Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

“ MODERNISME DALAM PANDANGAN ISLAM “


Makalah Ini Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah “PPMDI”

Dosen Pembimbing :
Syukron Ma’mun, M.Pd.

Disusun Oleh :
Kelompok 2

- Muhammad Asep : (21862081067)


- Herawati : (21862081012)

INSTITUT AGAMA ISLAM NASIONAL LAA ROIBA BOGOR


PROGRAM STUDI : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Kampus II (Cibinong) Jl. Raya Pemda Pajeleran No. 41 Cibinong Bogor
2024

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Alhamdulillahirabbil’alamin, Segala puji bagi Allah, atas Rahmat dan Karunia-Nya kami
dapat menyelesaikan tugas makalah tentang “Modernisme Dalam Pandangan Islam”. Shalawat
serta salam tercurah kepada Rasulullah Saw, yang syafaatnya kita nantikan kelak.

Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah PPMDI.
Dalam penyelesaian makalah ini, kami mendapatkan bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, sudah sepantasnya jika kami mengucapkan terima kasih kepada :

Bapak Syukron Ma’mun, M.Pd. selaku dosen mata kuliah PPMDI. Dan dalam penyusunan
makalah ini kami juga memperoleh bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, kami ingin
menyampaikan ucapan terima kasih kepada teman - teman yang sudah memberikan kontribusinya
dalam penyelesaian makalah ini.

Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena
itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga dengan terselesaikannya
makalah “Modernisme Dalam Pandangan Islam”. ini dapat bermanfaat.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Bogor, 15 Maret 2024

Penyusun

Kelompok 2

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................2

DAFTAR ISI.........................................................................................................................3

BAB I.....................................................................................................................................4

PENDAHULUAN.................................................................................................................4

A. Latar Belakang..........................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................4
C. Tujuan Masalah.........................................................................................................4

BAB II...................................................................................................................................5

PEMBAHASAN...................................................................................................................5

A. Pengertian Modernisme dalam Pandangan Islam.....................................................5


B. Latar Belakang Lahirnya Modernisme dalam Islam.................................................6
C. Tujuan Modernisme Islam........................................................................................10
D. Pandangan Sekilas Tentang Modernisme dalam Islam.............................................11
E. Islam dan Modernisme..............................................................................................12
F. Dampak Modernisme Islam......................................................................................13

BAB III..................................................................................................................................14

PENUTUP.............................................................................................................................14

A. Kesimpulan...............................................................................................................14
B. Kritik dan Saran........................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................15

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia diciptakan secara sempurna sehingga dalam perkembangan kehidupan
manusia akan selalu dituntut untuk berfikir dalam segala bidang, manusia akan menciptakan
inovasi-inovasi terbaru yang mendorong untuk menuju kehidupan yang lebih baik dan maju,
agama sendiri memperbolehkan dalam masalah ini, dari inilah agama terus menyesuaikan diri
untuk selalu menjadi pengayom bagi pengikutnya. Islam pun selalu berinovasi untuk mencari
suatu pembaruan-pembaruan yang tidak bertentangan dengan syariat yang sesuai dengan
kebutuhan zaman atau kita menyebutnya dengan Modernisme Islam.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Modernisme Dalam Islam?
2. Bagaimana Latar Belakang Lahirnya Modernisme dalam Islam?
3. Apa Tujuan Modernisme Islam?
4. Bagaimana Pandangan Sekilas Tentang Modernisme Dalam Islam?
5. Apa Islam dan Modernisme?
6. Bagaimana Dampak Modernisme Islam?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui Pengertian Modernisme Dalam Islam.
2. Untuk mengetahui Latar Belakang Lahirnya Modernisme dalam Islam.
3. Untuk mengetahui Tujuan Modernisme Islam.
4. Untuk mengetahui Pandangan Sekilas Tentang Modernisme Dalam Islam.
5. Untuk mengetahui Islam dan Modernisme.
6. Untuk mengetahui Dampak Modernisme Islam.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Modernisme Dalam Islam


Untuk mendapatkan keterangan definisi modernisme dalam Islam, perlu terlebih
dahulu dipahami arti bahasanya. Dan sebelum memberikan pengertian tentang modernisme
dalam Islam secara utuh, terlebih dahulu dijelaskan tentang pengertian modern, modernisasi
dan modernisme.
Kata modern berasal dari bahasa Inggris yang telah diadopsi ke dalam bahasa
Indonesia, dan dari bahasa kata modern berarti "yang terbaru" (se) secara baru: mutakhir".
Berbeda dengan Prof. Dr. H. M. Mukti Ali, bahwa maksud dari kata modern itu tidak jelas,
karena tidak semua hal yang modern itu baik". Dan secara utuh, pengertian modern itu adalah
"kesanggupan orang untuk mengarah kepada jalannya sejarah".
Sedangkan pengertian modernisasi adalah suatu proses yang menuju kepada bentuk
pemikiran dan pergerakan modern (modernisme). Dalam bidang agama, modernisasi adalah
pandangan yang didasarkan pada keyakinan terhadap perkembangan pengetahuan itu
mengharuskan adanya penjelasan kembali secara fundamental terhadap doktrin tradisional.
Sedangkan Nurcholis Madjid dalam bukunya "Islam Kemodernan dan
Keindonesiaan" memberikan pengertian bahwa modernisasi adalah pengertian yang identik,
atau hampir identik dengan pengertian rasionalisasi". dalam hal ini berarti proses perombakan
pola pikir dan tata kerja yang baru dan akliah.
Adapun pengertian menurut Prof. Dr. Harun Nasution dalam bukunya pembaharuan
dalam islam, bahwa pengertian modernisme adalah: "pikiran, aliran, gerakan dan usaha untuk
mengubah paham, adat istiadat, institusi-institusi lama dan sebagainya, untuk disesuaikan
dengan suasana baru yang ditimbulkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
modern".
Pikiran dan gerakan ini memasuki lapangan keagamaan di barat dan mempunyai
tujuan untuk menyesuaikan ajaran-ajaran yang terdapat dalam agama Katolik dan protestan
dengan ilmu pengetahuan dan teknologi serta filsafat modern.
Berbeda dengan Akbar S Ahmad dalam bukunya Postmodernisme, bahaya dan
harapan bagi Islam, ia memberikan pengertian tentang modernisme adalah sesuatu fase
terkini sejarah dunia yang ditandai dengan percaya pada sains, perencanaan sekularisme dan
kemajuan". Modernisme lahir sebagai konsekuensi logis dari kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi agaknya mengatasi yang negatif, walaupun sebenarnya tidak keseluruhan memiliki
arti yang negatif. Ini selaras dengan pengertian dari Prof. Dr. Mukti Ali.
Istilah modernisme pada mulanya banyak dipakai di kalangan protestan, untuk
menjelaskan kegiatan dan kecenderungan liberal (kebebasan) di kalangan mereka. Tetapi
khususnya dipakai di kalangan umat Katolik Roma pada abad akhir 19 dan akhir abad 20.

5
Istilah modernisme juga diidentikkan dengan liberalisme (Barat). Walaupun pandangan ini
salah. Sebagaimana diakui oleh K.H. Amir Maksum, bahwasannya modernisme, di kalangan
protestan bukan merupakan gerakan yang terorganisasi, tetapi hanya merupakan kegiatan
yang bersifat pendekatan dalam agama". Dan pada kesimpulan K.H. Amir Maksum
menegaskan bahwasanya AD Amerika Serikat istilah modernisme kadang-kadang dipakai
sebagai lawan fundamentalis dan untuk menjauhi arti konotasi yang negatif maka, Prof. Dr.
Harun Nasution memakai kata "pembaharuan" dalam terjemahannya bahasa Indonesia.
Sebagaimana dalam dunia barat dunia islam tidak lepas dari usaha untuk mengadakan
gerakan-gerakan pembaharuan, untuk menyesuaikan paham-paham keagamaan dengan
perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern itu, maka kaum
modernis muslim menghendaki adanya pembaharuan yang ditujukan kepada peningkatan dan
kemajuan umat Islam secara menyeluruh dan utuh.
Jadi memberikan batasan tentang modernisme dalam Islam kita memasuki batasan
pengertian yang diberikan oleh Prof. Dr. Harun Nasution, bahwasanya modernisme Islam
adalah pikiran, gerakan dan usaha untuk merubah paham-paham, adat istiadat, institusi-
institusi lama dan sebagainya untuk disesuaikan dengan suasana baru yang ditimbulkan oleh
kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern dalam tubuh Islam.

B. Latar Belakang Lahirnya Modernisme dalam Islam


Gerakan modernisme Islam berawal pada abad ke-19 dipelopori oleh Sayyid
Jamaluddin al-Afghani (1839–1897). Meskipun lahir di Afghanistan, usianya dihabiskan di
berbagai bagian Dunia Islam: India, Mesir, Iran, dan Turki. Dia mengembara ke Eropa, dari
Saint Petersburg sampai Paris dan London. Di mana pun dia tinggal dan kemana pun dia
pergi, Jamaluddin senantiasa mengumandangkan ide-ide pembaharuan dan moderenisasi
Islam. Bersama muridnya, Syaikh Muhammad Abduh (1849–1905) dari Mesir, Jamaluddin
pergi ke Paris untuk menerbitkan majalah Al-`Urwah al-Wutsqa (Le Lien Indissoluble), yang
berarti “ikatan yang teguh”. Abduh menjadi pemimpin redaksi, dan Jamaluddin menjadi
redaktur politik.
Pada dasarnya sebab-sebab yang melatarbelakangi timbulnya modernisme dalam
Islam dibagi dua sebab pokok. diantara dua sebab pokok tersebut adalah: sebab timbul dari
tubuh Islam sendiri dan sebab yang datang dari luar agama Islam
1. Sebab - Sebab dari Dalam Umat Islam
Timbulnya gerakan modernisme dalam Islam adalah adanya kemajuan, dekadensi dan
degenerasi umat Islam, sebagaimana disebutkan oleh H. A. R. Gibb dalam bukunya aliran-
aliran modern dalam Islam, bawa tampaknya tidak perlu dibuktikan lagi bahwa satu-satunya
latar belakang yang memuaskan keadaan Islam pada abad ke-19 atau paling dini Islam pada
abad ke-18. Selaras dengan apa yang dikemukakan oleh H. A. R. Gibb, Amin Rais
mengatakan "barangkali penyakit terberat yang menghadapi umat Islam adalah kaburnya
identitas dan hilangnya harga diri padahal kedua hal inilah yang menentukan kejatuhan atau
kebangunan umat".

6
Apa yang dikatakan sebagai penyakit yang menyebabkan kejumudan dan
keterbelakangan umat Islam itu disebut dengan ketegangan-ketegangan dalam Islam pada
periode pra modern menghadapi adanya ketegangan umat Islam, Fazlur Rahman menjelaskan
bahwa: “Situasi spiritual Islam pada masa akhir zaman pertengahan dapat dikatakan secara
luas ditandai dengan ketegangan antara Islam Ortodok dan sufisme. pemeriksaan yang lebih
klimaks mengungkapkan tidak hanya satu ketegangan bilateral yang timbul, tetapi
ketegangan menjadi lebih kompleks karena kekuatan-kekuatan spiritual dan aliran-aliran
saling bertabrakan”.
Tentang sufisme yang dijadikan ketegangan umat adalah adanya segi-segi yang
bersifat moral, emosi dan kognitif ataupun spekulatif. secara moral sufisme, pada dasarnya
terdorong disiplin dari yang kemudian didesak dan tenggelam dalam arus dorongan akstatik,
yang melenturkan semangat dan kejumudan keilmuan Islam yang ditopang dengan ortodoksi
ulama "kaum ulama memasuki dunia sufistik akan menghasilkan penekanan dan
pembaharuan faktor moral yang orisinil dan self control yang puritanikal di dalamnya".
Untuk memberikan perincian tentang sebab dari dalam umat Islam dikemukakan
beberapa faktor yang menyebabkannya, diantaranya:
a. Faktor Idiologi
Pada mulanya, perkembangan ajaran agama inkulturasi/planet terasi dari adat istiadat
bentuk pemikiran yang datang dari luar Islam. Masuknya khurafat, tahayul dan paham
sufistik (ekstatik) dan sufisme spekulatif. Karena itu instuisionisme sufisme di di tangan sufi
spekulatif menjadi suatu mode berpikir filosofis.
Berikut ini gambaran secara umum tentang inkulturasi Islam yang menyebabkan
kemunduran dan kejumudan umat, sebagaimana dikatakan oleh L Stoddart sebagai berikut:
“Dan agama juga membeku seperti hal-hal lain, diketahui yang diajarkan oleh Muhammad
saw. Telah diselubungi khurafat dan paham kesufian. Masjid-masjid telah ditinggalkan oleh
golongan besar yang awam, mereka menghias diri dengan azimat, penangkal penyakit dan
tasbih. Mereka belajar kepada fakir atau darwis-darwis dan menziarahi kuburan-kuburan
orang-orang keramat. Mereka memuja orang-orang itu sebagai manusia suci dan "perantara"
dengan Allah, karena menganggap dia (Allah) begitu jauh bagi manusia biasa untuk
pengabdian langsung. Orang sudah awam akan akhlak yang diajarkan oleh Alquran atau tak
menghiraukan”.
Gambaran L. Stoddart di atas karena selaras dengan apa yang di kemukakan oleh
Prof. Dr. Harun Nasution, bahwa: “Kemunduran umat bukanlah karena Islam sebagaimana
dianggap tidak sesuai dengan perubahan zaman dan kondisi baru umat Islam mundur, karena
telah meninggalkan ajaran-ajaran Islam dan sebenarnya dan mengikuti ajaran-ajaran Islam
hanya tiga ucapan di atas kertas”.
b. Faktor Historis
Pada mulanya ide pemikiran dari Muhammad bin Abd. Wahab, tentang reformasi
agama (pemurnian tauhid), banyak mempengaruhi para pemimpin Islam di negara Islam
dalam usaha meningkatkan kualitas umat. Ide pemikiran Muhammad Abd. Wahab dan Ibnu

7
Taimiyah, banyak yang masuk ke India dan Pakistan. di mana syekh waliyullah yang pertama
kali memasukkan ide-ide Wahabi tersebut. Dari syekh waliyullah diteruskan oleh putranya
syekh Abdul Aziz, dan muridnya syekh Ahmad syahid.
Para tokoh reformis India pada mulanya menekankan kepada pemurnian ajaran tauhid
umat Islam. kepercayaan umat Islam di Indonesia, harus dibersihkan dari paham dan praktek
kaum tarekat sufi. Di samping itu juga dibersihkan dari paham animisme, dinamisme dan
adat istiadat Hindu. Jadi faktor ketiga di atas (Historis, ideologis, filosofis relegius dan
politikus) merupakan sebab timbulnya pemikiran para modernis muslim untuk
memperbaharui kondisi umat Islam yang menuju kepada peningkatan mutu umat Islam.
c. Faktor Moral
Faktor ide hanya sebagai kelanjutan dari faktor politis, sebagaimana dijelaskan di
atas. Kerusakan mental moral umat Islam yang disebabkan oleh perpecahan umat dari akibat
perubahan bentuk dan sistem pemerintahan, perebutan kekuasaan dan harta timbulnya
perbudakan dan sebagainya. keadaan semacam itu, menuntut untuk di Carikan jalan
keluarnya. seperti di India reformasi India, di samping disebabkan oleh keadaan politik
pemerintahan juga masalah moral umat.
Dan untuk mengakhiri penjelasan ini berikut ini disampaikan pandangan secara umum
tentang moral umat Islam. dalam insiklopedi Islam Indonesia disebutkan: “Di kalangan umat
Islam sendiri sedang terjadi perpecahan yang disebabkan karena terjadi perbedaan dalam
paham dalam soal teologi, fiqih, ataupun soal golongan seperti sufi, sunnah, Syiah dan
mu'tazilah. Kebudayaan Islam juga mengalami kemunduran dan perpecahan yang hebat yang
memerlukan perombakan mental. agar dapat menghadapi suasana yang sedang berubah.
kejadian-kejadian tampaknya menyadarkan syekh waliyullah yang menolak kemunduran dan
mempertahankan Islam”.

2. Sebab-Sebab Datangnya dari Luar Islam


Ada tiga sebab pokok yang melatarbelakangi timbulnya ide-ide pembaharuan dalam
Islam yang datangnya dari luar Islam yaitu faktor historis, faktor politik dan faktor sosiologis.
a. Faktor Historis
Faktor historis ini ditandai dengan adanya ekspedisi Napoleon Bonaparte (1798) yang
menguasai Mesir, ekspedisi itu tidak hanya menyebabkan bangkitnya umat Islam Mesir,
tetapi negara Islam di seluruh dunia mengetahui bahwasanya ekspedisi tidak hanya bertujuan
untuk penguasaan wilayah (koloni dan imperialis). Lebih jauh dari itu perkenalkan kepada
dunia Islam, bahwasanya kemajuan-kemajuan itu pengetahuan dan teknologi dan ketinggian
peradaban Barat, menggerakkan pemikiran para pemimpin umat Islam dan para reformis
untuk bangkit dan mengadakan pembaharuan-pembaharuan sebagai jawaban dan
antisipasinya, tidak hanya di Mesir keadaan seperti itu timbul menyeluruh di negara-negara
Islam, seperti India, Turki, Pakistan dan Indonesia.
b. Faktor Politis

8
Di penghujung abad pertengahan kekuasaan umat Islam banyak mendapatkan
tekanan-tekanan dari barat. di mana diketahui bahwasanya barat memeluk agama Kristen.
dan khususnya di India waktu itu banyak mendapatkan tekanan dari para pengikut Hindu.
pada masa umat Islam terpecah belah dan mendapatkan pertentangan dari luar dan dari dalam
sehingga kesatuan dan persatuan umat Islam terancam.
Seperti halnya di atas satu pihak tertekan oleh kekuasaan Inggris dan satu pihak umat
Islam mendapatkan perlawanan dari kalangan umat Hindu yang sewaktu itu merupakan
masyarakat yang mayoritas dan memiliki kekuasaan dalam pemerintahan negara India.
Sayyid Ahmad Khan (1817) banyak memberikan penekanan kepada umat Islam untuk bisa
berkuasa di India dan menjadi umat yang mayoritas. Sehingga pada tahun (1857), ia
melancarkan serangan-serangan kepada pemerintahan Inggris yang pada akhirnya ia
mengadakan penyatuan dan kerjasama dengan pemerintahan Inggris.
Begitu juga yang terjadi di Indonesia, Kolonialis, Portugis, Spanyol dan Belanda,
banyak memberikan motivasi kepada pemimpin agama dan para reformis untuk memberikan
perlawanan kepada sekaligus meningkatkan mutu umat Islam. tentang pembaharuan di
Indonesia, secara rinci akan dijelaskan pada bab mendatang. Dan secara universal, dapat
diketahui bahwa kolonialisme dan imperialisme dunia barat, banyak memberikan arti bagi
kemajuan dan pembaharuan Islam. sebagaimana dikatakan oleh seorang modernis Taufik
Adnan dalam bukunya: "Islam dan Tantangan Modernitas" bahwa :
“Memang tantangan yang dihadapi kaum muslim pada periode modern benar-benar
memiliki implikasi serius terhadap masa depan agamanya. di samping menghadapi serangan-
serangan rasa kritikus barat terhadap Islam dan benturan-benturan kebudayaan dan peradaban
barat yang memasuki dunia muslim lewat kolonialisme, kaum muslim juga berhadapan
dengan barat sebagai bangsa terjajah. setelah peralihan kekuasaan kolonial juga telah
mewariskan nasionalisme di kalangan kaum muslim modernisasi di negeri-negeri muslim
pada umumnya berakibat ke barat”.
c. Faktor Sosiologis (hubungan antar kelompok)
Masuknya revolusi industri atau kemajuan di bidang teknologi dari dunia barat ke
dunia timur, merubah struktur masyarakat muslim dari corak kolektivisme kepada bentuk
masyarakat yang individualistis, yaitu kehidupan materialistis dan nasionalistis. yaitu
masyarakat muslim lebih berorientasi kepada kehidupan materialistis dan nasionalistis. umat
Islam pada masa pertengahan abad (19) ditentang dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi. sehingga usaha untuk mewujudkan cita-cita umat Islam itu, banyak di kalangan
para pemimpin umat Islam yang mengutus memberikan peluang bagi para pelajar ya untuk
menuntut ilmu pengetahuan di barat.
Lebih jelasnya, Nurcholis Madjid dalam bukunya "Khazanah Intelektual Islam",
menyatakan bahwa: “Orang-orang Yahudi Utsmani dan orang-orang Mesir telah mendirikan
sekolah menurut cara modern dan mengirim sekelompok dari mereka ke negeri barat dengan
harapan mereka ini akan membawa peluang sesuatu yang mereka perlukan, yakni ilmu
pengetahuan, kecakapan dalam industri, kebudayaan, serta lain-lainnya yang mereka
namakan peradaban. Padahal kesemuanya itu pada hakekatnya adalah peradaban negeri-

9
negeri di mana tumbuh menurut ketentuan alami dan perkembangan kemasyarakatan di
sana”.

C. Tujuan Modernisme Islam


Menjelaskan tentang tujuan modernisme (dalam Islam) terdapat kemajuan dan
pembaharuan dalam Islam. Maka, tidak bisa mendapatkan kejelasan tentang tujuan yang
ingin dicapai, tanpa mengetahui prinsip-prinsip modernisme. di mana prinsip-prinsip yang
dimaksudkan adalah suatu kelanjutan dari pemikiran pembaharuan yang disebabkan oleh
adanya latar belakang bagaimana disebutkan dalam penjelasan di atas.
Untuk mewujudkan tujuan dari ide pembaharuannya, maka para modernisme
menekankan kepada pengembangan dan kemajuan pola pemikiran. dan sarana untuk
menempuh strategi ini melalui pendidikan modern. dan dengan pendidikan modern
(pembaharuan pendidikan tinggi Islam) akan memberi pengaruh yang kuat terhadap; pola
pikiran dan tindakan, yang menuju kepada pengembangan dan kemajuan yang menyeluruh
dalam bidang agama.
Secara umum, tujuan modernisme dalam Islam adalah untuk mengaktualisasikan
ajaran-ajaran Islam kepada kehidupan modern dan sekaligus menghantarkan Islam kepada
masyarakat modern. sehingga Islam dapat memberikan jawaban atas pukulan-pukulan yang
datangnya dari barat.
Berikut ini akan diuraikan tentang tujuan modernisme secara sektoral, yaitu:
1. Bidang Idiologi (Filosofis Relegius)
Modernisme dalam bidang ideologi umat Islam (pemahaman tentang ajaran, konsepsi
dan falsafah kehidupan umat. Islam ditujukan kepada pengangkatan umat Islam dari
pemikiran dan pemahaman kehidupan yang diliputi asketisme; meninggalkan hidup
keduniawian dan mementingkan kehidupan ruhaniyah kepada pandangan hidup yang
seimbang antara duniawiyah dan keakhiratan. dan memberikan pemahaman tentang tauhid
yang besar (konstruksi tauhid umat Islam).
Sebagaimana disebutkan dalam hukum "Islam" karya Fazlur Rahman bahwa: “Usaha-
usaha tersebut merupakan suatu ukuran intensitas dan universalitas kritik diri, kesadaran akan
degenerasi umat Islam, dan sifat garis-garis rekonstruksi yang positif. Pemberantasan tahayul
dan obskuratisme, Pembaharuan sufisme dan peningkatan standar-standar moral, merupakan
ciri umum yang menonjol dari semua gerakan tersebut”.
2. Bidang Intelektual
Intelektual yang menjadi dasar utama atas pembaharuan, mendapatkan prioritas
pembaharuan oleh para modernis. Modernisme dalam bidang intelektual ini ditekankan
kepada "Ijtihad" sebab sebelumnya pintu ijtihad tertutup oleh kejumudan dan taklid buta.
pada sisi yang lain mengusahakan untuk mengakomodasikan antara: akal dan agama dalam
memberikan argumen-argumen yang dibutuhkan pada zaman modern ini.

10
Dalam sebuah kesimpulannya, Prof. Dr. Harun Nasution, mengatakan, bahwa: “Sikap
taklid terhadap pendapat dan penafsiran lama, juga harus ditinggalkan dan pintu ijtihad
dibuka, yang dipegang menjadi pedoman untuk mengetahui ajaran-ajaran Islam, bukan lagi
buku-buku karangan ulama' terdahulu tetapi hanya Alquran dan hadis. ajaran-ajaran dasar
yang tersebut di dalamnya disesuaikan perincian dan cara pelaksanaannya dengan
perkembangan zaman”.
Dinamika di kalangan umat Islam harus dihidupkan kembali dengan menjauhkan
paham tawakal dan paham jabariyah. umat Islam harus di bawah kembali keteologi yang
mengandung paham dinamika dan kepercayaan kepada rasio dalam batas-batas yang
ditentukan Wahyu. Umat Islam harus banyak dirangsang untuk berpikir dan berusaha.
3. Bidang Politik
Sejak dirasakan adanya ekspansionisme Barat ke Timur maka umat Islam merasakan
adanya dorongan untuk mewujudkan perlawanan militer politik. dan untuk mewujudkan
perjuangan itu, maka umat Islam mencurahkan perhatiannya kepada masalah reorganisasi
politik yang efektif. reorganisasi politik itu tidak mungkin terwujud, jika tidak dibarengi
dengan pembaharuan dalam bidang sosial dan ekonomi. maka tujuan umum dalam bidang
politik ini adalah tumbuhnya nasionalisme dalam Islam dan tumbuhnya perekonomian yang
mantap. dengan demikian legalisasi lintas sektoral, ekonomi, pendidikan, hukum sosial
budaya akan berkaitan serta dengan modernisme politik.
Tujuan ini pertama kali dicapai oleh Jamaluddin Al afghani dengan ide pan-
islamismenya, yang dapat membentuk nasionalisme Mesir ide pemikiran Jamaludin itu
banyak mempengaruhi para modernis lain seperti arabi Pasha di Mesir, dan gerakan
konstitusional dipersia dan politik Turki dan India.
4. Bidang Sosial Kemasyarakatan (budaya)
Sebagai akses dari modernisme politik maka dalam bidang sosial kemasyarakatan dan
budaya juga terdapat pembaharuan. sebagai sentral tujuan dari bidang ini para modernis
menitiberatkan kepada bersamaan hak antara wanita dan pria atas dasar islam mencenangkan
pendidikan yang sama.
Syayid Amir Ali berusaha untuk memberikan kebiasaan tradisi dan kebudayaan
Islam, yang melemahkan dan menjatuhkan semangat manusia dengan tradisi. kebiasaan dan
kebudayaan yang memajukan peradaban umat Islam. Ia menunjukkan bahwa Islam adalah
agama yang rasional dan agama yang mendorong manusia untuk maju. Prof. Dr. Harun
Nasution memberikan tanggapan tentang karya dari Syayid Amir Ali, dan dikatakan bahwa:
Dalam buku itu ia kupas ajaran-ajaran Islam mengenai tauhid, ibadat, hari kiamat,
kedudukan wanita, perbudakan, sistem politik dan sebagainya. di samping itu dijelaskan pula
tentang ilmu pengetahuan dan pemikiran rasional dan filosofis, yang terdapat dalam sejarah
Islam. metode yang dipakai dalam mengupas ajaran-ajaran itu adalah, metode perbandingan
ditambah dengan uraian rasional.

11
D. Pandangan Sekilas Tentang Modernisme dalam Islam
Wacana modernisme Islam saat ini tampaknya semakin meredup dan sayup-sayup,
seiring munculnya wacana lain yang lebih aktual dan kontemporer dalam bidang ekonomi,
sosial, maupun politik, yang jauh lebih menarik. Kalau pun masih eksis, wacana ini dinilai
sudah tidak relevan lagi diperbincangkan karena konteks zaman telah lari kencang ke depan
dan berubah drastis secara revolusioner. Kalangan ini, setidaknya, memberikan beberapa
catatan penting:
Pertama, gerakan modernisme Islam lahir dalam konteks keterpurukan,
ketertinggalan, dan sikap inferioritas kaum muslim di berbagai belahan dunia dalam
menghadapi cengkeraman kolonialis-imperialisme Barat abad ke-20. Saat ini, negara Islam
yang dulunya terjajah telah merdeka dan mulai bangkit dari keterpurukan. Bahkan, di
beberapa negara, peradaban Islam Semakin menguat.
Kedua, gerakan modernisme Islam, harus diakui, pada satu sisi identik dengan
puritanisme. Sebut saja misalnya tokoh Muhammad bin ‘Abdul Wahhab dengan gerakan
Wahhabiyah-nya di Arab Saudi yang kental dengan puritanismenya. Menurut mereka, apa
pun yang tidak sesuai dengan ajaran otentik Al-Qur’an dan sunah Nabi, ia dianggap bid’ah
dan harus dilenyapkan. Jauh sebelum ini, ada Ibnu Taimiyyah yang mendobrak kebekuan
pintu ijtihad.
Pada sisi lain, modernisme Islam, menampilkan sosok seperti Muhammad ‘Abduh,
Jamaludin al-Afghani, dan Rasyid Ridha, yang berpemikiran modernis. Ketiga tokoh ini
bertarung dalam ranah pemikiran berbeda. Muhammad ‘Abduh lebih cenderung dalam
teologi, al-Afghani dalam politik, dan Ridha dalam pendidikan. Tokoh-tokoh ini sama-sama
berangkat dari persoalan keterpurukan umat yang harus diangkat. ‘Abduh menawarkan
teologi rasional ala Muktazilah, al-Afghani menawarkan politik pan-Islamisme, dan Ridha
dengan peningkatan mutu pendidikan umat lebih modern mengadopsi model pendidikan
Barat.
Ketiga, modernisme, selain identik dengan puritanisme, juga banyak dicurigai sebagai
agen Barat yang disusupkan ke dunia Islam. Kita kenal, misalnya, jargon modernisme adalah
westernisasi (pembaratan). Domain yang berbeda jauh.

E. Islam dan Modernisme


Meski Islam potensial menghadapi perubahan, tetapi aktualitas potensi tersebut
membutuhkan peran pemeluknya. Ketidakmampuan pemeluk Islam dapat berimbas pada
tidak berkembangnya potensi yang ada. Ungkapan yang sering dipakai para pembaru Islam
untuk menggambarkan hal ini adalah “al-Islammah jubbial-muslimin”.
Dalam mengaktualisasikan potensi tersebut, pemeluk Islam difasilitasi dengan
institusi tajdid(pembaruan, modernisasi). Ada dua model tajdid yang dilakukan kaum
muslim: seruan kembali kepada fundamen agama (al- Qur’an dan hadith), dan menggalakkan

12
aktivitas ijtihad. Dua model ini merupakan respons terhadap kondisi internal umat Islam dan
tantangan perubahan zaman akibat modernitas.
1. Model pertama disebut purifikasi, upaya pemurnian akidah dan ajaran Islam dari
percampuran tradisi-tradisi yang tidak sesuai dengan Islam.
2. Model kedua disebut dengan pembaruan Islam atau modernisme Islam (Achmad
Jainuri;1995,38). Di sini, Tajdid memiliki peranan yang signifikan. Ketiadaan rasul
pasca Muhammad SAW. bukan berarti tiadanya pihak-pihak yang akan menjaga
otentitas dan melestarikan risalah Islam. Jika sebelum Muhammad SAW. peranan
menjaga dan melestarikan risalah kerasulan selalu dilaksanakan oleh nabi atau rasul
baru, pasca Muhammad SAW. peran tersebut diambil alih oleh umat Islam sendiri.
Rasul Muhammad SAW. pernah menyatakan bahwa ulama` merupakan pewarisnya,
dan di lain kesempatan ia menyatakan akan hadirnya mujaddid di setiap seratus tahun.

F. Dampak Modernisme Islam


Sebagian dari unsur kebudayaan dunia Barat adalah pemikiran modern. Dampak dari
pemikiran modern terhadap kondisi umat Islam di Indonesia terjadi dalam dua wilayah
sentral yang sangat menentukan dalam perjalanan kehidupan umat Islam selanjutnya. Dua
pengaruh ini telah menimbulkan permasalahan-permaslahan lain sebagai konsekuensi yang
cukup pelik dan sulit. Satu permasalahan dengan lainnya saling terkait sehingga untuk
menyelesaikannya dituntut untuk dapat menemukan inti yang menjadi akar dari munculnya
permasalahan-permasalahan lain.
Dampak pemikiran zaman modern telah merasuki cara berpikir sebagian umat Islam
baik yang melanjutkan studi di Negara-negara Barat atau mereka yang studi di dalam negeri
tapi banyak mengakses khazanah-khazanah pemikiran dunia Barat. Cara berpikir yang
diwariskan adalah cara berpikir rasionalistik-empirik. Artinya, cara berpikir yang didasarkan
pada penalaran logis dan teori-teori ilmiah yang dihasilkan dari beberapa observasi. Ilmu-
ilmu yang paling berpengaruh terhadap cara berpikir umat Islam adalah ilmu-ilmu yang
berkaitan dengan kemanusiaan. Jenis ilmu-ilmu ini sering diistilahkan dengan ilmu-ilmu
humaniora, misalnya psikologi, filsafat, sosiologi, dll.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Modernitas yang melanda dunia Islam, dengan segala efek positif- negatifnya,
menjadi tantangan yang harus dihadapi umat Islam di tengah kondisi keterpurukannya. Umat
Islam Di Tuntut bekerja ekstra keras mengembangkan segala potensinya untuk
menyelesaikan permasalahannya. Tajdid sebagai upaya menjaga dan melestarikan ajaran
Islam menjadi pilihan yang harus dimanfaatkan secara maksimal oleh umat Islam. Upaya
tajdid harus terus dilakukan, tidak boleh berhenti meski memerlukan cost yang besar.
Wallahu a`lam.

B. Keritik dan Saran


Pada saat pembuatan makalah, penulis menyadari bahwa banyak sekali kesalahan dan
jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, penulis harapkan kritik dan sarannya mengenai
pembahasan makalah dalam kesimpulan di atas

14
DAFTAR PUSTAKA

http://digilib.uinsa.ac.id/6684/5/Bab%202.pdf
https://mynida.stainidaeladabi.ac.id/asset/file_pertemuan/e3528-tinjauan-tentang-
modernisme-islam.pdf

15

Anda mungkin juga menyukai