Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah sesuatu yang essensial bagi manusia. Melalui pendidikan,


manusia belajar menghadapi segala problematika yang ada di alam semesta demi
mempertahankan kehidupannya. Pendidikan dalam kehidupan manusia mempunyai
peranan yang sangat penting, pendidikan dapat membentuk kepribadian seseorang dan
pendidikan diakui sebagai kekuatan yang dapat menentukan prestasi dan produktivitas
seseorang.Dengan bantuan pendidikan,seseorang memahami dan menginterpretasikan
lingkungan yang dihadapi, sehingga seseorang tersebut mampu menciptakan karya
yang gemilang dalam hidupnya atau dengan kata lain manusia dapat mencapai suatu
peradaban dan kebudayaan yang tinggi dengan bantuan pendidikan (Mustofa 2013).
Sehubungan dengan itu maka untuk mencapai suatu realisasi dan tujuan pendidikan
nasional, memerlukan partisipasi guru sebagai warga negara dan warga masyarakat.
Apalagi guru dikenal sebagai tenaga professional kependidikan, yang mempunyai
tanggung jawab besar dalam menangani berhasil atau tidaknya program pendidikan
dan pembangunan bangsa, sehingga secara ideal, baik atau buruknya suatu bangsa
dimasa mendatang banyak terletak di tangan guru.
Guru BK memiliki tugas dan tanggung jawab yang cukup berat. Guru harus
membimbing anak didik menjadi manusia pembangunan yang berpancasila, kemudian
memiliki kejujuran profesional, selalu memelihara hubungan baik dengan anak didik,
teman sejawat, orang tua murid atau keluarga maupun masyarakat, mengenal anak
didik, disamping harus meningkatkan mutu profesi dan organisasi profesionalnya
serta mematuhi ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh pemerintah dibidang
pendidikan (Mashadi, 2013). Dalam proses pendidikan semestinya menyentuh dunia
kehidupan peserta didik secara individual. Proses ini tidak cukup hanya dilakukan
oleh guru, tetapi perlu bantuan profesi pendidik lain yaitu guru bimbingan dan
konseling atau konselor. Bimbingan dan konseling sebagai bagian integral dari proses
pendidikan merupakan salah satu komponen penting yang menentukan kualitas
pelayanan pendidikan pada siswa (Handika & Herdi, 2021; Sari & Herdi, 2021),
Bimbingan dan konseling semakin hari semakin dirasakan perlu keberadaannya
di setiap sekolah. Hal ini didukung oleh berbagai macam faktor, seperti dikemukakan
oleh Partowisastro (1982) bahwa setelah keluarga berperan sebagai peranan utama
dalam tumbuh kembang siswa, maka selanjutnya yang menempati posisi kedua adalah
peranan sekolah. Setiap siswa memiliki pemikiran, sikap kepribadian yang berbeda,
dan juga setiap anak mengalami perkembangan dalam berbagai aspek dalam dirinya.
Maka, mereka membutuhkan bimbingan baik dalam memahami keadaan dirinya,
mengarahkan dirinya, maupun dalam mengatasi berbagai macam kesulitan. Walaupun
demikian, profesi bimbingan dan konseling masih dirundung banyak masalah

1
terutama pada tataran praksisnya yang erat dengan kaitannya dengan pelayanan
bimbingan dan konseling yang profesional.
Penilaian kegiatan bimbingan dan Konseling disekolah adalah segala upaya,
tindakan atau proses untuk menentukan derajat kualitas kemajuan kegiatan yang
berkaitan dengan pelaksanaan program Bimbingan Konseling dengan mengacu pada
kriteria atau patokan-patokan tertentu sesuai dengan program Bimbingan Konseling
yang dilaksanakan. Penilaian merupakan langkah penting dalam manajemen program
bimbingan. Tanpa penilaian tidak mungkin kita dapat mengetahui dan
mengidentifikasi
keberhasilan pelaksanaan program bimbingan dan konseling yang telah direncanakan.
Penilaian program Bimbingan Konseling merupakan usaha untuk menilai sejauh
mana pelaksanaan program itu mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan kata
lain bahwa keberhasilan program dalam pencapaian tujuan merupakan suatu kondisi
yang hendak dilihat lewat kegiatan penilaian.
Supervisi bimbingan konseling terbukti efektif dapat meningkatkan
keterampilan, pemahaman guru bimbingan konseling dan mampu dalam
meningkatkan penguasaan praktek konseling. Dimana dengan diterapkannya supervisi
bimbingan konseling yang dilakukan supervisor dapat membantu guru bimbingan
konseling untuk meningkatkan dan lebih mengembangkan skill dalam keterampilan
layanan bimbingan konseling. Pentingnya supervisi ini juga dapat dilihat dari hasil
penelitian yang dilakukan oleh (Amelisa, 2019) membuahkan hasil bahwa supervisi
bimbingan konseling terbukti efektif dapat meningkatkan keterampilan, pemahaman
guru bimbingan dan konseling dan mampu dalam meningkatkan penguasaan praktek
konseling. Dimana dengan diterapkannya supervisi bimbingan dan konseling yang
dilakukan supervisor dapat membantu guru bimbingan dan konseling untuk
meningkatkan dan lebih mengembangkan skill dalam keterampilan layanan
bimbingan dan konseling. Dari penelitian tersebut untuk memberikan supervisi klinis
yang efektif, supervisor harus kompeten baik dalam praktik supervisi maupun dalam
bidang konseling yang diawasi.

B. Rumusan Masalah

1. Hambatan-hambatan evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan


konseling ?
2. Metode apa yang digunakan untuk evaluasi bimbingan dan konseling ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui hambatan-hambatan evaluasi pelaksanaan program


bimbingan dan konseling
2. Untuk mengetahui metode apa yang digunakan untuk evaluasi bimbingan dan
konseling

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hambatan-hambatan Melakukan Evaluasi Bimbingan dan Konseling

Menurut W.S Winkel “Evaluasi program bimbingan adalah usaha menilai efisiensi dan
efektivitas pelayanan bimbingan itu sendiri, khususnya seluruh kegiatan dalam rangka
program bimbingan yang dikelola oleh staf bimbingan. Selanjutnya menurut Tantawy,
evaluasi Pelaksanaan bimbingan merupakan kegiatan menilai Keberhasilan layanan dalam
bidang bimbingan pribadi, sosial, belajar dan karir. Untuk menilai suatu keberhasilan maka
diperlukan evaluasi program. Menurut Myrick dalam Aip Badrujaman, bahwa lima alasan
yang menjadi faktor penghambat guru pembimbing tidak melakukan evaluasi program
bimbingan dan konseling alasan guru bimbingan dan konseling tidak melakukan evaluasi
Meliputi:

1. Guru bimbingan dan konseling tidak memiliki cukup waktu melakukan evaluasi
program bimbingan dan konseling
2. Guru bimbingan dan konseling kurang memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam
melaksanakan evaluasi program bimbingan dan konseling
3. Adanya ketakutan guru bimbingan dan konseling terhadap akuntabilitas
4. Guru bimbingan dan konseling tidak merasa bermasalah kalau tidak melaksanakan
evaluasi program bimbingan dan konseling
5. Guru bimbingan dan konseling berpersepsi bahwa hasil evaluasi program sulit diukur.
Di samping itu W.S. Winkel dan Sri Hastuti mengemukakan beberapa
hambatan yang mengakibatkan evaluasi program bimbingan dan konseling kurang
terlaksana yaitu:
1. Guru bimbingan dan konseling kurang mempunyai waktu untuk melaksanakan
evaluasi program bimbingan dan konseling
2. Guru bimbingan dan konseling menganggap dirinya kurang berkompeten untuk
melakukan evaluasi program bimbingan dan konseling
3. Perubahan perilaku yang terjadi sulit untuk diukur dengan menggunakan alat yang
tersedia sampai Sekarang
4. Dana yang dialokasikan hanya cukup untuk melakukan kegiatan bimbingan
sedangkan evaluasi membutuhkan biaya sendiri
5. Data untuk melakukan evaluasi tidak lengkap
6. Guru bimbingan dan konseling sulit menentukan kriteria dalam melaksanakan
evaluasi program bimbingan dan konseling
7. Guru bimbingan dan konseling menganggap dirinya orang lapangan bukan ahli riset.

3
Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat diketahui bahwa hambatan yang
dirasakan sampai saat ini dalam evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan
konseling di sekolah, yaitu:
1. Pelaksana bimbingan di sekolah tidak mempunyai Waktu yang cukup memadai
untuk melaksanakan Evaluasi pelaksanaan program BK
2. Pelaksana bimbingan dan konseling memiliki latar Belakang pendidikan yang
bervariasi baik ditinjau dari Segi jenjang maupun programnya, sehingga
Kemampuannya pun dalam mengevaluasi Pelaksanaan program BK sangat
bervariasi termasuk Dalam menyusun, membakukan dan Mengembangkan
instrumen evaluasi
3. Belum tersedianya alat-alat atau instrument evaluasi Pelaksanaan program
bimbingan dan konseling di Sekolah yang valid, reliable, dan objektif
4. Belum diselenggarakannya penataran, pendidikan, Atau pelatihan khusus yang
berkaitan tentang Evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan Konseling pada
umumnya, penyusunan dan Pengembangan instrumen evaluasi pelaksanaan
Bimbingan dan konseling di sekolah
5. Penyelenggaraan evaluasi membutuhkan banyak Waktu dan uang. Tidak dapat
diragukan lagi untuk memulai mengadakan evaluasi tampaknya memerlukan baya
yang cukup mahal dan perlu biaya yang banyak
6. Belum adanya guru/konselor/konselor/konselor inti Atau instruktur BK yang ahli
dalam bidang evaluasi Pelaksanaan program BK di sekolah. Sampai saat ini
Kebanyakan yg terlibat dalam bidang ini adalah dari
Perguru/konselor/konselor/konseloran tinggi yang Sudah tentu konsep dan kerangka
kerjanya tidak Berorientasi kepada kepentingan sekolah
7. Perumusan kriteria keberhasilan evaluasi Pelaksanaan bimbingan dan yang tegas dan
baku Belum ada sampai saat ini.

A. Metode Yang Digunakan Untuk Evaluasi Bimbingan dan Konseling

Pendekatan evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan konseling dapat


dilakukan dengan Berbagai cara dan kegiatan. Ada beberapa metode yang digunakan
untuk menyelenggarakan evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan konseling,
yaitu:

1. Metode survei

Metode ini mungkin sering menggunakan metode evaluasi dalam setting


sekolah. Metode ini dimaksudkan guna mendapatkan data tentang lingkungan,
pengelolaan sikap dan pandangan personel sekolah lainnya, sikap dan pandangan
siswa terhadap program bimbingan. Jadi metode survei ini merupakan usaha
untuk mengenal keadaan sesungguhnya dari suatu sekolah secara menyeluruh
sebagaimana adanya. Hal tersebut sangat berguna untuk menentukan kegiatan
sekolah selanjutnya dalam rangka memperbaiki hal-hal yang tidak sesuai dengan
kebutuhan siswa, melengkapi kebutuhan yang belum terpenuhi, dan memperbaiki
hubungan antara unsur-unsur yang mendukung kehidupan sekolah tersebut.

4
2. Metode observasi

Sebelum melaksanakan observasi dibutuhkan suatu rencana yang terinci, yang


mencakup perilaku-perilaku siswa yang akan diamati, kapan yang akan diamati,
oleh siapa yang akan diamati, akan direkam dengan cara yang bagaimana, dan
akan diberi interpretasi eveluatif menurut apa. Jadi, sebelum observasi
dilaksanakan, observer perlu membuat pedoman atau kriteria terlebih dahulu agar
dapat yang diperoleh lebih terarah dan tepat. Unsur objektivitas dapat dikurangi
dengan cara melibatkan banyak orang. Dengan demikian, perencanaan yang rinci,
pembuatan pedoman atau kriteria dan keterlibatan lebih dari satu orang dalam
observasi akan diperoleh data yang lebih terarah, tepat dan objektif.

3. Metode eksperimental

Bentuk ini yang paling tepat memerlukan dengan membentuk 2 kelompok


siswa yang satu diantaranya dijadikan kelompok eksperimental dan kelompok
yang lainnya menjadi kelompok kontrol, yaitu yang satu menjadi kelompok yang
mendapat pelayanan bimbingan dan konseling dan kelompok yang lainnya tidak
mendapat layanan bimbingan dan konseling. Kalau hasil perkembangan dalam
suatu periode tertentu dari kedua kelompok diperbandingkan, dari hasil
perbandingan tersebut tampak sampai sejauh mana program bimbingan dan
konseling dapat membantu perkembangan Siswa yang memperolehnya.

4. Metode studi kasus

Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data mengenai keadaan seorang


siswa yang dijadikan objek studi kasus. Sebelum melakukan studi kasus perlu
ditetapkan hal-hal yang dianggap penting tentang diri seorang siswa (klien) yang
berkaitan dengan usaha layanannya. Metode studi kasus cukup banyak memakan
waktu, akan tetapi memiliki beberapa keuntungan tertentu.
Penekanannya pada perkembangan individu dan perkembangan
kepribadiannya, disamping itu metode ini banyak manfaatnya bagi konselor
dalam mengevaluasi efesiensi dan efektivitas kegiatan-kegiatan bimbingan yang
dilaksanakannya.

5
BAB III

KESIMPULAN

Dari paparan yang dikemukakan tersebut, dapatlah ditarik suatu kesimpulan


mengenai Evaluasi program bimbingan adalah usaha menilai efisiensi dan
efektivitas pelayanan bimbingan itu sendiri, khususnya seluruh kegiatan dalam
rangka program bimbingan yang dikelola oleh staf bimbingan. Ada beberapa alasan
yang menjadi faktor penghambat guru pembimbing tidak melakukan evaluasi
program bimbingan dan konseling yaitu pelaksana bimbingan di sekolah tidak
mempunyai Waktu yang cukup memadai untuk melaksanakan Evaluasi pelaksanaan
program BK, Pelaksana bimbingan dan konseling memiliki latar Belakang
pendidikan yang bervariasi baik ditinjau dari Segi jenjang maupun programnya,
sehingga Kemampuannya pun dalam mengevaluasi Pelaksanaan program BK sangat
bervariasi termasuk dalam menyusun,membakukan dan Mengembangkan instrumen
evaluasi.
Pendekatan evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan konseling dapat
dilakukan dengan berbagai cara dan kegiatan. Ada beberapa metode yang digunakan
untuk menyelenggarakan evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan konseling
yang pertama yaitu metode survei,dimana metode ini merupakan usaha untuk
mengenal keadaan sesungguhnya dari suatu sekolah secara menyeluruh sebagaimana
adanya. Yang kedua yaitu metode observasi,sebelum melaksanakan observasi
dibutuhkan suatu rencana yang terinci, yang mencakup perilaku-perilaku siswa yang
akan diamati, kapan yang akan diamati, oleh siapa yang akan diamati. Jadi, sebelum
observasi dilaksanakan, observer perlu membuat pedoman atau kriteria terlebih
dahulu agar dapat yang diperoleh lebih terarah dan tepat. Yang ketiga yaitu metode
eksperimental dimana metode ini memerlukan 2 kelompok siswa yang satu
diantaranya dijadikan kelompok eksperimental dan kelompok yang lainnya menjadi
kelompok kontrol, yaitu yang satu menjadi kelompok yang mendapat pelayanan
bimbingan dan konseling dan kelompok yang lainnya tidak mendapat layanan
bimbingan dan konseling. Dan yang terkahir menggunakan metode studi kasus
metode ini digunakan untuk mengumpulkan data mengenai keadaan seorang siswa
yang dijadikan objek studi kasus.

6
DAFTAR PUSTAKA

Azizah, F., Ginting, F. B., & Utami, R. S. (2017). Evaluasi Pelaksanaan Program Layanan
Bimbingan dan Konseling di Sekolah. In Prosiding Seminar Bimbingan dan
Konseling (Vol. 1, No. 1, pp. 177-188).
Ilfana, A. (2022). Kompetensi Supervisor Dalam Supervisi Guru Bimbingan Konseling
(Suatu Tinjauan Studi Pustaka). Jurnal Paedagogy, 9(1), 192-197.
Mashudi, F. 2018. Panduan Praktis Evaluasi dan Supervisi Bimbingan dan Konseling. DIVA
Press (Anggota IKAPI): Yogyakarta.
Diswantika, N. 2020. Evaluasi dan Supervisi Bimbingan Konseling. Pustaka Ilmu: Bekasi.

Anda mungkin juga menyukai