Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH EVALUASI PEMBELAJARAN

TEKNIK EVALUASI PENDIDIKAN ISLAM (TES LISAN, TES PERBUATAN DAN


SIKAP KEAGAMAAN)

Dosen Pengampu : Ashabul Kahfi, M.Pd

Disusun Oleh:

 Ahmad Gojali 202101019


 Mita Yusnita 202103005
 Surakhman 212203002

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN PENDIDIKAN GURU


MADRASAH IBTIDAIYAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM BINAMADANI

TANGERANG BANTEN 2022


KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kami
panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya yang tela melimpahkan rahmat, hidayah dan
inayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini telah kami susun dengan semaksimal mungkin dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar dalam pembuatan makalah ini. Untuk itu
kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, kami menerima
segala saran dan kritik dari para pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini dengan
baik. kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat , pengetahuan dan
inspirasi kepada para pembaca.

Tangerang, 05 Juni 2022

Kelompok 5

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..........................................................................................................................i
Daftar Isi....................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan.............................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Evaluasi Pendidikan Islam............................................................................2
B. Tujuan dan Fungsi Evaluasi Pendidikan Islam...............................................................2
C. Teknik Evaluasi Pendidikan Islam..................................................................................4
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan...................................................................................................................11
B. Saran..............................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan kegiatan yang disengaja supaya menimbulkan suatu
hasil sesuai keinginan yang telah ditetapkan. Dalam proses menggapai tujuan atau
keinginan yang ingin dicapai dalam pendidikan tentunya tidak semua bisa terwujud
dengan instan dan mudah. Di dalam berproses untuk mencapai tujuan pendidikan
pasti banyak rintangan yang menghadang. Oleh sebab itu evaluasi dalam
pembelajaran sangat diperlukan supaya tujuan pendidikan tersebut dapat digapai
dengan semaksimal mungkin. Sebagai suatu proses pendidikan harus dievaluasi untuk
mengetahui hasil yang dicapai dengan tujuan yang diinginkan.
Evaluasi merupakan subtansi yang sangat penting dan sangat di butuhkan
dalam dunia pendidikan. Evaluasi juga dapat mencerminkan seberapa jauh
perkembangan pendidikan dalam sebuah lembaga ataupun negara. Dengan evaluasi
pendidikan kemunduran ataupun kemajuan pendidikan dapat dianalisis melalui
evaluasi. Dengan evaluasi pula kita juga dapat mengetahui titik lemah sebuah
lembaga serta juga dapat mencari jalan keluar atau solusi yang di dapat dari evaluasi.
Dalam dunia pendidikan, evaluasi menjadi hal sakral yang wajib dimiliki oleh
setiap lembaga pendidikan. Dalam kesempatan ini kami sebagai pemakalah akan
sedikit membahas mengenai evaluasi pembelajaran diantaranya adalah evaluasi
pendidikan islam dengan tes lisan, tes perbuatan dan sikap keagamaan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan evaluasi pendidikan islam?
2. Tujuan diadakannya evaluasi pendidikan islam?
3. Apa saja teknik tes yang digunakan dalam evaluasi pendidikan Islam?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui tentang evaluasi pendidikan islam.
2. Untuk mengetahui tujuan dari evaluasi pendidikan islam.
3. Untuk mengetahui teknik tes yang digunakan dalam evaluasi pendidikan islam.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Evaluasi Pendidikan Islam


Evaluasi berasal dari kata “To Evaluate” yang berarti menilai. Disamping kata
evaluasi terdapat pula istilah measurement yang berarti mengukur. Pengukuran dalam
pendidikan adalah usaha untuk memahami kondisi-kondisi objektif tentang sesuatu
yang akan dinilai. Penilaian dalam pendidikan islam akan objektif apabila
disandarkan pada nilai-nilai Al-Qur’an dan Al-Hadits.
Evaluasi secara harfiah berasal dari bahasa Inggris Evaluation, dalam bahasa
arab : Al-Taqdiir, dalam bahasa indonesia berarti penilaian. Akar katanya adalah
value, dalam bahasa arab (Al-Qiimah). Dengan demikian evaluasi pendidikan secara
harfiyah berarti penilaian dalam bidang pendidikan atau hal-hal yang berkaitan
dengan kegiatan pendidikan.
Evaluasi dalam pendidikan Islam merupakan cara atau teknik penilaian
terhadap tingkah laku anak didik berdasarkan standar perhitungan yang bersifat
komperhensif dari seluruh aspek-aspek kehidupan mental psikologi dan spiritual
religious, karena manusia hasil pendidikan Islam bukan saja sosok pribadi yang tidak
hanya bersifat religious, melainkan juga berilmu dan berketrampilan yang sanggup
beramal dan berbakti kepada tuhan dan masyarakatnya. Sedangkan menurut Prof. Dr.
H. Ramayulis dalam bukunya Ilmu Pendidikan Islam, evaluasi pendidikan Islam
merupakan suatu kegiatan untuk menentukan taraf kemajuan suatu pekerjaan di dalam
Pendidikan Islam.
B. Tujuan dan Fungsi Evaluasi Pendidikan Islam
Menurut Anas Sudijono, tujuan evaluasi secara umum adalah:
Pertama, untuk mencari informasi atau bukti-bukti tentang sejauh mana kegiatan-
kegiatan yang dilakukan telah mencapai tujuan atau sejauh mana batas kemampuan
yang telah dicapai oleh seseorang atau sebuah lembaga.
Kedua, untuk mengetahui sejauh mana efektivitas cara dan proses yang ditempuh
untuk mencapai tujuan tersebut.
Adapun fungsi evaluasi dalam Pendidikan Islam menurut Anas Sudijono memiliki
beberapa manfaat dan kegunaan diantaranya adalah:
1) Secara Umum
a. Mengukur kemajuan.

2
b. Penunjang penyusunan rencana.
c. Memperbaiki atau melakukan penyempurnaan kembali.
2) Secara Khusus
a) Segi Psikologis, kegiatan evaluasi dalam dunia pendidikan disekolah dapat
disoroti dari 2 sisi, yaitu sisi peserta didik dan dari sisi pendidik.
1. Bagi peserta didik, evaluasi pendidikan secara psikologis akan
memberikan pedoman atau pegangan batin kepada mereka untuk mengenal
kapasitas dan status dirinya masing-masing ditengah-tengah kelompok
atau kelasnya.
2. Bagi pendidik, evaluasi pendidikan akan memberikan kapatasitas atau
ketepatan hati kepada diri pendidik tersebut, sudah sejauh manakah
kiranya hasil dari usaha yang telah dilakukannya selama ini, sehingga ia
secara psikologis memiliki pedoman guna menentukan langkah-langkah
apa saja yang perlu dilakukan selanjutnya.
b) Segi Didaktik
1. Bagi peserta didik, evaluasi pendidikan secara didaktik (khususnya
evaluasi hasil belajar) akan dapat memberikan dorongan (motivasi) kepada
mereka untuk dapat memperbaiki, meningkatkan dan mempertahankan
prestasinya.
2. Bagi pendidik, evaluasi pendidikan secara didaktik itu setidak-tidaknya
memiliki 5 macam fungsi, yaitu : (a) Memberikan landasan untuk menilai
hasil usaha (prestasi) yang telah dicapai oleh peserta didiknya; (b)
Memberikan informasi yang sangat berguna, guna mengetahui posisi
masing-masing peserta didik di tengah-tengah kelompoknya; (c)
Memberikan bahan yang penting untuk memilih dan kemudian
menetapkan status peserta didik; (d) Memberikan pedoman untuk mencar
dan menemukan jalan keluar bagi peserta didik yang memenag
memerlukannya; (e) Memberikan petunjuk tentang sejauh manakah
program pengajaran yang telah ditentukan dapat dicapai.
c) Segi Administratif, evaluasi pendidikan setidak-tidaknya memiliki 3 macam
fungsi:
1. Memberikan laporan mengenai kemajuan dan perkembangan peserta didik
setelah mereka mengikuti proses pembelajaran dalam jangka waktu
tertentu.

3
2. Memberikan bahan-bahan keterangan (data) untuk keperluan pengambilan
keputusan pendidikan dan lembaga pendidikan.
3. Memberikan gambaran tentang kualitas hasil belajar peserta didik.
C. Teknik Evaluasi Pendidikan Islam
1. Tes Lisan
a. Pengertian Tes Lisan
Tes lisan adalah tes yang pelaksanaannya di lakukan dengan
mengadakan Tanya Jawab secara langsung antara guru dan peserta didik.
Pendekatan lisan sering digunakan oleh guru kelas untuk mengevaluasi peserta
didiknya. Setiap hari guru bertanya atau memberi pertanyaan kepada peserta
ddiknya. Hasilnya dapat digunakan guru untuk menambah faktor yang
menentukan nilai akhir siswa. Hal ini dapat menolong guru dan peserta didik
dalam proses belajar mengajar. Pertanyaan lisan dapat memberikan umpan
balik langsung kepada guru maupun kepada peserta didik.
Berdasarkan pengertian di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa tes
lisan adalah tes yang dilakukan seorang guru terhadap peserta didik dengan
cara tanya jawab secara langsung.
b. Jenis-Jenis Tes Lisan
Beberapa jenis tes lisan yang sangat terspesialisasi dan harus
diperhatikan oleh seorang guru adalah:
1) Pertanyaan Lisan-Respon Lisan
Pertanyaan lisan dengan jawaban lisan harus serupa dengan pertanyaan
yang ditulis untuk sebuah tes esai. Pertanyaan itu dapat berupa pertanyaan
dengan jawaban luas atau jawaban terbatas, tetapi harus diingat bahwa
selama jam pelajaran tidak banyak pertanyaan dengan jawaban luas yang
dapat dikemukakan. Jenis dan jumlah pertanyaan ditentukan juga apakah
siswa-siswa itu diuji secara individual atau kelompok.
Pengujian individual memungkinkan guru untuk menanyakan tiap
siswa sejumlah pertanyaan, dan oleh karena tiap siswa dapat diuji antara
10-15 menit, maka beberapa pertanyaan itu dapat menuntut jawaban luas,
walaupun kebanyakan dari pertanyaan itu menuntut jawaban terbatas. Jika
sekelompok siswa diuji, barangkali semua pertanyaan itu harus dari jenis
jawaban terbatas oleh karena 35-40 pertanyaan harus disediakan jika tiap
siswa menjawab satu pertanyaan. Dengan jam pelajaran yang normal 15-

4
40 menit, dalam pengujian kelompok kira-kira satu menit dapat disediakan
untuk jawaban satu pertanyaan.

2) Tes Lisan-Respon Tertulis


Jenis pertanyaan dengan jawaban luas atau jawaban yang terbatas yang
telah disebutkan lebih dahulu untuk ujian jawaban lisan, dapat juga
dilaksanakan secara lisan jika siswa-siswa diminta jawaban tertulis. Dalam
tes ini pertanyaan-pertanyaan lebih sedikit jumlahnya karena siswa-siswa
itu lebih lambat menulis dari pada berbicara. Ada beberapa keadaan di
mana bentuk tes ini dapat dipakai sebagai pengganti ujian yang seluruhnya
tertulis. Ada beberapa pembenaran bagi pelaksanaan tes lisan jika tidak
ada cukup waktu untuk memperbanyak tes, kekurangan bahan-bahan dan
tenaga atau mesin stensil terlalu sedikit. Sekali-kali seorang guru mungkin
tertarik memperoleh indikasi tingkat kemampuan mendengar siswanya dan
hal ini sekali lagi membenarkan pelaksanaan lisan dari tes tertulis.
Oleh karena banyak pengajaran di sekolah bergantung pada
komunikasi lisan seperti dalam strategi ceramah, diskusi dan laporan di
kelas, mungkin benar juga bahwa tekanan yang cukup belum diberikan
pada pengukuran pemahaman mendengar. Dalam mengukur pemahaman
mendengar, dapat dipastikan bahwa memakai jenis-jenis pertanyaan
obyektif lebih dari jenis pertanyaan esai yang dibicarakan di atas. Guru
yang melaksanakan tes sedemikian harus mahir membaca, berbicara
dengan tenang dan kuat, dan mengucapkannya dengan jelas untuk
memungkinkan pendengarannya bereaksi dengan benar jika mereka
mengetahui jawabannya.
3) Tes Penampilan Lisan
Ujian penampilan lisan terutama dapat diadaptasikan dengan baik pada
berbicara, drama dan pelajaran bahasa inggris. Berbicara dan drama,
keduanya menekankan penampilan verbal dan kualitas penampilan tidak
dapat diukur dengan ujian tertulis. Kenyataannya, pengukuran penampilan
sangat subyektif ketika dimulai oleh pengamat. Sebagai bantuan untuk
mengarahkan perhatian penilai kepada aspek khusus, maka penampilan
merupakan hal yang paling penting, selain itu pembuatan daftar cek atau

5
sebuah skala penilaian yang didasarkan atas analisis unsur-unsur dalam
sebuah penampilan.
Misalnya: beberapa unsur yang diniatkan dalam sebuah penampilan
berbicara yang baik adalah (1) organisasi yang logis, (2) tata bahasa yang
benar, (3) pemilihan kata yang baik,(4) isyarat yang pantas, (5) kehadiran
dipanggung yang baik, (6) hubungan baik dengan pendengar. Menjelaskan
bahwa tes lisan termasuk kelompok tes verbal, yaitu tes soal dan
jawabannya menggunakan bahasa lisan. Dari segi persiapan dan cara
bertanya, tes lisan dapat dibedakan menjadi dua yakni:
a) Tes lisan bebas, yaitu pendidikan dalam memberikan soal kepada
peserta didik tanpa menggunakan pedoman yang di persiapkan secara
tertulis.
b) Tes lisan berpedoman, yaitu pendidik menggunakan pedoman tertulis
tentang apa yang akan di tanyakan kepada peserta didik.
c. Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihan
1. Tes lisan ini memberikan kesempatan kepada guru dan siswa untuk
menentukan sampai seberapa baik seorang guru atau siswa dapat
mengatur dan menyimpulkan dan mengekspresikan dirinya.
2. Siswa tidak terlalu tergantung seperti dalam pilihan ganda pada
kemampuan siswa untuk memilih jawaban yang benar, tapi siswa di
minta untuk memberi jawaban yang betul.
3. Siswa dapat memberi respon dengan bebas.
Kekurangan
1. Memakan banyak waktu. Sebagai alat untuk mengumpulkan data, tes
ini kurang efesien.
2. Kalau tes ini dilaksanakan untuk seluruh kelas, maka tidak mungkin
siswa yang satu dan yang lain memperoleh pertanyaan yang sama.
3. Pertanyaan-pertanyaan dapat di ulang atau dirumuskan dengan kata
lain bila di perlukan.
4. Tiap siswa hanya mendapat tiga atau empat pertanyaan, dan jawaban-
jawaban mereka akan dinilai secara subyektif.
5. Bagi siapa yang mempunyai kesulitan berbicara, tentunya tes lisan itu
akan merupakan kesulitan.

6
Berdasarkan kelebihan dan kekurangan di atas dapat di tarik kesimpulan
bahwa tes lisan memiliki kelebihan di antaranya memberikan kesempatan
kepada peserta didik dalam berargumen dalam menjawab pertanyaan.
Kekurangannya dalam tes lisan terdapat pada pelaksanaannya yang teramat
panjang.

2. Tes Perbuatan
Tes tindakan adalah tes yang menuntut jawaban peserta didik dalam bentuk
perilaku, tindakan, atau perbuatan di bawah pengawasan penguji yang akan
mengobservasi penampilannya dan membuat keputusan tentang kualitas hasil
belajar yang dihasilkannya atau ditampikannya. Peserta didik bertindak sesuai
dengan apa yang diperintahkan dan ditanyakan.
Tes tindakan dapat digunakan untuk menilai kualitas suatu perkerjaan yang
telah selesai dikerjakan oleh peserta didik, termasuk juga keterampilan dan
ketepatan menyelesaikan suatu pekerjaan, kecepatan dan kemampuan
merencanakan suatu pekerjaan. Tindakan atau unjuk kerja yang dapat dinilai
seperti: memainkan alat musik, bernyanyi, membaca puisi/ deklamasi,
menggunakan peralatan laboratorium, dan mengoperasikan suatu alat.
Penilaian ini cocok digunakan untuk menilai ketercapaian kompetensi yang
menuntut peserta didik menunjukkan unjuk kerja. Cara penilaian ini dianggap
lebih otentik daripada tes tertulis karena apa yang dinilai lebih mencerminkan
kemampuan peserta didik yang sebenarnya.

Contoh tes tindakan:


Coba tunjukkan di depan kelas bagaimana cara mengajar dengan menggunakan
model pembelajaran aktif tipe jigsaw.

Tes jenis ini sangat bermanfaat untuk memperbaiki kemampuan/ perilaku


peserta didik, karena secara objektif kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh peserta
didik dapat diamati dan diukur, sehingga menjadi dasar pertimbangan untuk
praktik selanjutnya.

7
Sebagaimana jenis tes yang lain, tes tindakan pun mempunyai kelebihan dan
kekurangan.
Kelebihan tes tindakan adalah:
1) Satu-satunya teknik tes yang dapat digunakan untuk mengetahui hasil
belajar dalam bidang keterampilan, seperti keterampilan membaca Al-
Qur’an berdasarkan ilmu tajwid.
2) Sangat baik digunakan untuk mencocokkan kesesuaian antara pengetahuan
teori dengan keterampilan praktik, sehingga hasil penilaian menjadi
lengkap.
3) Dalam pelaksanaannya tidak memungkinkan peserta didik untuk saling
menyontek.
4) Guru dapat lebih mengenal karakteristik masing-masing peserta didik
sebagai dasar tindak lanjut hasil penilaian, seperti pembelajaran remedial.

Adapun kelemahan/kekurangan tes tindakan adalah:


1) Memakan waktu yang lama.
2) Dalam hal tertentu membutuhkan biaya yang besar.
3) Cepat membosankan.
4) Jika tes tindakan sudah menjadi sesuatu yang rutin, maka ia tidak
mempunyai arti apa-apa lagi.
5) Memerlukan syarat-syarat pendukung yang lengkap, baik waktu, tenaga
maupun biaya. Jika syarat-syarat tersebut tidak terpenuhi, maka hasil
penilaian tidak dapat dipertanggungjawabkan dengan baik.

3. Sikap Keagamaan
Sikap merupakan suatu kecenderungan untuk bertindak secara suku atau tidak
suku terhadap suatu objek. Sikap dapat di bentuk melalui cara mengamati dan
menirukan sesuatu yang positif. kemudian memulai penguatan serta menerima
informasi verbal maupun non verbal . perubahan sikap dapat di amatai mulai dari
proses pemblajaran, tujuan yang ingin di capai, keteguhan dan konsisten terhadap
sesuatu
Agama menyangkut kehidupan batin manusia, oleh karena itu ke sadaran
beragama dan Pengamalan agama seseorang lebih menggambarkan sisi-sisi batin
dalam kehidupannya yang berkaitan dengan sesuatu yang sacral. Berangkat dari

8
kesadaran agama dan pengalaman agama ini. maka muncullah sikap keagamaan
yang di tampilkan seseorang. Sikap keagamaan itu merupakan suatu keadaan yang
ada dalam diri seseorang. Ini menunjukan bahwa sikap keagamaan menyangkut
atau berhubungan erat dengan gejala kejiwaan manusia terhadap objek tertentu.
Menurut abdul aziz ahyadi bahwa dalam kepribadian manusia ada tiga spek dan
fungsi kejiwaan yaitu :
1. Aspek kognitif yaitu berupa pemikiran, khayalan, inisiatif, pengamatan,
dan penginderaan. Fungsi aspek kognitif adalah menunjukan jalan,
mengarahkan dan mengendalikan tingkah laku.
2. Aspek afektif yaitu bagian kejiwaan yang berhubungan dengan kehidupan
alam perasaan dan emosi. sedangkan hasrat, kehendak, keinginan,
kebutuhan, dan elemen motivasi lainnya di sebut aspek konitif atau
psikomotorik (kecenderungan atau niat tindak) yang tidak dapat
dipisahkan dengan aspek afektif. kedua aspek tersebut sering di sebut
aspek finalis yang berfungsi sebagai energy atau tenaga mental yang
menyebabkan manusia bertingkah laku.
3. Aspek Motorik yang berfungsi sebagai pelaksana dari tingkah laku
manusia, seperti perbuatan dan gerakan jasmaniah lainnya.

Selanjutnya sikap keagamaan seseorang berhubungan erat dengan


kepribadiaan yang di milikinya. Menurut sigmun freut kepribadian manusia
terdiri atas tiga system atau aspek yaitu (aspek biologis, aspek psikologis dan
aspek sosiologis) pada id terdapat potensi yang di bawa manusia sejak lahir yaitu
berupa insting,nafsu-nafsu primer sebagai sumber energi psikis untuk berbuat
sekaligus memberikan daya kepada ego dan super ego untuk menjalankan
fungsinya. bagi id berlaku “prinsip kenikmatan” yang selalu berusaha untuk
memenuhi kebutuhan dengan berbagai cara atau jalan. dan ego berfungsi untuk
merealisasikan kebutuhan-kebutuhan id untuk menyeleksi bentuk pemuasannya,
ketersediannya, dan cara mendapatnya. apakah sesuai atau tidak sesuaidengan
norma-norma atau aturan yang berlaku dalam masyarakat. dengan demikian bagi
ego berlaku prinsip realitas sedangkan super ego memiliki suatu system atau
unsur moral masyarakat. Djamaluddin ancok menulis bahwa kontak dengan
lingkungan inilah yang mengembangkan super ego , maka bagi super ego berlaku

9
“prinsip idealitas” sebab super ego menuntut kesempurnaan dan idealitas prilaku
dengan ketaatan terhadap norma-norma lingkungan sebagai tolak ukur.

Seorang guru terlebih guru pendidikan agama islam memiliki peran dalam
membina perkembangan sikap keagamaan pada peserta didiknya. guru
mempunyai arti sebagai pendidik atau yang mendidik. Sebagai seorang guru
dalam tujuannya membina sikap mengajarkan pendidikanagama islam kepada
peserta didiknya. maka, dari itu setiap sekolah sudah menjadi kewajiban untuk
memuat mata pelajaran tentang pendidikan agama islam. pernyataan itu sesuai
dengan undang-undang republic Indonesia no.20 tahunn 2003 tentang system
pendidikan nasional dalam BAB V mengenai peserta didik pada pasal 12 ayat 1
yang di amanatkan “ Setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak
mendpatkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang di anutnya dan di
ajarkan oleh seseorang pendidik yang seagama”.

Dengan adanya mata pelajaranpendidikan agama islam di lingkungan


sekolah di harapkan dapat menumbuhkan sikap keagamaan pada peserta didik
yang belum paham mengenai agama islam di jadikan lebih mampu, dan yang
belum taat dalam penerapanajaran agama menjadi lebih baik.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Evaluasi dalam pendidikan Islam
merupakan cara atau teknik penilaian terhadap tingkah laku anak didik berdasarkan
standar perhitungan yang bersifat komperhensif dari seluruh aspek-aspek kehidupan
mental psikologi dan spiritual religious, karena manusia hasil pendidikan Islam bukan
saja sosok pribadi yang tidak hanya bersifat religious, melainkan juga berilmu dan
berketrampilan yang sanggup beramal dan berbakti kepada tuhan dan masyarakatnya.
Adapun tujuan diadakannya evaluasi ini adalah untuk mencari informasi atau bukti-
bukti tentang sejauh mana kegiatan-kegiatan yang dilakukan telah mencapai tujuan
atau sejauh mana batas kemampuan yang telah dicapai oleh seseorang atau sebuah
lembaga.
Dalam melakukan evaluasi ini ada beberapa teknik yang bisa di gunakan yaitu seperti
yang sudah dijelaskan diatas ada teknik tes lisan, tes perbuatan dan sikap keagamaan
serta beberapa teknik lainnya.
B. Saran
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan, maka dari itu kami sangat membutuhkan saran dari para pembaca.

11
DAFTAR PUSTAKA

Asrul, Rusydi Ananda, Rosnita. 2014. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Ciptapustaka Media.

Mustaqim, M. (2017). Model Evaluasi Pembelajaran Stain Kudus (Studi Kasus Sistem Evaluasi
Pembelajaran Dosen Prodi Manajemen Bisnis Syari’ah Stain Kudus), 5(1), 167.

Kahfi, A. (2019). Evaluasi Pendidikan Islam. Dirasah : Jurnal Pemikiran dan Pendidikan
Dasar Islam, 1(1), 42-45

12

Anda mungkin juga menyukai