Dosen Penganpuh:
Disusun oleh:
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan Rahmat, Inayah,
Taufik dan Hinayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah
ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat
dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca
dalam bidang keperawatan.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
saya miliki sangat kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca
untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...........................................................................................................i
Daftar Isi.....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................1
1.3 Tujuan...............................................................................................................1
1.4 Mamfaat...........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Apa Pengertian Tajdid dan Tajrid....................................................................2
2.2 Bagaimana Model Tajdid dan Tajrid Muhammadiyah?..................................5
2.3 Bagaimana Model Gerakan Keagamaan Muhammadiyah?.............................7
2.4 Apa Makna Gerakan Keagamaan Muhammadiyah?........................................8
2.5 Apa Gerakan Tajdid pada 100 Tahun Kedua?.................................................11
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................13
3.2 Saran.................................................................................................................13
Daftar Pustaka............................................................................................................14
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
makna gerakan keagamaan Muhammadiyah, mampu menjelaskan gerakan tajdid pada 100
tahun kedua.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
jawaban terhadap surat al-Maun yang dikaitkan dengan pembebasan kaum tertindas.
(Q.S. Al-Anfal: 24) (Sukrianto AR 1990: 43).
Apa yang dimaksud dengan tajdîd dalam Muhammadiyah dan bagaimana
perkembangannya selama satu abad pertama? Kedua persoalan ini perlu dianalisis
berdasarkan periodesasi dan kurun waktu yang telah ada. Secara garis besar,
perkembangan tajdid dalam Muhammadiyah dapat dibedakan menjadi tiga pase, yakni
pase aksi-reaksi, konsepsionalisasi dan pase rekonstruksi. Ketika Muhammadiyah
didirikan, para tokoh Muhammadiyah, termasuk K.H. Ahmad Dahlan, belum memikirkan
landasan konseosional dan teoritis tentang apa yang akan dilakukannya. Yang terjadi
adalah, upaya mereka untuk secara praktis dan pragmatis menyebarkan ajaran Islam yang
baik dan benar sesuai dengan tuntunan Rasulullah. Konsentrasi mereka difokuskan pada
bagaimana praktek keagamaan yang dilakukan masyarakat waktu itu disesuaikan dengan
apa yang dilakukan oleh Rasulullah di satu sisi, tapi juga memperhatikan tradisi agama
lain, khususnya kristen, yang kebetulan disebarkan oleh penjajah negeri ini. Adapun
rumusan tajdîd yang resmi dari Muhammadiyah itu adalah sebagai berikut:
a. Pemurnian
Dalam arti “pemurnian” tajdid dimaksudkan sebagai pemeliharaan matan ajaran
Islam yang berdasarkan dan bersumber kepada al-Qur'an dan As-Sunnah Ash-
Shohihah.
b. Peningkatan, Pengembangan, Modernisasi dan semaksa dengannya
Dalam arti “peningkatan, pengembangan, modernisasi dan yang semakna
dengannya”, tajdid dimaksudkan sebagai penafsiran, pengamalan, dan perwujudan
ajaran Islam dengan tetap berpegang teguh kepada al-Qur'an dan As-Sunnah Ash-
Shahihah.
Untuk melaksanakan tajdid dalam kedua pengertian istilah tersebut, diperlukan
aktualisasi akal pikiran yang cerdas dan fitri, serta akal budi yang bersih, yang dijiwai
oleh ajaran Islam. Menurut Persyarikatan Muhammadiyah, tajdid merupakan salah satu
watak dari ajaran Islam.
Yang diperbaharui adalah hasil pemikiran atau pendapat, dan bukan memperbarui
atau mengubah apa yang terdapat dalam al-Qur”an maupun al-Hadis. Dengan kata lain,
4
yang diubah atau diperbarui adalah hasil pemahaman terhadap al-Qur’an dan al-Hadis
tersebut.
2. Pengertian Tarjih
Tarjih berasal dari kata “rojjaha – yurajjihu- tarjihan”, yang berarti mengambil
sesuatu yang lebih kuat. Menurut istilah ahli ushul fiqh adalah Usaha yang dilakukan oleh
mujtahid untuk mengemukakan satu antara dua jalan (dua dalil) yang saling bertentangan,
karena mempunyai kelebihan yang lebih kuat dari yang lainnya.
Tarjih dalam istilah persyarikatan ,sebagaimana terdapat uraian singkat mengenai
“Matan Keyakinan dan Cita-cita hidup Muhamadiyah” adalah membanding-banding
pendapat dalam musyawarah dan kemudian mengambil mana yang mempunyai alasan
yang lebih kuat .
Tarjih secara etimologi berarti menguatkan. Konsep tarjih muncul ketika
terjadinya pertentangan secara lahir antara satu satu dalil dengan dalil lainnya yang
sederajat dan tidak bisa diselesaikan dengan cara al –jam’u wat taufiq. Dalil yang
dikuatkan disebut rajih, sedangkan dalil yang dilemahkan disebut dengan marjuh.
Dari pengertian di atas maka unsur-unsur yang ada dalam tarjih adalah :
a. Adanya dua dalil
b. Adanya sesuatu yang menjadikan salah satu itu lebih utama dari yang lain.
Tarjih bergerak dalam bidang pemurnian atau purifikasi. Sedangkan, tajdid adalah
reform atau pembaruan. Keduanya (tarjih dan tajdid), ibarat dua sisi mata uang yang
saling membutuhkan dan tak mungkin dipisahkan. Jika dilihat secara umum, tarjih lebih
bersifat masa lampau, sedangkan tajdid untuk masa depan.
2.2 Bagaimana Model Tajdid dan Tajrid Muhammadiyah?
1. Model – Model Tajdid
Secara garis besar, Prinsip dasar pembaharuan Islam termasuk Muhammadiyah
setidaknya terdapat 2 unsur yang saling berkaitan. Pertama, seruan terhadap Skrip
Skriptualisme (Al-quran dan As-sunnah) Dengan menekankan otoritas mutlak teks Suci
dengan menentukan substansi ajaran baik yang bersifat aqidah maupun dengan penerapan
praktisnya. Kedua, Upaya untuk meraih interpretasi ajaran Islam yang sesuai dengan
pemahaman pemahaman baru Seiring dengan tuntutan zaman yang Kontemporer.
5
Dalam kaitan dengan pembaharuan (Tajdid), Terdapat lima agenda penting yang
menjadi fokus Muhammadiyah dengan melakukan gerakannya, yaitu:
a. Tajwid Al Islam yang menyangkut tandhifal-akidah yaitu purifikasi terhadap ajaran
Islam (Sujarwanto 1992:32). Aqidah ini berusaha untuk membersihkan ajaran-ajaran
Islam dari unsur takhayul, bid’ah dan kurafat (TBC).
b. Pembaharuan yang menyangkut masalah teologi titik dalam bidang teologi,
Muhammadiyah sudah sewajarnya untuk mengkaji ulang konsep konsep teologi yang
lebih responsif dan tanggap terhadap persoalan zaman. Pembaharuan yang dilakukan
adalah untuk membicarakan persoalan-persoalan kemanusiaan di samping persoalan-
persoalan ketuhanan.
c. Karena Islam menyangkut persoalan dunia dan akhirat, Ideologi dan pengetahuan
secara dinamis yang menyangkut kehidupan manusia maka terjadi diorientasikan
pada pengembangan serta peningkatan kualitas kemampuan sumber daya manusia
(Islam)
d. Pembaharuan Islam menyangkut organisasi titik gerakan umat Islam harus rapi dan
memiliki manajemen yang profesional sehingga mampu bersaing dengan yang
lainnya.
e. Pembaharuan dalam bidang etos kerja. Poinnya juga menjadi fokus perhatian
Muhammadiyah karena etos kerja umat Islam saat berdirinya muhammadiyah sangat
rendah.
2. Model – Model Tajrid
a. Dalam bidang kepercayaan dan ibadah muatannya menjadi kurafat dan beda titik
adalah kepercayaan tanpa pedoman yang sah dari Alquran dan as-sunnah. hanya
ikut-ikutan orang tua atau nenek moyang. Sedangkan beda biasanya muncul
karena ingin memperbanyak ritual tetapi pengetahuan Islam nya kurang luas
sehingga yang dilakukan adalah bukan ajaran dari Islam. Misalnya selamatan
dengan kenduri dan tahlil dengan menggunakan lafal Islam
b. Realitas sosial agama yang dipraktekkan masyarakat inilah yang mendorong
Ahmad Dahlan melakukan pemurnian melalui organisasi Muhammadiyah titik
Munawir sjadzali mengatakan bahwa Muhammadiyah adalah gerakan pemurnian
6
yang menginginkan pembersihan Islam dari semua unsur singkretis dan daki-daki
tidak Islami lainnya.
Muhammadiyah memandang terjadi sebagai salah satu watak dari ajaran Islam
terjadi dalam pemandangan Muhammadiyah memiliki dua dimensi yaitu dimensi
pemurnian (purifikasi) dan dimensi peningkatan pengembangan, modernisasi atau
yang semakna dengan itu (dinamisasi). Dalam arti “Pemurnian” maksudkan sebagai
pemeliharaan Matan ajaran Islam yang berdasarkan dan bersumber kepada Al-quran
dan As-sunnah Ash-shahihah Sedangkan dalam pengertian “Peningkatan atau
pengembangan” tajdid dimaksudkan sebagai penafsiran, Pengalaman dan perwujudan
ajaran Islam dengan tepat Berpegang teguh pada Al-quran dan As-sunnah Ash-
shahihah.
2.3 Bagaimana Model Gerakan Keagamaan Muhammadiyah?
Organisasi Muhammadiyah adalah organisasi pergerakan titik Daya juang para
kader organisasi dalam mendalami dunia dakwah demi tersebarnya syariat-syariat Islam yg
merupakan sebuah isyarat bahwa gerakan Muhammadiyah telah menembus batas tradisi dan
budaya khususnya di Indonesia, tepat di mana organisasi ini berkembang dan mewujud.
setiap kader dituntut agar bergerak dinamis, dapat menjiwai nilai-nilai organisasi dan secara
ideologi Muhammadiyah.
Secara harfiah terdapat perbedaan antara kata “gerak”, Gerakan dan pergerakan
titik gerakan sendiri merupakan perubahan suatu materi dari tempat yang Yang satu ke
tempat yang lainnya. sedangkan gerakan berarti perubahan atau keadaan bergerak dan
pergerakan adalah usaha atau kegiatan. Pergerakan identik dengan kegiatan dalam ranah
sosial. Dengan demikian kata gerakan atau pergerakan memandang arti unsur dan esensi
yang dinamis dan statis.
Adapun makna gerakan keagamaan dalam Muhammadiyah adalah gerakan
kembali kepada Alquran dan as-sunnah titik Ahmad Dahlan berkesimpulan bahwa selama
agama Islam masih murni dan masih utuh dilaksanakan, maka umat Islam dapat bangkit
kembali. Terdapat tiga hal yang membedakan gerakan sosial dari bentuk perilaku kolektif
lainnya yaitu:
1. Organized yaitu gerakan sosial itu terorganisasi Sedangkan kebanyakan perilaku kolektif
tidak terorganisasi baik Pemimpin pengikut maupun proses pergerakannya.
7
2. Delibrate gerakan sosial itu direncanakan dengan penuh pertimbangan dan perencanaan
3. Enduring, gerakan sosial itu keberadaannya untuk jangka waktu yang panjang hingga
beberapa dekade artinya sebuah gerakan sosial, terlebih Gerakan keagamaan memiliki
karakter yang kuat untuk bergerak secara terorganisir terencana dan berkelanjutan
sehingga tidak mudah tertelan zaman maupun badai tantangan zaman berikutnya.
Dalam teori perubahan sosial sebuah pergerakan atau gerakan selalu lahir
memiliki makna sebuah gerakan tanpa harus putus ini dapat dilihat pada Muqaddimah
anggaran dasar Muhammadiyah pokok pikiran keenam. Terdapat tiga hal yang membedakan
gerakan sosial Muhammadiyah dengan yang lainnya. Dimana secara garis besar tersirat
bahwa Muhammadiyah adalah gerakan dakwah islam Amar ma'ruf dan tajwid yang
bersumber pada Al-quran dan Al-hadist.
2.4 Apa Makna Gerakan Keagamaan Muhammadiyah?
Muhammadiyah telah hadir dalam situasi zaman yang meniscayakan gerakannya
untuk memberikan jawaban melalui gerakan pembaharuan. Sebagai gerakan pembaharuan
dan gerakan sosial keagamaan, kehadiran Muhammadiyah memberikan makna tersendiri
bagi perubahan di masyarakat, dalam rumusan Anggaran Dasar 1914, disebutkan bahwa
kelahiran Muhammadiyah bertujuan untuk memajukan dan menggembirakan pengajaran dan
pelajaran Agama Islam di Hindia Nederland, dan B. Memajukan dan menggembirakan
kehidupan (cara hidup) sepanjang kemaunan Agama Islam kepada lid-lidnya. Kata
“memajukan” dan kata “menggembirakan” dalam pandangan Djarnawi Hadikusuma, kata-
kata yang sederhana tersebut mengandung arti yang sangat dalam dan luas. Yaitu, ketika
umat Islam sedang dalam kelemahan dan kemunduran akibat tidak mengerti kepada ajaran
Islam yang sesungguhnya, maka Muhammadiyah mengungkap dan mengetengahkan ajaran
Islam yang murni itu serta menganjurkan kepada umat Islam pada umumnya untuk
mempelajarinya, dan kepada para ulama untuk mengajarkannya, dalam suasana yang maju
dan menggembirakan. Kehadiran Muhammadiyah memainkan tiga peranan yang saling
terkait, yaitu:
1. Sebagai reformis keagamaan
2. Sebagai pelaku perubahan sosial
3. Sebagai kekuatan politik.
8
Sementara menurut Mukti Ali, kelahiran Muhammadiyah memiliki misi gerakan
dan orientasi amaliyah seperti:
1. Membersihkan Islam di Indonesia dari pengaruh dan kebiasaan yang bukan Islam.
2. Reformulasi doktrin Islam dengan pandangan alam pikiran modern.
3. Reformulasi ajaran dan pendidikan Islam.
4. Mempertahankan Islam dari pengaruh dan serangan luar.
Sedangkan menurut Adaby Darban menyimpulkan hasil temuan penelitiannya
sebagai berikut:” dalam bidang tauhid, K.H A. Dahlan ingin membersihkan aqidah Islam dari
segala macam syirik, dalam bidang ibadah, membersihkan cara-cara ibadah dari bid’ah,
dalam bidang mumalah, membersihkan kepercayaan dari khurafat, serta dalam bidang
pemahaman terhadap ajaran Islam, ia merombak taklid untuk kemudian memberikan
kebebasan dalam ber-ijtihad.
Dari beberapa pandangan dan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa makna
atau urgensi kehadiran Muhammadiyah sebagai gerakan keagamaan adalah sebagai berikut:
9
muslimin., Ahmad Dahlan melihat adanya kelesuan dan realitas keagamaan yang mandul
pada masanya, Islam sebagai agama terkesan tidak fungsional, hakikat Islam yang
“shalih li kulli zaman wa makan” (memberi efek kemulyaan di setiap waktu dan tempat)
seolah-olah paradok dengan realitas kehidupan ummat. Kemiskinan, kebodohan dan
keterbelakangan, adalah gambaran nyata mayoritas ummat ketika itu, keterpurukan ini
adalah dampak dari lamanya penjajahan. Selain itu dalam menjalankan perintah-perintah
agama, ummat Islam terjebak dalam taqlid buta dan pemujaan yang berlebihan terhadap
kyai dan tokoh agama. K.H. Ahmad Dahlan (1868-1923), sekalipun lahir di lingkungan
kultur Jawa Kraton yang kental, berkat pergaulannya dengan berbagai kalangan dan
pergulatan batinnya yang sangat intens dengan situasi Islam yang sedang jatuh. Ahmad
Dahlan dengan membuat organisasi Muhammadiyah berupaya membangunkan ummat
dengan memberikan pencerahan, semangat pembaharuan, dengan jargon tajdid, dalam
arti membuka pintu ijtihad, pada waktu yang sama juga mengibarkan panji-panji non
madzhab dalam paham agama, pada saat orang bersikukuh dengan madzhab. Gerakan
semacam ini sudah tentu mengundang reaksi keras dari berbagai pihak, tapi
Muhammadiyah tidak pernah goyah, meski dilawan atau dicaci, namun anehnya secara
diam-diam diikuti. Pada akhir abad ke-20, tampaknya apa yang dirintis Muhammadiyah
sudah menjadi milik umum diakui atau tidak.
c. Kehadiran Muhammadiyah mendorong ummat menuju gerakan amal nyata, Ahmad
Dahlan memahami bahwa konsep-konsep ideal al-Qur’an tidak akan berarti dan
bermakna, jika konsep-konsep tersebut tidak dimanifestasikan dalam realitas kehidupan,
seperti konsep peduli kemiskinan, perlindungan anak yatim, dan keperpihakan pada kaum
mustadh’afin. Pola kajian surat al-Ma’un yang diajarkan memberikan gambaran
bagaimana espektasi beliau kepada murid-muridnya agar pemahaman mereka terhadap
al-Qur’an berimplikasi kepada sikap nyata. Dengan konsep teologi al-Ma’un,
Muhammadiyah hadir mempelopori semangat dakwah bilhal, yang kemudian,
diwujudkan dengan membuat lembaga-lembaga sosial, seperti membuat panti asuhan,
rumah sakit, juga menata pola baru pengelolaan zakat dan lain-lain. Sikap dan pola
dakwah bil hal, dari intepretasi menuju aksi, adalah ruh gerakan Muhammadiyah yang
sesungguhnya.
10
d. Reformulasi pola pendidikan Islam yang tradisional dan agama ansich, menuju
pendidikan yang seiring dengan misi khalifah. Ketika terjadi dikhotomi pendidikan, satu
sisi model pendidikan umum yang hanya berorientasi duniawi, yang dimotori oleh
lembaga pendidikan kolonial Belanda dan beberapa golongan ningrat, dengan sistem dan
sarana prasarana modern, sementara di sisi lain model pendidikan Islam (pesantren)
dengan materi ajarnya hanya berkutat pada masalah-masalah agama dalam arti sempit
(terbatas pada bidang fiqih agama: bahasa Arab, terjemah dan tafsir, hadis, tasawuf
/akhlak, aqaid, ilmu mantiq dan ilmu falaq), dengan sistem dan prasarana tradisional.
Muhammadiyah lahir menjembatani dikhotomi tersebut, upaya yang dilakukan Ahmad
Dahlan dengan bergabung menjadi guru agama di Kweek school (yang dulu disebut
Sekolah Raja) di Jetis Yogyakarta, adalah bukti bahwa beliau ingin memasukkan materi
keagamaan pada sekolah umum. Di samping itu, beliau juga membuat sekolah Ibtidaiyah
Dienul Islam di rumah beliau. Ibtidaiyah Dienul Islam adalah sekolah yang berbasis
agama tetapi muatan ajarnya tidak hanya terbatas masalah agama, akan tetapi ditambah
dengan materi-materi umum, model pendidikan dan sarana-prasarana meniru kweek
school. Apa yang dilakukan Ahmad Dahlan dengan terobosan-terobosannya tersebut
mengundang banyak dikritik dan cemoohan dari ulama dan kyai ketika itu, sehingga
sebagai akibat dari tindakan-tindakannya beliau kemudian dituduh kyai kafir.
e. Kehadiran Muhammadiyah juga peduli dalam memblok umat Islam agar tidak menjadi
korban misi Zending Kristen. Kyai Dahlan dengan cara yang cerdas dan elegan mengajak
diskusi dan debat secara langsung dan terbuka dengan sejumlah pendeta di sekitar
Yogyakarta. Dengan pemahaman adanya kemiripan selain perbedaan antara Al-Quran
sebagai Kitab Suci umat Islam dengan kitab-kitab suci sebelumnya, Kyai Dahlan
menganjurkan atau mendorong “umat Islam untuk mengkaji semua agama secara rasional
untuk menemukan kebenaran yang inheren dalam ajaran-ajarannya”, sehingga Kyai
pendiri Muhammadiyah ini misalnya beranggapan bahwa diskusi-diskusi tentang Kristen
boleh dilakukan di masjid. Dari jalinan persahabatan Ahmad Dahlan dengan para pendeta
menunjukkan sikap toleran beliau terhadap agama Kristen. Hal ini dilakukan Ahmad
Dahlan dengan tujuan selain mengkondusifkan suasana eksternal Muhammadiyah, beliau
juga tidak segan-segan belajar dan meniru sistem sekolah dan kegiatan-kegiatan sosial
yang dilakukan oleh misionaris Kristen.
11
2.5 Apa Gerakan tajdid pada 100 Tahun Kedua?
Tajdid merupakan proses yang tidak pernah berhenti. Ia akan tumbuh dan
berkembang seiring dengan perkembangan kehidupan manusia. Dalam ranah agama,
dimaknai sebagai upaya untuk redefinisi makna di tengah-tengah kehidupan manusia yang
progresif Islam seringkali dimaknai Penganutnya sebagai agama yang “rahmatan lil alamin”,
Agama yang senantiasa sesuai di setiap tempat dan zaman. Untuk mengejawantahkan nya,
seringkali dihadapkan pada Dilema antara normativitas teks dengan realitas sosial. dalam
menghadapi Dilema ini, maka yang harus diubah adalah cara pandang terhadap teks Al-quran
dan as-sunnah. Amien Rais menyebutkan tajdid dilakukan secara konferensi yang mengarah
pada future oriented.
Pengetahuan dan peradaban manusia senantiasa berubah dan berkembang seiring
dengan perkembangan zaman. sebagai bagian dari narasi besar ilmu pengetahuan, ilmu-ilmu
keislaman pun mengalami pergeseran paradigma titik-titik hal ini terjadi karena ilmu-ilmu
yang lahir tidak lepas dari bingkai sosial yang mengkonstruksi realitas bingkai sosial ini lah
yang selalu mengalami perubahan seiring dengan perkembangan peradaban manusia Oleh
karena itu, pergeseran paradigma merupakan tuntutan sejarah sehingga senantiasa relevan
dan kontekstual bahkan berdayaguna.
Muhammadiyah 100 tahun kedua, meninjau ulang paradigma yang selama ini di
pegang merupakan suatu keharusan. Misalnya, sikap Muhammadiyah terhadap persoalan
budaya lebih bersifat monolithic. kecenderungan ini bisa dilihat dari identitas yang melekat
dalam Muhammadiyah yakni gerakan Islam yang murni disamping sebagai gerakan
modernisme.
Muhammadiyah 100 tahun kedua, diharapkan mampu Melangkah dengan
perkembangan dan strategi yang lebih tepat sasaran dan mencapai keberhasilan dalam
mewujudkan Visi dan tujuannya baik tujuan jangka menengah dan jangka panjang, maupun
Tujuan Ideal yakni terbentuknya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Untuk mencapai
tujuan yang ideal ini, diperlukan transformasi baru dalam aktualisasi gerakan nya di berbagai
bidang kehidupan. Disinilah pentingnya akulturasi ideologi modernisme – reformasi Islam
dalam gerakan dakwah dan tajdid gelombang kedua yang diperlukan Muhammadiyah.
Melalui potensi dan modal sebagai gerakan pencerahan Muhammadiyah diharapkan terus
12
berkiprah untuk pencerahan dan kemajuan bangsa serta mampu menjadikan gerakan islam
Kosmopolitan yang membawa Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam.
Selain transformasi dalam aktualisasi gerakan, juga transportasi di bidang
pemikiran, pendidikan, kesehatan, ekonomi dan usaha-usaha lain yang bersifat unggul dan
terobosan Muhammadiyah dituntut untuk terus berkiprah dengan inovatif. Dengan demikian
transformasi dakwah dan tajdid yakni melakukan perubahan-perubahan pandangan dan
strategi dakwah dan tajdid lebih mendasar sebagai alternatif.
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Organisasi Muhammadiyah adalah organisasi pergerakan titik Daya juang para
kader organisasi dalam mendalami dunia dakwah demi tersebarnya syariat-syariat Islam yg
merupakan sebuah isyarat bahwa gerakan Muhammadiyah telah menembus batas tradisi dan
budaya khususnya di Indonesia, tepat di mana organisasi ini berkembang dan mewujud.
Dengan demikian kata gerakan atau pergerakan memandang arti unsur dan esensi yang
dinamis dan statis. Adapun makna gerakan keagamaan dalam Muhammadiyah adalah
gerakan kembali kepada Alquran dan as-sunnah titik Ahmad Dahlan berkesimpulan bahwa
selama agama Islam masih murni dan masih utuh dilaksanakan, maka umat Islam dapat
bangkit kembali. Terdapat tiga hal yang membedakan gerakan sosial dari bentuk perilaku
kolektif lainnya yaitu:. Terdapat tiga hal yang membedakan gerakan sosial dari bentuk
perilaku kolektif lainnya yaitu:
1. Organized yaitu gerakan sosial itu terorganisasi Sedangkan kebanyakan perilaku kolektif
tidak terorganisasi baik Pemimpin pengikut maupun proses pergerakannya.
2. Delibrate gerakan sosial itu direncanakan dengan penuh pertimbangan dan perencanaan
3. Enduring, gerakan sosial itu keberadaannya untuk jangka waktu yang panjang hingga
beberapa dekade artinya sebuah gerakan sosial, terlebih Gerakan keagamaan memiliki
karakter yang kuat untuk bergerak secara terorganisir terencana dan berkelanjutan
sehingga tidak mudah tertelan zaman maupun badai tantangan zaman berikutnya.
3.2 Saran
Tajdid atau pembaharuan dalam Islam khususnya dalam Muhammadiyah memang
perlu terus dilakukan oleh kader–kader Muhammadiyah. Hal ini untuk melindungi ajaran–
ajaran agama yang semakin hari luntur oleh fenomena modern yang berkembang di
masyarakat. Pola kehidupan masyarakat modern yang memiliki budaya baru yang lebih
bebas cenderung melupakan ajaran – ajaran agama yang sebenarnya.
14
DAFTAR PUSAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_cendekiawan_pendidikan_islam
http://yayang08.wordpress.com/2009/02/17/al-islam-dan-kemuhammadiyahan
15