Anda di halaman 1dari 12

EVALUASI BIMBINGAN DAN KONSELING

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Bimbingan dan Konseling

Dosen Pengampu:
Ririn Nuraini, M.Pd

Disusun Oleh:
Haifa Ayu Thursina

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM RIYADLOTUL MUJAHIDIN
PONDOK PESANTREN WALI SONGO NGABAR
PONOROGO JAWA TIMUR INDONESIA
2022M

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anak atau peserta didik adalah pribadi yang tumbuh dan berkembang menuju
kedewasaan. Seiring dengan bertambahnya usia, anak atau peserta didik mengalami proses
belajar yang terus menerus dari sebelumnya yang tidak mengetahui menjadi mengetahui; dari
yang sebelumnya tidak mengalami menjadi mengalami secara langsung pengalaman
hidupnya. dalam proses belajar inilah dibutuhkan seorang guru yang dapat mendampingi
anak atau peserta didik.
Didalam sekolah, semua guru adalah pembimbing bagi anak didiknya dalam proses
belajar mengajar. Seorang guru tidak hanya menyampaikan ilmu pengetahuan kepada anak
didiknya, tetapi juga mendampingi mereka dalam meraih keberhasilan pendidikan. Dalam
menjalani setiap aktifitas dalam belajar mengajar ini tugas guru adalah juga memberikan
bimbingan kepada anak didiknya. Akan tetapi, anak didik juga membutuhkan bimbingan
secara khusus , terutama ketika menghadapi persoalan yang terkait dengan kepribadian, agar
dapat menyelesaikan masalahnya dengan baik. Disinilah sesungguhnya pentingnya
keberadaan bimbingan dan konseling disekolah. Secara professional, bimbingan dan
konseling dilakukan oleh konselor1.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Evaluasi?
2. Apa itu BK?
3. Apa Arti Evaluasi Bimbingan dan Konseling?
4. Tujuan Evaluasi dari BK?
5. Jenis-jenis Evaluasi?
6. Evaluasi BK pada tingkat SD?
7. Evaluasi BK pada tingkat SLTP dan SLTA?
8. Evaluasi BK pada tingkat Perguruan Tinggi?

BAB II
1
Akhmad Muhaimin Azzef,Bimbingan dan Konseling Di Sekolah,(Jl.Anggrek 126 Sembilegi,Maguwoharjo
Depok,Sleman,Jogjakarta,2013)Hlm.9-10
2
PEMBAHASAN

A. Pengertian Evaluasi
Secara harfiah kata evaluasi berasal dari b.inggris evaluation, dalam b. arab : al-taqdir ,
dalam bahasa Indonesia berarti, penilaian. Adapun dari segi istilah, sebagaimana
dikemukakan oleh edwind wand dan Gerald W.Brown: Evaluation refer to the act or process
to determining to the value of something.menurut difinisi ini yang dikemukakan oleh Edwind
Wandt dan Gerald W. Brown itu untuk memberikan definisi tentang evaluasi pendidikan,
maka evaluasi pendidikan itu dapat diberi pengertian sebagai , suatu tindakan atau kegiatan
(yang dilaksanakan dengan maksud untuk) atau suatu proses (yang berlangsung dalam dalam
rangka) menentukan nilai dari segala sesuatu dalam dunia pendidikan (segala sesuatu yang
berhubungan dengan, atau yang terjadi dilapangan pendidikan2.

B. Pengertian Bimbingan Konseling


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, bimbingan diartikan senbagai petunjuk
(penjelasan) cara mengerjakan sesuatu. Sedangkan konseling adalah pemberian bimbingan
oleh yang ahli kepada sesseorang menggunakan metode psikologis. Konseling juga bisa
diartikan sebagai pemberian bantuan oleh konselor kepada konseli sedemikian rupa sehingga
pemahaman terhadap diri sendiri meningkat dalam memecahkan berbagai masalah. Bila
merujuk pada kamus besar tersebut, bimbingan dan konseling adalah petunjuk atau
penjelassan yang diberikan oleh yang ahli kepada seseorang dengan metode psikologis
sehingga seseorang semakin memahami dirinya agar dapat menghadapi suatu masalah
dengan baik3.

C. Pengertian Evaluasi Bimbingan dan Konseling


Evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah dimaksudkan adalah
segala upaya tindakan atau proses untuk nilai menentukan derajat kualitas kemajuan kegiatan
yang berkaitan dengan pelaksanaan program bmbingan dan konseling di sekolah dengan
mengacu pada kriteria atau patokan-patokan tertentu sesuai dengan program bimbingan yang
dilaksanakan.
Berdasarkan pengertian di atas, dapatlah dirumuskan bahwa:

2
Prof.Drs.Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 2005), Hlm 1-2.
3
Akhmad Muhaimin Azzet, Bimbingan dan Konseling Di Sekolah,(Jogjakarta:Ar:Ruzz Media, 2013), Hlm 10.
3
1. Evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan konseling merupakan suatu usaha
untuk menilai efisiensi dan efektifitas pelayanan bimbingan dan konseling demi
peningkatan mutu program bimbingan dan konseling
2. Evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan konseling ialah suatu usaha penelitian
dengan cara mengumpulkan data secara sistematis, menarik kesimulan atas dasar data
yang diperoleh secara objektif, mengadakan penafsiran dan merencanakan langkah-
langkah perbaikan pengembangan dan pengarahan sataf.

D. Tujuan pelaksanaan evaluasi program dalam bimbingan dan konseling


Secara umum penyelenggaraan evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan konseling
bertujuan untuk:
1. Mengetahui program bimbingan dan konseling atau subjek yang telah memanfaatkan
bimbingan dan konseling
2. Mengetahui tingkat efisiensi dan efektifitas strategi pelaksanaan prografm bimbingan
dan konseling yang telah dilaksanakan dalam kurun waktu tertentu.
Secara operasional, penyelenggaraan evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan
konseling ditujukan untuk:
1. Meneliti secara berkala hasil pelaksanaan program bimbingan dan konseling
2. Mengetahui tingkat efisiensi dan efektifitas dari layanan bimbingan dan konseling
3. Mengetahui jenis layanan yang sudah atau belum dilaksanakan dan atau perlu
diadakan perbaikan dan pengembangan.
4. Mengetahui sampai sejauh mana keterlibatan semua pihak dalam usaha menunjang
keberhasilan pelaksanaan program bmbingan dan konseling
5. Memperoleh gambaran sampai sejauh mana peranan masyarakat terhadap
pelaksanaan program bimbingan dan konseling
6. Mengetahui sampai sejauh mana kontribusi program bimbingan dan konseling
terhadap pencapaian tujuan pendidikan pada umumnya, TIK dan TIU pada
khususnya.
7. Mendapatkan informasi yang akurat dalam rangka perencanaan langkah-langkah
pengembangan program bimbingan dan konseling selanjutnya.
8. Membatu mengembangkan kurikulum sekolah untuk kesesuaian dengan kebutuhan.

E. Jenis Evaluasi pelaksanaan program BK di sekolah

4
Jenis evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah mencakup
empat komponen, yaitu: (1). Evaluasi peserta didik (input), (2). Evaluasi program, (3).
Evaluasi proses pelaksanaan program bimbingan dan konseling dan (4). Evaluasi hasil
pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah.
A. Evaluasi peserta didik (input)
Untuk mengadakan evaluasi terhadap pelaksanaan program bimbingan konseling
di sekolah, maka pemahaman terhadap peserta didik yang mendapatkan bimbingan dan
konseling penting dan perlu. Pemahaman mengenai peserta didik perlu dilakukan sedini
mungkin.
Denganpemahaman terhadap peserta didik ini dapat dipakai untuk
mempertimbangkan hasil pelaksanaan program bimbingan bila dibandingkan dengan
produk yang dicapai. Evaluasi jenis ini dimulai dari layanan pengumpulan data pada saat
peserta didik diterima sekolah bersangkutan.
Adapun jenis data yang dikumpulkan dari peserta didik dapat berupa: (a) kemampuan
sekolastik umum, (b) bakat, (c) minat, (d) kepribadian, (e) prestasi belajar, (f) riwayat
kependidikan, (g) riwayat hidup, (h) cita-cita pendidikan/ jabatan, (i) hobi dan
penggunaan waktu hidup,(j) kebiasaan belajar, (k) ilmu sosial, (l) keadaan fisik dan
kesehatan, (m) kesulitan-kesulitan yang diihadapi, dan (n) minat terhadap pelajaran
sekolah.
B. Evaluasi program
Jenis evaluasi program ini dilakukan demi untuk peningkatan mutu program
bimbingan dan konseling di sekolah. Penyusunan program bimbingan dan konseling di
sekolah dibagi menjadi beberapa kegiatan layanan, yaitu: (1) layanan kepada peserta
didik, (2) layanan kepada guru, (3) layanan kepada kepala sekolah, (4) layanan kepada
orang tua siswa/masyarakat. Kegiatan operasiaonal dari masing-masing hendaknya
disusun dalam suatu sistematika tertentu. Jenis evaluasi pelaksanaan program bimbingan
ini memerlukan alat-alat/instrumen evaluasi yang baik.
C. Evaluasi proses
Untuk mewujudkan tujuan yang telah ditetapkan dalam program bimbingan dan
koseling di sekolah, dituntut proses pelaksanaan yang mengarah kepada tujuan yang
diharapkan. Dalam pelaksanaan program bimbingan di sekolah banyak faktor yang
terlebih yang perlu dievaluasi, di antaranya:
a. Organisasi dan administrasi program bimbingan dan konseling

5
b. Petugas pelaksana atau personil
1) Tenaga professional
2) Tenaga non-profesional
c. Fasilitas dan perlengkapan
1) Fasilitas teknis: tes, inventori angket, format, dan sebagainya.
2) Fasilitas fisik, seperti:
a) Ruang konselor;
b) Ruang konseling;
c) Ruang tunggu;
d) Ruang pertemuan;
e) Ruang administrasi bimbingan dan konseling;
f) Ruang penyimpanan alat-alat;
g) Ruang penyimpanan data.
3) Perlengkapan seperti: meja, kursi, filling kabinet, files, lemari, rak, papan
media bimbingan, mesin ketik, alat perekam pandang dengar, dan sebagainya.
4) Anggaran biaya
Anggaran biaya perlu dipersiapkan secara rinci untuk untuk menunjang
pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah. Anggaran yang
diperlukan adalah dalam pos-pos sebagai berikut:
a) Honorarium pelaksana/personel;
b) Pengaduan dan atau pengembangan alat-alat teknis;
c) Pengadaan dan pemeliharaan sarana fisik;
d) Biaya operasional: perjalanan, pertemuan, kunjungan rumah, dan
sebagainya.
e) Penilaian dan penelitian.
5) Kegiatan pelaksanaan program bimbingan dan konseling
D. Evaluasi hasil pelaksanaan program bimbingan dan konseling
Jenis evaluasi pelaksanaan program ini diadakan melaui peninjauan terhadap hasil
yang diperoleh seseorang berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan bimbingan dan melalui
peninjauan terhadap kegiatan itu sendiri dalam berbagai aspeknya. Peninjauan evaluatif
itu memusatkan perhatian pada efek-efek yang dihasilkan sesuai dengan tujuan-tujuan
bimbingan yang dikenal dengan nama evaluasi produk atau evaluasi hasil. Jadi, untuk
memperoleh gambaran tentang keberhasilan dari pelaksanaan program bimbingan dan

6
konseling di sekolah. Sedangkan untuk mendapatkan gambaran tentang hasil dari
pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di sekolah, maka harus dilihat dalam diri
siswa yang memperoleh layanan bimbingan itu sendiri. Penilaian terhadap hasil lebih
menekankan pada pengumpulan data atau informasi mengenai keberhasilan dan pengaruh
kegiatan layanan bimbingan yang telah diberikan. Dengan kata lain, evaluasi terhadap
hasil ditujukan pada pencapaian tujuan program, baik dalam jangka pendek, maupun
jangka panjang4.

F. Evaluasi Bimbingan dan Konseling pada Sekolah Dasar


Masa sekolah dasar adalah masa kanak-kanak menuju masa remaja. Menurut tahapan
yang dikemukakan oleh Piaget pada tahap ini anak mengalami tahap Operasional Konkrit
yaitu pada umur 7-12 tahun, Pengetahuan diperoleh dan struktur simbolis dan logis, tetapi
skema terbatas pada objek konkrit dan hadir dan acara. Pada tahap ini seorang anak akan
mengalami akomodasi dan asimilasi dengan menggunakan objek konkrit yang dibawa oleh
guru contohnya guru membawa rangka tengkorak karena pelajaran IPA. Pada tahap ini
seorang pada dasarnya anak-anak pada usia sekolah dasar secara has terbuka kepada dan
berintraksi dengan rentang stimuli yang luas dan berbagai perilaku. Dalam antusiasme dan
keingin tahuannya yang tak terkendalikan, mereka belum dipaksa oleh realitas realitas sosial
yang mengganggu dan yang mengubah persepsi-persepsi dari saudara-saudaranya yang lebih
tua dan banyak orang dewasa dimana mereka beridentifikasi.Pada tahap ini Bimbingan dan
Konseling berperan dalam membimbing siswa untuk mengenal diri dan lingkungan agar
siswa menjadi pribadi yang mandiri, kreativ dan produkrif.
Pada masa sekolah dasar, sekolah saya tidak memiliki guru Bimbingan dan Konseling
secara khusus yang ada hanyalah wali kelas yang juga berperan sebagai guru Bimbingan dan
Konseling dan sistem yang digunakan wali kelas akan mengomentari prilaku yang terjadi
sehari-hari dan menuliskannya pada buku rapot yang biasanya berupa bagiman prilaku,
sikap dan cara berpakain. Saya rasa bimbingan dengan cara seperti itu kurang dapat
mengaplikasikan Bimbingan dan Konseling secara maksimal karena hanya terdapat 1 guru
yang mengawasi hampir 30 orang murid sedangkan anak-anak pada umumnya memiliki sifat
dan prilaku yang berbeda-beda.

4
Dewa Ketut Sukardi. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah. (Jakarta: Pt Rineka
Cipta) 2010. Hal 247-253.
7
Dengan mempertimbangkan hal di atas seharusnya guru kelas dengan guru Bimbingan
dan Konseling tidak digabung agar tujuan Bimbingan konseling yang terdapat pada Sekolah
Dasar agar Tujuan Bimbingan dan Konseling dapat dicapai secara maksimal.

G. Evaluasi Bimbingan dan Konseling di tingkat SLTP dan SLTA


Menurut Piaget pada masa ini anak mengalami masa Operasional Formal kisaran umur
12 tahun keatas pada masa ini seorang anak pengetahuan seorang anak diperoleh dan disusun
secara simbolis dan logis dan hipotetis / deduktif ("jika maka") berpikir dapat digunakan
untuk menghasilkan semua kemungkinan situasi tertentu. Pada Renncana mengembangkan
kemampuan, bakat dan minat” Kemampuan (ability) adalah daya untuk melakukan suatu
tindakan sebagai hasil dari pembawaan dan latihan.
Pada tahap ini peran Bimbingan dan Konseling meliputi bagaimana seorang anak
memahami dan mengerti tentang dirinya sendiri yaitu dengan Bakat (aptitude) adalah
Kemampuan bawaan yang merupakan potensi yang masih perlu di kembangkan atau dilatih
agar terwujud. Jadi bakat adalah kemampuan alamiah untuk memperoleh pengetahuan dan
ketrampilan yang relatif, bersifat umum ( misalnya bakat intelektual umum) atau khusus
(bakat akademis khusus).Bakat khusus ini di sebut juga talent. Minat (interest) Ialah
kecenderungan seseorang terhadap suatu hal tertentu dan tertarik melakukannnya.
Kemampuan menunjukkan bahwa suatu tindakan dapat dilaksanakan sekarang, sedangkan
bakat memerlukan latihan dan pendidikan agar suatu tindakan dapat di lakukan di masa yang
akan datang. Untuk melaksanakan suatu tindakan di butuhkan minat agar tercapai dengan
baik dan sesuai rencana. Tidak semua orang berbakat akan berprestasi tinggi tanpa adanya
kemampuan dan minat.
Jadi, setiap SLTP dan SLTA diseluruh indonesia harusnya memiliki lebih dari 3 orang
yang menjadi seorang guru BK. Dan guru BK tersebut harus lulusan dari jurusan Bimbingan
dan Konseling dan bukan dari jurusan lain.

H. Evaluasi Bimbingan dan Konseling di Perguruan Tinggi


Pemberian layanan bimbingan mahasiswa didesak oleh banyaknya problema yang
dihadapi oleh para mahasiswa dalam perkembangan studinya. Belajar diperguruan tinggi
memiliki beberapa karakteristik yang berbeda dengan belajar di sekolah lanjutan.
Karakteristik utama pada tingkat ini adalah kemandirian, baik dalam pelaksanaan kegiatan
belajar dan pemilihan pemrogram studi, maupun dalam pengelolaan dirinya sebagai

8
mahasiswa. Seorang mahasiswa telah dipandang cukup dewasa untuk memilih dan
menentukan program studi yang sesuai dengan bakat, minat, dan cita-citanya. Mahasiswa
juga dituntut untuk lebih banyak belajar, tanpa banyak diatur, diawasi, dan dikendalikan, oleh
dosen-dosenya.
Secara keseluruhan, problema yang dihadapi oleh mahasiswa dapat dikelompokkan atas
dua kategori, yaitu problema sttudi dan problema sosial-pribadi.
1. Problema akademik
Problema akademik merupakan hambatan atau kesulitan yang dihadapi oleh
mahasiswa dalam merencanakan, melaksanakan dan memaksimalkan perkembngan
belajarnya.
Beberapa problema studi yang mungkin dihadapi oleh mahasiswa sebagai berikut,
a. Kesulitan dalam memilih program studi/konsentrasi/pilihan mata kuliah yang sesuai
dengan kemampuan dan waktu yang tersedia.
b. Kesulitan dalam mengukur waktu belajar disesuaikan dengan banyaknya tuntutan dan
aktifitas perkuliahan, serta kegiatan mahasiswalainnya.
c. Kesulitan dalam mendapatkan sumber belajar dan buku-buku simber.
d. Kesulitan dalam menyusun makalah, laporan, dan tugas akhir.
e. Kesulitan dalm mempelajari buku-buku yang yang berbahasa asing khususnya bahasa
inggris.
f. Kurang motivasi atau semangat belajar.
g. Adanya kebiasaan belajar yang salah.
h. Rendahnya rasa ingin tahu dan ingin mendalami ilmu serta rekayasa.
i. Kurangnya minat terhadap profesi
2. Problema sosial pribadi
Problema sosial pribadi merupakan kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh mahasiswa
dalam mengelola kehidupannya sendiri serta menyesuaikan diri dengan kehidupan sosial,
baik dikampus maupun di lingkungan tempat tinggalnya.
Beberapa problema sosial pribadi yang mungkin di hadapi oleh mahasiswa adalah
sebagai berikut.
a. Kesulitan ekonomi/biaya kuliah
b. Kesulitan berkenaan dengan masalah pemondokan
c. Kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan teman sesama mahasiswa, baik dikampus
maupun dilingkungan tempat tinggal.

9
d. Kesulitan menyesuaikan diri dengan masyarakat sekitar tempat tinggal mahasiswa,
khususnya mahasiswa pendatang
e. Kesulitan karena masalah-masalah keluarga
f. Kesulitan karena masalah-masalah pribadi5.

Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa Bimbingan dan Konseling di


Perguruan Tinggi sangat penting perananya bagi mahasiswa. Namun kebanyakan
perguruan tinggi tidak memiliki guru Bimbingan dan Konseling dan hanya
mengandalkan dosen PA.

BAB III
5
Dr. Ahmad Juntika M.Pd, Bimbingan dan Konseling, (Bandung: PT Refika Aditama, 2006), Hlm.27-28
10
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sekolah berkewajiban member bimbingan dan konseling kepada peserta didik baik di
Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, maupaun di Perguruan
Tinggi.
Tugas pokok guru pembimbing perlu dijabarkan kedalam program kegiatan. Program itu
perlu disusun dalam satuan-satuan layanan kegiatan yang nantinya akan merupakan wujud
nyata pelayanan langsung bimbingan dan konseling.

B. Saran
Bimbingan dan konseling dapat membantu peserta didik dalam memecahkan permasalaha
yang dihadapainya. Baik berupa tentang permasalahan pribadi, sosial, belajar maupun karir.
Peran seorang konselor yaitu membantu pesrta didik dalam semua hal yang dibutuhkannya.
Pelaksanaan program bimbingan dan konseling yaitu harus berorientasi pada semua peserta
didik dan harus berorientasi kepada masalah yang dihadapi peserta didik.

DAFTAR PUSTAKA

11
Azzef, Akhmad Muhaimin, 2013. Bimbingan dan Konseling Di Sekolah, (Jl.Anggrek 126
Sembilegi, Maguwoharjo Depok, Sleman, Jogjakarta)
Sudijono, Anas, 2005. Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada)
Azzet, Akhmad Muhaimin, 2013. Bimbingan dan Konseling Di Sekolah,
(Jogjakarta:Ar:Ruzz Media)
Sukardi, Dewa Ketut. 2010. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan Dan Konseling Di
Sekolah. (Jakarta: PT Rineka Cipta)
Juntika, Ahmad, 2006. Bimbingan dan Konseling, (Bandung: PT Refika Aditama)

12

Anda mungkin juga menyukai