MODERNISASI BERAGAMA
DOSEN PENGAMPU
ANIK SUNARIYAH, S.Pd.I/M.Pd.I
KELOMPOK 4
1. Fery Kurniawan
2. M. Maulana Rizqy
3. Dharma Arya Pragota
4. Karina Wulandari
1
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................3
A. Latar Belakang.......................................................................................................3
B. Rumusan Masalah..................................................................................................4
C. Tujuan....................................................................................................................4
D. Manfaat..................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................5
A. Pengertian Modernisasi Beragama..........................................................................5
B. Faktor Penyebab Modernisasi Beragama..........................................................7
C. Peran Agama Dalam Modernisasi......................................................................9
D. Cara Mengatasi Masalah Modernisasi Agama Islam.....................................10
BAB III PENUTUP.......................................................................................................12
KESIMPULAN...............................................................................................................12
A. Saran....................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................13
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Untuk itulah dalam tulisan yang singkat ini akan mencoba melacak
tradisi modernisasi dalam dunia Islam maupaun medernisasi dalam
pandangan Islam. dan juga bagaimana hubungan Islam dengan negara
modern, yang jelas sangat berkaitan dengan kemajuan dicapai Barat dalam
segala bidangnya sebagai indikasi sederhana bahwa “genderang”
modernisasi yang “ditabuh” di dunia Islam tidak dapat dipisahkan dari
mata rantai dan tranmisi terhadap prestasi kemajuan yang diukir oleh
dunia Barat.Baik modernisasi yang dilakukan hari ini sebagai langkah
negara barat yang ingin menguasai negara dan meyebarkan ideologinya.
B. Rumusan Masalah
3
1. Apakah pengertian dari modernisasi beragama ?
2. Apa saja faktor penyebab modernisasi beragama ?
3. Apa peran agama dalam modernisasi ?
4. Bagaimana cara mengatasi masalah modernisasi agama islam ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian modernisasi beragama
2. Untuk mengetahui dan memahami faktor penyebab modernisasi
beragama
3. Untuk mengetahui dan memahami peran agama dalam modernisasi
4. Untuk mengetahui dan memahami cara mengatasi masalah
modernisasi agama islam
D. Manfaat
Supaya saya dan pembaca mengetahui dan memahami pengertian
modernisasi beragama. Dengan harapan seseorang bisa mengatasi masalah
modernisasi beragama.
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Modernisasi Beragama
5
ketiga hal ini, wasathiyyah akan sangat susah bahkan mustahil untuk
diwujudkan.
Menurut Prof. Komaruddin Hidayat (Guru Besar Bidang Filsafat Islam),
pengertian moderasi beragama muncul karena ada dua kutub ekstrem, yakni
ekstrem kanan dan ekstrem kiri. Ekstrem kanan terlalu terpaku pada teks dan
cenderung mengabaikan konteks, sedangkan ekstrem kiri cenderung
mengabaikan teks. Maka, moderasi beragama berada di tengah-tengah dari dua
kutub ekstrem tersebut, yakni menghargai teks tetapi mendialogkannya dengan
realitas kekinian.
Dalam konteks Pendidikan Islam, moderasi ini berarti mengajarkan agama
bukan hanya untuk membentuk individu yang saleh secara personal, tetapi juga
mampu menjadikan paham agamanya sebagai instrumen untuk menghargai
umat agama lain.
Menurut Prof. Azyumardi Azra (Guru Besar Sejarah Islam), moderasi
beragama di Indonesia yang sangat terlihat adalah umat Islam. Pengertian
Moderasi beragama dalam konteks umat Islam kemudian disebut Islam
Wasathiyah. Kondisi moderasi beragama di Indonesia saat ini sudah mapan
dengan adanya Islam Wasathiyah. Artinya, dalam memahami agama tidak
banyak masyarakat Indonesia yang ekstrem kanan ataupun yang ekstrem kiri.
Keunikan dari Moderasi Islam Indonesia adalah umat Islam sebagai
mayoritas, tapi para pemimpin dan ulamanya menerima empat pilar
kebangsaan; Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, NKRI dan Undang-Undang
1945. Hal ini yang kemudian membuat peneliti Eropa terheran-heran mengapa
umat Islam Indonesia tidak menjadi Islam, padahal Islam mayoritas.
Moderasi Islam Indonesia senantiasa dijunjung dan dikembang oleh
Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah. NU dengan gagasan Islam
Nusantara-nya sejalan dengan Islam Wasathiyah. Begitu pula dengan
Muhammadiyah dengan gagasan “Islam berkemajuan”-nya juga merupakan
Islam Wasathiyah.
Menurut Drs. Lukman Hakim Saifuddin (Menteri Agama tahun 2014-
2019), dalam istilah moderasi beragama harus dipahami bahwa yang
dimoderasi bukan agamanya, melainkan cara kita beragama. Hal ini karena
agama sudah pasti moderat.
Hanya saja ketika agama membumi, lalu hakikatnya menjadi sesuatu yang
dipahami oleh manusia yang terbatas dan relatif. Agama kemudian melahirkan
aneka ragam pemahaman dan penafsiran. Oleh karena itu, moderasi beragama
merupakan keniscayaan untuk menghindari penafsiran yang berlebihan dan
paham keagamaan yang ekstrem, baik ekstrem kanan maupun kiri.
Moderasi beragama seperti istilah moderasi Islam. Agama Islam tak perlu
dimoderasikan lagi, namun cara seseorang berislam, memahami Islam, dan
mengamalkan Islam yang senantiasa harus dijaga pada koridornya yang
moderat.
6
Ada dua poin penting dalam melihat Moderasi Islam. Pertama, senantiasa
adil, yakni memosisikan diri ke tengah tidak condong ke salah satu sisi. Dalam
konteks beragama, seseorang harus adil melihat berbagai sudut pandang
berbeda asalkan masih dalam koridor moderat. Jika mengarah ke sudut
pandang ekstrem, maka itu tak bisa ditoleransi.
Kedua, keseimbangan. Banyak kalangan yang mencoba untuk
menafsirkan ajaran agama supaya bisa menjadi pedoman kehidupan manusia.
Akan tetapi, keterbatasan manusia menyebabkan upaya penafsiran tersebut
tidak sempurna sehingga muncul sudut pandang berbeda dalam menafsirkan
agama.
Dalam konteks kehidupan berbangsa, moderasi dalam beragama sangat
erat terkait dengan menjaga kebersamaan dengan memiliki sikap tenggang
rasa. Hal itu agar paham agama yang berkembang tidak bertentangan dengan
nilai-nilai kebangsaan.
7
kebudayaan luar kita harus menyaring dan memilih sisi positifnya serta
membuang sisi negatifnya.
Orang yang sudah tidak mempunyai kesadaran lagi biasanya berbuat
sesuatu tanpa perhitungan, tidak peduli apakah pebuatannya tiu akan
menghancurkan didrinya sendiri atau tidak.
8
Adapun Mac Iver lebih senang membedakan antara utilitarian elements
dan cultural elements yang didasarkan pada kepentingan-kepentingan manusia
yang primer dan sekunder. Semua kegiatan dan ciptaan manusia dapat
diklasifikasikan ke dalam kedua kategori tersebut.
Sebuah mesin ketik, alat pencetak, komputer atau sistem keuangan
merupakan utilitarian elements karena manusia tidak menginginkan benda-benda
tersebut secara langsung memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
Walaupun benda-benda tersebut dapat dipakai untuk memenuhi
kebutuhannya. Cultural elements merupakan ekspresi dari jiwa yang terwujud
dalam cara-cara hidup dan berfikir, pergaulan hidup, seni kesusastraan, agama,
rekreasi, dan hiburan.
Namun sebaliknya harus dipahami pula bahwa satu sisi, agamalah yang
diharapkan bisa memainkan peranan positif aktifnya dalam mengerem perilaku
serakah, brutal, dan mengancam kelangsungan hidup serta mengabaikan sama
sekali spiritualitas dan transendentalisme untuk diarahkan kepada kehidupan
yang bertatanan ketuhanan, kemanusiaan dan transcendental dalam menuju
dunia yang damai dan berperadaban. Disinilah letak peran penting pemimpin
agama, untuk dapat menginterpretasi agama, dari berbagai sudut pandang,
rasional, universal dan mengejawantah “membumi” sesuai dengan kebutuhan
umat dan zaman, hingga agama tidaklah dipandang sebagai momok penghalang
dari era modern ini.
10
Cara mengatasinya dengan cara istiqomah. Karena, jika manusia itu
memiliki iman yang kuat maka ia memiliki pendirian yang teguh dan
kecanggihan teknologi bisa dimanfaatkan dengan sebaiki-baiknya. Jika manusia
itu tidak memiliki iman yang kuat maka ia tidak memiliki pendirian yang teguh
dan mudah terjerumus. Dan kecanggihan teknologi masa kini bisa menjadi
dampak yang buruk baginya. Selain itu harus kuat iman karena dengan kuatnya
iman insya Allah kita tidak akan terbawa oleh arus negatif. Banyak orang yang
mengartikan bahwa modernisasi adalah zaman untuk bergaya, padahal dalam
pandangan islam modernisasi ialah batasan yang tidak boleh keluar dari norma-
norma Islam.
Selain cara tersebut, bisa dilakukan dengan memberi dasar pendidikan
keimanan. Contoh:
1. Setelah anak lahir disunatkan azan di telinganya, ini adalah awal dari
pendidikan keimanan. Dari sejak dini hendaknya orang tua memperkenalkan
kehidupan yang bernapaskan islam sehingga anak tidak akan asing dengan
tradisidan budaya islam yang dijumpai didalam rumahnya atau pada
lingkungannya.
2. Mengajarkan kalimah La ilaha illallah. Riwayat dari Al-Hakim dari ibnu
Abbas r.a. dari nabi SAW. Ia berkata:”Permulaan kalimat yang harus diajarkan
kepada anakanakmu ialah kalimat La ilaaha illallah”.
3. Anak sejak mulai berakal hendaknya dikenal dengan apa-apayang tidak
haram dan apa-apa yang haram. Hadist dikeluarkan oleh Ibnu Jarir dan Ibnu
Mundzir dari Ibnu Abbas ia berkata:”lakukan ketaatan kepada Allah dan takutlah
kemaksiatan kepada Allah, printah putramu agar menjalankan printah dan
menjauhkan diri dari larangan, yang serupa itu adalah pembentengan bagi
mereka dan bagi kamu dari neraka”.
4. Memperkenalkan suasana semangat (gemar) salat sedini mungkin,
mengajarkan mulai umur tujuh tahun
5. Sejak dini perlu dididik agar timbul rasa cintanya kepada Rasul SAW.
Kepada ahli baitnya dan suka membaca Al- Qur’an. Hadist riwayat Thabrani
dari Ali r.a. bahwa nabi saw. Berkata:”Dididiklah anakmu atas tiga hal:
Mencintai nabinya, mencintai ahli baitnya dan membaca Al-Qur’an, bahwa Al-
Qur’an itu berada dibawah naungan Arasy Allah bersama-sama dengan para
Nabi dan hambanya yang suci pada hari tidak ada naungan kecuali hanya
naungan Allah”.
6. Para ahli pendidikan sependapat bahwa setiap anak lahir dalam fitrah
tauhid, dalam akidah iman pada Allah dan dalam keaslian suci dan bersih, bila
sejak dini mendapatkan pendidikan baik maka akan tumbuh dengan baik.
11
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
12
1. Walaupun arus globalisasi dan modernisasi deras mengalir
membanjiri jalan pikiran manusia, tetapi setiap orang pasti memiliki
agamanya masing-masing
2. Agama harus lebih di utamakan dari segalanya. Kehidupan di dunia
hanyalah sementara, karena kehidupan di akhirat adalah kehidupan
yang abadi dan lebih kekal dari pada kehidupan di dunia.
A. Saran
DAFTAR PUSTAKA
http://rijalseventh.b;ogspot.com/2012/04/makalah-agama-dan-
modernisasi.html?m=1
13
http://alqomartasikmalaya.wordpress.com/2011/11/24/makalah-modernisasi-
dalam-pandangan-islam/
http://mohamadrofiul.blogspot.com/2010/05/makalah-agama-dan-
modernisasi.html?m=1
http://jurnal.radenfatah.ac.id/index.php/intizar
14