Abstract
Religious harmony is a very important element that must be maintained and protected by the
Indonesia nation which has various ethnic groups, races, languages, culture, and religions. So
for that it is important for us to be tolerant in addressing differences so that harmony between
religious units can be maintained, as is the case in Plampangrejo village, Cluring district,
Banyuwangi regency which really maintains a harmony in society. They have their own way
of realizing harmony in society by way of : Once a year they hold a mutual cooperation
activity which is carried out every Ramadhan before Eid and they also hold a sis kampling
every night which aims to maintain the security of the village environment together among
the people and they take action to help each other especially when the residents are good
Islam and Christianity are afflicted by calamities, these action are purely moved just like that
for those who have understood openness and tolerance
Keywords:Interaction,harmony
Abstrak
Kerukunan umat beragama merupakan unsur yang sangat penting harus dijaga dan dilindungi
oleh bangsa Indonesia yang dimana mempunyai berbagai macam suku,ras,bahasa,budaya,dan
agama. Maka untuk itu penting bagi kita untuk bersikap toleransi dalam menyikapi
perbedaan-perbedaan agar kerukunan antar umat beragama dapat tetap terjaga, seperti halnya
di Desa Plampangrejo, Kecamatan Cluring, Kabupaten Banyuwangi yang sangat menjaga
sebuah kerukanan didalam masyarakat. Mereka mempunyai cara tersendiri dalam
mewujudkan kerukunan didalam masyarakat dengan cara : setiap satu tahun sekali mereka
mengadakan kegiatan gotong royong yang dilakukan setiap ramadhan menjelang hari raya
idul fitri, serta mereka setiap malam juga mengadakan sis kampling yang bertujuan untuk
menjaga keamanan lingkungan desa secara bersama-sama antar umat, dan mereka melakukan
tindakan saling membantu terutama ketika warga baik itu Islam maupun Kristen tertimpa
musibah, tindakan itu murni tergerak begitu saja bagi mereka yang telah memahami terbuka
dan toleransi.
Manusia merupakan mahluk sosial yang senantiasa saling berinteraksi satu sama lain.
Sebagai mahluk sosial manusia tunduk pada norma dan nilai- nilai yang sudah melekat sejak
mereka dilahirkan, selain itu setiap tindakan manusia di masyarakat mengharapkan penilaian
dari orang lain atau sebagai tindakan timbal balik atas perilakunya. Dalam interaksi sosial
antar umat beragama khususnya di Indonesia merupakan hal yang sangat penting, mengingat
Indonesia sebagai negara yang memiliki semboyan Bhineka Tunggal Ika yaitu berbeda-beda
tetapi tetap satu dan merupakan negara yang majemuk yang terdiri dari beberapa suku, ras,
dan agama. Kemajemukan tersebut terbukti dengan adanya beberapa agama yang dianut oleh
masyarakat Indonesia, yaitu agama Islam, Kristen, Katolik, Protestan, Hindu, Budha dan lain
sebagainya.
Konteks toleransi antar umat beragama, Islam memiliki konsep yang sangat jelas
yaitu “Tidak ada paksaan dalam agama, bagiku agamaku dan bagimu agamamu”. Hal ini
merupakan contoh populer toleransi dalam agama Islam. “Untuk mewujudkan toleransi
tersebut dapat diwujudkan dengan membina tiga kerukunan hidup beragama, yaitu kerukunan
intern umat beragama, kerukunan antar umat beragama, dan kerukunan antar umat beragama
dengan pemerintah”. Ketiga hal tersebut harus dijalankan dengan seimbang supaya
kerukunan dapat terjalin dengan baik, salah satunya dapat melalui interaksi sosial.
Konsep interaksi sosial sendiri dalam kajian Sosiologi, bisa terjadi dalam dua
bentuk,yaitu: bentuk asosiatif dan bentuk disasosiatif. Bentuk asosiatif merupakan
sebuah proses yang terjadi karena saling pengertian dan kerjasama timbal balik antara
orang per-orang atau kelompok yang satu dengan yang lain. Sementara itu, bentuk
disosiatif merupakan proses perlawanan yang dilakukan oleh individu maupun
kelompok dalam proses sosial suatu masyarakat.
Interaksi sosial adalah cermin dari sebuah hubungan atau “kontak sosial” yang
jugaterdiri dari dua bentuk:positif dan negatif. Hubungan positif terjadi manakala
bentuk kontak sosial tersebut mengarah pada pola-pola yang menunjukkan kerjasama,
sebaliknya hubungan negatif terjadi ketika kontak sosial tersebut mengarah pada
pertentangan yang mengakibatkan putusnya interaksi.
1.2.2 Kerukunan
Secara istilah “kerukunan” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai
“hidup bersama dalam masyarakat dengan “kesatuan hati” dan “bersepakat” untuk tidak
menciptakan perselisihan dan pertengkaran”. Kerukunan adalah istilah yang dipenuhi oleh
muatan makna “baik” dan “damai”. Intinya, hidup bersama dalam masyarakat dengan
“kesatuan hati” dan “bersepakat” untuk tidak menciptakan perselisihan dan pertengkaran.
Bila pemaknaan ini dijadikan pegangan, maka “kerukunan” adalah sesuatu yang ideal dan
didambakan oleh masyarakat manusia. Sementara dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia
yang ditulis oleh Poerwadarminta, kata toleransi menunjukkan pada arti “kelapangan dada
(dalam arti suka kepada siapapun, membiarkan orang berpendapat atau berpendirian lain, tak
mau mengganggu kebebasan berfikir dan berkeyakinan orang lain)”.Dalam konteks ini, maka
toleransi dapat dirumuskan sebagai satu sikap keterbukaan untuk mendengar pandangan yang
berbeda, berfungsi secara dua arah yakni mengemukakan pandangan dan menerima
pandangan dan tidak merusak pegangan agama masing-masing dalam ruang lingkup yang
telah disepakati bersama.
Toleransi adalah penghormatan, penerimaan dan penghargaan tentang keragaman
yang kaya akan kebudayaan dunia kita, bentuk ekspresi kita dan tata cara sebagai manusia”.
Pengertian ini menunjukkan bahwa untuk mewujudkan dan memlihara toleransi diperlukan
pengetahuan,keterbukaan, komunikasi, dan kebebasan pemikiran, kata hati dan kepercayaan.
Dengan demikian, toleransi adalah “harmoni dalam perbedaan”, yang tidak hanya menuntut
kewajiban moral semata, tetapi juga persyaratan politik dan hukum.
Dalam hubungannya dengan tindakan-tindakan politik dan hukum, toleransi menuntut
undang-undang yang adil dan tidak memihak, penegakan hukum dan proses pengadilan dan
administratif. Pengucilan dan marjinalisasi dapat mengarah pada frustrasi, permusuhan, dan
fanatisme.Agar masyarakat memiliki sikap dan tindakan yang toleran, UNESCO
menyarankan negara-negara agar meratifikasi konvensi-konvensi hak-hak asasi manusia
internasional yang sudah ada dan menyusun undang-undang baru untuk menjamin kesamaan
perlakuan dan kesempatan untuk semua kelompok dan perseorangan di masyarakat
Jadi dapat disimpulkan bahwa kerukunan ialah hidup damai dan tentram saling
toleransi antara masyarakat yang beragama sama maupun berbeda, kesediaan mereka untuk
menerima adanya perbedaan keyakinan dengan orang atau kelompok lain, membiarkan orang
lain untuk mengamalkan ajaran yang diyakini oleh masing-masing masyarakat, dan
kemampuan untuk menerima perbedaan. Kerukunan berarti sepakat dalam perbedaan-
perbedaan yang ada dan menjadikan perbedaan-perbedaan itu sebagai titik tolak untuk
membina kehidupan sosial yang saling pengertian serta menerima dengan ketulusan hati yang
penuh ke ikhlasan. Kerukunan mencerminkan hubungan timbal balik yang ditandai oleh sikap
saling menerima saling mempercayai, saling menghormati dan menghargai, serta sikap saling
memaknai kebersamaan. Berdasarkan pemaparan di atas maka pengertian dari kerukunan
umat beragama adalah kondisi dimana antar umat beragama dapat saling menerima, saling
menghormati keyakinan masing- masing, saling tolong menolong, dan bekerjasama dalam
mencapai tujuan bersama.
Dari hasil penelitian yang dilkaukan peneliti terhadap interaksi sosial mewujudkan
kerukunan antara agama islam dan Kristen di Desa Plampangrejo Kecamatan Cluring
Kabupaten Banyuwangi, peneliti menarik kesimpulan bajwa setelah melakukan penelitian ini
dapat diketahui bahwa pola interaksi sosial keagamaan di Desa Plampangrejo yaitu Pola
interaksi Sosial keagamaan antara pemeluk agama Islam dan Kristen terjalin dalam lingkup
sosial dan kegiatan keagamaan. Dalam lingkup sosial, hubungan keduanya terjalin sangat
menghargai satu sama lain. Mereka mempunyai cara tersendiri dalam mewujudkan
kerukunan didalam masyarakat dengan cara : Gotong royong yang dilakukan biasanya
terjalin dalam kegiatan membersihkan lingkungan dan memperbaiki sarana dan prasana desa.
Kegiatan gotong royong membersihkan lingkungan ini biasa dilakukan satu tahun sekali pada
saat bulan ramdhan dan akan datangnya hari raya Idul Fitri. Masyarakat Desa Plampangrejo
ini sangat antusias dalam melakukan kegiatan gotong royong karena mereka menganggap
bahwa dengan adanya kegiatan gotong royong ini akan menambah kerukunan dan
kekompakkan masyarakat antar umat. Serta mereka mengadakan kegiatan ronda malam ,
dimana kegiatan ini merupakan kegiatan yang masih terpelihara dilingkungan Desa
Plampangrejo. Berdasarkan hasil penelitian, kegiatan ini banyak diikuti mayoritas oleh
penduduk agama Islam, tetapi juga tidak menutup kemungkinan penduduk Kristen ikut dalam
kegiatan ronda malam. Dan Kegiatan Sosial setiap agama mengajarkan kebaikan, baik
kepada sesama saudara seiman maupun kepada saudara yang berbeda iman. Saling membantu
dan tanpa mengharapkan imbalan merupakan salah satu bentuk aktualisasi ajaran-ajaran Al-
qur’an maupun Alkitab. Berdasarkan hasil penelitian, tindakan saling membantu terutama
ketika warga baik itu Islam maupun Kristen tertimpa musibah, tindakan itu murni tergerak
begitu saja adanya bagi mereka yang telah memahami terbuka dan toleransi
DAFTAR PUSTAKA
Ariyanto,M.D. 2017. Kerukunan Antar Umat Beragama Di Desa Banaran ( Studi Hubungan
Antar Umat Islam,Kristen Prostestan,Katolik,Hindu dan Buddha) (Doctoral Dissertationm
Universitas Muhammadiyah Surakarta).
Fathar,V.N.,& Anam, C. 2014. Kemampuan Interaksi Sosial Antara Remaja Yang Tinggal Di
Pondok Pesantren Dengan Yang Tinggal Bersama Keluarga (Doctoral Diissertation,
Universitas Ahmad Dahlan).
Ghazali,A.M. 2013. Teologi Kerukunan Beragama Dalam Islam (Studi Kasus Kerukunan
Beragama Di Indonesia). Analisis: Jurna; Studi Keislaman. 13(2), 271-292.
Idrus Ruslan. 2015. Dialektika Agama Missi Studi Interaksi Sosial Pemeluk Agama Islam,
Katolik, dan Budha di Margorejo Kabupaten Pesawaran provinsi Lampung. Jurnal
Multikultual & Multireligius.
Jannah, A. 2021. Interaksi Sosial Antara Islam Dan Kristen Jawi Wetan Di Bangkalan
Madura (Doctoral Dissertation, UIN Sunan Ampel Surabaya).
Lia Ulfah farida. 2018. Pola Interaksi Sosial Keagamaan Antara Penganut Agama Islam Dan
Kristen Advent.
Muslim, A. (2013). Interaksi Sosial Dalam Masyarakat Multietnis. Jurnal Diskursus Islam,
1(3), 483-494.
Rusydi, I.,& Zolehah,S. 2018. Makna Kerukunan Antar Umat Beragama Dalam Konteks
Keislaman Dan Keindonesiaan. Al-Afkar, Journal For Islamic Studies, 1(1, Januari), 170-
181.
Sanjaya, A.,& Rusdi, I. (2012). Hubungan Interaksi Sosial Dengan Kesepian Pada Lansia.
Jurnal Keperawatb Holistik, 1(3), 26-31.
Umi Hanik, Moh. Trumudi. 2020. Slametan Sebagai Simbol Harmoni Dalam Interaksi Sosial
Agama dan Budaya Masyarakat Desa Tanon Kecamatan Papar Kabupaten Kediri.
Witarsa, R.,Hadi,R.S.M., Nurhananik, N.,& Haerani, N.R. 2016. Pengaruh Penggunaan
Gadget Terhadap Kemampuan Interaksi Sosial Siswa Sekolah Dasar. Padagogik (Jurnal
Pendidikan Sekolah Dasar), 6(1),9-20.
Wilda,H.2020. Hubungan Sosial Antara Agama Islam dan Agama Kristen Di Kelurahan
Menanggal, Kecamatan Gayungan, Surabaya (Doctoral Dissertation, UIN Sunan Ampel
Surabaya).
Yulianingsih, D. R 2016. Pola Interaksi Sosial Dalam Membangun Kerukunan Antar Umat
Beragama Di Desa Boro Kecamatan Selorejep Kabupaten Blitar. Kajian Moral dan
Kewarganegaraan, 2(4).