Anda di halaman 1dari 16

LEMBAGA FATWA MUHAMMADIYAH

MAKALAH
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fatwa dan
Yurisprudensi
Yang diampu oleh Bapak Mukhammad Zainul Muttaqin, M.H.

Oleh :
AULDRI NUR WAHYUNI 126102202233
MOHAMMAD RIZAL PRASTYO 126102202239
AZIZ KURNIAWAN 126102202243

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM


FAKULTAS SYARIAH DAN ILMU HUKUM
UIN SAYYID ALI RAHMATULLAH
TULUNGAGUNG
APRIL 2023
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini
tepat pada waktunya. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada
junjungan kita, Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada kita jalan
yang lurus. Semoga syafaatnya mengalir pada kita di hari akhir kelak.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Maftukhin, M.Ag., selaku rektor UIN SATU Tulungagung.
2. Dr. H. Nur Effendi, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Syariah dan Ilmu
Hukum UIN SATU Tulungagung.
3. Dr. Rohmawati, M.A., selaku Koorprodi Hukum Keluarga Islam.
4. Mukhammad Zainul Muttaqin, M.H., selaku selaku Dosen Pengampu
Mata Kuliah Fatwa dan Yurisprudensi.
5. Dan semua pihak yang membantu dalam proses pembuatan makalah
ini.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas dari bapak
Mukhammad Zainul Muttaqin, M.H., pada mata kuliah Fatwa dan Yurisprudensi.
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang
Lembaga Fatwa yang ada di Muhammadiyah.
Demikian yang dapat kami sampaikan. Kami meminta maaf jika ada
kesalahan kata yang kurang tepat. Kami mengharapkan kritik dan saran terhadap
makalah ini agar kedepannya dapat kami perbaiki, karena masih banyak
kekurangan di dalamnya. Semoga makalah ini bisa memberikan manfaat bagi
berbagai pihak.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Tulungagung, 01 April 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ i
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1
A. Latar Belakang ......................................................................................1
B. Rumusan Masalah .................................................................................2
C. Tujuan....................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................3
A. Pengertian Muhammadiyah...................................................................3
B. Sejarah Singkat Muhammadiyah ..........................................................5
C. Majelis Tarjih dan Metode Istimbath ....................................................7
BAB III PENUTUP ..............................................................................................11
A. Kesimpulan..........................................................................................11
B. Saran ....................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................13

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang mempunyai sejarah Pendidikan
yang beragam. Hal ini dikarenakan banyak organisasi-organisasi yang juga
mencantumkan pendidikan sebagai sarana pergerakan maupun komitmen.
Dari sekian banyak organisasi tersebut dapat kita ketahui Muhammadiyah
adalah salah satu organisasi yang sampai saat ini masih menunjukkan
eksistensinya, dan bahkan berkembang dengan sangat pesat seiring
perkembangan zaman. Muhammadiyah adalah sebuah organisasi Islam
yang besar di Indonesia. Arti kata Muhammadiyah sendiri adalah pengikut
Muhammad atau dikenal sebagai orang – orang yang menjadi pengikut
Nabi Muhammad SAW.1
Muhammadiyah saat ini menjadi organisasi yang berpengaruh
dalam dunia pendidikan. Walaupun awalnya didirikan oleh kelompok
Islam, namun Muhammadiyah mampu berkembang dengan baik seiring
kemajuan zaman sehingga mudah diterima oleh seluruh elemen
masyarakat Indonesia. Banyak hal yang mendorong kemajuan organisasi
ini seperti halnya visi-misi, konsep pendidikan, tujuan, maupun
kuriukulum yang saling berkesinambu- ngan sehingga Muhammadiyah
dapat berproses dengan baik dalam masyarakat. K.H. Ahmad Dahlan
sebagai pendiri Muhammadaiyah sangat berharap pembaharuan yang ia
bawakan dapat mencerdaskan kehidupan bangsa dan memberikan
pencerahan mental kepada bangsa ini.2
Term “fatwa” belakangan sering terdengar di telinga umat Islam
Indonesia. Hal ini tidak lepas dari banyaknya organisasi keagamaan di
Indonesia yang mengeluarkan fatwa-fatwa yang menurut banyak kalangan
“kontroversial”. Sebut saja misalnya fatwa golput, rokok, bunga bank, film
kiamat 2012, yoga, facebook, dan lain-lain. Diantara organisasi
1
ST Rajiah Rusydi, Peran Muhammadiyah (Konsep Pendidikan, Usaha-Usaha di Bidang
Pendidikan dan Teknologi, Volume 1 No 2, Jurnal Tarbawi, No tahun, h. 140
2
Ibid, h. 140

1
keagamaan yang kerap mengeluarkan fatwa dan mendapat respon besar
dari kalangan masyarakat adalah MUI, Muhammadiyah, dan NU. Yang
pertama adalah organisasi “semi pemerintah”, sementara dua organisasi
berikutnya adalah organisasi keagamaan non pemerintah dengan basis
masa yang sangat jelas.3
Oleh sebab itu kami mengambil judul Lembaga Fatwa
Muhammadiyah.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Muhammadiyah?
2. Bagaimana Sejarah Singkat Muhammadiyah?
3. Bagaimana Majelis Tarjih dan Metode Istimbathnya?

C. Tujuan
1. Menjelaskan Pengertian Muhammadiyah.
2. Menjelaskan Sejarah Singkat Muhammadiyah.
3. Menjelaskan Majelis Tarjih dan Metode Istimbathnya.

3
Ahmad Munjin Nasih, Lembaga Fatwa Keagamaan di Indonesia, Volume 5, Nomor 1,
Jurnal Syariah dan Hukum, 2013, h. 67

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Muhammadiyah
Muhammadiyah adalah sebuah organisasi Islam yang besar di
Indonesia. Nama organisasi ini diambil dari nama Nabi Muhammad SAW.
sehingga Muhammadiyah juga dapat dikenal sebagai orang-orang yang
menjadi pengikut Nabi Muhammad SAW. Latar belakang KH Ahmad
Dahlan memilih nama Muhammadiyah yang pada masa itu sangat asing
bagi telinga masyarakat umum adalah untuk memancing rasa ingin tahu
dari masyarakat, sehingga ada celah untuk memberikan penjelasan dan
keterangan seluas-luasnya tentang agama Islam sebagaimana yang telah
diajarkan Rasulullah SAW. 4
Persyarikatan Muhammadiyah didirikan untuk mendukung usaha
KH Ahmad Dahlan untuk memurnikan ajaran Islam yang dianggap banyak
dipengaruhi hal-hal mistik.
Kegiatan ini pada awalnya juga memiliki basis dakwah untuk wanita dan
kaum muda berupa pengajian Sidratul Muntaha. Selain itu peran dalam
pendidikan diwujudkan dalam
pendirian sekolah dasar dan sekolah lanjutan, yang dikenal sebagai Hooge
School Muhammadiyah dan selanjutnya berganti nama menjadi Kweek
School Muhammadiyah (sekarang dikenal dengan Madrasah Mu’allimin
_khusus laki-laki, yang bertempat di Patangpuluhan kecamatan
Wirobrajan dan Mu’allimaat Muhammadiyah_khusus Perempuan, di
Suronatan Yogyakarta).5
Muhammadiyah secara etimologis berarti pengikut nabi
Muhammad, karena berasal dari kata Muhammad, kemudian mendapatkan
ya nisbiyah, sedangkan secara terminologi berarti gerakan Islam, dakwah
amar ma’ruf nahi mungkar dan tajdid, bersumber pada al-Qur’an dan as-

4
Bab II Pengertian, Sejarah dan Perkembangan Muhammadiyah, Dalam
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/18976/6.%20BAB%20II.pdf?sequence=6
&isAllowed=y diakses pada tanggal 06 Maret 2023 pukul 18.00 WIB, h. 1
5
Ibid, h. 1

3
Sunnah. Berkaitan dengan latar belakang berdirinya Muhammadiyah
secara garis besar faktor penyebabnya adalah pertama, faktor subyektif
adalah hasil pendalaman KH. Ahmad Dahlan terhadap al-Qur’an dalam
menelaah, membahas dan mengkaji kandungan isinya. Kedua, faktor
obyektif di mana dapat dilihat secara internal dan eksternal. Secara internal
ketidakmurnian amalan Islam akibat tidak dijadikannya al-Qur’an dan as-
Sunnah sebagai satu-satunya rujukan oleh sebagia besar umat Islam
Indonesia.6
Muhammadiyah adalah Gerakan Islam yang melaksanakan da’wah
amar ma’ruf nahi munkar dengan maksud dan tujuan menegakkan dan
menjunjung tinggi Agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang
sebenar-benarnya. Muhammadiyah berpandangan bahwa Agama Islam
menyangkut seluruh aspek kehidupan meliputi aqidah, ibadah, akhlaq, dan
mu’amalat dunyawiyah yang merupakan satu kesatuan yang utuh dan
harus dilaksanakan dalam kehidupan perseorangan maupun kolektif.
Dengan mengemban misi gerakan tersebut Muhammadiyah dapat
mewujudkan atau mengaktualisasikan Agama Islam menjadi rahmatan lil-
’alamin dalam kehidupan di muka bumi ini.7
Visi Muhammadiyah adalah sebagai gerakan Islam yang
berlandaskan al-Qur’an dan as-Sunnah dengan watak tajdid yang
dimilikinya senantiasa istiqamah dan aktif dalam melaksanakan dakwah
Islam amar ma’ruf nahi mungkar di segala bidang, sehingga menjadi
rahmatan li al-‘alamin bagi umat, bangsa dan dunia kemanusiaan menuju
terciptanya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya yang diridhai Allah
swt dalam kehidupan di dunia ini. Misi Muhammadiyah adalah:
a. Menegakkan keyakinan tauhid yang murni sesuai dengan ajaran Allah
swt yang dibawa oleh Rasulullah yang disyariatkan sejak Nabi Nuh
hingga Nabi Muhammad saw.

6
Ibid, h. 1-2
7
Ibid, h. 2

4
b. Memahami agama dengan menggunakan akal pikiran sesuai dengan
jiwa ajaran Islam untuk menjawab dan menyelesaikan persoalan-
persoalan kehidupan yang bersifat duniawi.
c. Menyebarluaskan ajaran Islam yang bersumber pada al-Qur’an sebagai
kitab Allah yang terakhir untuk umat manusia sebagai penjelasannya.
d. Mewujudkan amalan-amalan Islam dalam kehidupan pribadi, keluarga
dan masyarakat.8

B. Sejarah Singkat Muhammadiyah


Organisasi Muhammadiyah didirikan oleh Muhammad Darwisy
atau yang lebih dikenal dengan K.H. Ahmad Dahlan21 di Kauman,
Yogyakarta pada tanggal 08 Dzulhijjah 1330 H/ 18 November 1912
sebagai tanggapan terhadap berbagai saran dari sahabat dan murud-
muridnya untuk mendirikan sebuah lembaga yang bersifat permanen.
Secara umum faktor pendorong kelahiran Muhammadiyah bermula dari
beberapa kegelisahan dan keprihatinan sosial religius dan moral.
Kegelisahan sosial ini terjadi disebabkan oleh suasana kebodohan,
kemiskinan, dan keterbelakangan umat. Kegelisahan religius muncul
karena melihat praktik keagamaan yang mekanistik tanpa terlihat
kaitannya dengan perilaku sosial dan positif di sampingsyarat dengan
tahayul, Sedangkan kegelisahan moral disebabkan oleh kaburnya batas
antara baik dan buruk, serta pantas dan tidak pantas.9
Sebagai sebuah organisasi yang berasaskan Islam, tujuan
Muhammadiyah yang paling penting adalah untuk menyebarkan ajaran
Islam, baik melalui Pendidikan maupun kegiatan sosial lainnya. Selain itu
meluruskan keyakinan yang menyimpang serta menghapuskan perbuatan
yang dianggap oleh Muhammadiyah sebagai bid`ah. Organisasi ini juga
memunculkan praktek-praktek ibadah yang hampir-hampir belum pernah
dikenal sebelumnya oleh masyarakat, seperti shalat hari raya di lapangan,
8
Ibid, h. 2
9
Bab II Gambaran Umum tentang Muhammadiyah, Dalam https://repository.uin-
suska.ac.id/7406/3/BAB%20II.pdf diakses pada tanggal 06 Maret 2023 pukul 19.00 WIB, h. 14-15

5
mengkoordinir pembagian zakat dan sebagainya. Untuk mencapai tujuan-
tujuan dari organisasi ini, Muhammadiyah bermaksud untuk mendirikan
lembaga-lembaga pendidikan, mengadakan rapat-rapat dan tabligh di
mana dibicarakan masalah-masalah Islam, mendirikan lembaga wakaf dan
masjid- masjid serta menerbitkan buku-buku, brosur-brosur, surat-surat
kabar dan majalah- majalah.10
Setelah Muhammadiyah berdiri, selanjutnya pada tanggal 20
Desember 1912 K.H. Ahmad Dahlan mengajukan permohonan kepada
pemerintah Hindia Belanda untuk mendapatkan badan hukum
(recthtspersoom) bagi Muhammadiyah, namun permohonan itu baru
dikabulkan pada tahun 1914 dengan Surat Ketetapan Pemerintah No. 18
tanggal 22 Agustus 1914, izin ini hanya berlaku untuk daerah Yogyakarta
dan organisasi ini hanya boleh bergerak di daerah Yogyakarta pula. Untuk
menyiasati Pembatasan tersebut, K.H. Ahmad Dahlan menganjurkan agar
cabang Muhammadiyah di luar Yogyakarta berdiri dengan menggunakan
nama lain, seperti Nurul Islam di Pekalongan, Al-Munir di Makassar,
Ahmadiyah di Garut, dan perkumpulan SATF (Shiddiq, Amanah, Tabligh,
Fathonah) di Surakarta.11
Daerah operasi organisasi Muhammadiyah mulai berkembang pada
tahun 1917 setelah Budi Utomo28 mengadakan kongres di Yogyakarta.
K.H. Ahmad Dahlan sebagai tuan rumah mampu mempesona peserta
kongres melalui pidatonya, dalam kongres itu banyak permintaan untuk
mendirikan cabang Muhammadiyah di Jawa, pengurus Muhammadiyah
menyikapinya dengan menerima permintaan dari beberapa daerah untuk
mendirikan cabang-cabangnya. Untuk mencapai maksud ini, anggaran
dasar dari organisasi Muhammadiyah yang membatasi diri hanya pada
kegiatan-kegiatan di Yogyakarta saja, haruslah lebih dahulu diubah. Ini
dilakukan pada tahun 1920 ketika wilayah operasi Muhammadiyah sudah

10
Ibid, h. 15
11
Ibid, h. 15-16

6
meliputi seluruh pulau Jawa dan pada tahun berikutnya (1921),
Muhammadiyah mulai berkembang ke seluruh wilayah Indonesia.12
Sejak saat itu, Muhammadiyah mulai menampakkan pengaruh
yang cukup kuat di Indonesia. Sebagai sebuah organisasi kemasyarakatan,
Muhammadiyah tidak hanya menangani masalah-masalah pendidikan saja,
tetapi juga melayani berbagai usaha pelayanan masyarakat seperti
kesehatan, pemberian hukum (fatwa), panti asuhan, penyuluhan dan lain-
lain. Ini terbukti dengan berdirinya banyak sekolah, rumah sakit, masjid,
rumah yatim, rumah miskin, rumah jompo dan lain sebagainya yang
diprakarsai oleh Muhammadiyah. Selain itu, di dalam keorganisasian
Muhammadiyah sendiri, banyak pula berdiri majelis, Lembaga serta
organisasi otonom yang menangani masalah-masalah keagamaan dan
sosial kemasyarakatan.13

C. Majelis Tarjih dan Metode Istimbathnya


Untuk menekuni masalah-masalah agama Islam secara khusus,
Muhammadiyah membentuk satu badan yang bernama majelis Tarjih dan
Tajdid yang pada awalnya dibentuk dalam kongres Muhammadiyah ke-16
di Pekalongan pada tahun 1927 dengan nama Majelis Tarjih, karena
memang pada tahap-tahap awal, tugas majelis ini hanyalah sekedar
memilih-milih antara beberapa pendapat yang ada dalam khazanah
pemikiran Islam yang dipandang memiliki dasar paling kuat, ini dikenal
dengan metode tarjih. Hal ini disebabkan karena Muhammadiyah sendiri
tidaklah menganut suatu mazhab tertentu, khususnya empat mazhab yang
terkenal di kalangan umat Islam (Hanafi, Maliki Syafi`i dan Hambali).
Selanjutnya, perkembangan masyarakat menyebabkan jumlah persoalan
yang dihadapi semakin banyak dan kompleks, sehingga jawaban terhadap
persoalan-persoalan itu tidak selalu ditemukan dalam khazanah pemikiran
Islam klasik, maka konsep tarjih Muhammadiyah mengalami perluasan

12
Ibid, h. 16-17
13
Ibid, h. 17

7
kepada usaha-usaha mencari ketentuan hukum bagi masalah-masalah baru
yang belum pernah diriwayatkan oleh ulama sebelumnya. Usaha-usaha
tersebut dalam kalangan ulama ushul fiqh lebih dikenal dengan Ijtihad.14
Ijtihad menurut Muhammadiyah dinyatakan bukanlah sebagai
sumber hukum melainkan sebagai metode penetapan hukum, karena pada
prinsipnya sumber hukum Islam hanyalah al-Qur`an dan Hadis saja.
Berdasarkan kepada dua sumber inilah ijtihad dilakukan. Ijtihad yang
dilakukan oleh Majelis Tarjih dan Tajdid bukanlah berupa ijtihad
perorangan akan tetapi merupakan ijtihad jama`i, dalam arti kata
membicarakan suatu masalah hukum dengan sistem musyawarah oleh
sekelompok ahli dengan mencari dalil-dalil yang dipandang kuat untuk
dijadikan dasar dalam memutuskan suatu permasalahan. Muhammadiyah
menyatakan bahwa Ijtihad dapat dilakukan pada permasalahan-
permasalahan, sebagai berikut:
a. Masalah-masalah yang terdapat dalam dalil-dalil zhanni.
b. Masalah-masalah yang secara eksplisit tidak terdapat dalam al-Qur’an
dan as- Sunnah.15

Adapun metode Ijtihad yang digunakan Muhammadiyah adalah:

a. Metode Bayani (semantik)


Metode Bayani adalah menjelaskan teks Al-Quran dan hadits yang
masih mujmal atau umum, atau mempunyai makna ganda, atau
kelihatan bertentangan, atau sejenisnya, kemudian dilakukan jalan
tarjih, contohnya adalah Ijtihad Umar untuk tidak membagi tanah yang
di taklukan seperti tanah Iraq, Iran, Syam, Mesir kepada pasukan kaum
muslimin, akan tetapi dijadikan kharaj dan hasilnya dimasukkan dalam
baitul mal umat muslimin.

14
Ibid, h. 22-23
15
Ibid, h. 23

8
b. Metode Ta'lili (rasionalistik)
Metode Ta`lili atau Qiyasi adalah menyeberangkan (menganalogikan)
hukum yang telah ada nashnya kepada masalah baru yang belum ada
hukumnya berdasarkan nash karena adanya persamaan `illah.
c. Metode Istislahi (filosofi)
Metode Istislahi adalah mencari ketentuan hukum suatu masalah yang
tidak ada ketentuan nashnya dengan mendasarkan kepada
kemaslahatan yang akan dicapai.

Metode Istislahi adalah mencari ketentuan hukum suatu masalah


yang tidak ada ketentuan nashnya dengan mendasarkan kepada
kemaslahatan yang akan dicapai Ijtihad Istislahi dapat di tempuh dengan:

a) Istihsan yaitu Berpindahnya seorang mujtahid dari qiyas yang


berdasarkan `illah jali (nyata) kepada qiyas khafi (samar) ataupun
Berpindah dari nash umum kepada nash yang khusus karena adanya
kemaslahatan maupun dalam rangka menghindari kesempitan.
b) Saddu Dzari`ah adalah menutup sesuatu (yang dibolehkan) yang dapat
menuju kerusakan.
c) Istislah adalah mencari ketentuan suatu masalah yang tidak ada
ketentuan hukumnya berdasarkan nash baik yang melarang maupun
yang memerintahkannya dengan dasar kemaslahatan yang akan
dicapai.
d) Urf adalah Menetapkan hukum sesuatu dengan didasarkan pada
kebiasaan yang telah ada, berlaku, mendatangkan manfa`at, tidak
dilarang oleh nash dan tidak mendatangkan mafsadah yang lebih besar.
e) Ijtihad dengan menafsirkan ayat kauniyah (gejala alam).16

Adapun Pendekatan yang digunakan dalam penetapan hukum-


hukum ijtihadiyah adalah pendekatan At-tafsir al-ijtima`i al-mu‘ashir
(hermeunetik), At-tarikhi (historis/sejarah), As-susiuluji (sosiologis) dan
Al-antrubuluji (antropologis).
16
Ibid, h. 23-25

9
Kemudian dalam mangistinbathkan hukum, Muhammadiyah
menggunakan beberapa teknik, diantaranya:

a) ljma’ adalah Kesepakatan para mujtahid ummat ini setelah wafatnya


Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam terhadap suatu hukum syar'i.
b) Qiyas adalah Menyamakan cabang dengan yang pokok (ashl) di dalam
suatu hukum dikarenakan berkumpulnya sebab yang sama antara
keduanya.
c) Maslahah mursalah adalah kemaslahatan yang tidak disyari`atkan oleh
syari` dalam wujud hukum dengan tidak terdapat dalil yang
membenarkan atau menyalahkannya dalam rangka menciptakan
kemaslahatan.
d) Dan lain-lain.17

17
Ibid, h. 25-26

10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Muhammadiyah adalah sebuah organisasi Islam yang besar di
Indonesia. Nama organisasi ini diambil dari nama Nabi Muhammad SAW.
sehingga Muhammadiyah juga dapat dikenal sebagai orang-orang yang
menjadi pengikut Nabi Muhammad SAW. Latar belakang KH Ahmad
Dahlan memilih nama Muhammadiyah yang pada masa itu sangat asing
bagi telinga masyarakat umum adalah untuk memancing rasa ingin tahu
dari masyarakat, sehingga ada celah untuk memberikan penjelasan dan
keterangan seluas-luasnya tentang agama Islam sebagaimana yang telah
diajarkan Rasulullah SAW.
Organisasi Muhammadiyah didirikan oleh Muhammad Darwisy
atau yang lebih dikenal dengan K.H. Ahmad Dahlan21 di Kauman,
Yogyakarta pada tanggal 08 Dzulhijjah 1330 H/ 18 November 1912
sebagai tanggapan terhadap berbagai saran dari sahabat dan murud-
muridnya untuk mendirikan sebuah lembaga yang bersifat permanen.
Secara umum faktor pendorong kelahiran Muhammadiyah bermula dari
beberapa kegelisahan dan keprihatinan sosial religius dan moral.
Kegelisahan sosial ini terjadi disebabkan oleh suasana kebodohan,
kemiskinan, dan keterbelakangan umat. Kegelisahan religius muncul
karena melihat praktik keagamaan yang mekanistik tanpa terlihat
kaitannya dengan perilaku sosial dan positif di sampingsyarat dengan
tahayul, Sedangkan kegelisahan moral disebabkan oleh kaburnya batas
antara baik dan buruk, serta pantas dan tidak pantas.
Untuk menekuni masalah-masalah agama Islam secara khusus,
Muhammadiyah membentuk satu badan yang bernama majelis Tarjih dan
Tajdid yang pada awalnya dibentuk dalam kongres Muhammadiyah ke-16
di Pekalongan pada tahun 1927 dengan nama Majelis Tarjih, karena
memang pada tahap-tahap awal, tugas majelis ini hanyalah sekedar
memilih-milih antara beberapa pendapat yang ada dalam khazanah

11
pemikiran Islam yang dipandang memiliki dasar paling kuat, ini dikenal
dengan metode tarjih. Hal ini disebabkan karena Muhammadiyah sendiri
tidaklah menganut suatu mazhab tertentu, khususnya empat mazhab yang
terkenal di kalangan umat Islam (Hanafi, Maliki Syafi`i dan Hambali).
Selanjutnya, perkembangan masyarakat menyebabkan jumlah persoalan
yang dihadapi semakin banyak dan kompleks, sehingga jawaban terhadap
persoalan-persoalan itu tidak selalu ditemukan dalam khazanah pemikiran
Islam klasik, maka konsep tarjih Muhammadiyah mengalami perluasan
kepada usaha-usaha mencari ketentuan hukum bagi masalah-masalah baru
yang belum pernah diriwayatkan oleh ulama sebelumnya. Usaha-usaha
tersebut dalam kalangan ulama ushul fiqh lebih dikenal dengan Ijtihad

B. Saran
Diharapkan mampu menggali berbagai referensi terkait Lembaga
Fatwa Muhammadiyah, sekaligus bisa menjadi penambah wawasan untuk
siapaun. Bukan hanya untuk mahasiswa namun khalayak umum.

12
DAFTAR PUSTAKA

Munjin Nasih, Ahmad, Lembaga Fatwa Keagamaan di Indonesia, Volume 5,


Nomor 1, Jurnal Syariah dan Hukum, 2013.

….., ….., Bab II Gambaran Umum tentang Muhammadiyah, Dalam


https://repository.uin-suska.ac.id/7406/3/BAB%20II.pdf diakses pada
tanggal 06 Maret 2023 pukul 19.00 WIB.

……, ……, Bab II Pengertian, Sejarah dan Perkembangan Muhammadiyah,


Dalam
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/18976/6.%20BAB
%20II.pdf?sequence=6&isAllowed=y diakses pada tanggal 06 Maret
2023 pukul 18.00 WIB.

Rusydi, ST Rajiah, Peran Muhammadiyah (Konsep Pendidikan, Usaha-Usaha di


Bidang Pendidikan dan Teknologi, Volume 1 No 2, Jurnal Tarbawi, No
tahun.

13

Anda mungkin juga menyukai