Anda di halaman 1dari 29

PEMBARUAN DI INDONESIA

(MUHAMMADIYAH)

DISUSUN OLEH :

Kelompok 1

Muvtia Agustina (2120203059)


Mitra Dwi Utami (2120203067)
Muhamad Fajar (2120203076)
Aliana Romatin Malik (2120203079)

Dosen Pengampu :
Dr. MGS H. Nazarudin, M.M

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH
PALEMBANG
2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan kemudahan
kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu
Nabi Muhammad SAW yang kita nantikan syafa’atnya di akhirat kelak. Aamiin
Makalah yang kami tulis ini berjudul “Pembaruan Di Indonesia
(Muhammadiyah)” yang membahas mengenai sejarah lahitnya Muhammadiyah,
pembaruan pendidikan di Indonesia yang dilakukan Muhammadiyah serta pengaruh
pambaruan Muhammadiyah di Indonesia.
Selain itu kami juga menyadari bahwa makalah ini terdapat kekurangan serta
jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, semua bentuk kritik dan saran sangat kami
harapkan supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.
Tidak lupa pula kami ucapkan terima kasih kepada bapak Dr. MGS H. Nazarudin,
M.M selaku dosen pengampu yang telah membimbing dan memberikan tugas ini.
Kami berharap dari pembahasan makalah ini dapat memberikan manfaat bagi setiap
pembaca.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Palembang, 20 Maret 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... ii


DAFTAR ISI ................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah .....................................................................................1
B. Rumusan Masalah .............................................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan ................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................. 3
A. Sejarah Lahirnya Muhammadiyah Dalam Melakukan Pembaruan ................... 3
B. Pembaruan Pendidikan Di Indonesia Yang Dilakukan Muhammadiyah ........... 7
1. Pembaruan Pendidikan Di Indonesia ............................................................. 7
2. Konsep Pembaruan Pendidikan Islam Di Indonesia ...................................... 8
C. Peran Muhammadiyah sebagai Gerakan Pembaruan di Indonesia .................. 16
1. Pembaharuan terhadap Kehidupan Beragama Umat Islam .......................... 17
2. Gerakan Emansipasi Wanita .........................................................................18
3. Pencerdasan Kehidupan Bangsa ...................................................................19
4. Peningkatan kualitas kesehatan, dan kehidupan sosial .................................20
5. Pemberdayaan tarap kehidupan ekonomi masyarakat ..................................21
6. Muhammadiyah Sebagai Negarawan ........................................................... 22
BAB III PENUTUP .................................................................................................... 24
A. Kesimpulan ...................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembaruan di Indonesia yang dilakukan Muhammadiyah berasal dari
latar belakang kebutuhan untuk memperbaharui pemikiran dan praktek
keagamaan di Indonesia pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. Pada saat itu,
banyak kebiasaan dan praktik keagamaan yang berakar pada tradisi dan budaya
lokal masih dianggap sebagai bagian dari agama Islam, sementara konsep-konsep
dan praktik-praktik yang lebih universal dalam Islam seringkali diabaikan.
Muhammadiyah didirikan pada tahun 1912 oleh sekelompok ulama
yang dipimpin oleh KH Ahmad Dahlan. Organisasi ini bertujuan untuk
mengajarkan konsep-konsep Islam yang murni dan universal, serta
menghapuskan praktik-praktik keagamaan yang dianggap sebagai bentuk syirik
atau bid'ah. Muhammadiyah juga mengutamakan pendidikan sebagai sarana
untuk mengembangkan masyarakat yang lebih baik dan mencapai kemajuan
dalam berbagai bidang.1
Pembaruan yang dilakukan oleh Muhammadiyah terutama terkait
dengan pendidikan dan sosial. Muhammadiyah mendirikan sekolah-sekolah
modern yang mengajarkan konsep-konsep Islam yang lebih murni dan juga
memberikan pendidikan umum yang lebih baik. Selain itu, Muhammadiyah juga
membuka rumah sakit dan berbagai institusi sosial lainnya untuk membantu
masyarakat yang membutuhkan.
Dalam bidang keagamaan, Muhammadiyah juga melakukan
pembaruan dengan mengajarkan konsep-konsep Islam yang lebih universal dan
menekankan pada pentingnya pemahaman yang benar terhadap ajaran Islam.
Muhammadiyah juga aktif dalam memerangi praktik-praktik keagamaan yang

1
Farid Setiawan, Kebijakan Pendidikan Muhamaadiyah, (Yogyakarta : UAD Press, 2021), hlm. 94

1
dianggap sebagai syirik atau bid'ah, seperti penggunaan tumbal dan pemujaan
terhadap makam-makam suci.
Secara keseluruhan, pembaruan yang dilakukan oleh Muhammadiyah
di Indonesia bertujuan untuk membawa masyarakat Indonesia lebih dekat pada
konsep-konsep Islam yang murni dan universal, serta untuk mencapai kemajuan
dalam berbagai bidang melalui pendidikan dan pengembangan sosial.
Pembaruan yang dilakukan Muhammadiyah di Indonesia dalam
Pendidikan mempunyai faktor tertentu yang akan dibahas secara intens pada
makalah, bukan hanya itu, tapi ada banyak peran penggerakan yang dilakukan
Muhammadiyah untuk melakukan perubahan di Indonesia.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah sejarah lahirnya Muhammadiyah dalam melalukan pembaruan?
2. Apakah pembaruan pendidikan di Indonesia yang dilakukan Muhammadiyah?
3. Bagaimanakah peran Muhamadiyah sebagai Gerakan pembaruan di Indonesia?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mendeskripsikan sejarah lahirnya Muhammadiyah dalam
melakukan pembaruan.

2. Untuk mendeskripsikan pembaruan pendidikan di Indonesia yang


dilakukan Muhammadiyah.

3. Untuk mesdeskrpsikan peran Muhammadiyah sebagai Gerakan


pembaruan di Indonesia.

2
BAB II

PEMBAHASAN
A. Sejarah Lahirnya Muhammadiyah Dalam Melakukan Pembaruan
Muhammadiyah sebagai gerakan islam di Indonesia lahir dan
ditetapkan pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330 H/18 November 1912.
Muhammadiyah sebagai gerakan pembaharuan Islam di Indonesia ini
dipelopori oleh K.H. Ahmad Dahlan. Organisasi Muhammadiyah merupakan
organisasi terbesar ke 2 setelah Nahdhatul Ulama di Indonesia. 2Maksud dan
tujuan organisasi Muhammadiyah sebagaimana dalam AD/ART ialah
menegakan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud
masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Salah satu usaha untuk mencapai
tujuan tersebut, Muhammadiyah melaksanakan da’wah amar ma’ruf nahi
mungkar dan tajdid dalam usaha disegala bidang kehidupan seperti halnya
mendirikan lembaga Pendidikan di Indonesia. Kelahiran muhammadiyah di
Indonesia memiliki sebab-sebab yang melatarbelakangi berdirinya
muhammadiyah. Yakni dilatarbelakangi oleh faktor-faktor subjektif K.H.
Ahmad Dahlan sebagai pendiri organisasi Muhammadiyah, dan faktor
objektif yang terjadi di Indononesia pada saat itu.

1. Faktor Subjektif

Faktor subjek yang dimaksud disini ialah yang berkenaan dengan


pribadi K.H. Ahmad Dhaln itu sendiri, yakni pengalaman dan
pendalamannya terhadap kandungan al quran. Dimana K.H. Ahmad
Dahlan menelaah, mendalami kandungan al-Quran dan mentadaburinya,
utamanya pada surah Ali Imran ayat 104 dan ayat 110.

2
Ibid., hlm. 96

3
Memahami seruan ayat tersebut kemudian K.H. Ahmad Dahlan
tergerak hatinya untuk membuat perkumpulan yang terorganisasi dan
teratur, yakni untuk melaksanakan misi dakwah amar ma’ruf nahi
mungkar di tengah-tengah masyarakat utamanya di Indonesia. Selain dari
pada mentadaburi al-quran, K.H. Ahmad Dahlan pula banyak
diperngaruhi oleh pemikiran-pemikiran dari Jamaludin al-Afgani (1838-
1897), Muhammad Abduh (1849-1905), Muhammad Rasyid Ridha
(1865-1935).

2. Faktor Obyektif

Faktor obyektif ialah yang berkenaan diluar diri K.H. Ahamd


Dahlan, yakni mengenai kondisi-kondisi dan situasi yang ada di
Indonesia.Motivasi K.H. Ahmad Dahlan untuk membentuk
Muhammadiyah dan mengembangkan gagasan pembaruannya tidak
terlepas dari kondisi sosial umat Islam ketika itu yang menghadapi
berbagai tantangan. 3
Berkaitan dengan kondisi dan situasi di Indonesia
yang memiliki pengaruh terhadap latar belakang berdirinya
muhammadiyah terbagi dalam 2 faktor objektif. Yakni faktor objektif
internal, dan faktor objektif eksternal.

Faktor-faktor penyebab bedirinya muhammadiyah pada faktor


objektif internal ialah adanya berbagai masalah yang terjadi didalam
masyarakat Indonesia itu sendiri. Pertama, yakni kondisi masyarakat
Islam Indonesia yang banyak menyimpang daari ajaran-ajaran al-quran
dan as-Sunnah khususnya di jawa. Kedua, adanyanya misionaris Kristen
yang menyebarkan agamanya didalam masyarakat. Ketiga, politik
kolonialisme belanda. Keempat, keterbelakangan umat Islam Indonesia

3
Nurhayati Djama, Dinamika Pendidikan Islam Di Indonesia, (Jakarta : PT Raja Grafindo
persada, 2009), him. 82

4
dalam segala aspek kehidupan yang merajalela akibat penjajahan.
Kelima ,keadaan lembaga Pendidikan Islam yang tidak optimal dalam
mengikuti perkembangan zaman. Melihat kenyataan tersebut sebegai
seorang Muslim K.H. Ahmad Dahlan terpanggil untuk memperjuangan
agama Islam dengan sebenar-benarnya. Baik itu dalam pendidikan, sosial,
ekonomi dan kegamaan yang dimaksudkan untuk kemaslahatan umat
Islam. Pembentukan organisasi Muhammadiyah yang di dirikan K.H.
Ahmad dahlan dilakukanya bukan tanpa peran dan dorongan dari orang-
orang disekelilingnya. Seperti halnya K.H. Ahmad Dahlan mendaptkan
inspirasi mendirikan organisasi Muhammadiyah atas saran dari kalangan
teman-temannya pada saat menjadi salah seorang anggota di Budi Utomo
yang akhirnya mendapat dukungan dari beberapa tokoh agama seprti K.H.
Dimyati dan K.H. Fachrudin. Pemikiran dan dukungan demikian yang
telah mempengaruhi K.H. Ahmad Dahlan merintis kelahiran
Muhammadiyah.

Gagasan pendirian organisasi Muhammadiyah tidaklah semudah


membalikan telapak tangan. Namun, K.H. Ahmad Dahlan mendapatkan
resistensi baik itu dari keluarganya sendiri maupun dari masyarakat
sekitarnya. perjuangannya banyak mendapat tuduhan dan fitnahan yang
bertubi-tubi. Salah satunya ialah difitnah hendak mendirikan agama baru
yang bertentangan dengan ajaran Islam. Ia pula ada yang menuduhnya
dengan Kyai palsu karena pergaulannya dengan orang-orang belanda dan
meniru-niru perkembangan yang ada di barat. Permasalahan yang ia jumpai
dalam perjuangannya, pada suatu waktu membuat K.H. Ahmad Dahlan
merasa tidak yakin untuk melanjutkan perjuangannya. Namun disaat itu pula,
sosok istri beliau memberikan dorongan kepada K.H Ahmad Dahlan untuk
tetap tegar menghadapi segala permasalahan yang dihadapinya.

5
Muhammadiyah merupakan organisasi yang memainkan peran
penting dalam pergerakan pendidikan Islam di Indonesia. Organisasi ini tidak
hanya mengajarkan ajaran-ajaran islam semata di masjid-masjid tetapi lebih
dari itu Muhammadiyah mendirikan lembaga-lembaga Pendidikan. Melalui
Pendidikan inilah Muhammadiyah memainkan peranannya sebagai organisasi
modernis dalam pendidikan. Wujud dari pendidikan modernisme
Muhammadiyah dapat diketahui dari model pengajaran yang diterapkannya.
Bukan hanya mengajarkan wawasan keislaman saja tetapi mengajarkan ilmu
pengetahuan yang luas untuk bekal kehidupan seseorang. 4

Gagasan K.H. Ahmad Dahlan yang penting dicatat adalah memasukan


Pendidikan Agama Islam kedalam sekolah yang dikelola pemerintah. Ia
sendiri pernah menjadi pengajar Agama Islam di Kweekschool Jetis-
Yogyakarta sekitar tahun 1910. Walaupun pelajaran itu masih bersifat Ekstra-
Kurikuler dan dilaksanakan pada hari Sabtu sore dan Minggu pagi namun
peristiwa itu merupakan peristiwa yang pertama agama Islam diajarkan di
sekolah.5 Dalam bidang Pendidikan, Muhammadiyah mengalami
perkembangan yang sangat signifikan, terutama dari segi kualitas dan
kuantitas jumlah lembaga Pendidikan yang dimilikinya di seluruh Indonesia.
Dalam bidang Pendidikan oraganisai Muhammadiyah memiliki banyak
lembaga Pendidikan dari tingkat dasar hingga Perguruan Tinggi. Lembaga
Pendidikan tersebut ialah Sekolah Dasar (SD), Madrasah Ibtidaiyah (MI),
Sekolah Menengah Pertama (SMP), Madrasah Tsanawiyah (MTS), Sekolah
Menengah Atas (SMA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Madrasah
Aliyah (MA), dan Pondok Pesantren. Adapun dalam lembaga Perguruan

4
Ibid., hlm. 89
5
Weinata Sairin, Gerakan Pembaruan Muhammadiyah, (Jakrta : PT Fajar Interpratama, 2013),
hlm.49

6
Tinggi yang dimiliki Organisasi Muhammadiyah yakni Sekolah Tinggi,
Akademi, Politeknik dan Universitas.

B. Pembaruan Pendidikan Di Indonesia Yang Dilakukan Muhammadiyah

1. Pembaruan Pendidikan Di Indonesia


Pembaharuan dalam Islam dilakukan pada hal-hal yang terkait
dengan masalah-masalah yang melingkupi kehidupan muslim, bukan
yang terkait dengan dasar atau ajaran Islam yang fundamental.
Pembaharuan tidak dilakukan pada al-Quran dan hadist itu sendiri, tetapi
penafsiran-penafsiran atau interpretasi terhadap ajaran-ajaran dalam al-
Quran dan Hadist itulah yang diperbaharui, sesuai dengan tuntutan
kebutuhan perkembangan zaman.6

Timbulnya pemikiran pembaharuan islam di Indonesia baik dalam


bidang keagamaan maupun pendidikan dilatar belakangi oleh beberapa
faktor yakni pertama, faktor internal Indonesia dimana pada saat itu
kondisi pendidikan Indonesia masih sangat memprihatinkan. Pada saat itu
pengajaran dilakukan masih sangat sederhana di surau-surau dan pondok
pesantren tradisional yang hanya mengajarkan materi keagamaan tanpa
mengajarkan tentang ilmu pengetahuan umum. Lebih parahnya pada
masa kolonial pemerintah Belanda, Pendidikan Indonesia menjadi sangat
tertinggal dimana pemerintah kolonial belanda sangat gencar menerapkan
strategi untuk menciptakan masyarakat Indonesia yang lemah, miskin dan
bodoh. Sehingga umat Islam Indonesia menjadi terjajah dibawah
pemerintah kolonial belanda. Kedua, faktor ekternal yakni
dipengaruhinya pemikiran-pemikiran dari Timur Tengah antara lain
Jamaluddin al-Afghani, Muhammad Abduh, dan Rasyid Ridha yang

6
Zetty Azaitun, Pemikiran Pendidikan Islam Perspektif K.H. Ahmad Dahlan Dan K.H.
Hasyim, (Jakarta : Didakita, 2014), hlm. 139

7
menggagas mengenai pembaharuan Islam, yang timbul akibat kesadaran
akan umat Islam tentang kondisi diberbagai segi kehidupan yang
mengalami kemunduran dan ketertinggalan umat Islam dibandingkan
dengan bangsa Eropa. Peristiwa tersebut menimbulkan kesadaran umat
Islam Indonesia terutama para pelajar yang menimba ilmu di Timur
Tengah untuk mengubah kondisi yang ada menuju kepada kemajuan
zaman. Baik dalam bidang keagamaan, sosial, budaya, politik maupun
dalam dunia Pendidikan.

Gaung kemajuan dan gema pembaharuan itu sampai ke Indonesia


pada awal abad ke 20. Gaung pembaharuan itu pada mulanya dibawa oleh
para pelajar atau mahasiswa Indonesia yang belajar di Timur Tengah
pulang ke Indonesia. Berkaitan dengan itu munculah beberapa tokoh-
tokoh pembaharu pemikiran Islam di Indonesia. Para pembaharu itu
banyak bergerak di bidang organisasi sosial, pendidikan dan politik.
Diantaranya Syekh Muhammad Jamil Jambek, Syekh Thaher Jalaluddin,
Haji Karim Amrullah, Haji Abdullah Ahmad, Syekh Ibrahium Musa, dan
Zainuddin Labai al-Yunusi, yang kesemuannya ini berasal dari
Minangkabau. Di jawa muncul tokoh K.H. Ahmad Dahlan, dengan
gerakan Muhammadiyah, A. Hasan dengan Gerakan Persatuan Islam
(Persis), Haji Abdul Halim dengan gerakan Persyrikatan Ulama. K.H.
Hasyim Asy’ari dengan Organisasi Nahdhatul Ulama. Tokoh tokoh ini
semuanya banyak bergerak di bidang Pendidikan. munculah upaya-upaya
untuk memperbaharui pendidikan islam di Indonesia.7

2. Konsep Pembaruan Pendidikan Islam Di Indonesia


K.H. Ahmad Dahlan diakui sebagai seorang tokoh pembaharuan
dan pergerakan Islam di Indonesia, antara lain karena ia berperan dalam
7
Haidar Putra, Dinamika Pendidikan Islan Di Asia Tenggara, ( Jakarta : PT Rineka Cipta,
2009), hlm. 20

8
mengembangkan pendidikan Islam dengan pendekatan-pendekatan yang
lebih modern. Pengalaman pendidikannya sejak dari pesantren hingga
studi di mekkah, memungkinkannya untuk melakukan hal tersebut. Ia
sendiri berkepentingan dengan mengembangkan Pendidikan Islam karena
melihat banyaknya pengalaman keislaman masyarakat yang menurutnya
tidak sesuai dengan ajaran al-quran dan al-hadist. Begitu pun
pergaulannya yang luas dengan berbagai kalangan, telah merangsang
dirinya untuk melakukan pembaharuan, termasuk bidang Pendidikan.
8
Deliar Noer dalam bukunya Muh. Saerozi mengungkapkan bahwa
tempat belajar mengajar setingkat Madrasah Ibtidaiyah berhasil didirikan
semasa K.H. Ahmad Dahlan menjadi anggota Budi Utomo tahun 1908-
1909. Madrasah tersebut bertempat diruang tamu yang berukuran 2,5 x 6
m. meskipun ruangannya kecil, tetapi pengelolaan Pendidikan dilakukan
secara modern dengan menggunakan metode dan kurikulum baru. Sarana
pembelajaran meniru gaya modern, seperti bangku, papan tulis, kursi.

Pemikiran pembaharuan K.H Ahmad Dahlan mengenai


pembaharuan Islam utamanya dalam Pendidikan tidak tertulis didalam
buku-buku karangan beliau sendiri. Karena memang K.H.Ahmad Dahlan
bukanlah sosok seorang penulis, namun Beliau lebih dikenal dengan
sosok yang amaliyah dalam pergerakan. pemikirannya tersebut dapat
diketahui melalui buku-buku yang menceritakan kehidupan beliau oleh
para generasi selanjutnya dan orang-orang terdekat yang menjadi sumber
informasi. Beberapa pemikiran K.H. Ahmad Dahlan yang perlu dipahami
terutama terutama dalam bidang Pendidikan ialah mengenai pembaruan
Pendidikan Islam yang meliputi pembaruan tujuan Pendidikan,
pembaruan Teknik penyelenggaraan Pendidikan, dan proses pembelajaran
dalam Pendidikan. Hal tersebut dapat di pahami sebagai berikut.
8
Suwito, Sejarah Pemikiran Para Tokoh Pendidikan, (Bandung : Aksara, 2003), hlm. 59

9
a. Sistem Pendidikan

Pendidikan di Indonesia berada pada kondisi yang sangat


memprihatinkan saat zaman penjajahan kolonial belanda. Dimana
lembaga Pendidikan mendapat perlawanan yang sangat kuat terhadap
lembaga yang didirikan oleh pemerintah kolonial belanda. Hal ini
disadari betul oleh pemerintah kolonial Belanda peran Pendidikan
sangat tinggi dalam mewujudkan peradaban, oleh karenanya
pemerintah belanda menginginkan masyarakat saat itu menjadi bodoh
dan tak berpendidikan. Sehingga misi kolonialisme dan kristenisasi
yang dijalankan oleh pemerintah tersebut dapat diwujudkan secara
lancar tanpa menghadapi perlawanan dari masyarakat pribumi.

Pemerintah kolonial Belanda pada saat itu memberikan


ketidakadilan dalam Pendidikan saat itu, dimana Pendidikan yang
didirikan oleh pemerintah kolonial Belanda lebih dipentingkan
dibanding dengan Pendidikan yang dibangun oleh masyarakat
Indonesia. Yaitu tujuannya untuk kepentingan kolonial Belanda
sendiri untuk tenaga-tenga administrasi yang dibayar dengan murah
dan untuk kepentingan Kristenisasi. Dimana Pendidikan Indonesia
pada saat itu masih sangat sederhana dilakukan di pondok pesantren
dan surau-surau yang hanya mengajarkan tentang aspek keagamaan
tanpa mempelajari aspek pengetauan umum. Di bawah tantangan
sistem Pendidikan yang demikian ini, persyrikatan Muhammadiyah
menjawabnya dengan mendirikan sekolah yang serupa tetapi tidak
sama kurikulumnya. Kurikulum Sekolah persyrikatan
Muhammadiyah berbeda dengan kurikulum Sekolah yang didirikan
oleh pemerintah colonial belanda. Perbedaanya, disekolah
persyrikatan Muhmmadiyah ada mata pelajaran al-quran. Pendirian
sekolah pada saat itu mengikuti sistem Sekolah yang didirikan oleh
10
pemerintah Kolonial belanda. Selain adanya Sekolah Desa atau
Sekolah rendah angka dua (tweede klasse) atau Sekolah Bumiputra
(inlandsche school), sudah mulai didirikan Sekolah rendah kelas satu,
yang disebut Hol Iandsch Indische School (HIS) pada 1914 M.9

Karena persyrikatan Muhammadiyah lebih fokus pada upaya


pengadaan tenaga guru, didirikanlah Kwekkschool. Dengan
tersedianya tenaga guru, maka diperbanyaklah pendirian Sekolah-
Sekolah Muhammadiyah. Pilihan yang demikian ini disebabkan
mayoritas pribumi saat itu, umumnya buta huruf latin. Latar belakang
yang demikian ini pula, yang membuat persyrikatan Muhammadiyah
lebih cenderung membangun Sekolah dari tingkat Sekolah Dasar
hingga Sekolah Menegah. Akan tetapi, hal itu tidak berarti
persyrikatan Muhammadiyah tidak membangun Pesantren dan
Sekolah agama. Keduanya tetap menjadi bagian dari pengembangan
sistem Pendidikan dalam menjawab tantangan zamannya.

b. Tujuan Pendidikan

Tujuan Pendidikan menurut K.H. Ahmad Dahlan sebagaimana


diungkap dalam bukunya Suwito dan Fauzan bahwa tujuan
Pendidikan untuk membentuk manusia yang;

1) Alim dalam ilmu agama

2) Berpandangan luas, dengan memiliki pengatahuan umum

3) Siap berjuang, mengabdi untuk Muhammadiyah dalam


menyantuni nilai-nilai keutamaan dalam masyarakat.

9
Samsul Kurniawan, Pemikiran Pendidikan Islam, (Yogyakarta : Ar-Ruzz Media, 2013), hlm. 139

11
Rumusan tujuan Pendidikan tersebut merupakan pembaharuan
dari tujuan Pendidikan yang saling bertentangan pada saat itu yaitu
Pendidikan pesantren dan Pendidikan Sekolah model Belanda.10
Dalam nasehat K.H. Ahmad Dahlan mengungkapkan akan pentingnya
pendidikan untuk kemajuan organisasi Muhammadiyah khususnya
dan umat islam pada umumnya: Muhammadiyah sekarang ini lain
dengan Muhammadiyah yang akan datang. Maka teruslah kamu
bersekolah, menuntut ilmu pengetahuan dimana saja. Jadilah guru,
kembalilah ke Muhammadiyah. Jadilah dokter, kembalilah ke
Muhammadiyah. Jadilah master, Insinyur dan lain-lain kembalilah
kepada Muhammadiyah11. Dari nasehat yang di sampaikan K.H.
Ahmad Dahlan dapat di pahami bahwa menuntut ilmu sangat penting
bagi seseorang untuk membimbing kehidupannya dengan baik.
Sebagai seorang kader Muhammadiyah harus memiliki motivasi
mencari ilmu yang tinggi dimanapun tempatnya dan seberapa jauh
jaraknya. Beliau pula memberikan pesan kepada kader-kader untuk
kembali pulang melanjutkan perjuangan Muhammadiyah setelah
menjadi seorang guru, dokter, Insinyur ataupun lainnya. Sehingga
perjuangan Muhammadiyah dapat terus berjalan memberikan
kebaikan bagi umat Islam dan bangsa.

c. Materi pembelajaran

Muhammadiyah berusaha untuk mengembalikan ajaran Islam


pada al-quran dan as-sunnah. Lembaga Pendidikan yang dipelopori
oleh K.H. Ahmad Dahlan belum memiliki kurikulum yang padu,
sehingga dalam penyampaian materi dakwah pun didasarkan pada

10
Suwito, Op. Cit., hlm. 338
11
Zetty Azaitun, Op. Cit., hlm145

12
kondisi dan kompetensi pemahaman masyarakat di Indonesia.
Meskipun demikian, melalui pengajaran yang telah beliau kerjakan
materi-materi pelajaran yang disampaikan meliputi beberapa
pembahasan yakni:

1) Aqidah

Materi pelajaran pokok yang diajarkan kepada masyarakat


ialah berkenaan dengan tauhid. Yakni mengesakan Allah dan
mengikuti sunnah Rasulullah saw sebagai nabi terakhir yang allah
utus kepada umat manusia di bumi. K.H. Ahmad Dahlan
mengajak masyarakat untuk meninggalkan kesyirikan dan
penyakit-penyakit yang dinamakannya TBC (tahayul, bidah dan
khurafat) yang banyak di praktikan masyarakat pada saat itu.
karena jika kegiatan tesebut dibiarkan terus menurus akan sangat
berbahaya terhadap ajaran Islam di Indonesia.Oleh karena itu K.H.
Ahmad Dahlan membimbing masyarakat untuk tetap menegakan
dan memperjuangkan ajaran islam yang sebanar-benarnya.

2) Ibadah

Manusia perlu melaksanakan ibadah kepada tuhan


pencipta segala sesuatu. Dengan begitu kehidupan manusia
menjadi lebih berarti dan merasakan ketenangan batiniyahnya.
Karena ibadah merupakan sebuah kewajiban dan kebutuhan
manusia sebagaimana dalam (Q.S. 51: 56), bahwa tujuan
penciptaan manusia ialah untuk beribadah kepada allah tuhan
semesta alam. Oleh sebab itu K.H. Ahmad Dahlan sebagai
seorang pendakwah memiliki kewajiban untuk mengajarkan
persoalan-persoalan mengenai ibadah kepada masyarakat.
Pengajaran tata cara ibadah yang dilakukan K.H Ahmad Dahlan

13
baik dalam peribadatan sholat, puasa, zakat maupun peribadatan
lainnya selalu dilandaskan pada petunjuk Al-Quran dan As-
Sunnah.

3) Akhlak

Persoalan akhlak sangat diperhatikan betul oleh K.H.


Ahmad Dahlan. Akhlak seorang muslim harus tercermin didalam
perilaku kehidupannya, baik ketika sednirian maupun dihadapan
umum. Karena manusia selalu diawasi oleh malaikat-malaikat
Allah yang selalu berada di dekat manusia. Dengan begitu akan
tertanam pada diri manusia sifat ihsan, dimana ia seakan-akan
melihat Allah, jika tidak pun ia mengetahui bahwasanya Allah
selalu melihat dirinya. Pengajaran akhlak terbagi kedalam
beberapa hal, yakni akhlak kepada diri sendiri, aklak kepada allah,
akhlak kepada kedua orang tua, akhlak kepada manusia lain atau
sosial, akhlak, dan akhlak kepada alam.

4) Muamalah

Selain mengajarkan urusan akhirat, K.H Ahmad Dahlan


dengan pengetahuan yang dimilikinya, beliau mengajarkan pula
tentang urusan-urusan yangberkaitan dengan dunia yakni tentang
muamalah. Tujuannya ialah untuk melangsungkan kehidupan
manusia yang sejahtera di dunia, yakni baldatun toyyibatun wa
robbun ghafur (sebuah negeri yang subur dan makmur, adil dan
aman). Oleh karenanya pengajaran muamalah menjadi penting
untuk diajarkan kepada Umat Islam di Indonesia. Muhammadiyah
memperbolehkan melakukan muamalah baik itu dalam bentuk
jual beli maupun sewa menyewa dengan non-Muslim. Namun
tidak diperbolehkan mencampuradukan antara urusan muamalah

14
duniawi dengan aqidah keimanan seorang muslim. Seseorang
harus tetap memperhatikan aturan-aturan sebagaimana yang telah
diatur dalam syariat Islam.

5) Ilmu pengetahuan umum

Sejalan dengan ide pembaharuannya, K.H. Ahmad Dahlan


adalah seorang pendidik yang sangat menghargai dan menekankan
Pendidikan akal. Di berpendapat bahwa akal merupakan sumber
pengetahuan. Tetapi sering kaliakal tidak mendapatkan perhatian
yang semestinya, seperti biji yang terbenam dalam bumi. Karena
itulah maka Pendidikan harus memberikan siraman dan
bimbingan yang sedemikian rupa sehingga akal manusia dapat
berkembang dengan baik. Hal ini penting karena menurut beliau
akal merupakan instrument penting untuk memahami dan
mendalami agama. Untuk mengembangkan akal, beliau
menganjurkan diberikannya pelajaran ilmu mantiq di lembaga-
lembaga Pendidikan.

Wahyu dan ilmu pengetahuan tidak bisa dipisahkan dan di


pertentangkan. Keduanya berasal dari satu sumber yakni Allah
SWT. Sebagaimana kedudukan manusia dibumi sebgai khalifah
yang membutuhkan ilmu pengetahuan untuk mengatur alam
semesta. K.H Ahmad Dahlah memandang perlu untuk
mengebangkan ilmu-ilmu umum seperti kedokteran, matematika,
fisika, ekonomi dal lain sebagainya. Hal ini menjadi kewajiban
setiap Muslim untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya
untuk mendapatkan keridhaan Allah dan kelangsungan hidup
manusia.Dengan diajarkannya ilmu pengetahuan di lembaga-
lembaga Pendidikan agama ini, akan menghasilkan seorang

15
agamawan yang berpikir luas, rasional, dan ilmiah yang dapat
memberikan arah tujuan dalam kehidupan yang semakin modern.

d. Metode pengajaran

Di dalam menyampaikan materi pengajaran K.H. Ahmad


Dahlan bukan hanya menyampaikan materi berdasarkan teks-teks saja,
namun menyampaikan pengajaran yang kontektual kepada jamaah
ataupun masyarakat saat itu. sepertihalnya dalam pengajaran teologi
al maun yang disampaikan secara berulang-ulang hingga murid-
muridnya merasa bosan dan menanyakan maksudnya kepada K.H
Ahmad Dahlan. Kemudian beliau menyuruh para muridnya untuk
mencari anak yatim yang kemudian didapatinya oleh para muridnya.
Dari peristiwa pengajaran yang dilakukan K.H. Ahmad Dahlan
tersebut memiliku makna bahwa pengajaran agama bukan hanya
untuk dihafalkan namun harus didalami kandungannya yang
kemudian diaktualisasikan didalam kehidupan sehari-hari.

K.H. Ahmad Dahlan menekankan pada penyadaran Umat


dalam pengajarannya, sehingga Umat Islam bukan hanya mampu
menghafal berbagai surat-surat alquran dan ilmu-ilmu keagamaan,
namun lebih dari itu dapat menghayati lebih dalam akan substansi
pengajaran yang diperoleh melalui perwujudan aksi pengamalan
keagamaan. Sehingga umat Islam bukan hanya mampu memberikan
kebaikan pada dirinya sendiri namun mampu memberikan kebaikan
kepada Umat Islam secara keseluruhan dan bangsa Indonesia.

C. Peran Muhammadiyah sebagai Gerakan Pembaruan di Indonesia


Sebagai bagian terbesar dari bangsa, umat Islam harus merasa
memiliki tanggung jawab terbesar, Umat Islam harus merasa untuk
16
menunaikan tanggung jawab itu paling pertama. Islam adalah agama
kemajuan, maka berkeislaman sejati adalah keberagaman yang mendorong
kemajuan kebudayaan dan peradaban. Kemunduran dan apalagi keterpurukan
peradaban adalah bertentangan dengan watak Islam dan tidak mencerminkan
keberIslaman sejati itu. Maka oleh karena itu, Umat Islam harus merasa
terpanggil untuk mencerahkan kebudayaan dan peradaban bangsa Indonesia.

Sebagai Ormas islam Tertua di Indonesia, Muhammadiyah harus


merasa untuk menunaikan tanggung jawab itu paling pertama. Bagi
Muhammadiyah, penunaian tanggung jawab ini adalah refleksi keimanan dan
sekaligus komitmen kebangsaan. Dan komitmen ini telah dibuktikan oleh
Muhammadiyah dengan ikut andil dalm memajukan kebudayaan dan
peradaban pada bangsa ini, Faktanya dalam segala aspek kehidupan, baik
Kehidupan Beragama, Berbangasa dan Bernegara, Muhammadiyah Telah
hadir sebagai Agen Pembaharuan. Yang memberi pencerahan pada bangasa
melalui gerakan pencerdasan, peningkatan kualitas kesehatan, dan kehidupan
sosial, pemberdayaan tarap kehidupan ekonomi masyarakat, selain tentu
pencerahan kehidupan keberagamaan umat Islam. Mungkin Tiadalah
berlebihan kiranya untuk dikatakan bahwa Muhammadiyah, sebagai kekuatan
masyarakat madani, telah ikut tampil sebagai problem solver atau penyelesai
masalah yang dihadapi bangsa Indonesia. Berikut adalah pembaharuan yang
telah dilakukan Muhammadiyah untuk kemajuan Bangsa Indonesia dalam
berbagai bidang.

1. Pembaharuan terhadap Kehidupan Beragama Umat Islam


Sejak awal berdirinya Muhammadiyah memang telah membawa
pembaharuan dalam bidang agama dan keyakinan,dengan gerakan
Purifikasinya, yang bertujuan memurnikan ajaran al-Qur'an dan Sunnah
dari praktek-praktek takhayul, bid’ah dan khurafat yang dianggap syirik.
Dengan kata lain, Muhammadiyah berkepentingan mengusung Islam
17
murni dan terbentuknya aqidah yang lurus (salimul Aqidah).
Muhammadiyah menyadari, bahwa praktek-praktek takhayul, bid’ah dan
khurafat akan menghilangkan kemurnian ajaran islam. Perlu digaris
bawahi terlebih dahulu di sini bahwa program purifikasi (Tanfizdu al-
aqidah al-Islamiyah) adalah ciri yang cukup menonjol dari Persyarikatan
Muhammadiyah generasi awal, dan hingga sampai saat sekarang ini.
Pemberantasan TBC (Takhayul, Bid'ah dan Churafat) merupakan respon
konkrit Muhammadiyah terhadap Budaya setempat yang dianggap
menyimpang dari aturan aqidah Islamiyah.

Kemudian, Muhammadiyah Melalai Pendirinya yaitu, KH.


Ahmad Dahlan juga telah Melakukan perubahan terhadap arah Kiblat
orang yang melakukan shalat agar arah orang yang ada di pulau Jawa
(Yogyakarta) menghadap ke arah kiblat yang tepat, karena menurutnya
selama ini arah kiblat masyarakat setempat adalah keliru dengan dasar
ilmu falak. Dan masih bnayak pembaharuan yang dilakukan oleh
muhammadiyah dalam bidang agama, seperti Praktik sholat ied
berjamaah di lapangan terbuka, dan Penggunaan Metode Hisab dalam
Penentuan awal bulan Qamariyah.

2. Gerakan Emansipasi Wanita


Pembaruan Kyai Dahlan yang menjadi tonggak berdirinya
Muhammadiyah juga ditunjukkan dengan merintis gerakan perempuan
‗Aisyiyah tahun 1917, yang ide dasarnya dari pandangan Kyai agar
perempuan muslim tidak hanya berada di dalam rumah, tetapi harus giat
di masyarakat dan secara khusus menanamkan ajaran Islam serta
memajukan kehidupan kaum perempuan. Langkah pembaruan ini yang
membedakan Kyai Dahlan dari pembaru Islam lain, yang tidak dilakukan
oleh Afghani, Abduh, Ahmad Khan, dan lain-lain. Perintisan ini
menunjukkan sikap dan visi Islam yang luas dari Kyai Dahlan mengenai
18
posisi dan peran perempuan, yang lahir dari pemahamannya yang cerdas
dan bersemangat tajdid, padahal Kyai dari Kauman ini tidak bersentuhan
dengan ide atau gerakan ‖feminisme‖ seperti berkembang sekarang ini.
Artinya, betapa majunya pemikiran Kyai Dahlan yang kemudian
melahirkan Muhammadiyah sebagai gerakan Islam murni yang
berkemajuan.

3. Pencerdasan Kehidupan Bangsa


Langkah Pembaharuan yang dilakukan oleh Muhammadiyah
dalam bidang pendidikan alah dengan merintis pendidikan “modern”
yang memadukan pelajaran agama dan umum. Menurut Kuntowijoyo,
gagasan pendidikan yang dipelopori Kyai Dahlan, merupakan pembaruan
karena mampu mengintegrasikan aspek ‖iman‖ dan ‖kemajuan‖, sehingga
dihasilkan sosok generasi muslim terpelajar yang mampu hidup di
zamanmodern tanpa terpecah kepribadiannya. Lembaga pendidikan
Islam ‖modern‖ bahkan menjadi ciri utama kelahiran dan perkembangan
Muhammadiyah, yang membedakannya dari lembaga pondok pesantren
kala itu. Pendidikan Islam modern itulah yang di belakang hari diadopsi
dan menjadi lembaga pendidikan umat Islam secara umum.

Langkah ini pada masa lalu merupakan gerak pembaruan yang


sukses, yang mampu melahirkan generasi terpelajar Muslim, yang jika
diukur dengan keberhasilan umat Islam saat ini tentu saja akan lain,
karena konteksnya berbeda.

Sampai Saat ini Muhammadiyah Tetap konsinten untuk terus


melakukan pembaharuan dalam bidang pendidikan sebagai bentuk
manifestasi dari pembukaan UUD RI yaitu untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa. Yang akan berdampak pada peningkatan kualitas
hidup rakyat Indonesia. hingga tahun 2010 tercatat ormas Islam

19
Muhammadiyah telah memiliki 3.979 taman kanak-kanak, 33 taman
pendidikan Alquran, 6 sekolah luar biasa, 1.176 sekolah dasar, 1.428
madrasah diniyah/ibtidaiyah, 1.188 Sekolah Menegah Pertama (SMP),
534 Madrasah Tsanawiyah (MTs), 515 Sekolah Menengah Atas (SMA),
278 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), 172 Madrasah Aliyah (MA),
serta 64 pondok pesantren. Dalam bidang pendidikan tinggi, hingga tahun
2010 Muhammadiyah memiliki 40 universitas, 88 sekolah tinggi, 54
akademi, dan 4 politeknik. Nama-nama seperti Bustanul Athfal/TK
Muhammadiyah, SD Muhammadiyah, SMP Muhammadiyah, SMA
Muhammadiyah, SMK Muhammadiyah, dan Universitas Muhammadiyah
bermunculan di berbagai daerah.. 12

4. Peningkatan kualitas kesehatan, dan kehidupan sosial


Adapun Muhammadiyah sebagai organisasi yang bergerak di
bidang sosial, yang terinspirasi ole QS Al ma‘un yang berorientasi pada
amal sosial-kesejahteraan, yang kemudian melahirkan lembaga Penolong
Kesengsaraan Oemoem (PKU). Langkah momumental ini dalam wacana
Islam kontemporer disebut dengan ‖teologi transformatif‖, karena Islam
tidak sekadar menjadi seperangkat ajaran ritual-ibadah dan ‖hablu min
Allah‖ (hubungan dengan Allah) semata, tetapi justru peduli dan terlibat
dalam memecahkan masalah-masalah konkret yang dihadapi manusia.
Inilah ‖teologi amal‖ yang tipikal (khas) dari Kyai Dahlan dan awal
kehadiran Muhammadiyah, sebagai bentuk dari gagasan dan amal
pembaruan lainnya di negeri ini.

Berdirinya lembaga amal usaha sosial dalam bentuk panti sosial


Muhammadiyah, sebagai wujud kepedulian persyarikatan
Muhammadiyah dalam menghadapi permasalahan kemiskinan,
12
Ahmad Syaukani, Perkembangan Pemikiran Modern di Dunia Islam, (Bandung: Pustaka
Setia, 2014), hlm. 120

20
pembodohan dan meningkatnya jumlah anak yatim piatu dan anak
terlantar. Dalam hal ini Muhammdiyah terinspirasi dan berpijak pada QS
Al-Ma'un. Panti sosial Muhammadiyah sebagai lembaga pelayanan di
masyarakat, memiliki perangkat dan sistem serta mekanisme pelayanan
yang diharapkan akan lebih menjamin efektifitas pelayanan.

Selanjutnya dalam bidang kesejahteraan sosial ini, hingga tahun


2008 Muhammadiyah telah memiliki 228 panti asuhan yatim, 18 panti
jompo, 22 balai kesehatan sosial, 161 santunan keluarga, 5 panti
wreda/manula, 13 santunan wreda/manula, 1 panti cacat netra, 38
santunan kematian, serta 15 BPKM (Balai Pendidikan Dan Keterampilan
Muhammadiyah).

Forum Panti Sosial Muhammadiyah-Aisyiyah yang dibentuk


untuk Periode 2007 s.d 2010, sejak diberikan tanggungjawab, terus
melakukan berbagai macam terobosan dan langkah-langkah strategis
untuk menjadikan panti sosial Muhammadiyah-Aisyiyah sebagai lembaga
profesionalisme, prima dalam kualitas pelayanan dan memiliki keteguhan
komitmen dalam pembinaan anak-anak asuh panti sosial
Muhammadiyah-Aisyiyah yang berjumlah lebih dari 22.000 anak se-
Indonesia dari 351 kelembagaan Panti Sosial Muhammadiyah-Aisyiyah.13

5. Pemberdayaan tarap kehidupan ekonomi masyarakat


Dalam Bidang Pemberdayaan ekonomi, Muhammadiyah
mendukung kebijakan pemerintah yang bertekad mewujudkan
kesejahteraan dan keadilan ekonomi bagi rakyat. Khususnya mereka yang
masih berada di bawah garis kemiskinan. Penerapan system ekonomi
yang berpihak pada rakyat kecil adalah solusi terhadap keadaan bangsa.
Karenanya, pemberdayaan pengusaha kecil menengah serta koperasi

13
Ibid., hlm. 125

21
perlu ditingkatkan sebagai factor indtrumental bagi pemberdayaan
ekonomi rakyat. System ekonomi berbasis prisip-prinsip Islam mungkin
bisa menjadi alternative bagi pemecahan masalah perekonomian nasional.
System yang mulai diterapkan di beberapa Negara berpenduduk
mayoritas bukan Islam tentu cukup relevan untuk diterapkan di negeri
yang berpenduduk mayoritas Muslim ini. Untuk itu diperlukan keinginan
politik pemerintah untuk menciptakan iklim kondusif bagi perkembangan
system ini, khususnya perkembangan lembaga keuangan syariah

6. Muhammadiyah Sebagai Negarawan


Ibarat dua sisi mata uang, Muhammadiyah memainkan sekaligus
dua perannya yang penting yakni peran keislaman dan keindonesiaan.
Besarnya sumbangsih Muhammadiyah membuat Bung Karno pejuang
dan Proklamator kemerdekaan,pendiri serta presiden pertama Republik
Indonesia yang baru dianugerahi gelar pahlawan nasional bersama Bung
Hatta di akhir pidato penutupan Muktamar Muhammadiyah Setengah
Abad pada 25 November 1962 di Jakarta,pernah berkata: Sekali
Muhammadiyah, tetap Muhammadiyah!‖ Pernyataan itu menegaskan
betapa strategisnya keberadaan Muhammadiyah dalam menjaga keutuhan
bangsa, kemajemukan, serta keharmonisan antar umat beragama
sekaligus berperan penting dalam membangun masyarakat Indonesia.

Kontribusi dan Kiprah Muhammadiyah dalam Bidang Kenegaraan


dan Kebangsaan tidak mungkin dapat diragukan lagi, Muhammadiyah
menaruh andil Yang cukup besar dalm Perjalanan Bangsa ini, Baik dalam
Proses Merebut Kemerdekaan Maupun Mengisi Kemerdekaan,
Muhammadiyah adalah bagian integral dari Perjalanan Bangsa ini.

Sebagai unsur masyarakat madani yang mengalami hiruk pikuk


perjuangan menegakkan kemerdekaan Indonesia, Muhammadiyah

22
memandang bahwa keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia
adalah tanggung jawab untuk dipertahankan. Bagi Muhammadiyah NKRI
adalah bentuk ideal dari kehidupan bernegara Bangsa Indonesia yang
majemuk atas dasar agama, suku, bahasa dan budaya. Sebagai kelompok
yang pada awal kemerdekaan lewat ketuanya Ki Bagus Hadi Kusumo
mengusulkan perumusan sila pertama pancasila seperti yang ada sekarang
ini, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, maka bagi Muhammadiyah Negara
Pancasila adalah final sebagai alat pemersatu bagi bangsa Indonesia
dalam mewujudkan cita-cita Proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945.
Ketuhanan Yang Maha Esa, sesuai ajaran tauhid, merupakan nafas dari
kehidupan berbangsa dan bernegara Bangsa Indonesia. Komitmen
terhadap Pancasila ini menolak segala bentuk penyimpangan dan
penyelewengan kepada sikap dan pandangan yang anti Tuhan dan Agama.

23
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
sebagai gerakan Islam di Indonesia lahir dan ditetapkan pada tanggal
8 Dzulhijjah 1330 H/18 November 1912. Muhammadiyah sebagai gerakan
pembaharuan Islam di Indonesia ini dipelopori oleh K.H. Ahmad Dahlan.
Organisasi Muhammadiyah merupakan organisasi terbesar ke 2 setelah
Nahdhatul Ulama di Indonesia. Maksud dan tujuan organisasi
Muhammadiyah sebagaimana dalam AD/ART ialah menegakan dan
menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang
sebenar-benarnya. Salah satu usaha untuk mencapai tujuan tersebut,
Muhammadiyah melaksanakan da’wah amar ma’ruf nahi mungkar dan tajdid
dalam usaha disegala bidang kehidupan seperti halnya mendirikan lembaga
Pendidikan di Indonesia. Kelahiran muhammadiyah di Indonesia memiliki
sebab-sebab yang melatarbelakangi berdirinya muhammadiyah. Yakni
dilatarbelakangi oleh faktor-faktor subjektif K.H. Ahmad Dahlan sebagai
pendiri organisasi Muhammadiyah, dan faktor objektif yang terjadi di
Indononesia pada saat itu.

Pembaharuan dalam Islam dilakukan pada hal-hal yang terkait dengan


masalah-masalah yang melingkupi kehidupan muslim, bukan yang terkait
dengan dasar atau ajaran Islam yang fundamental. Pembaharuan tidak
dilakukan pada al-Quran dan hadist itu sendiri, tetapi penafsiran-penafsiran
atau interpretasi terhadap ajaran-ajaran dalam al-Quran dan Hadist itulah
yang diperbaharui, sesuai dengan tuntutan kebutuhan perkembangan zaman.
Beberapa pemikiran K.H. Ahmad Dahlan yang perlu dipahami terutama
terutama dalam bidang Pendidikan ialah mengenai pembaruan Pendidikan

24
Islam yang meliputi pembaruan tujuan Pendidikan, pembaruan Teknik
penyelenggaraan Pendidikan, dan proses pembelajaran dalam Pendidikan.

Muhammadiyah Telah hadir sebagai Agen Pembaharuan. Yang


memberi pencerahan pada bangasa melalui gerakan pencerdasan,
peningkatan kualitas kesehatan, dan kehidupan social, pemberdayaan tarap
kehidupan ekonomi masyarakat, selain tentu pencerahan kehidupan
keberagamaan umat Islam. Mungkin Tiadalah berlebihan kiranya untuk
dikatakan bahwa Muhammadiyah, sebagai kekuatan masyarakat madani,
telah ikut tampil sebagai problem solver atau penyelesai masalah yang
dihadapi bangsa Indonesia. Berikut adalah pembaharuan yang telah
dilakukan Muhammadiyah untuk kemajuan Bangsa Indonesia dalam berbagai
bidang. Gerakan yang dilakukan antara lain; Pembaruan terhadap kehidupan,
gerakan emansipasi wanita, pencerdasan kehidupan bangsa, peningkatan
kualitas kesehatan, dan kehidupan sosial, pemberdayaan tarap kehidupan
ekonomi masyarakat, Muhammadiyah sebagai negarawan.

25
DAFTAR PUSTAKA

Azaitun, Zetty. 2014. Pemikiran Pendidikan Islam Perspektif K.H. Ahmad


Dahlan Dan K.H. Hasyim. Jakarta : Didakita Media.

Djama, Nurhayati. Dinamika Pendidikan Islam Di Indonesia. Jakarta : PT Raja


Grafindo persada.

Kurniawan, Samsul. 2013. Pemikiran Pendidikan Islam. Yogyakarta : Ar-Ruzz


Media.

Putra, Haidar. 2009. Dinamika Pendidikan Islan Di Asia Tenggara. Jakarta : PT


Rineka Cipta.

Sairin, Weinata. 2013. Gerakan Pembaruan Muhammadiyah. Jakrta : PT Fajar


Interpratama.

Setiawan, Farid. 2021. Kebijakan Pendidikan Muhamaadiyah. Yogyakarta : UAD Press

Suwito. 2003. Sejarah Pemikiran Para Tokoh Pendidikan. Bandung : Aksara.

Syaukani ,Ahmad. 2014. Perkembangan Pemikiran Modern di Dunia Islam.


Bandung: Pustaka Setia.

Anda mungkin juga menyukai