Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH EVALUASI KURIKULUM

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Inovasi Kurikulum


Dosen pengampu : Dr. Fahrina Yustiasari Liri Wati, S.H.I.,M.Pd.I.

Disusun oleh

Dede Hartelo NIRM 12092022010014


Muhammadin NIRM 12092022010036
Nurwahidin NIRM 12092022010044
Lokal/Semester B/III

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM ( STAI )
AULIAURRASYIDIN TEMBILAHAN
TAHUN AKADEMIK 2023
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah dengan mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT karena
atas limpahan dan karunia-Nya lah kami dapat menyelesaikan tugas yang di
berikan oleh dosen yang kemudian dilanjutkan dengan penyusunan makalah
dengan judul “Evaluasi Kurikulum PAI”.
Dengan kemampuan yang sangat terbatas dan makalah ini masih jauh dari
sempurna, baik dalam pengetikan maupun isinya, oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesmpurnaan
makalah ini.
Terimakasih kepada kelompok yang sudah bekerja keras menyusun makalah
ini. Semoga makalah ini memberikan maanfaat untuk pengembangan wawasan
mahasiswa prodi PAI.

Tembilahan, 12 Oktober 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 1
C. Tujuan .................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 2
A. Pengertian Evaluasi Kurikulum PAI .................................................... 2
B. Fungsi Evaluasi Kurikulum PAI .......................................................... 2
C. Prinsip-Prinsip Dan Sistem Evaluasi Kurikulum PAI ......................... 4
D. Objek/Sasaran Evaluasi Kurikulum PAI ............................................. 6
BAB III PENUTUP ........................................................................................ 12
A. Keismpulan ......................................................................................... 12
B. Saran .................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Evaluasi kurikulum tidak hanya terjadi pada mata pelajaran umum, begitu
juga dengan mata pelajaran pendidikan Agama Islam juga memerlukan
evaluasi. Kurikulum pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan
terencana dalam menyiapkan peserta didik mengenal, memahami, menghayati
hingga mengimani serta mengamalkan ajaran Islam. Dalam pelaksanaan
pembelajaran PAI selama ini ternyata masih bertumpu pada ranah kognitif dan
memberikan porsi afektif yang kurang untuk itulah kurikulum 2013
diberlakukan sebagai koreksi agar penekanan pembelajaran lebih mengarah
pada ranah afektif. Maksud diadakan evaluasi adalah untuk perbaikan,
penempatan , penyebaran serta penelitian dan pengembangan.
Dengan melihat latar belakang tersebut di atas, maka pemakalah ingin
membahas lebih lanjut makalah ini dengan judul Evaluasi Kurikulum
Pendidikan Agama Islam.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka didapatkan rumusan masalah sebagai
berikut :
1. Apa pengertian evaluasi kurikulum PAI?
2. Apa fungsi evaluasi kurikulum PAI?
3. Apa prinsip-prinsip dan sistem evaluasi kurikulum PAI?
4. Apa objek/sasaran evaluasi kurikulum PAI?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian evaluasi kurikulum PAI
2. Untuk mengetahui fungsi evaluasi kurikulum PAI
3. Untuk mengetahui prinsip-prinsip dan sistem evaluasi kurikulum PAI
4. Untuk mengetahui objek/sasaran evaluasi kurikulum PAI

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Evaluasi Kurikulum PAI


Kata evaluasi secara kebahasaan (etimologi) berasal dari bahasa Inggris
evaluation1 dan bahasa Arab al-Takdir,2 dalam bahasa Indonesia berarti penilaian
yang berasal dari akar kata value yang mempunyai arti nilai.
Sedangkan evaluasi dari segi terminologi dapat dimakni sebagai suatu tindakan
atau proses untuk menentukan nilai atau mendapatkan informasi dan
3
menggunakannya untuk menyusun penilaian dalam rangka membuat keputusan. Jika
kata evaluasi tersebut dikaitkan dengan kata pendidikan, maka evaluasi pendidikan
dapat diartikan sebagai suatu tindakan atau kegiatan yang dilaksanakan dengan
maksud menentukan nilai dari segala sesuatu dalam dunia pendidikan, atau secara
singkat evaluasi pendidikan adalah kegiatan ataui proses penentuan nilai pendidikan,
sehingga dapat diketahui mutu atau hasil-hasilnya.
Berdasarkan uraian yang dikemukakan di atas maka dapat disimpulkan bahwa
evaluasi pendidikan adalah suatu kegiatan yang berisi pengukuran dan penilaian
terhadap keberhasilan pendidikan dan berbagai aspek yang berkaitan dengan kegiatan
pendidikan. Evaluasi Pendidikan Agama Islam secara sempit dilakukan untuk
mengetahui tingkat keberhasilan pendidikan dalam menyampaikan materi Pendidikan
Agama Islam kepada peserta didik, dan secara luas evaluasi dilakukan untuk
mengetahui tingkat keberhasilan dan kelemahan dari proses Pendidikan Agama Islam
dalam mencapai tujuan pendidikan Islam yang telah dtetapkan.4
B. Fungsi Evaluasi Kurikulum PAI
Evaluasi kurikulum Pendidikan Agama Islam merupakan satu komponen
penting dan tidak dapat dipisahkan dari keseluruhan proses pendidikan yang

1
Jhon M. Echosl dan Hasan Sadly, Kamus Inggris-Indonesia (Cet. XXIV; Jakarta: Gramedia,
1997), h. 220.
2
Atabik dan Ahmad Zuhdi, Kamus Kontemporer Arab-Indonesia (Cet. VIII; Yogyakarta: Multi
Karya Krafika, 1998), h. 540.
3
Anas Sudjono, Pengantar Evaluasi Pendidikan (Ed. I; Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006), h.
1.
4
Nurmiati, Implementasi Kurikulum PAI di Sekolah Dasar, (Pekalongan: PT. Nasya Expanding
Management, 2021, hal.32

2
berjalan. Pentingnya evaluasi kurikulum Pendidikan Agama Islam bukan
hanya mempunyai makna pada proses belajar, tetapi memberikan umpan balik
terhadap program keseluruhan. Oleh sebab itu, yang terpenting dalam evaluasi
Pendidikan Agama Islam adalah pengadaan informasi bagi pihak pengelolah
pendidikan untuk membuat keputusankeputusan terkait kurikulum Pendidikan
Agama Islam. Dalam hal ini evaluasi kurikulum Pendidikan Agama Islam
mempunyai beberapa fungsi yaitu:
1. Untuk mengetahui atau mengumpulkan informasi taraf perkembangan dan
kemajuan yang diperoleh peserta didik dalam rangka mencapai tujuan
yang telah ditetapkan dalam kurikulum Pendidikan Agama Islam.5
2. Untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan intruksional secara
komprehensif yang meliputi aspek pengetahuan, sikap dan tingkah laku
sebagai umpan balik yang berguna bagi tindakan berikutnya dimana segi-
segi yang sudah dicapai lebih ditingkatkan lagi dan segi-segi yang dapat
merugikan semaksimal mungkin dihindari.6
3. Bagi pendidik, evaluasi berfungsi untuk mengukur keberhasilan proses
pembelajaran yang merupakan umpan balik kepda pendidik sebagai dasar
memperbaiki proses pembelajran dan mengadakan program remedial bagi
peserta didik; sedangkan bagi peserta didik berfungsi untuk mengetahui
bahan pelajaran yang diberikan kepadanya serta membantu agar peserta
didik dapat mengubah atau mengembangkan tingkah lakunya secara sadar,
serta memberikan bantuan cara meraih suatu kepuasan bila berbuat
sebagaimana mestinya,7 dan bagi masyarakat evaluasi kurikulum
Pendidikan Agama menjadi media untuk mengetahui berhasil tidaknya
program-program pendididikan yang telah telah direncanakan dan yang
telah dilaksanakan.

5
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam (Cet. I; Jakarta: Ciputat Press,
2002), h. 54.
6
Abuddin Nata, Filasafat Pendidikan Islam (Cet. I; Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), h. 135.
7
Muhaimin dan Abduk Majid, Pemikiran Pendidikan Islam; Kajian Filosofis dan Kerangka
Dasar Operasionalisasinya (Cet. I; Bandung: Trigenda Karya, 1993), h. 277.

3
4. Untuk keperluan Bimbingan dan Konseling (BK). Hasil evaluasi yang
telah dilaksanakan oleh guru terhadap peserta didik dapat dijadikan
sumber informasi atau data bagi pelayanan BK oleh para konselor sekolah
atau guru pembimbing lainnya.
5. Sebagai bahan pengembangan dan perbaikan kurikulum sekolah.8
C. Prinsip-prinsip dan Sistem Evaluasi Kurikulum PAI
Dalam melaksanakan evaluasi kurikulum Pendidikan Agama Islam,
terdapat koridor-koridor atau rambu-rambu yang harus diperhatikan sebagai
pedoman dalam pelaksanaan evaluasi tersebut. Evaluasi kurikulum Pendidikan
Agama Islam dapat dikatakan terlaksana dengan baik apabila dalam
pelaksanaannya berpegang pada tiga prinsip dasar yaitu prinsip komprehensif,
prinsip berkesinambungan, dan prinsip keikhlasan.9
1. Prinsip komprehensif atau dikenal juga dengan istilah prinsip universal.
Prinsip ini dimaksudkan bahwa evaluasi hendaknya dilakukan untuk
semua aspek sasaran pendidikan yaitu aspek kognitif, aspek afektif dan
aspek psikomotor. Ini dilakukan karena umat Islam memang diperintahkan
mempelajari, memahami serta mengamalkan Islam secara menyeluruh.
2. Prinsip kesinambungan atau kontinuitas. Prinsip ini dimaksudkan agar
evaluasi tidak hanya dilakukan sekali dalam satu jenjang pendidikan,
persemester, perbulan atau percatur wulan, akan tetapi harus dilakukan
setiap saat atau setiap watu yaitu pada saat membuka pelajaran,
menyajikan pelajaran apalagi pada saat menutup pelajaran, dengan
evaluasi yang berkesinambungan maka kemajuan kurikulum pendidikan
agama Islam dapat dikontrol.
3. Prinsip keikhlasan, hal ini diistilahkan dengan prinsip objektifitas, yang
mempunyai makna bahwa evaluasi dapat dinyatakan sebagai evaluasi yang
baik apabila dapat terlepas dari faktor-faktor yang sifatnya subjektif. Sikap
objektif dan transparansi dari evaluator dalam melakukan evaluasi
kurikulum Pendidikan Agama Islam merupakan pengejewantahan dari

8
Ngalim Purwanto, Evaluasi Pendidikan (Bandung: Remaja RosdaKarya, 2001), h. 6.
9
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Cet. II; Jakarta: Kalam Mulia, 1998), h. 7.

4
sikap ikhlas. Prinsip keikhlasan atau objektifitas dalam evaluasi antara lain
ditunjukkan oleh guru dalam sikap sebagai berikut.
a. Sikap al-Sidqah, yakni berlaku benar dan jujur dalam mengadakan
evaluasi.
b. Sikap amanah, yakni suatu sikap pribadi yang setia, tulus dan jujur
dalam menjalankan suatu yang dipercayakan kepadanya.
Sedangkan sistem evaluasi Kurikulum Pendidikan Agama Islam mengacu
pada sistem evaluasi yang digariskan oleh al-Qur’an sebagaimana yang
dicontohkan oleh Rasulullah Saw. dalam melakukan proses pembinaan kepada
para sahabat. Secara mujmal sistem evaluasi kurikulum Pendidikan Agama
Islam dapat dijumpai pada beberapa ayat dalam al-Qur’an di antaranya:
1. Untuk mengetahui tingkat loyalitas dan kesungguhan mengabdikan dirinya
kepada Tuhan dengan indikasiindikasi lahiriah berupa tingkah laku yang
mencerminkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan, aspek ini
berwujud dalam bentuk tingkah laku yang merujuk pada keimanan,
ketekunan beribadah seperti melakukan respon terhadap permasalahan
hidup seperti tawakkal, sabar dan ketenangan batin serta menahan amarah
dan sebagainya.
2. Untuk menguji daya kemampuan manusia beriman terhadap berbagai
macam problema kehidupan yang dialami oleh manusia.
3. Untuk mengetahui sejauh mana hasil pendidikan wahyu yang telah
aplikasikan oleh Rasul Saw. kepada umat-Nya.
4. Memberikan motivasi untuk berusaha dan mengelola dan memelihara serta
menyesuaikan dengan alam sekitar, menjaga lingkungan dan menjadikan
lingkungan menjadi bermakna bagi kehidupan dan masyarakat.
5. Mempersiapkan mental menjadi hamba Allah untuk berperan dalam
masyarakat yang beraneka ragam dalam suku serta agamanya.
Berdasarkan uraian-uraian yang dikemukakan di atas, memberikan
gambaran bahwa evaluasi kurikulum Pendidikan Agama Islam menjadi alat
diagnosa untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan serta sebab musabab
dari pelaksanaan kurikulum Pendidikan Agama Islam, dan pada akhirnya
memberikan arah untuk merumuskan beberapa alternatif sebagai solusi dari

5
kekurangan yang terjadi pada pelaksanaan kurikulum Pendidikan Agama
Islam.
D. Objek/Sasaran Evaluasi Kurikulum PAI
Sebelum kita membahas tentang objek atau sasaran evaluasi pendidikan
Islam, maka akan lebih terarah kita melihat sasaran evaluasi secara umum.
Objek atau sasaran penilaian adalah segala sesuatu yang menjadi titik pusat
pengamatan karena penilai menginginkan informasi tentang sesuatu tersebut.
Objek evaluasi harus berhubungan dengan kegiatan nyata dan telah
terjadi karena tidak mungkin orang melakukan evaluasi terhadap sesuatu yang
masih dalam pikiran atau angan-angan, kecuali orang tersebut melakukan
penelitian (research). Objek evaluasi harus bertitik tolak dari tujuan evaluasi
itu sendiri. Hal ini dimaksudkan agar apa yang dievaluasi relevan dengan apa
yang diharapkan.
Sasaran/objek evaluasi pendidikan Islam secara garis besarnya melihat
empat kemampuan (kompetensi) peserta didik, yaitu:
a. Sikap dan pengalaman yang berhubungan pribadinya dengan tuhannya
b. Sikap dan pengalaman terhadap arti berhubungan dirinya dengan
masyarakat.
c. Sikap dan pengalaman terhadap arti berhubungan dirinya dengan alam
sekitarnya.
d. Sikap dan pendangannya terhadap diri sendiri selaku hamba Allah,
anggota masyarakat, dan selaku khalifahnya di muka bumi
Sementara itu, aspek-aspek khusus yang harus menjadi sasaran (objek)
evaluasi pendidikan Islam adalah perkembangan peserta didik. Perkembangan
peserta didik dapat dilihat beberapa sudut pandang, yaitu:
a. Dilihat dari sudut tujuan umum pendidikan Islam
Tujuan umum pendidikan Islam adalah adanya taqqqrub dan penyerahan
mutlak pesert didik kepada Allah swt.
b. Dilihat dari sudut fungsi pendidikan Islam Fungsi pendidikan Islam adalah
pengembangankan potensi peserta didik dan transinternalisasi nilai-nilai
Islam serta mempersiapkan segala kebutuhan masa depan peserta didik.
Evaluasi ini meliputi aspek-aspek:

6
1) Perkembangan pendayagunaan potensi-potensi peserta didik, misalnya
potensi ijtihad, jihad, tajdid, emosi (qolb/rasa), kognisi (aql/cipta), dan
konasi (nafs/karsa).
2) Perkembangan perolehan, pemahaman dan pelaksanaan nilai-nilai Islam,
dan
3) Perkembangan perolehan kelayakan hidup, baik hidup yang bersifat
duniawi dan ukhrawi.
c. Dilihat dari sudut dimensi-dimensi kebutuhan hidup dalam pendidikan Islam
Dimensi-dimensi kebutuhan hidup manusia, yaitu; ada kalanya
berdasarkan kebutuhan asasi hidup manusia, seperti kebutuhan dharuriah
(primer), kebutuhan hajjah (sekunder), dan kebutuhan tahsiniyah (pelengkap
untuk memperindah). Ada juga berdasarkan segi-segi yang terdapat pada
psikopisik manusia seperti segi jismiyah, aqliyah, akhlaqiyah, ijtimaiyah
(social) dan jamaliyah (artistic/seni).
d. Dilihat dari domain atau ranah yang terdapat pada diri peserta didik
Benyamen Bloom dengan Taxonomy Bloom-nya mengemukan bahwa
ranah pendidikan itu dikelompokan dalam tiga domain, yaitu; cognitive,
affective, and psychomotor domains. Sementara itu, dalam pendidikan Islam
mencoba menselaraskan pendapat Bloom tersebut, di mana sebagian pakar
pendidikan Islam mengetakan cognitive disamakan dengan pengertian ta’lim,
affective sama dengan ta’dib, dan psychomotor sama dengan tarbiyah.
1) Domain Kognitif
Ranah ini mempunyai enam tingkatan dari yang paling rendah;
pengetahuan dasar (fakta, peristiwa, informasi, istilah) sampai yang paling
tinggi: evaluasi (pandangan yang didasarkan atas pengetahuan dan
pemikiran) sehingga merupakan suatu hierarki. Seperti dikemukan
sebelumnya bahwa ranah kognitif/pengetahuan dasar dalam pendangan
pendidikan Islam disamakan dengan konsep ta’lim, maksudnya pengetahuan
dasar yang berisi informasi dan fakta
2) Domain Afektif
Hasil belajar afektif tidak dapat dilihat bahkan diukur seperti halnya
pengetahuan pada ranah konitif. Guru tidak dapat langsung mengetahui apa

7
apa yang bergejolak dalam hati anak, apa yang dirasakannya, apa yang
sedang dipikirkannya atau yang diyakininya. Padahal dalam pendidikan
Islam terutama pendidikan Aqidah banyak sekali hal-hal yang menyangkut
hati yang merupakan ranah affektif ini. Domain afektif sering juga diarikan
dengan nilai dasar, karena itu dalam pendidikan Islam lebih cenderung
kepada ta’dib, maksudnya bahwa akhlak/adab merupakan cerminan dari
Aqidah yang murni yang tertanan di dalam hati seseorang.
Domain afektif menyangkut penerimaan atau penghayatan dalam diri
siswa yang mengkristal dalam dirinya sehingga akan melahirkan perilaku
sesuai dengan penerima dan penghayatan terhadap satu konsep, prinsip dan
bahkan keyakinan. Karena itu, untuk mencapai dan mengevaluasi tujuan
domain ini jauh lebih pelik/sulit/rumit dibandingkan mencapai/
mengevaluasi tujuan domain kognitif.
3) Domain Psikomotor
Menurut S Nasution, bahwa ranah ini kurang mendapat perhatian para
pendidik dibandingkan dengan kedua ranah lainnya. Akhir-akhir ini
geraakan kesehatan dan kesegaran (fisik dan mental) kembali memusatkan
perhatian kepada ranah psikomotor ini.
Dalam pendidikan Islam, malah sebaliknya ranah ini mendapat
perhatian yang sangat serius bagi guru agama Islam, dimana pelaksanaan
ibadah lebih banyak dipraktekkan atau pemberian keterampilan untuk dapat
melaksanakan ibadah kepada Allah seperti; pembelajaran wudhu, tayamun,
shalat, haji, dan lain-lain. Ranah psikomotor merupakan ranah gerak yang
membentuk satu keterampilan fisik dalam Islam, mengajarkan tentang
tatacara shalat seperti yang dicontohkan oleh baginda Rasulullah saw.10

10
Hamdan, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam (Pai): Teori Dan Praktek,
(Banjarmasin: IAIN ANTASARI PRESS, 2014

8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Evaluasi Pendidikan Agama Islam secara sempit dilakukan untuk mengetahui
tingkat keberhasilan pendidikan dalam menyampaikan materi Pendidikan Agama
Islam kepada peserta didik, dan secara luas evaluasi dilakukan untuk mengetahui
tingkat keberhasilan dan kelemahan dari proses Pendidikan Agama Islam dalam
mencapai tujuan pendidikan Islam yang telah dtetapkan. Dalam hal ini evaluasi
kurikulum Pendidikan Agama Islam mempunyai beberapa fungsi yaitu untuk
mengetahui atau mengumpulkan informasi taraf perkembangan dan kemajuan
yang diperoleh peserta didik dalam rangka mencapai tujuan yang telah
ditetapkan dalam kurikulum Pendidikan Agama Islam dan ntuk mengetahui
tercapai tidaknya tujuan intruksional secara komprehensif yang meliputi aspek
pengetahuan, sikap dan tingkah laku sebagai umpan balik yang berguna bagi
tindakan berikutnya dimana segi-segi yang sudah dicapai lebih ditingkatkan
lagi dan segi-segi yang dapat merugikan semaksimal mungkin dihindari
B. Saran
Dari awal pengkajian materi makalah, penulis berharap makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita semua terutama bagi yang membaca. Jika banyak
kekurangan yang ditemukan maupun banyak penjelasan yang kurang tepat
baik dari segi bahasanya maupun dari segi penyusunanya, penulis menerima
masukan yang bersifat membangun dan berupa saran, kritik, sanggahan,
maupun yang lainnya.

9
DAFTAR PUSTAKA

Arief, A. (2002). Pengantar Ilmu dan metodologi Pendidikan Islam Cet. Ke I.


Jakarta: Ciputat Press.

Atabik, & Zuhdi, A. (1998). Kamus Kontemporer Arab-Indonesia Cet. VIII.


Yogyakarta: Gramedia Karya Krafika.

Echosl, J. M., & Sadly, H. (1997). Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta: Gramedia.

Hamdan. (2014). Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam (PAI) Teori


dan Praktek. Banjarmasin: IAIN ANTARSARI PRESS.

Muhaimin, & Majid, A. (1993). Pemikiran Pendidikan Islam; Kajian Filosofis


dan Kerangka Dasar Opresionalisasinya Cet. Ke I. Bandung:
Trigenda Karya.

Nata, A. (1997). Filsafat Pendidikan Islam Cet. Ke I. Jakarta: Logos Wacana


Ilmu.

Nurmiati. (2021). Implementasi Kurikulum PAI Di Sekolah Dasar. Pekalongan:


PT. Nasya Expanding Management.

Purwanto, N. (2001). Evaluasi Pendidikan. Bandung: Rosda Karya.

Ramayulis. (1998). Ilmu Pendidikan Islam Cet. Ke II. Jakarta: Kalam Mulia.

Sujono, A. (2006). Pengantar Evaluasi Pendiidikan Edisi I. Jakarta: Raja


Grafindo.

10

Anda mungkin juga menyukai