masyarakat
mempersatukan orang-orang Sawang dari Multikultur. Yogyakarta: LKis.
berbagai daerah di Provinsi Bangka Beli- Moleong, L. J. (2007). Metodologi Penelitian
tung. Oleh karena itu, pemerintah daerah Kualitatif. Bandung: PT Remaja Ros-
seharusnya dapat memelihara kelestarian dakarya.
budaya suku Sawang agar tetap lestari dan Purwana, B. H. S. (2015). Ritual Buang Jong:
menjadi kekayaan budaya Pulau Belitung. Identitas Kolektif Komuntas Orang
Sawang di Pulau Belitung. Patrawi-
Daftar Pustaka dya, 16 (2), 179-203.
Anggara, S. (2018). Pelestarian Budaya Suku Salman, D., dkk. (2011). Jagad Bahari Nusan-
Sawang di Kabupaten Belitung Ti- tara. Jakarta: Kementrian Kebuda-
mur. Panggung, 28 (3), 360-373. yaan dan Pariwisata.
Diana, N., & R. F. Kafarisa. (2018). Festival Tanjung, E.R.J.P.R & L. Yulifar. (2017).
buang jong Sebagai Kearifan Lokal dan Sang Pelaut dari Belitung: Dampak
Modal Sosial dalam Integrasi Antara Tinggal di Darat Terhadap Kehi-
Suku Sawang dan Penduduk Asli di Ka- dupan Sosial-Budaya Suku Sawang
bupaten Belitung. Prosiding Seminar (1936-2012). Factum, 6 (1), 55-75.
Nasional 21 Universitas PGRI Pa- Wikandia, R. (2016). Pelestarian dan Pe-
lembang 05 Mei 2018, 166-171. ngembangan Seni Ajeng Sinar Pu-
Erwin. (2015). Interaksi Sosial Suku Laut de- saka pada Penyambutan Pengantin
ngan Masyarakat Sekitarnya di Keca- Khas Karawang. Panggung, 26 (1),
matan Senayang Kabupaten Lingga. 58-69.
(Skripsi), Universitas Maritim Raja
Ali Haji, Tanjung Pinang.

Anda mungkin juga menyukai