Anda di halaman 1dari 10

INTERAKSI SOSIAL DALAM MEWUJUDKAN KERUKUNAN ANTARA UMAT

ISLAM DAN UMAT KRISTEN DI DESA PLAMPANGREJO

Thirza Ayu Nirmala


Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan: Thirza Ayu Nirmala
E-mail: Thirzayunirmala@gmail.com

Abstract

Religious harmony is a very important element that must be maintained and protected by the
Indonesia nation which has various ethnic groups, races, languages, culture, and religions. So
for that it is important for us to be tolerant in addressing differences so that harmony between
religious units can be maintained, as is the case in Plampangrejo village, Cluring district,
Banyuwangi regency which really maintains a harmony in society. They have their own way
of realizing harmony in society by way of : Once a year they hold a mutual cooperation
activity which is carried out every Ramadhan before Eid and they also hold a sis kampling
every night which aims to maintain the security of the village environment together among
the people and they take action to help each other especially when the residents are good
Islam and Christianity are afflicted by calamities, these action are purely moved just like that
for those who have understood openness and tolerance

Keywords:Interaction,harmony

Abstrak

Kerukunan umat beragama merupakan unsur yang sangat penting harus dijaga dan dilindungi
oleh bangsa Indonesia yang dimana mempunyai berbagai macam suku,ras,bahasa,budaya,dan
agama. Maka untuk itu penting bagi kita untuk bersikap toleransi dalam menyikapi
perbedaan-perbedaan agar kerukunan antar umat beragama dapat tetap terjaga, seperti halnya
di Desa Plampangrejo, Kecamatan Cluring, Kabupaten Banyuwangi yang sangat menjaga
sebuah kerukanan didalam masyarakat. Mereka mempunyai cara tersendiri dalam
mewujudkan kerukunan didalam masyarakat dengan cara : setiap satu tahun sekali mereka
mengadakan kegiatan gotong royong yang dilakukan setiap ramadhan menjelang hari raya
idul fitri, serta mereka setiap malam juga mengadakan sis kampling yang bertujuan untuk
menjaga keamanan lingkungan desa secara bersama-sama antar umat, dan mereka melakukan
tindakan saling membantu terutama ketika warga baik itu Islam maupun Kristen tertimpa
musibah, tindakan itu murni tergerak begitu saja bagi mereka yang telah memahami terbuka
dan toleransi.

Kata Kunci: Interaksi, Kerukunan


1.1 Pendahuluan

Manusia merupakan mahluk sosial yang senantiasa saling berinteraksi satu sama lain.
Sebagai mahluk sosial manusia tunduk pada norma dan nilai- nilai yang sudah melekat sejak
mereka dilahirkan, selain itu setiap tindakan manusia di masyarakat mengharapkan penilaian
dari orang lain atau sebagai tindakan timbal balik atas perilakunya. Dalam interaksi sosial
antar umat beragama khususnya di Indonesia merupakan hal yang sangat penting, mengingat
Indonesia sebagai negara yang memiliki semboyan Bhineka Tunggal Ika yaitu berbeda-beda
tetapi tetap satu dan merupakan negara yang majemuk yang terdiri dari beberapa suku, ras,
dan agama. Kemajemukan tersebut terbukti dengan adanya beberapa agama yang dianut oleh
masyarakat Indonesia, yaitu agama Islam, Kristen, Katolik, Protestan, Hindu, Budha dan lain
sebagainya.

Perlu diketahui, dalam kehidupan bermasyarakat, interaksi sosial sangat diperlukan


dalam wujudkan kerukunan antar umat beragama, salah satunya adalah dengan menjalankan
relasi sosial dengan baik. Relasi tersebut diwujudkan dengan gotong-royong, tolong
menolong sehingga interaksi sosial dapat dilihat dari hal tersebut karena mereka hidup dalam
lingkungan yang sama. Manusia diciptakan untuk saling berinteraksi antara satu dengan yang
lain, sebagai mahluk sosial yang sejatinya saling membutuhkan antara satu sama lain. Proses
interaksi sosial mempunyai dua syarat yaitu adanya kontak sosial dan adanya komunikasi,
syarat tersebut dapat dilakukan secara face to face ataupun dengan cara melalui telepon,
radio, surat kabar dan seterusnya. Kemudian bentuk interaksi sosial dapat melalui kerja sama,
asimilasi, akulturasi, akomodasi (coercion, compromise, conciliation, toleration dan
seterusnya), bahkan dapat melalui pertentangan dan persaingan.

Komunikasi manusia itu melayani segala sesuatu, akibatnya orang mengatakan


komunikasi itu sangat mendasar dalam kehidupan manusia. Komunikasi merupakan proses
yang universal. Komunikasi merupakan pusat dari seluruh sikap,perilaku,dan tindakan yang
terampil dari manusia. Manusia tidak bisa dikatakan berinteraksi sosial kalau dia tidak
berkomunikasi dengan cara atau melalui pertukaran informasi, ide-ide, gagasan, maksud serta
emosi yang dinyatakan dalam simbol-simbol dengan orabg lain.

Konteks toleransi antar umat beragama, Islam memiliki konsep yang sangat jelas
yaitu “Tidak ada paksaan dalam agama, bagiku agamaku dan bagimu agamamu”. Hal ini
merupakan contoh populer toleransi dalam agama Islam. “Untuk mewujudkan toleransi
tersebut dapat diwujudkan dengan membina tiga kerukunan hidup beragama, yaitu kerukunan
intern umat beragama, kerukunan antar umat beragama, dan kerukunan antar umat beragama
dengan pemerintah”. Ketiga hal tersebut harus dijalankan dengan seimbang supaya
kerukunan dapat terjalin dengan baik, salah satunya dapat melalui interaksi sosial.

Konsep interaksi sosial sendiri dalam kajian Sosiologi, bisa terjadi dalam dua
bentuk,yaitu: bentuk asosiatif dan bentuk disasosiatif. Bentuk asosiatif merupakan
sebuah proses yang terjadi karena saling pengertian dan kerjasama timbal balik antara
orang per-orang atau kelompok yang satu dengan yang lain. Sementara itu, bentuk
disosiatif merupakan proses perlawanan yang dilakukan oleh individu maupun
kelompok dalam proses sosial suatu masyarakat.

Interaksi sosial adalah cermin dari sebuah hubungan atau “kontak sosial” yang
jugaterdiri dari dua bentuk:positif dan negatif. Hubungan positif terjadi manakala
bentuk kontak sosial tersebut mengarah pada pola-pola yang menunjukkan kerjasama,
sebaliknya hubungan negatif terjadi ketika kontak sosial tersebut mengarah pada
pertentangan yang mengakibatkan putusnya interaksi.

1.2 Kajian Literatur


1.2.1 Interaksi
Kata interaksi secara umum dapat diartikan saling berhubungan atau saling bereaksi
dan terjadi pada dua orang induvidu atau lebih. Sedangkan sosial adalah berkenaan dengan
masyarakat. Oleh karena itu secara umum interaksi sosial dapat diartikan sebagai hubungan
yang terjadi dalam sekelompok induvidu yang saling berhubungan baik dalam berkomunikasi
maupun melakukan tindakan sosial.
Interaksi sosial merupakan pula salah satu prinsip integritas kurikulum pembelajaran
yang meliputi keterampilan berkomunikasi, yang bekerjayang harmonis antara individu
dengan lingkungannya sama yang dapat untuk menumbuhkan komunikasi. Suatu interaksi
sosial dapat berjalan dengan lancar jika memenuhi dua syarat yaitu adanya kontak sosial dan
komunikasi. Pentingnya kontak dan komunikasi bagi terwujudnya interaksi sosial dapat diuji
terhadap suatu kehidupan yang terasing. Kehidupan terasing yang sempurna ditandai dengan
ketidakmampuan untuk mengadakan interaksi sosial dengan pihak lain.
Menurut Ameliola dan Nugraha (2013) Interaksi sosial yang terjadi lewat media
membuat ikatan solidaritas sosial masyarakat menjadi melemah. Interaksi sosial merupakan
pula salah satu prinsip integritas kurikulum pembelajaran yang meliputi keterampilan
berkomunikasi, yang bekerja sama yang dapat untuk menumbuhkan komunikasi yang
harmonis antara individu dengan lingkungannya. Interaksi sosial dapat berguna bagi siswa
dalam mengembangkan pemikiran sosial, yang berkenaan dengan pengetahuan dan
keyakinan mereka tentang masalah hubungan dan keterampilan sosial. Peningkatan jumlah
penggunaan gadget serta cara berkomunikasi yang berubah serta memunculkan suatu
kesenangan dalam penggunaan alat-alat teknologi guna membantu dan mempermudah
aktivitas manusia, tetapi disatu sisi penggunaan teknologi yang semakin meningkat justru
menurunkan intensitas hubungan individu.
Interaksi sosial sendiri merupakan hubungan yang dinamis, dimana hubungan tersebut
berkaitan dengan hubungan antar perseorangan, antara kelompok satu dengan kelompok yang
lainnya, maupun hubungan antara perseorangan dengan kelompok. Tidak jarang disebutkan
bahwa seseorang akan menjadi sulit untuk bertahan hidup, apabila ia tidak menjalin interaksi
dengan seorang individu lainnya. Hal ini merupakan dasar dari terjadinya proses sosial, yaitu
interaksi sosial. Sosiologi sendiri merupakan ilmu yang mempelajari tentang fenomena sosial
di masyarakat. (sosiologis.com, 2017)
Soekanto (2012), mengemukakan bahwa bentuk-bentuk interaksi sosial yaitu (1) kerja
sama yang berarti suatu uasaha bersama antara perorangan ataukelompok untuk mencapai
suatu tujuan, (2) akomodasi, sebagai suatu proses di mana orang perorangan saling
bertentangan, kemudian saling mengadakan penyesuaian diri untuk mengatasi ketegangan-
ketegangan, (3) persaingan, diartikan sebagai suatu proses di mana individu atau kelompok
bersaing mencari keuntungan melalui bidang kehidupan dengan cara menarik perhatian atau
mempertajam prasangka yang telah ada, tanpa mempergunakan kekerasan atau ancaman, dan
(4) konflik/pertentangan, adalah suatu proses sosial di mana individu atau kelompok berusaha
memenuhi tujuan dengan jalan menantang pihak lawan dengan ancaman atau kekerasan.

Interaksi Sosial Dalam Perspektif Penganut Islam


Dalam berinteraksi, umat Islam di Desa Tanon menunjukkan bahwa betul-betul
mengamalkan ajaran Islam ini, terbukti dengan adanya suasana keakraban ketika bertemu di
jalan, sawah, pengajian,suasana jama’ah shalat lima waktu mereka sangat bersahabat, terlebih
dari ungkapan wajah ketika berpandangan dan bersalaman satu sama yang lain, berbincang-
bincang membahas apa saja yang terlintas di pikiran mereka dengan saling mengenal dan
akrab ini, menciptakan suasana kebersamaan dan kerukunan.
Masyarakat Islam di desa Tanon juga saling tolong-menolong di antara mereka,
terbukti ketika dalam peristiwa kelahiran, pernikahan dan kematian atau dalam suasana lain
yang membutuhkan bantuan mereka seolah satu badan ketika anggota lain merasa sakit maka
semua ikut merasakan,sehingga timbul suasana saling tolong-menolong.Dalam melaksanakan
dan mengamalkan ajaran tentang berlomba dalam kebaikan masyarakat Tanon
mengaplikasikan pelaksanaan penyemarakan aa’wah islamiyah, melalui takbir keliling yang
suasana ini bermuatan menguatkan eksistensi Islam di desa Tanon, juga adanya lomba
musholla dan masjid paripurna yang sudah membudaya, selain jam’iyah yasin, tahlil,
dhibaiyah dan kajian-kajian keislaman, suasana saling berbahas kebaikan, beramal sholeh
antar umat Islam. Islam tidak membeda-bedakan yang kaya, miskin, pangkat dan simbol
stratifikasi yang lain, namun dalam Islam dijelaskan, yang paling mulia aihaaapan Allah
SWT adalah yang paling bertaqwa.” (QS.Al Hujorot 13). Hal di atas merupakan stratifikasi
secara vertikal. Dalam sisi lain juga terdapat stratifikasi horizontal, yakni interaksi dengan
sesama individu dan alam.
Sebagaimana firman Allah SWT alam Al Qur’an : (Wama arsalnakaa illa rahmatal lil
‘aalamin). “Tidak kami utus kamu (Muhammad) kecuali untuk rahmat kepada seluruh
alam.”(QS. Al Ambiya’ 107). Islam mengajarkan mengenai interaksi antar umat beragama,
memberi tempat kepada umat beragama lain untuk mengamalkan agama dan meyakini sesuai
dengan keyakinannya, sesuai dengan firman Allah SWT dalam Al Qur’an (Lakum Dinukum
Waliyadiin) (QS. Al Katirun 6) Artinya : “bagimu agamamu dan bagiku agamaku.” Islam
mengajarkan tentang deferensi sosial, sebagaimana dalam Al Qur’an dijelaskan :
(Yarfa’illahul ladziina aamanu minkum walladziina uutul ‘ilma darojaat). Artinya: “Allah
akan mengangkat derajat seseorang yang beriman dan berilmu dari kamu dengan beberapa
derajat.” (QS. Mujadilah 13).

Interaksi Sosial dalam Perspektif Agama Kristen


Sebagaimana masuknya agama Katolik, agama Kristen awalnya juga dipandang
sebagai agama peninggalan kolonial Belanda. Masyarakat Tanon melihat agama Kristen
sebagai sesuatu yang mengkhawatirkan, karena tradisi agama-agama masyarakat Tanon.
Masuknya agama Kristen, awalnya membawa persepsi yang negative, namun setelah bapak
bapak Soedarto, salah seorang tokoh masyarakat yang kemudian masuk agama Kristen, dan
yang dianut adalah aliran Kristen Jawi Wetan, berubah menjadi persepsi yang posisitf.
Pemahaman ajaran-ajaran Kristen Jawi Wetan ini, adalah ajaran tentang kasih sayang pada
sesama manusia, dan mengedepankan unsur-unsur kemanusiaan yang tetap mempertahankan
adat istiadat Jawa.Sebagaimana yang diungkapkan bapak Soedarto. “Rumiyen kulo niki
inggih Islam bu, nanging kados liyane niku, mboten patos ngertos babagan agami Islam
sakleresipun, pas kulo panggeh pak Sastro, ingkang sakderenge kulo nggih mboten ngerti
menawi piyambake niku nganut agami Kristen, amargi serawung kulo raket sanget kalian pak
Sastro, akhiripun kulo sekedik-kedik mangertosi babagan agami Kristen, ingkang dianut pak
Sastro, lajeng kulo nggih mangertos lan luwih mantep, amargi agami Kristen ingkang dipun
anut pak Sastro niku aliran Kristen Jawi Wetan, ingkang wonten ajaranipun tasih ngugemi
babagan budaya adat Jawi.” (dulu saya ini juga beragama Islam bu, tetapi seperti lainnya,
tidak begitu memahami agama Islam dengan benar, pada saat saya bertemu pak Sastro, yang
sebelumnya saya juga tidak tahu kalau dia menganut agama Kristen, karena pergaulan saya
sangat dekat dengan pak Sastro, akhirnya saya sedikit demi sedikit, mengerti dan memahami
tentang agama Kristen yang dianut oleh pak Sastro, kemudian saya mengerti dan lebih
mantap memehami lagi, karena agama Kristen Jawi Wetan, yang dalam ajarannya masih kuat
dengan budaya adat Jawa).Kemudian langkah bapak Soedarto mendapat tanggapan positif
dari beberapa keluarga di desa Tanon, yang selanjutnya menganut agama Kristen Jawi
Wetan, berdasarkan kondisi diatas, masyarakat Kristen di desa Tanon yang memegang teguh
ajaran cinta-kasih, dan mengedepankan kegiatan kemanusiaan, menimbulkan interaksi yang
positif di sebagian komponen masyarakat desa Tanon.
Dari penjelasan tentang interaksi sosial dalam perspektif agama Katolik di desa Tanon
dapat diperoleh temuan bahwa elit agama Kristen dalam melaksanakan kegiatan
keagamaannya lebih membaur pada aspek adat istiadat Jawa.

Interaksi Sosial Pemeluk Agama


Interaksi sosial akan selalu terjadi pada setiap manusia, baik dengan cara
berkomunikasi, bertatap wajah, berjabatan tangan dan lain sebagainya. Masyarakat Desa
Margorejo meskipun berbeda agama, mereka berasal dari etnis yang sama yaitu Jawa. Hal ini
lebih membuat interaksi sosial menjadi mudah, dikarenakan adanya kesamaan bahasa yang
digunakan dalam berinteraksi. Kesamaan etnis dan bahasa ini juga lebih mempermudah
masyarakat dalam melakukan interaksi, termasuk dalam memahami sesuatu yang didengar
atau sebaliknya sesuatu yang akan disampaikan melalui bahasa yang dituturkan. Di samping
itu, kesamaan etnis dan bahasa bagi masyarakat Margorejo, akan lebih dapat memahami
tradisi, kebudayaan juga larangan atau pantangan (hal-hal yang tidak baik menurut kebiasaan
daerah).
Hal ini tentu berbeda ketika suatu masyarakat melakukan interaksi sosial dengan
masyarakat lain yang berbeda etnis maupun bahasa, sebab dalam konteks ini masyarakat
biasanya akan melakukan apa yang disebut oleh Armstrong sebagaimana dikutip oleh Rani
Usman sebagai manipulasi identitas. Kemudahan tersebut diakui oleh Warno. Menurutnya,
dalam melakukan interaksi tidak banyak mengalami hambatan dikarenakan memiliki etnis
dan bahasa yang sama. Oleh karena itu, interaksi sosial di masyarakat berjalan dengan baik
tanpa hambatan, serta tidak ada yang disembunyikan, atau dalam kajian sosiologi disebut
dengan “tidak melakukan manipulasi identitas” karena mereka memiliki kesamaan etnis
(Warno. Wawancara. 9 Agustus 2013).
Interaksi sosial masyarakat merupakan wujud komunikasi antar budaya meskipun
pemaknaan komunikasi antara budaya tersebut tidaklah berarti komunikasi antar budaya yang
berbeda melainkan komunikasi yang terjadi antar budaya masyarakat yang berbeda agama.
Sebab, sebagaimana telah diuraikan di atas, dalam masyarakat memiliki etnis yang sama,
sehingga memiliki budaya yang sama pula.

1.2.2 Kerukunan
Secara istilah “kerukunan” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai
“hidup bersama dalam masyarakat dengan “kesatuan hati” dan “bersepakat” untuk tidak
menciptakan perselisihan dan pertengkaran”. Kerukunan adalah istilah yang dipenuhi oleh
muatan makna “baik” dan “damai”. Intinya, hidup bersama dalam masyarakat dengan
“kesatuan hati” dan “bersepakat” untuk tidak menciptakan perselisihan dan pertengkaran.
Bila pemaknaan ini dijadikan pegangan, maka “kerukunan” adalah sesuatu yang ideal dan
didambakan oleh masyarakat manusia. Sementara dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia
yang ditulis oleh Poerwadarminta, kata toleransi menunjukkan pada arti “kelapangan dada
(dalam arti suka kepada siapapun, membiarkan orang berpendapat atau berpendirian lain, tak
mau mengganggu kebebasan berfikir dan berkeyakinan orang lain)”.Dalam konteks ini, maka
toleransi dapat dirumuskan sebagai satu sikap keterbukaan untuk mendengar pandangan yang
berbeda, berfungsi secara dua arah yakni mengemukakan pandangan dan menerima
pandangan dan tidak merusak pegangan agama masing-masing dalam ruang lingkup yang
telah disepakati bersama.
Toleransi adalah penghormatan, penerimaan dan penghargaan tentang keragaman
yang kaya akan kebudayaan dunia kita, bentuk ekspresi kita dan tata cara sebagai manusia”.
Pengertian ini menunjukkan bahwa untuk mewujudkan dan memlihara toleransi diperlukan
pengetahuan,keterbukaan, komunikasi, dan kebebasan pemikiran, kata hati dan kepercayaan.
Dengan demikian, toleransi adalah “harmoni dalam perbedaan”, yang tidak hanya menuntut
kewajiban moral semata, tetapi juga persyaratan politik dan hukum.
Dalam hubungannya dengan tindakan-tindakan politik dan hukum, toleransi menuntut
undang-undang yang adil dan tidak memihak, penegakan hukum dan proses pengadilan dan
administratif. Pengucilan dan marjinalisasi dapat mengarah pada frustrasi, permusuhan, dan
fanatisme.Agar masyarakat memiliki sikap dan tindakan yang toleran, UNESCO
menyarankan negara-negara agar meratifikasi konvensi-konvensi hak-hak asasi manusia
internasional yang sudah ada dan menyusun undang-undang baru untuk menjamin kesamaan
perlakuan dan kesempatan untuk semua kelompok dan perseorangan di masyarakat
Jadi dapat disimpulkan bahwa kerukunan ialah hidup damai dan tentram saling
toleransi antara masyarakat yang beragama sama maupun berbeda, kesediaan mereka untuk
menerima adanya perbedaan keyakinan dengan orang atau kelompok lain, membiarkan orang
lain untuk mengamalkan ajaran yang diyakini oleh masing-masing masyarakat, dan
kemampuan untuk menerima perbedaan. Kerukunan berarti sepakat dalam perbedaan-
perbedaan yang ada dan menjadikan perbedaan-perbedaan itu sebagai titik tolak untuk
membina kehidupan sosial yang saling pengertian serta menerima dengan ketulusan hati yang
penuh ke ikhlasan. Kerukunan mencerminkan hubungan timbal balik yang ditandai oleh sikap
saling menerima saling mempercayai, saling menghormati dan menghargai, serta sikap saling
memaknai kebersamaan. Berdasarkan pemaparan di atas maka pengertian dari kerukunan
umat beragama adalah kondisi dimana antar umat beragama dapat saling menerima, saling
menghormati keyakinan masing- masing, saling tolong menolong, dan bekerjasama dalam
mencapai tujuan bersama.

1.3 Metode penelitian


Jenis penelitian ini adalah penelitian yang bersifat kualitatif berbentuk deskriptif.
Disebut metode kualitatif karena pada metode ini digunakan untuk mengetahui masalah
sosial. Dalam metode ini banyak digunakan untuk penelitian bidang sosiologi agama. Selain
itu disebut metode kualitatif karena data yang terkumpul dan analisisnya lebih bersifat
kualitatif. Dengan menggunakan metode kualitaif akan menghasilkan data deskriptif, berupa
Tempat di Desa Plampangrejo,Kecamatan Cluring,Kabupaten Banyuwangi.Subyek penelitian
atau informan yaitu orang-orang yang memberikan informasi secara langsung tentang situasi
dan kondisi latar penelitian. Dalam hal ini yang menjadi informan yaitu Ibu Dwi Nur Laila
sebagai salah satu masyarakat di Desa Plampangrejo
Adapun Teknik pengumpulan data dalam riset ini terdapat dua teknik yang dilakukan
yaitu melalui Observasi dan Wawancara
a. Observasi yang dilakukan dengan pengamatan langsung ke Desa Plampangrejo. Dengan ini
peneliti dapat mengetahui interaksi sosial antara umat Islam dan umat Kristen.
b. Wawancara yang dilakukan secara langsung dan secara online dengan tujuan untuk
mendapatkan informasi yang secara luas dan mendetail dari sumber-sumber terpercaya yang
bersangkutan.

1.4 Hasil Dan Pembahasan


Berdasarkan hasil yang diperoleh di lapangan melalui observasi dan wawancara,
peneliti mendapatkan data mengenai Interaksi Sosial Dalam Mewujudkan Kerukunan Antara
Umat Islam Dan Umat Kristen Di Desa Plampangrejo. Dalam pelaksanaan penelitian,
Peneliti menggali informasi dari narasumber terkait pemahaman masyarakat tentang
bagaimana proses interaksi sosial antara umat islam dan umat Kristen bahwa: Masyarakat
Desa Plampangrejo sebagai sebuah sistem masyarakat pedesaan memiliki sifat dasar
kehidupan tradisional yang mementingkan kepentingan bersama atas dasar asas kekeluargaan
dan sebagai bentuk solidaritas, meskipun masyarakat Desa Plampangrejo dilatarbelakangi
dengan adanya perbedaan agama. Namun, perbedaan tersebut tidak menghambat masyarakat
Desa tersebut dalam melakukan hubungan sosial demi terciptanya kerukunan, khususnya
kerukunan antar umat beragama. Masyarakat sendiri juga paham dan sadar ketika mereka
saling mementingkan egonya satu sama lain dan tidak mempedulikan orang di sekitarnya,
maka yang akan terjadi adalah permusuhan di dalamnya.
Bentuk-Bentuk Pola Interaksi Sosial Keagamaan di Desa Plampangrejo yaitu Pola
interaksi Sosial keagamaan antara pemeluk agama Islam dan Kristen terjalin dalam lingkup
sosial dan kegiatan keagamaan. Dalam lingkup sosial, hubungan keduanya terjalin dalam
beberapa kegiatan desa. Kegiatan tersebut akan penulis uraikan, diantaranya sebagai berikut;
1. Gotong royong.
Gotong royong yang dilakukan biasanya terjalin dalam kegiatan membersihkan
lingkungan dan memperbaiki sarana dan prasana desa. Kegiatan gotong royong
membersihkan lingkungan ini biasa dilakukan satu tahun sekali pada saat bulan ramdhan dan
akan datangnya hari raya Idul Fitri. Masyarakat Desa Plampangrejo ini sangat antusias dalam
melakukan kegiatan gotong royong karena mereka menganggap bahwa dengan adanya
kegiatan gotong royong ini akan menambah kerukunan dan kekompakkan masyarakat antar
umat.
2.Kegiatan Ronda atau Sis Kampling.
Kegiatan ini merupakan kegiatan yang masih terpelihara dilingkungan Desa
Plampangrejo. Berdasarkan hasil penelitian, kegiatan ini banyak diikuti mayoritas oleh
penduduk agama Islam, tetapi juga tidak menutup kemungkinan penduduk Kristen ikut dalam
kegiatan ronda malam. Salah satu masyarakat Desa Plampangrejo beranggapan bahwa
dengan adanya ronda malam atau sis kampling ini bertujuan untuk menjaga keamanan desa.
Apalagi saat musim corona ini masyarakat sangat antusias dalam menjaga keamanan desa.
3. Kegiatan Sosial.
Pada dasarnya setiap agama mengajarkan kebaikan, baik kepada sesama saudara
seiman maupun kepada saudara yang berbeda iman. Saling membantu dan tanpa
mengharapkan imbalan merupakan salah satu bentuk aktualisasi ajaran-ajaran Al-qur’an
maupun Alkitab. Berdasarkan hasil penelitian, tindakan saling membantu terutama ketika
warga baik itu Islam maupun Kristen tertimpa musibah, tindakan itu murni tergerak begitu
saja adanya bagi mereka yang telah memahami terbuka dan toleransi. Contohnya seperti umat
islam mengadakan sebuah acara hajatan, sebagai umat Kristen juga ikut antusias membantu
dengan sepenuh hati tanpa adanya kepaksanaan. Begitu pun sebaliknya misal umat Kristen
mengadakan hajatan umat islam pun juga ikut serta membantu dengan senang hati.
1.5 Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilkaukan peneliti terhadap interaksi sosial mewujudkan
kerukunan antara agama islam dan Kristen di Desa Plampangrejo Kecamatan Cluring
Kabupaten Banyuwangi, peneliti menarik kesimpulan bajwa setelah melakukan penelitian ini
dapat diketahui bahwa pola interaksi sosial keagamaan di Desa Plampangrejo yaitu Pola
interaksi Sosial keagamaan antara pemeluk agama Islam dan Kristen terjalin dalam lingkup
sosial dan kegiatan keagamaan. Dalam lingkup sosial, hubungan keduanya terjalin sangat
menghargai satu sama lain. Mereka mempunyai cara tersendiri dalam mewujudkan
kerukunan didalam masyarakat dengan cara : Gotong royong yang dilakukan biasanya
terjalin dalam kegiatan membersihkan lingkungan dan memperbaiki sarana dan prasana desa.
Kegiatan gotong royong membersihkan lingkungan ini biasa dilakukan satu tahun sekali pada
saat bulan ramdhan dan akan datangnya hari raya Idul Fitri. Masyarakat Desa Plampangrejo
ini sangat antusias dalam melakukan kegiatan gotong royong karena mereka menganggap
bahwa dengan adanya kegiatan gotong royong ini akan menambah kerukunan dan
kekompakkan masyarakat antar umat. Serta mereka mengadakan kegiatan ronda malam ,
dimana kegiatan ini merupakan kegiatan yang masih terpelihara dilingkungan Desa
Plampangrejo. Berdasarkan hasil penelitian, kegiatan ini banyak diikuti mayoritas oleh
penduduk agama Islam, tetapi juga tidak menutup kemungkinan penduduk Kristen ikut dalam
kegiatan ronda malam. Dan Kegiatan Sosial setiap agama mengajarkan kebaikan, baik
kepada sesama saudara seiman maupun kepada saudara yang berbeda iman. Saling membantu
dan tanpa mengharapkan imbalan merupakan salah satu bentuk aktualisasi ajaran-ajaran Al-
qur’an maupun Alkitab. Berdasarkan hasil penelitian, tindakan saling membantu terutama
ketika warga baik itu Islam maupun Kristen tertimpa musibah, tindakan itu murni tergerak
begitu saja adanya bagi mereka yang telah memahami terbuka dan toleransi
DAFTAR PUSTAKA

Ariyanto,M.D. 2017. Kerukunan Antar Umat Beragama Di Desa Banaran ( Studi Hubungan
Antar Umat Islam,Kristen Prostestan,Katolik,Hindu dan Buddha) (Doctoral Dissertationm
Universitas Muhammadiyah Surakarta).

Asruk Muslim.2013. Interaksi Sosial Dalam Masyarakat Multietnis. 1(3).

Dewi Ratna Yulianingsih. 2016. Kajian Moral dan Kewarganegaraan. 2(4).

Dina Andesty, D.,Syahful,F.,Epidemiologii, D., Masyarakat,F,K.,&Airlangga,U. (2018).


Hubungan Interaksi Sosial Dengan Kualitas Hidup Lansia Di Unit Pelayanan Terpadu
(UPTD) Griya Werdha Kota Surabaya. The Indonesian Journal of Public Health, 13(2),-169-
180.

Doni Harfiyanto.2015.Pola Interaksi Sosial Siswa Pengguna Gadget Di SMA N 1 Semarang.


4(1).

Fathar,V.N.,& Anam, C. 2014. Kemampuan Interaksi Sosial Antara Remaja Yang Tinggal Di
Pondok Pesantren Dengan Yang Tinggal Bersama Keluarga (Doctoral Diissertation,
Universitas Ahmad Dahlan).

Ghazali,A.M. 2013. Teologi Kerukunan Beragama Dalam Islam (Studi Kasus Kerukunan
Beragama Di Indonesia). Analisis: Jurna; Studi Keislaman. 13(2), 271-292.

Idrus Ruslan. 2015. Dialektika Agama Missi Studi Interaksi Sosial Pemeluk Agama Islam,
Katolik, dan Budha di Margorejo Kabupaten Pesawaran provinsi Lampung. Jurnal
Multikultual & Multireligius.

Jannah, A. 2021. Interaksi Sosial Antara Islam Dan Kristen Jawi Wetan Di Bangkalan
Madura (Doctoral Dissertation, UIN Sunan Ampel Surabaya).

Lestari,I.P (2013). Interaksi Sosial Komunitas Samin Dengan Masyarakat Sekitar.Komunitas:


International Journal Of Indonesian Society and Culture, 5(1).

Lia Ulfah farida. 2018. Pola Interaksi Sosial Keagamaan Antara Penganut Agama Islam Dan
Kristen Advent.

Muhammad Mushfi. 2017. Model Interaksi Sosial Dalam Mengelaborasi Keterampilan


Sosial. 4(2).

Muslim, A. (2013). Interaksi Sosial Dalam Masyarakat Multietnis. Jurnal Diskursus Islam,
1(3), 483-494.

Rusydi, I.,& Zolehah,S. 2018. Makna Kerukunan Antar Umat Beragama Dalam Konteks
Keislaman Dan Keindonesiaan. Al-Afkar, Journal For Islamic Studies, 1(1, Januari), 170-
181.

Sanjaya, A.,& Rusdi, I. (2012). Hubungan Interaksi Sosial Dengan Kesepian Pada Lansia.
Jurnal Keperawatb Holistik, 1(3), 26-31.
Umi Hanik, Moh. Trumudi. 2020. Slametan Sebagai Simbol Harmoni Dalam Interaksi Sosial
Agama dan Budaya Masyarakat Desa Tanon Kecamatan Papar Kabupaten Kediri.
Witarsa, R.,Hadi,R.S.M., Nurhananik, N.,& Haerani, N.R. 2016. Pengaruh Penggunaan
Gadget Terhadap Kemampuan Interaksi Sosial Siswa Sekolah Dasar. Padagogik (Jurnal
Pendidikan Sekolah Dasar), 6(1),9-20.

Wilda,H.2020. Hubungan Sosial Antara Agama Islam dan Agama Kristen Di Kelurahan
Menanggal, Kecamatan Gayungan, Surabaya (Doctoral Dissertation, UIN Sunan Ampel
Surabaya).

Yulianingsih, D. R 2016. Pola Interaksi Sosial Dalam Membangun Kerukunan Antar Umat
Beragama Di Desa Boro Kecamatan Selorejep Kabupaten Blitar. Kajian Moral dan
Kewarganegaraan, 2(4).

Anda mungkin juga menyukai