Dosen Pembimbing:
Disusun oleh:
1. Farist Kurnia
2. Putri Humeiroh
3. Herawati Suhendar
i
KATA PENGANTAR
Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini tidak lepas dari berbagai
keterbatasan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami
harapkan guna perbaikan di masa mendatang. Akhir kata, kami mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuan
dalam penyelesaian makalah ini.
Semoga makalah ini dapat menjadi sumbangan kecil yang bermanfaat bagi
pengembangan pendidikan agama Islam, serta menjadi sarana untuk terus
meningkatkan mutu pendidikan di tanah air.
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................2
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................
BAB IV KESIMPULAN.......................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................10
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan Agama Islam (PAI) memiliki peran yang sangat penting dalam
membentuk karakter dan moralitas individu Muslim. Sebagai bagian integral dari
sistem pendidikan, pengajaran PAI haruslah dilakukan dengan baik dan efektif
agar dapat mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang diinginkan. Salah satu faktor
yang sangat menentukan keberhasilan pengajaran PAI adalah evaluasi pengajaran.
1
tepat guna meningkatkan kualitas pendidikan agama Islam sesuai dengan tuntutan
zaman.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
2
BAB II
PEMBAHASAN
1
Konsepsi Al-Qur’an Tentang Hakikat Evaluasi Dalam Pendidikan Islam, Dedi Wahyudi Institut Agama
Islam Negeri Jurai Siwo Metro Lampung
2
Hakikat Evaluasi Dalam Perspektif Filsafat Ilmu Pendidikan, Sinar Dunia: Jurnal Riset Sosial Humaniora
dan Ilmu Pendidikan Vol.2, No.3September 2023
3
itu semacam pengukuran karena dalam evaluasi digunakan alat ukur
tertentu, misalnya alat ukur untuk mengevaluasi keberhasilan anak didik
dalam mata pelajaran bahasa Inggris bidang percakapan adalah dengan alat
ukur tes lisan, yakni semua anak didik diuji keterampilan percakapannya oleh
pendidik satu-persatu atau pendidik mendengarkan percakapan yang
dilakukan diantara muridnya. Berdasarkan berbagai uraian di atas, maka
secara sederhana evaluasi pendidikan Islam dapat diberi batasan
sebagai suatu kegiatan untuk menentukan taraf kemajuan suatu pekerjaan
dalam proses pendidikan Islam.
Dalam ruang lingkup terbatas, evaluasi dilakukanadalah dalam rangka
mengetahui tingkat keberhasilan pendidikan dalam menyampaikan materi
pendidikan Islam kepada peserta didik. Sedangkan dalam ruang lingkup yang
luas, evaluasi dilakukan untuk mengetahui tingakat keberhasilan dan
kelemahan suatu proses pendidikan Islam (dengan seluruh komponen
yang terlibat didalamnya) dalam mencapai tujuan pendidikan yang di cita-
citakan.3
B. Fungsi dan Tujuan Sistem Evaluasi pengajaran PAI
Evaluasi bertujuan dan berfungsi sebagai berikut:
1. Untuk menguji daya kemampuan manusia beriman terhadap berbagai
macam problema kehidupan yang dihadapi, tercantum dalam al-Qur’an:
“Dan sungguh akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit
ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan
berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar”.
2. Untuk mengetahui sejauh mana atau sampai dimana hasil pendidikan
wahyu yang diaplikasikan Rasulullah saw kepada umatnya seperti
tercantum dalam al-Qur’an: “Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu
dari Al Kitab: “Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum
matamu berkedip”. Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak
di hadapannya, iapun berkata: “Ini termasuk karunia Tuhanku untuk
mencoba Aku apakah Aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya).
3
Hakikat Evaluasi Dalam Pendidikan Islam, Syarnubiuniversitas Islam Negeri Raden Fatahpalembang , Vol.
5, No. 2, (April 2023): 468-486
4
dan barangsiapa yang bersyukur Maka Sesungguhnya dia bersyukur untuk
(kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, Maka
Sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Mulia”.
Setiap perbuatan dan tindakan dalam pendidikan selalu menghendaki
hasil. Seorang pendidik senantiasa berharap bahwa hasil yang diperoleh lebih
baik dari hasil sebelumnya. Untuk membandingkan antara hasil yang diperoleh
sekarang dan kemarin maka perlu adanya evaluasi. Seorang pendidik melakukan
evaluasi diantaranya berfungsi untuk:
1. Untuk memperoleh data pembuktian yang akan menjadi petunjuk sampai
dimana tingkat kemampuan dan tingkat keberhasilan peserta didik dalam
mencapai kompetensi-kompetensi yang telah ditetapkan dalam
kurikulum, setelah mereka menempuh proses pembelajaran dalam jangka
waktu yang telah ditentukan.
2. Untuk mengetahui peserta didik mana yang terpandai dan terbodoh di
kelasnya.
3. Untuk mengetahui apakah bahan yang telah diajarkan sudah dimiliki oleh
peserta didik atau belum.
4. Untuk mendorong persaingan sehat antara sesama peserta didik.
5. Untuk mengetahui tepat atau tidaknya guru memilih bahan, metode, dan
berbagai penyesuaian dalam kelas. Sehingga diketahui tingkat efi siensi
metode-metode pendidikan yang dipergunakan pendidikan selama jangka
waktu tertentu
6. Sebagai laporan terhadap orangtua peserta didik dalam bentuk rapor
ijazah, piagam, dan sebagainya.
7. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan program pengajaran.
8. Untuk keperluan pengembangan dan perbaikan kurikulum lembaga
pendidikan yag bersangkutan.
9. Untuk memilih peserta didik menurut kriteria dan tujuan tertentu.
10. Untuk mendiagnosis kebaikan dan kelemahan peserta didik, sehingga
dengan diketahuinya sebab-sebab kelemahan itu akan mudah dicari cara
untuk mengatasinya.
5
11. Untuk menempatkan peserta didik dalam kelompok belajar yang sesuai
dengan kemampuannya.
12. Sebagai sarana umpan balik bagi seorang guru, yang bersumber dari
siswa.
13. Untuk merangsang kegiatan peserta didik dalam menempuh program
pendidikan. Tanpa adanya evaluasi maka tidak mungkin timbul
kegairahan atau rangsangan dalam diri peserta didik untuk memperbaiki
dan meningkatkan prestasinya masing-masing.
Dari uraian tersebut, maka kita menjadi lebih mengetahui betapa besarnya
fungsi evaluasi. Melalui evaluasi kita menjadi mengetahui tentang kemajuan
peserta didik, sehingga kita saat membagi kelompok belajar dapat
memperkirakan apakah anak tersebut dapat dimasukkan dalam kelompok anak
yang biasa atau normal, ataukah dimasukkan ke kelompok anak yang lambat
majunya atau cepat majunya. Perencanaan masa depan yang realistis ini sangat
berpengaruh terhadap tingkat kesuksesan peserta didik di masa yang akan datang
Dari beberapa fungsi tersebut, ada hal menarik yang perlu kita perdalam
yaitu kegiatan evaluasi bertujuan dan berfungsi untuk mengetahui tepat atau
tidaknya guru memilih bahan, metode, dan berbagai penyesuaian dalam kelas.
Sehingga diketahui tingkat efisiensi metode-metode pendidikan yang
dipergunakan pendidikan selama jangka waktu tertentu. Dalam mendidik kita
menginginkan tercapai hasil yang sebesar-besarnya. Untuk mewujudkan
keinginan tersebut, sering kita utamakan suatu metode diantara beberapa metode
yang ada walaupun kita masih selalu memperhatikan bermacam-macam faktor
seperti sifat materi pelajaran, sifat peserta didik, kemampuan pendidik, dan
sebagainya. Tidak mustahil jika suatu saat metode yang kita pilih tidak
menghasilkan hasil sebesar apa yang kita harapkan. Maka ketepatan memilih
metode dapat diketahui dari diadakannya evaluasi pada periode-periode tertentu.
6
C. Prinsip-prinsip Sistem Evaluasi Pembelajaran
1. Prinsip Menyeluruh (komprehensif)
Prinsip keseluruhan atau menyeluruh juga dikenal dengan istilah
komprehensip. Dengan prinsip komprehensip dimaksudkan di sini bahwa
evaluasi hasil belajar dapat dikatakan terlaksana dengan baik apabila
evaluasi hasil belajar tersebut dilaksanakan secara bulat, utuh atau
menyeluruh. Harus senantiasa diinngat bahwa evaluasi hasil belajar itu tidak
boleh dilakukan secara terpisah-pisah atau sepotong demi sepotong,
melainkan harus dilaksanakan secara utuh dan menyeluruh. Dengan kata lain,
evaluasi hasil belajar harus dapat mencakup berbagai aspek yang
dapat menggambarkan perkembangan atau perubahan tingkah laku yang
terjadi pada diri peserta didik sebagai makhluk hidup dan bukan benda mati.
Dalam hubungan ini, evaluasi hasil belajar disamping dapat mengungkap
aspek proses berpikir (cognitive domain) juga dapat mengungkap aspek
kejiwaan lainnya, yaitu aspek nilai atau sikap (affektive domain) dan
aspek keterampilan (psycomotor domain) yang melekat pada diri masing-
masing individu peserta didik. Maka dari itu jika dikaitkan dengan proses
pembelajaran pendidikan agama Islam,maka evaluasi hasil belajar dalam mata
pelajaran pendidikan agama Islam itu hendaknya bukan hanya
mengungkapkan pemahaman peserta didik terhadap ajaran-ajaran agam
Islam, melainakan juga harus dapat mengungkap: sudah sejauh mana peserta
didik dapat menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam tersebut
dalam kehidupan mereka sehari-hari. Prinsip yang melihat semua aspek,
meliputi kepribadian, ketajaman hafalan, pemahaman ketulusan, kerajinan,
sikap kerjasama, tanggung jawab (Q.S. Al-Zalzalah: 7-8).
2. Prinsip Kesinambungan (kontinuitas)
Prinsip kesinambungan dimaksudkan di sini bahwa evaluasi hasil
belajar yang baik adalah hasil belajar yang dilaksanakan secara teratur dan
sambung-menyambung dari waktu ke waktu. Dengan evaluasi hasil belajar
yang dilaksanakan secara teratur, terencana dan terjadwal itu maka
7
dimungkinkan bagi evaluator untuk memperoleh informasi yang dapat
memberikan gambaran mengenai kemajuan atau perkembangan peserta
didik, sejak dari awal mula mengikuti program pendidikan sampai pada
saat-saat mereka mengakhiri program pendidikan yang mereka tempuh itu.
Dengan demikian evaluasi hasil belajar yang dilaksanakan secara
berkesinambungan agar pihak evaluator (guru, dosen dan lain-lain) dapat
memperoleh kepastian dan kemantapan dalam menentukan langkah-
langkah atau merumuskan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang perlu diambil
untuk masa-masa selanjutnya, agar tujuan pengajaran sebagaimana yang
telah dirumuskan dapat dicapai sebaik-baiknya. Dalam ajaran Islam, sangat
memperhatikan prinsip kontinuitas, karena dengan berpegang pada prinsip ini,
keputusan yang diambil oleh seseorang menjadi valid dan stabil (Q.S. Al-
Ahqaaf : 13-14).
3. Prinsip Objektivitas
Prinsip obyektivitas mengandung makna, bahwa evaluasi hasil belajar
dapat dinyatakan sebagaievaluasi yang baik apabila dapat terlepas dari
faktor-faktor yang sifatnya obyektif.14Selanjutnya, dalam mengevaluasi
haruslah berdasarkan kenyataan yang sebenarnya, tidak boleh
dipengaharui oleh hal-hal yang bersifat emosional dan irasional. Allah SWT
memerintahkan agar seseorang berlaku adil dalam mengevaluasi. Jangan
karena kebencian menjadikan ketidak objektifan evaluasi yang dilakukan.
Nabi SAW pernah bersabda: “Andai kata Fatimah binti Muhammad itu
mencuri, niscaya aku tidak segan-segan untuk memotong kedua tangannya”.
Demikian pula halnya dengan Umar bin Khottob yang mencambuk anaknya
karena ia berbuat zina. Prinsip ini dapat ditetapkan bila penyelenggaraan
pendidikan mempunyai sifat sidiq, jujur, ikhlas, ta’awun, ramah, dan lainnya4
4
Hakikat Evaluasi Dalam Pendidikan Islam, Syarnubiuniversitas Islam Negeri Raden Fatah, Vol. 5, No. 2,
(April2023): 468-486
8
BAB III
KESIMPULAN
9
DAFTAR PUSTAKA
(Alhikmahjkt.Ac.Id)
10