Abstract
In Kedungrejo Village, Muncar District, Banyuwangi Regency, the sea picking tradition is
held once a year in the month of Muharram or Suro month by residents living on the coast
especially the sea. This research uses a descriptive qualitative research method. Based on
the results of the data analysis, the conclusion is that the parik sea tradition carried out by
the village community has the purpose and aim of asking God Almighty so that fishermen
will be blessed with abundant marine products in the coming year and also be avoided
from disaster while at sea.
Abstrak
Di Desa Kedungrejo, Kecamatan Muncar, Kabupaten Banyuwangi Tradisi Petik Laut
diselenggarakan setiap satu tahun sekali pada bulan Muharam atau bulan suro oleh
penduduk yang tinggal di pesisir pantai. Tradisi ini merupakan sebuah ungkapan rasa
syukur masyarakat nelayan muncar atas rezeki dan keselamatan yang diberikan oleh
Tuhan YME melalui alam, khususnya laut. Penelitian ini menggunakan penelitian metode
kualitatif berbentuk deskriptif. Berdasarkan hasil analisis data tersebut, kesimpulannya
yaitu Tradisi Petik Laut yang dilaksanakan oleh masyarakat Desa Muncar maksud dan
tujuan nya adalah memohon pada Tuhan YME agar para nelayan dianugerahi hasil laut
yang melimpah pada tahun yang akan datang dan dihindarkan pula dari malapetaka
selama melaut.
1.1 Pendahuluan
Indonesia adalah negara yang memiliki berbagai macam suku,agama,ras,dan
budaya. Indonesia memiliki keanekaragaman yang membentuk suku dan budaya-budaya
yang sangat beragam.Setiap daerah memiliki kebudayaan-kebudayaan yang perlu
dilestarikan dan dikembangkan.Bukan hanya kebudayaan saja, namun setiap daerah pasti
memiliki ciri khas budaya,tradisi agama,kehidupan sosial, dan kesenian-keseniannya.
Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat yang diwarisi secara turun
temurun dari satu generasi ke generasi yang lain karena kebudayaan merupakan sesuatu
yang dinamis, selalu berkembang seiring dengan pola perilaku manusia yang terus menerus
berubah. Unsur-unsur tersebut dianggap universal karena dapat ditemukan di dalam
kebudayaan semua bangsa yang tersebar didunia. Unsur-unsur kebudayaan tersebut dibagi
menjadi tujuh unsur, yaitu bahasa, pengetahuan, organisasi sosial, peralatan hidup dan
teknologi, ekonomi, religi, dan kesenian.
Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari
manusia dalam masyarakat,seperti tradisi. Poerwadarminta (dalam Sofianto, 2015:11)
berpendapat bahwa tradisia dalah segala sesuatu seperti adat, kepercayaan, kebiasaan,
ajaran,dan sebagainya yang turun temurun dari nenek moyang. Tradisi dapat disesuaikan
untuk memenuhi kebutuhan perubahan agar dapat diterima sebagai bagian dari tradisi
kuno. Budaya yang beraneka ragam dapat menambah khazanah wawasan pemilik budaya
lain,sehingga dapat memperkaya pola pikir yang telah dimiliki sebelumnya,seperti tradisi
Petik Laut.
Di Banyuwangi khusunya di Desa kedungrejo,Kecamatan Muncar mempunyai cara
unik tersendiri dalam mengungkapkan rasa syukur atas rezeki yang diperolehnya dari hasil
laut. Tradisi ini biasa diadakan setiap tahun oleh para nelayan setempat yang biasa dikenal
dengan sebutan Petik Laut Muncar. Tradisi Petik Laut Muncar ini merupakan warisan para
leluhur sebagai sedekah masyarakat terhadap laut selama setahun yang telah menjadi
tempat mereka dalam mencari rezeki. Tradisi ini berupa pemberian persembahan yang
diawali dengan mengarak sesajian dari rumah sesepuh menuju ke TPI Muncar yang
kemudian dilarung ke laut.
Tradisi Petik laut meurpakan ritual yang selalu dinantikan dan rutin dilaksanakan di
kalangkan komunitas nelayan termasuk nelayan masyarakat pesisir Desa Kedungrejo,
kecamatan Muncar,Kabupaten Banyuwangi. Petik laut dilaksanakan setiap awal tahun
Hijriah yaitu pada bulan Suro atau Muharrram. Melalui tradisi Petik Laut masyarakat
nelayan Desa Muncar mengungkapkan rasa syukur mereka akan hasil laut yang berlimpah
yang telah mereka terima, mengharapkan keselamatan dari Tuhan, dan sebagai pengikat
silaturahmi antar masyarakat desa dan pemerintah. Berbagai makna simbolis yang terdapat
pada ritual tradisi Petik Laut hingga saat ini masih hidup di Desa Muncar. Hal tersebut
tersirat dalam sesaji tradisi Petik Laut yang didalamnya terdapat berbagai macam
kue,buah-buahan,uang,dan kepala sapi yang perlu untuk diketahui dan dijaga agar tradisi
Petik Laut dapat terlaksana dengan baik hingga saat ini.
Keunikan dari budaya petik laut ini sangat beragam,contohnya seperti,
menggabungkan beberapa budaya yang ada di Banyuwangi,karena budaya petik laut
sendiri berasal dari Suku Madura, dan digabungkan dengan budaya gandrung yang berasal
dari suku Osing.suku asli Banyuwangi. Petik laut ini menggabungkan ajaran Islam dengan
Tradisi Osing. Penyelenggaraan Petik Laut ini berlangsung selama tiga hari,dengan
berbagai macam kegiatan, mulai dari larung sesaji, khataman Al-Qur’an), hingga pengajian
pembacaan Yassin dan Tahlil. Selain keunikan tersebut,ada doa tersendiri saat ritual petik
laut,yakni doa pengkorat. Doa ini dilantunkan oleh nelayan-nelayan desa setempat,
dipimpin oleh ketua adat setempat.
Akulturasi adalah proses sosial yang timbul apabila terjadi percampuran dua
kebudayaan atau lebih yang saling bertemu dan saling memengaruhi. Dalam akulturasi,
sebagian menyerao secara selektif sedikit atau banyak unsure kebudayaan asing itu,
sebagian berusaha menolak pengaruh itu. Proses akulturasi ini tidak menyebabkan
hilangnya unsure-unsur kebudayaan dari dua atau lebih kelompok masyarakat tadi.
Kebudayaan asli masih bisa dilihat cirri-cirinya, serta dapat dibedakan dan dianalisis jika
dibandingkan dengan kebudayaan dari luar.
1.5 Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang dilakukan peneliti terhadap Persepsi Tradisi Petik Laut
Pada Masyarakat Desa Kedungrejo, Kecamatan Muncar, Kabupaten Banyuwangi, peneliti
menyimpulkan bahwa Tradisi merupakan kebiasaan dan dianggap sebagai suatu keyakinan
yang diikat oleh waktu sehingga kegiatan menjadi sakral. Begitu pula dengan Tradisi Petik
Laut di Kecamatan Muncar,Kabupaten Banyuwangi yang masih dipertahankan dan
dilestarikan karena memiliki banyak fungsi bagi masyarakat setempat.Tradisi ini dilakukan
satu tahun sekali pada tanggal 15 Muharam atau bulan Suro.Tradisi Petik Laut mempunyai
makna yaitu untuk mengucap syukur kepada Tuhan YME atas kesehatan,kelancaran dan
sebagai penyambung silaturahmi dengan masyarakat setempat.
Adapun Prosesi Petik Laut dengan mengumpulkan banyak sesaji. Kepala kambing
hitam dengan badan yang bewarna putih ini sebagai salah satu syarat dalam prosesi petik
laut. Kelak kepala kambing ini akan diberi pancing yang terbuat dari emas dan ditancapkan
pada lidahnya. Saat prosesi dilakukan, kepala kambing akan dilarung ke laut sebagai wujud
rasa syukur yang tiada batasnya. Sebelum arak-arakan menuju kawasan lautan sesaji akan
diarak keliling desa. Para penari gandrung akan menyambut arak-arakan itu sebelum
akhirnya naik keatas perahu. Setelah semua sesaji dinaikkan ke atas kapal, mereka akan
segera menuju ketengah laut, dan satu persatu sesaji akan dilemparkan ke laut.
DAFTAR PUSTAKA
Nisya’,Rosyibatun. 2016. Korelasi antara persepsi tentang film “Kata Maaf Terakhir”
dengan sikap terhadap pesan dakwah dalam film “Kata Maaf Terakhir” mahasiswa
Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Walisongo.Semarang.
Ali Nurdin. 2020. Budaya islam nelayan pesisir utara Lamongan Jawa Timur.
Relin D.E. 2017. Pementasan Tari Gandrung Dalam Tradisi Petik Laut Di Pantai Muncar,
Desa Kedungrejo, Banyuwangi, Jawa Timur (Suatu Kajian Filosofis). Mudra, 32(1),
195232.
Agama, D. B. H. K.Teologi Hindu Dalam Tradisi Petik Laut Pada Masyarakat Jawa Di
Pantai Muncar, Desa Kedungrejo Kecamatan Muncar, Kabupaten Banyuwangi, Jawa
Timur.
Setiawan, E. (2016). Eksistensi Budaya Bahari Tradisi Petik Laut Di Muncar Banyuwangi.
Universum: Jurnal KeIslaman dan Kebudayaan, 10(2).
Kunti Nur Afifah. 2021. Makna Budaya Petik Laut Terhadap Nilai Religius Masyarakat
Desa Kedungrejo Kecamatan Muncar Kabupaten Banyuwangi.
Nur Ainiyah. 2017. Ritual Petik Laut Dan Keragaman (Keragaman Dan Komunikasi Ritual
Di Kalangan Nelayan Multietnis Di Kedungrejo Muncar Banyuwangi). Jurnal Pemikiran
Dan Kebudayaan Islam. 26(1).
Anisa, A., Khoiria, I,. & Juwinda, J. (2018). Makna (Pangrokat) dalam Tradisi Petik Laut
Muncar di Dusun Kalimati Banyuwangi. Asas: Jurnal Sastra, 7(2).
Anoegrajekti, Novi, Sudartomo Macaryus, S., & Saputra, H. S. P. Ritual Petik Laut
Muncar: Ekspresi Identitas dan Kedaulatan Masyarakat Nelayan Atas Laut.
Ainiyah, N. (2017). Ritual Petik Laut Dan Keragaman (Keragaman Dan Komunikasi
Ritual Di Kalangan Nelayan Multietnis Di Kedungrejo Muncar Banyuwangi). Empirisma:
Jurnal Pemikiran dan Kebudayaan Islam, 26(1).
Yunitasari, H. (2021). Mitos Upacara Petik Laut Masyarakat Etnis Madura Di Desa
Tembokrejo Muncar Banyuwangi. Skripsi Mahasiswa UM.
Lasiyahmindi, S.F. (2021) Makna Sosial Tradisi Petik Laut (Studi Di Desa Pesisir
Kecamatan Besuki Kabupaten Situbondo ) (Doctoral Dissertation, Universitas
Muhammadiyah Malang).
Afifah, K. N. (2021). Makna Budaya Petik Laut Terhadap Nilai Religius Masyarakat Desa
Kedungrejo Kecamatan Muncar Kabupaten Banyuwangi (Doctrol Dissertation, Universitas
Muhammadiyah Malang).
DR. Dra. Relin D.E,M.Ag. 2014.Teologi Hindu Dalam Tradisi Petik Laut Pada Masyarakat
Jawa Di Pantai Muncar Desa Kedungrejo Kecamatan Muncar Kabupaten Banyuwangi.
Ummah, K., & Suryadi, S. (2019). Representation of The Context Of Petik Laut (Sea-
Picked) Traditions In The Macapat Mursada Text. Etnosia: Jurnal Etnografi Indonesia,
176-192.
Ida Ayu Komang Sintia Dewi. 2014. Pemertahankan Tradisi Budaya Petik Laut Oleh
Nelayan Hindu Dan Islam Di Desa Pekutatan, Jembrana-Bali. Singaraja.
Yunitasari. Helmi. 2017. Mitos Upacara Petik Laut Masyarakat Etnis Madura Di Desa
Tembokrejo Muncar Banyuwangi. Skripsi, Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra,
Universitas Negeri Malang.