Dosen Pembimbing :
Syukron Ma’mun, M.Pd.
Disusun Oleh :
Kelompok 2
1
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin, Segala puji bagi Allah, atas Rahmat dan Karunia-Nya kami
dapat menyelesaikan tugas makalah tentang “Modernisme Dalam Pandangan Islam”. Shalawat
serta salam tercurah kepada Rasulullah Saw, yang syafaatnya kita nantikan kelak.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah PPMDI.
Dalam penyelesaian makalah ini, kami mendapatkan bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, sudah sepantasnya jika kami mengucapkan terima kasih kepada :
Bapak Syukron Ma’mun, M.Pd. selaku dosen mata kuliah PPMDI. Dan dalam penyusunan
makalah ini kami juga memperoleh bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, kami ingin
menyampaikan ucapan terima kasih kepada teman - teman yang sudah memberikan kontribusinya
dalam penyelesaian makalah ini.
Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena
itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga dengan terselesaikannya
makalah “Modernisme Dalam Pandangan Islam”. ini dapat bermanfaat.
Penyusun
Kelompok 2
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................3
BAB I.....................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.................................................................................................................4
A. Latar Belakang..........................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................4
C. Tujuan Masalah.........................................................................................................4
BAB II...................................................................................................................................5
PEMBAHASAN...................................................................................................................5
BAB III..................................................................................................................................14
PENUTUP.............................................................................................................................14
A. Kesimpulan...............................................................................................................14
B. Kritik dan Saran........................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................15
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia diciptakan secara sempurna sehingga dalam perkembangan kehidupan
manusia akan selalu dituntut untuk berfikir dalam segala bidang, manusia akan menciptakan
inovasi-inovasi terbaru yang mendorong untuk menuju kehidupan yang lebih baik dan maju,
agama sendiri memperbolehkan dalam masalah ini, dari inilah agama terus menyesuaikan diri
untuk selalu menjadi pengayom bagi pengikutnya. Islam pun selalu berinovasi untuk mencari
suatu pembaruan-pembaruan yang tidak bertentangan dengan syariat yang sesuai dengan
kebutuhan zaman atau kita menyebutnya dengan Modernisme Islam.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Modernisme Dalam Islam?
2. Bagaimana Latar Belakang Lahirnya Modernisme dalam Islam?
3. Apa Tujuan Modernisme Islam?
4. Bagaimana Pandangan Sekilas Tentang Modernisme Dalam Islam?
5. Apa Islam dan Modernisme?
6. Bagaimana Dampak Modernisme Islam?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui Pengertian Modernisme Dalam Islam.
2. Untuk mengetahui Latar Belakang Lahirnya Modernisme dalam Islam.
3. Untuk mengetahui Tujuan Modernisme Islam.
4. Untuk mengetahui Pandangan Sekilas Tentang Modernisme Dalam Islam.
5. Untuk mengetahui Islam dan Modernisme.
6. Untuk mengetahui Dampak Modernisme Islam.
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
Istilah modernisme juga diidentikkan dengan liberalisme (Barat). Walaupun pandangan ini
salah. Sebagaimana diakui oleh K.H. Amir Maksum, bahwasannya modernisme, di kalangan
protestan bukan merupakan gerakan yang terorganisasi, tetapi hanya merupakan kegiatan
yang bersifat pendekatan dalam agama". Dan pada kesimpulan K.H. Amir Maksum
menegaskan bahwasanya AD Amerika Serikat istilah modernisme kadang-kadang dipakai
sebagai lawan fundamentalis dan untuk menjauhi arti konotasi yang negatif maka, Prof. Dr.
Harun Nasution memakai kata "pembaharuan" dalam terjemahannya bahasa Indonesia.
Sebagaimana dalam dunia barat dunia islam tidak lepas dari usaha untuk mengadakan
gerakan-gerakan pembaharuan, untuk menyesuaikan paham-paham keagamaan dengan
perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern itu, maka kaum
modernis muslim menghendaki adanya pembaharuan yang ditujukan kepada peningkatan dan
kemajuan umat Islam secara menyeluruh dan utuh.
Jadi memberikan batasan tentang modernisme dalam Islam kita memasuki batasan
pengertian yang diberikan oleh Prof. Dr. Harun Nasution, bahwasanya modernisme Islam
adalah pikiran, gerakan dan usaha untuk merubah paham-paham, adat istiadat, institusi-
institusi lama dan sebagainya untuk disesuaikan dengan suasana baru yang ditimbulkan oleh
kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern dalam tubuh Islam.
6
Apa yang dikatakan sebagai penyakit yang menyebabkan kejumudan dan
keterbelakangan umat Islam itu disebut dengan ketegangan-ketegangan dalam Islam pada
periode pra modern menghadapi adanya ketegangan umat Islam, Fazlur Rahman menjelaskan
bahwa: “Situasi spiritual Islam pada masa akhir zaman pertengahan dapat dikatakan secara
luas ditandai dengan ketegangan antara Islam Ortodok dan sufisme. pemeriksaan yang lebih
klimaks mengungkapkan tidak hanya satu ketegangan bilateral yang timbul, tetapi
ketegangan menjadi lebih kompleks karena kekuatan-kekuatan spiritual dan aliran-aliran
saling bertabrakan”.
Tentang sufisme yang dijadikan ketegangan umat adalah adanya segi-segi yang
bersifat moral, emosi dan kognitif ataupun spekulatif. secara moral sufisme, pada dasarnya
terdorong disiplin dari yang kemudian didesak dan tenggelam dalam arus dorongan akstatik,
yang melenturkan semangat dan kejumudan keilmuan Islam yang ditopang dengan ortodoksi
ulama "kaum ulama memasuki dunia sufistik akan menghasilkan penekanan dan
pembaharuan faktor moral yang orisinil dan self control yang puritanikal di dalamnya".
Untuk memberikan perincian tentang sebab dari dalam umat Islam dikemukakan
beberapa faktor yang menyebabkannya, diantaranya:
a. Faktor Idiologi
Pada mulanya, perkembangan ajaran agama inkulturasi/planet terasi dari adat istiadat
bentuk pemikiran yang datang dari luar Islam. Masuknya khurafat, tahayul dan paham
sufistik (ekstatik) dan sufisme spekulatif. Karena itu instuisionisme sufisme di di tangan sufi
spekulatif menjadi suatu mode berpikir filosofis.
Berikut ini gambaran secara umum tentang inkulturasi Islam yang menyebabkan
kemunduran dan kejumudan umat, sebagaimana dikatakan oleh L Stoddart sebagai berikut:
“Dan agama juga membeku seperti hal-hal lain, diketahui yang diajarkan oleh Muhammad
saw. Telah diselubungi khurafat dan paham kesufian. Masjid-masjid telah ditinggalkan oleh
golongan besar yang awam, mereka menghias diri dengan azimat, penangkal penyakit dan
tasbih. Mereka belajar kepada fakir atau darwis-darwis dan menziarahi kuburan-kuburan
orang-orang keramat. Mereka memuja orang-orang itu sebagai manusia suci dan "perantara"
dengan Allah, karena menganggap dia (Allah) begitu jauh bagi manusia biasa untuk
pengabdian langsung. Orang sudah awam akan akhlak yang diajarkan oleh Alquran atau tak
menghiraukan”.
Gambaran L. Stoddart di atas karena selaras dengan apa yang di kemukakan oleh
Prof. Dr. Harun Nasution, bahwa: “Kemunduran umat bukanlah karena Islam sebagaimana
dianggap tidak sesuai dengan perubahan zaman dan kondisi baru umat Islam mundur, karena
telah meninggalkan ajaran-ajaran Islam dan sebenarnya dan mengikuti ajaran-ajaran Islam
hanya tiga ucapan di atas kertas”.
b. Faktor Historis
Pada mulanya ide pemikiran dari Muhammad bin Abd. Wahab, tentang reformasi
agama (pemurnian tauhid), banyak mempengaruhi para pemimpin Islam di negara Islam
dalam usaha meningkatkan kualitas umat. Ide pemikiran Muhammad Abd. Wahab dan Ibnu
7
Taimiyah, banyak yang masuk ke India dan Pakistan. di mana syekh waliyullah yang pertama
kali memasukkan ide-ide Wahabi tersebut. Dari syekh waliyullah diteruskan oleh putranya
syekh Abdul Aziz, dan muridnya syekh Ahmad syahid.
Para tokoh reformis India pada mulanya menekankan kepada pemurnian ajaran tauhid
umat Islam. kepercayaan umat Islam di Indonesia, harus dibersihkan dari paham dan praktek
kaum tarekat sufi. Di samping itu juga dibersihkan dari paham animisme, dinamisme dan
adat istiadat Hindu. Jadi faktor ketiga di atas (Historis, ideologis, filosofis relegius dan
politikus) merupakan sebab timbulnya pemikiran para modernis muslim untuk
memperbaharui kondisi umat Islam yang menuju kepada peningkatan mutu umat Islam.
c. Faktor Moral
Faktor ide hanya sebagai kelanjutan dari faktor politis, sebagaimana dijelaskan di
atas. Kerusakan mental moral umat Islam yang disebabkan oleh perpecahan umat dari akibat
perubahan bentuk dan sistem pemerintahan, perebutan kekuasaan dan harta timbulnya
perbudakan dan sebagainya. keadaan semacam itu, menuntut untuk di Carikan jalan
keluarnya. seperti di India reformasi India, di samping disebabkan oleh keadaan politik
pemerintahan juga masalah moral umat.
Dan untuk mengakhiri penjelasan ini berikut ini disampaikan pandangan secara umum
tentang moral umat Islam. dalam insiklopedi Islam Indonesia disebutkan: “Di kalangan umat
Islam sendiri sedang terjadi perpecahan yang disebabkan karena terjadi perbedaan dalam
paham dalam soal teologi, fiqih, ataupun soal golongan seperti sufi, sunnah, Syiah dan
mu'tazilah. Kebudayaan Islam juga mengalami kemunduran dan perpecahan yang hebat yang
memerlukan perombakan mental. agar dapat menghadapi suasana yang sedang berubah.
kejadian-kejadian tampaknya menyadarkan syekh waliyullah yang menolak kemunduran dan
mempertahankan Islam”.
8
Di penghujung abad pertengahan kekuasaan umat Islam banyak mendapatkan
tekanan-tekanan dari barat. di mana diketahui bahwasanya barat memeluk agama Kristen.
dan khususnya di India waktu itu banyak mendapatkan tekanan dari para pengikut Hindu.
pada masa umat Islam terpecah belah dan mendapatkan pertentangan dari luar dan dari dalam
sehingga kesatuan dan persatuan umat Islam terancam.
Seperti halnya di atas satu pihak tertekan oleh kekuasaan Inggris dan satu pihak umat
Islam mendapatkan perlawanan dari kalangan umat Hindu yang sewaktu itu merupakan
masyarakat yang mayoritas dan memiliki kekuasaan dalam pemerintahan negara India.
Sayyid Ahmad Khan (1817) banyak memberikan penekanan kepada umat Islam untuk bisa
berkuasa di India dan menjadi umat yang mayoritas. Sehingga pada tahun (1857), ia
melancarkan serangan-serangan kepada pemerintahan Inggris yang pada akhirnya ia
mengadakan penyatuan dan kerjasama dengan pemerintahan Inggris.
Begitu juga yang terjadi di Indonesia, Kolonialis, Portugis, Spanyol dan Belanda,
banyak memberikan motivasi kepada pemimpin agama dan para reformis untuk memberikan
perlawanan kepada sekaligus meningkatkan mutu umat Islam. tentang pembaharuan di
Indonesia, secara rinci akan dijelaskan pada bab mendatang. Dan secara universal, dapat
diketahui bahwa kolonialisme dan imperialisme dunia barat, banyak memberikan arti bagi
kemajuan dan pembaharuan Islam. sebagaimana dikatakan oleh seorang modernis Taufik
Adnan dalam bukunya: "Islam dan Tantangan Modernitas" bahwa :
“Memang tantangan yang dihadapi kaum muslim pada periode modern benar-benar
memiliki implikasi serius terhadap masa depan agamanya. di samping menghadapi serangan-
serangan rasa kritikus barat terhadap Islam dan benturan-benturan kebudayaan dan peradaban
barat yang memasuki dunia muslim lewat kolonialisme, kaum muslim juga berhadapan
dengan barat sebagai bangsa terjajah. setelah peralihan kekuasaan kolonial juga telah
mewariskan nasionalisme di kalangan kaum muslim modernisasi di negeri-negeri muslim
pada umumnya berakibat ke barat”.
c. Faktor Sosiologis (hubungan antar kelompok)
Masuknya revolusi industri atau kemajuan di bidang teknologi dari dunia barat ke
dunia timur, merubah struktur masyarakat muslim dari corak kolektivisme kepada bentuk
masyarakat yang individualistis, yaitu kehidupan materialistis dan nasionalistis. yaitu
masyarakat muslim lebih berorientasi kepada kehidupan materialistis dan nasionalistis. umat
Islam pada masa pertengahan abad (19) ditentang dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi. sehingga usaha untuk mewujudkan cita-cita umat Islam itu, banyak di kalangan
para pemimpin umat Islam yang mengutus memberikan peluang bagi para pelajar ya untuk
menuntut ilmu pengetahuan di barat.
Lebih jelasnya, Nurcholis Madjid dalam bukunya "Khazanah Intelektual Islam",
menyatakan bahwa: “Orang-orang Yahudi Utsmani dan orang-orang Mesir telah mendirikan
sekolah menurut cara modern dan mengirim sekelompok dari mereka ke negeri barat dengan
harapan mereka ini akan membawa peluang sesuatu yang mereka perlukan, yakni ilmu
pengetahuan, kecakapan dalam industri, kebudayaan, serta lain-lainnya yang mereka
namakan peradaban. Padahal kesemuanya itu pada hakekatnya adalah peradaban negeri-
9
negeri di mana tumbuh menurut ketentuan alami dan perkembangan kemasyarakatan di
sana”.
10
Dalam sebuah kesimpulannya, Prof. Dr. Harun Nasution, mengatakan, bahwa: “Sikap
taklid terhadap pendapat dan penafsiran lama, juga harus ditinggalkan dan pintu ijtihad
dibuka, yang dipegang menjadi pedoman untuk mengetahui ajaran-ajaran Islam, bukan lagi
buku-buku karangan ulama' terdahulu tetapi hanya Alquran dan hadis. ajaran-ajaran dasar
yang tersebut di dalamnya disesuaikan perincian dan cara pelaksanaannya dengan
perkembangan zaman”.
Dinamika di kalangan umat Islam harus dihidupkan kembali dengan menjauhkan
paham tawakal dan paham jabariyah. umat Islam harus di bawah kembali keteologi yang
mengandung paham dinamika dan kepercayaan kepada rasio dalam batas-batas yang
ditentukan Wahyu. Umat Islam harus banyak dirangsang untuk berpikir dan berusaha.
3. Bidang Politik
Sejak dirasakan adanya ekspansionisme Barat ke Timur maka umat Islam merasakan
adanya dorongan untuk mewujudkan perlawanan militer politik. dan untuk mewujudkan
perjuangan itu, maka umat Islam mencurahkan perhatiannya kepada masalah reorganisasi
politik yang efektif. reorganisasi politik itu tidak mungkin terwujud, jika tidak dibarengi
dengan pembaharuan dalam bidang sosial dan ekonomi. maka tujuan umum dalam bidang
politik ini adalah tumbuhnya nasionalisme dalam Islam dan tumbuhnya perekonomian yang
mantap. dengan demikian legalisasi lintas sektoral, ekonomi, pendidikan, hukum sosial
budaya akan berkaitan serta dengan modernisme politik.
Tujuan ini pertama kali dicapai oleh Jamaluddin Al afghani dengan ide pan-
islamismenya, yang dapat membentuk nasionalisme Mesir ide pemikiran Jamaludin itu
banyak mempengaruhi para modernis lain seperti arabi Pasha di Mesir, dan gerakan
konstitusional dipersia dan politik Turki dan India.
4. Bidang Sosial Kemasyarakatan (budaya)
Sebagai akses dari modernisme politik maka dalam bidang sosial kemasyarakatan dan
budaya juga terdapat pembaharuan. sebagai sentral tujuan dari bidang ini para modernis
menitiberatkan kepada bersamaan hak antara wanita dan pria atas dasar islam mencenangkan
pendidikan yang sama.
Syayid Amir Ali berusaha untuk memberikan kebiasaan tradisi dan kebudayaan
Islam, yang melemahkan dan menjatuhkan semangat manusia dengan tradisi. kebiasaan dan
kebudayaan yang memajukan peradaban umat Islam. Ia menunjukkan bahwa Islam adalah
agama yang rasional dan agama yang mendorong manusia untuk maju. Prof. Dr. Harun
Nasution memberikan tanggapan tentang karya dari Syayid Amir Ali, dan dikatakan bahwa:
Dalam buku itu ia kupas ajaran-ajaran Islam mengenai tauhid, ibadat, hari kiamat,
kedudukan wanita, perbudakan, sistem politik dan sebagainya. di samping itu dijelaskan pula
tentang ilmu pengetahuan dan pemikiran rasional dan filosofis, yang terdapat dalam sejarah
Islam. metode yang dipakai dalam mengupas ajaran-ajaran itu adalah, metode perbandingan
ditambah dengan uraian rasional.
11
D. Pandangan Sekilas Tentang Modernisme dalam Islam
Wacana modernisme Islam saat ini tampaknya semakin meredup dan sayup-sayup,
seiring munculnya wacana lain yang lebih aktual dan kontemporer dalam bidang ekonomi,
sosial, maupun politik, yang jauh lebih menarik. Kalau pun masih eksis, wacana ini dinilai
sudah tidak relevan lagi diperbincangkan karena konteks zaman telah lari kencang ke depan
dan berubah drastis secara revolusioner. Kalangan ini, setidaknya, memberikan beberapa
catatan penting:
Pertama, gerakan modernisme Islam lahir dalam konteks keterpurukan,
ketertinggalan, dan sikap inferioritas kaum muslim di berbagai belahan dunia dalam
menghadapi cengkeraman kolonialis-imperialisme Barat abad ke-20. Saat ini, negara Islam
yang dulunya terjajah telah merdeka dan mulai bangkit dari keterpurukan. Bahkan, di
beberapa negara, peradaban Islam Semakin menguat.
Kedua, gerakan modernisme Islam, harus diakui, pada satu sisi identik dengan
puritanisme. Sebut saja misalnya tokoh Muhammad bin ‘Abdul Wahhab dengan gerakan
Wahhabiyah-nya di Arab Saudi yang kental dengan puritanismenya. Menurut mereka, apa
pun yang tidak sesuai dengan ajaran otentik Al-Qur’an dan sunah Nabi, ia dianggap bid’ah
dan harus dilenyapkan. Jauh sebelum ini, ada Ibnu Taimiyyah yang mendobrak kebekuan
pintu ijtihad.
Pada sisi lain, modernisme Islam, menampilkan sosok seperti Muhammad ‘Abduh,
Jamaludin al-Afghani, dan Rasyid Ridha, yang berpemikiran modernis. Ketiga tokoh ini
bertarung dalam ranah pemikiran berbeda. Muhammad ‘Abduh lebih cenderung dalam
teologi, al-Afghani dalam politik, dan Ridha dalam pendidikan. Tokoh-tokoh ini sama-sama
berangkat dari persoalan keterpurukan umat yang harus diangkat. ‘Abduh menawarkan
teologi rasional ala Muktazilah, al-Afghani menawarkan politik pan-Islamisme, dan Ridha
dengan peningkatan mutu pendidikan umat lebih modern mengadopsi model pendidikan
Barat.
Ketiga, modernisme, selain identik dengan puritanisme, juga banyak dicurigai sebagai
agen Barat yang disusupkan ke dunia Islam. Kita kenal, misalnya, jargon modernisme adalah
westernisasi (pembaratan). Domain yang berbeda jauh.
12
aktivitas ijtihad. Dua model ini merupakan respons terhadap kondisi internal umat Islam dan
tantangan perubahan zaman akibat modernitas.
1. Model pertama disebut purifikasi, upaya pemurnian akidah dan ajaran Islam dari
percampuran tradisi-tradisi yang tidak sesuai dengan Islam.
2. Model kedua disebut dengan pembaruan Islam atau modernisme Islam (Achmad
Jainuri;1995,38). Di sini, Tajdid memiliki peranan yang signifikan. Ketiadaan rasul
pasca Muhammad SAW. bukan berarti tiadanya pihak-pihak yang akan menjaga
otentitas dan melestarikan risalah Islam. Jika sebelum Muhammad SAW. peranan
menjaga dan melestarikan risalah kerasulan selalu dilaksanakan oleh nabi atau rasul
baru, pasca Muhammad SAW. peran tersebut diambil alih oleh umat Islam sendiri.
Rasul Muhammad SAW. pernah menyatakan bahwa ulama` merupakan pewarisnya,
dan di lain kesempatan ia menyatakan akan hadirnya mujaddid di setiap seratus tahun.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Modernitas yang melanda dunia Islam, dengan segala efek positif- negatifnya,
menjadi tantangan yang harus dihadapi umat Islam di tengah kondisi keterpurukannya. Umat
Islam Di Tuntut bekerja ekstra keras mengembangkan segala potensinya untuk
menyelesaikan permasalahannya. Tajdid sebagai upaya menjaga dan melestarikan ajaran
Islam menjadi pilihan yang harus dimanfaatkan secara maksimal oleh umat Islam. Upaya
tajdid harus terus dilakukan, tidak boleh berhenti meski memerlukan cost yang besar.
Wallahu a`lam.
14
DAFTAR PUSTAKA
http://digilib.uinsa.ac.id/6684/5/Bab%202.pdf
https://mynida.stainidaeladabi.ac.id/asset/file_pertemuan/e3528-tinjauan-tentang-
modernisme-islam.pdf
15