Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

“KELAHIRAN MUHAMMADIYAH”

MATA KULIAH
AGAMA ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN
DOSEN PENGAMPU
ABDUL KHALID, S.Pd.I, M.Pd

OLEH KELOMPOK I :
1. ANDRIANI ASTUTI (PA.71.21.197)
2. AHMAD SUHAIMI (PA.71.21.213)

INSTITUT TEKNOLOGI SOSIAL KESEHATAN MUHAMMADIYAH


KELAS A4 SORE SMESTER III
2021/2022
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamu’alaikum warahmatullahiwabarakatuh.

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT.yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“KELAHIRAN MUHAMMADIYAH”. Kemudian sholawat beriring salam marilah
sama-sama kita sanjungkan kepada Sang Refolusioner Nabi Muhammad s.a.w yang telah
membawa kita dari zaman jahiliyah sampai ke zaman yang penuh ilmu ini.
Kami harapkan makalah yang kami susun ini dapat bermanfaat bagi kami sendiri
dan bagi mahasiswa/mahasiswi lainnya yang membaca makalah ini, sehingga dapat
menambah wawasan kita semua.
Terima kasih kami ucapkan sebanyak-banyaknya kepada dosen pengasuh kami
Bapak Abdul Khalid, S.Pd.I, M.Pd dan kepada semua pihak yang telah membantu
sehingga terselesaikannya makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, karena itu kami
sangat mengharapkan kritikan dan saran demi kesempurnaan.Semoga Allah SWT
senantiasa meridhai segala ikhtiar kita.Amin.
Billahitaufik Walhidayah
Wassalamu’alaikum Warahmatullahiwabarokatuh.

Lombok Timur, 15 Oktober 2022

Penyusun,

Kelompok I

Kelahiran Muhammadiyah i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii
BAB. I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................2
1.3 Tujuan ..............................................................................................2
BAB. II PEMBAHASAN
2.1 Arti Muhammadiyah ........................................................................3
2.2 Faktor KH. Ahmad Dahlan...............................................................4
2.3 Faktor Sosiologi................................................................................6
2.4 Masa Awal Gerakan .........................................................................7
BAB. III PENUTUP
3.1 Kesimpulan .....................................................................................10
3.2 Saran ...............................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................11

Kelahiran Muhammadiyah ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Pembaharuan pemikiran dalam dunia Islam secara metodologis
merupakan usaha para pemikir dan ulama untuk memahami ajaran Islam
dengan mempergunakan segenap kemampuan kemanusiaannya sebagaimana
dianugerahkan Allah. Usaha pemikiran tersebut kemudian dikaitkan dengan
berbagai perkembangan sosial budaya yang sedang berkembang dalam
usaha untuk mencari penyelesaian dan mengatasi persoalan di dalam
kehidupan kemasyarakatan yang sedang dihadapi.
Hasil pemikiran yang dilakukan secara mendalam dan sungguh-
sungguh tersebut, kemudian melahirkan berbagai gerakan pembaharuan
yang merupakan operasionalisasi dan pelaksanaan dari hasil pemahaman
dan pemikirannya terhadap ajaran Islam di Indonesia lahir beberapa
organisasi atau gerakan Islam, diantaranya adalalah Muhammadiyah yang
lebih dari 30 tahun sebelum merdeka, dan organisasi lainnya yang
bergerak di bidang politik, sosial dan pendidikan.
Muhammadiyah adalah organisasi yang berdiri bersamaan dengan
kebangkitan masyarakat Islam Indonesia pada dekade pertama yang sampai
hari ini bertahan dan membesar yang sulit dicari persepadanannya. Jika
dilihat dari amal usaha dan gerakan Muhammadiyah di bidang sosial
kemasyarakatan, khususnya di bidang pendidikan dan kesehatan, maka
Muhammadiyah merupakan organisasi sosial keagamaan yang terbesar di
Indonesia, bahkan banyak kalangan menyebutkan sebagai terbesar di
seluruh dunia. Demikian pula dalam berbagai hal yang menyangkut amal
usaha dan konseptualisasi nilai-nilai Islam secara kontekstual.
Dengan usaha Muhammadiyah yang terakhir itu, nilai-nilai ajaran
Islam dapat dirasakan oleh masyarakat menjadi lebih dekat dan akrab
dengan permasalahan kehidupan manusia sehari-hari.

Kelahiran Muhammadiyah 1
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas yang menyebutkan bahwa Muhammadiyah
sebagai organisasi sosial keagamaan yang terbesar di Indonesia bahkan
banyak yang mengatakan yang terbesar di dunia, maka sangat menarik
sekali jika kita lebih mendalami untuk memahami tentang bagaimana Proses
Kelahiran Muhammadiyah dan apa saja faktor-faktor yang melatarbelakangi
KH. Ahmad Dahlan dalam mendirikan Muhammadyah, sehingga sampai
saat ini masih bisa tetap terjaga eksistensinya sebagai organisasi sosial
kemasyarakatan yang terbesar di Indonesia bahkan dunia.

1.3 Tujuan

Tujuan pembuatan makalah ini ialah untuk memenuhi tugas


perkuliahan yang diberikan oleh dosen pembimbing kami, mata kuliah Al
Islam dan Kemuhammadiyahan. Disamping itu penulis juga ingin
mengetahui lebih dalam tentang bagaimana Proses Kelahiran
Muhammadiyah serta apa saja faktor-faktor yang melatar belakangi
KH. Ahmad Dahlan dalam mendirikan Muhammadyah.

Kelahiran Muhammadiyah 2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 ARTI MUHAMMADIYAH


Perserikatan Muhammadiyah sudah dikenal luas sejak beberapa puluh
tahun yang lalu oleh masyarakat Internasioanal, khususnya oleh
masyarakatalam Islami. Nama Muhammadiyah sudah sangat akrab di telinga
masayrakat pada umumnya.
Dalam catatan Adaby Darban, ahli sejarah dari UGM kelahiran
Kauman, nama ”Muhammadiyah” pada mulanya diusulkan oleh kerabat dan
sekaligus sahabat Kyai Ahmad Dahlan yang bernama Muhammad Sangidu,
seorang Ketib Anom Kraton Yogyakarta dan tokoh pembaruan yang
kemudian menjadi penghulu Kraton Yogyakarta, yang kemudian diputuskan
Kyai Dahlan setelah melalui shalat istikharah (Darban, 2000: 34).
Adapun arti nama Muhammadiyah dapat dilihat dari dua segi,
yaitu arti bahasa atau etimologis dan arti istilah atau terminologis.
1. Arti Bahasa atau estimologis :
Muhammadiyah berasal dari kata bahasa arab "Muhammad" yaitu
nama nabi atau Rasul yang terakhir. Kemudian mendapatkan "ya
nisbiyah" yang artinya menjeniskan. Jadi Muhammadiyah berarti
umatnya Muhammad atau pengikut Muhammad. Yaitu semua orang
yang meyakini bahwa Muhammad adalah hamba dan pesuruh Allah
yang terakhir. Dengan demikian siapapun yang beragama Islam maka
dia adalah orang Muhammadiyah, tanpa dilihat atau dibatasi oleh
perbedaan organisasi, golongan bangsa, geografis, etnis dan
sebagainya.
2. Arti Istilah atau terminologis :
Muhammadiyah adalah gerakan Islam, Dakwah Amar Makruf
Nahi Munkar, berasas Islam dan bersumber dari Al Qur'an dan Sunah
didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan pada tanggal 8 Dzulhijah 1330 H,

Kelahiran Muhammadiyah 3
bertepatan tanggal 18 November 1912 M di kota Yogyakarta .

2.2 FAKTOR KH. AHMAD DAHLAN


Sebelum mendirikan Muhammadiyah K.H. Ahmad Dahlan sering
terlibat dialog dengan sahabat-sahabatnya berkaitan kondisi umat Islam dan
solusinya. Solusinya adalah, pertama, menegakkan kembali peranan Al-
Qur’an dan as-Sunnah sebagai sumber utama agama islam, kedua,
dibutuhkannya sekelompok ummat guna menegakkan ajaran agama Islam
yang bersumber dari Al-Qur’an dan as Sunnah. Hal inilah yang
mendorong umat Islam dan K.H. Ahmad Dahlan untuk mendirikan sebuah
organisasi.
Pada tanggal 8 dzulhijjah 1330 H. bertepatan dengan 18 Nopember
1912 M. persyarikatan Muhammadiyah didirikan. Peresmian berdirinya
Muhammadiyah 20 Desember 1912 di Jalan Malioboro Yogyakarta dihadiri
sekitar 60-70 orang haji, priyayi, kalangan pangreh praja, beberapa orang
umum, pengurus Budi Utomo dan pejabat pemerintah kolonial Belanda.
Sejarah lahirnya Muhammadiyah didukung oleh beberapa faktor.
Faktor-faktor yang mendorong lahirnya Muhammadiyah oleh K.H Ahmad
Dahlan, adalah untuk mengatasi keadaan masyarakat Indonesia yang tidak
memuaskan pada waktu itu, di antaranya ;
1. Masyarakat Islam belum sepenuhnya hidup sesuai dengan ajaran agama
dan tuntunan al-Quran dan hadis. Masyarakat Islam tidak berkembang
karena masih dihambat oleh perbuatan seperti bid’ah, tahayyul, khurafat
dan syirik yang tidak sesuai dengan ajaran Islam
2. Masyarakat Islam hidup dalam penjajahan yang menghambat
perkembangan politik, ekonomi, sosial budaya dan keagamaannya
3. Masyarakat dalam keadaan tidak bersatu dan kurang adanya Ukhuwah
Islamiyyah.
4. Masyarakat Islam belum menjalankan sistem pengajaran dan pendidikan
yang sesuai dengan tuntutan kemajuan zaman. Pendidikan dan

Kelahiran Muhammadiyah 4
pengajaran Islam masih serba kuno, terisolasi dan belum dapat
memenuhi tuntutan kemajuan zaman.
5. Pemerintah Hindia Belanda menjalankan kebijaksanaan kegamaan yang
lebih dulu menguntungkan masyarakat keagamaan di luar masyarakat
Islam sendiri
6. Ingin membentuk suatu masyarakat di mana di dalamnya benar-benar
berlaku segala ajaran rukun Islam.

Adapun faktor – faktor lain yang mempengaruhi berdirinya


Muhammadiyah antara lain :
1. Faktor subyektif,
yaitu kerisauan K.H. Ahmad Dahlan terhadap permasalahan yang
dihadapi umat Islam; keterbelakangan, kemiskinan, dan
kebodohan. Baginya ayat-ayat al-Qur’an harus diamalkan seperti
terekspressi dalam surat al-Ma’un. Dalam pandangan K.H.
Ahmad Dahlan Surat al-Ma’un merupakan perintah terhadap umat Islam
untuk marealisasikan kepedulian sosial melalui tindakan-tindakan nyata.
2. Faktor Objektif
Yaitu lemahnya pemahaman umat Islam dalam mempraktikkan
ajaran Islam. Umat Islam masih sangat berpegang kuat pada tradisi-
tradisi peninggalan zaman purba, Hindu, dan Budha serta tidak berani
melakukan pembaharuan (ijtihad). Berpikir jumud (konsevatif), sangat
formilistik dalam beragama, siklus-siklus dalam perjalanan kehidupan
manusia ketika masih dalam rahim sang ibu, lahir, khitan, nikah, dan
mati selalu ditandai dengan ritual-ritual keagamaan tradisional,
sedang kesemarakan keagamaan lebih bersifat seremonial.
Faktor objektif yang lain yang mendorong didirikannya
Muhammadiyah adalah persoalan Kristenisasi oleh
Belanda. Pemerintah Belanda berasumsi bahwa Kristenisasi akan
memperlunak perlawanan pribumi. Berangkat dari pemikiran semacam
ini Belanda kemudian mendukung penuh kegiatan misionaris. Berbagai

Kelahiran Muhammadiyah 5
fasilitas diberikan oleh Belanda baik dalam bentuk kebijakan maupun
finansial. Bagi K.H. Ahmad kenyatan ini harus dihambat agar umat Islam
terhindar dari upaya-upaya pemurtadan.

2.3 FAKTOR SOSIOLOGI

Faktor Sosiologi disini bisa berupa Berpikir jumud (konsevatif),


sangat formilistik dalam beragama, siklus-siklus dalam perjalanan
kehidupan manusia ketika masih dalam rahim sang ibu, lahir, khitan,
nikah, dan mati selalu ditandai dengan ritual-ritual keagamaan tradisional,
sedang kesemarakan keagamaan lebih bersifat seremonial.
Menurut Ponsen, sampai akhir abad ke-19 mayoritas orang Jawa
masih belum mengenal Islam dengan baik. Mereka dekat dengan Islam
hanya pada praktik-praktik sunatan, puasa, larangan makan daging
babi, peringatan hari-hari besar Islam dan menganggap orang kristen
sebagai kapir landa. Sinkritisme masih sangat kuat dalam sistem keyakinan
dan budaya Islam Jawa. Sebelum Islam masuk ke Indonesia,
masyarakat telah memiliki sistem kepercayaan yang bersifat lokal, selain
itu agama Hindu dan Budha telah masuk dan berkembang serta
dipraktikkan dalam tatanan kehidupan masyarakat. Oleh karena itu
pencampuran (sinkritisme) Islam dengan kepercayaan lokal, Hindu dan
Budha tidak dapat dihindari.
K.H. Ahmad Dahlan memandang bahwa pencampuran itu akan
menimbulkan persoalan manakala terjadi penyimpangan dan bertentangan
dengan syari’at Islam. Akibatnya, ajaran Islam kehilangan keasliannya
(kabur). Masyarakat Islam Jawa pada waktu itu, meskipun telah memeluk
Islam namun masih memiliki kepercayaan yang bersifat animistis. Islam
Jawa masih percaya pada roh-roh halus, takut pada tempat angker, karma
dan kualat, tachayul, bidah, dan khurafat.
Lembaga pendidikan Islam sangat lemah. Terjadi
dualisme dalam sistem pendidikan sekolah dan pesanten, ilmu
pengetahuan agama dan ilmu pengetahuan umum. Model persekolahan

Kelahiran Muhammadiyah 6
yang dikembangkan oleh Belanda yang hanya memberikan pelajaran
umum saja dengan menggunakan bahasa Belanda sebagai bahasa
pengantar dianggap kafir. Oleh karenanya pesantren merupakan lembaga
pendidikan tertua yang diselanggarakan oleh pribumi yang menjadi
tumpuan orang tua. Padahal pada lembaga pendidikan ini hanya diberikan
pelajaran agama saja. Pelajaran umum tidak diberikan dengan alasan ilmu
umum berasal dari Barat yang kafir. Mempelajari sesuatu yang berasal dari
orang kafir berarti menyerupainya. Menyerupai orang kafir berarti kafir.
K.H. Ahmad Dahlam melihat bahwa telah terjadi gelombang
pembaharuan di Timur Tengah yang dipelopori oleh Ibnu Taimiyah, Ibnu
Qoyyim, Muhammad bin Abdul Wahab, Jamaluddin al Afghany,
Muhammad Abduh, Rasyid Ridha, dan lain sebagainya. Pemahaman K.H.
Ahmad Dahlan dengan ide gerakan pembaharuan ini sangat mempengaruhi
dan mendorongnya mendirikan Muhammadiyah.
Walhasil kelahiran Muhammadiyah, menurut Amin Abdullah
merupakan sebuah “eksperimen sejarah umat Islam Indonesia” yang
berusaha untuk mengawinkan pendekatan normatif-doktrinal yang
cenderung rasionalistis dan inteltualistis dengan pendekatan historis-
empiris-praktis (cenderung bersifat praksis). Tuntutan beragama secara
murni dan kritis mendorong untuk mengamalkan ajaran agama
berdasarkan sumber aslinya dan meninggalkan taqlid serta terbuka bagi
kemajuan dan perubahan pada aspek implementasi dan operasional
merupakan karakteristik Muhammadiyah. Dengan cara ini
Muhammadiyah meyakini dapat dan mampu menegakkan dan menjunjung
tinggi agama Islam demi terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-
benarnya.

2.4. MASA AWAL GERAKAN

Kelahiran dan keberadaan Muhammadiyah pada awal berdirinya


tidak lepas dan merupakan menifestasi dari gagasan pemikiran dan amal
perjuangan Kyai Haji Ahmad Dahlan (Muhammad Darwis) yang menjadi

Kelahiran Muhammadiyah 7
pendirinya. Setelah menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci dan bermukim
yang kedua kalinya pada tahun 1903, Kyai Dahlan mulai menyemaikan
benih pembaruan di Tanah Air. Gagasan pembaruan itu diperoleh Kyai
Dahlan setelah berguru kepada ulama-ulama Indonesia yang bermukim di
Mekkah seperti Syeikh Ahmad Khatib dari Minangkabau, Kyai Nawawi
dari Banten, Kyai Mas Abdullah dari Surabaya, dan Kyai Fakih dari
Maskumambang; juga setelah membaca pemikiran-pemikiran para
pembaru Islam seperti Ibn Taimiyah, Muhammad bin Abdil Wahhab,
Jamaluddin Al-Afghani, Muhammad Abduh, dan Rasyid Ridha.
Dengan modal kecerdasan dirinya serta interaksi selama bermukim
di Saudi Arabia dan bacaan atas karya-karya para pembaru pemikiran
Islam itu telah menanamkan benih ide-ide pembaruan dalam diri Kyai
Dahlan. Jadi sekembalinya dari Arab Saudi, Kyai Dahlan justru membawa
ide dan gerakan pembaruan, bukan malah menjadi konservatif.
Embrio kelahiran Muhammadiyah sebagai sebuah organisasi untuk
mengaktualisasikan gagasan-gagasannya merupakan hasil interaksi Kyai
Dahlan dengan kawan-kawan dari Boedi Oetomo yang tertarik dengan
masalah agama yang diajarkan Kyai Dahlan, yakni R. Budihardjo dan R.
Sosrosugondo. Gagasan itu juga merupakan saran dari salah seorang siswa
Kyai Dahlan di Kweekscholl Jetis di mana Kyai mengajar agama pada
sekolah tersebut secara ekstrakulikuler, yang sering datang ke rumah Kyai
dan menyarankan agar kegiatan pendidikan yang dirintis Kyai Dahlan
tidak diurus oleh Kyai sendiri tetapi oleh suatu organisasi agar terdapat
kesinambungan setelah Kyai wafat.
Gagasan untuk mendirikan organisasi Muhammadiyah tersebut
selain untuk mengaktualisasikan pikiran-pikiran pembaruan Kyai Dahlan,
menurut Adaby Darban (2000: 13) secara praktis-organisatoris untuk
mewadahi dan memayungi sekolah Madrasah Ibtidaiyah Diniyah
Islamiyah, yang didirikannya pada 1 Desember 1911. Sekolah tersebut
merupakan rintisan lanjutan dari ”sekolah” (kegiatan Kyai Dahlan dalam
menjelaskan ajaran Islam) yang dikembangkan Kyai Dahlan secara

Kelahiran Muhammadiyah 8
informal dalam memberikan pelajaran yang mengandung ilmu agama
Islam dan pengetahuan umum di beranda rumahnya. Dalam tulisan
Djarnawi Hadikusuma yang didirikan pada tahun 1911 di kampung
Kauman Yogyakarta tersebut, merupakan ”Sekolah Muhammadiyah”,
yakni sebuah sekolah agama, yang tidak diselenggarakan di surau seperti
pada umumnya kegiatan umat Islam waktu itu, tetapi bertempat di dalam
sebuah gedung milik ayah Kyai Dahlan, dengan menggunakan meja dan
papan tulis, yang mengajarkan agama dengan dengan cara baru, juga
diajarkan ilmu-ilmu umum.
Maka pada tanggal 18 November 1912 Miladiyah bertepatan dengan
8 Dzulhijah 1330 Hijriyah di Yogyakarta akhirnya didirikanlah sebuah
organisasi yang bernama ”MUHAMMADIYAH”.
Organisasi Muahmmadiyah yang memiliki basis agama islam pada
masa berdirinya memiliki tujuan yang paling penting yaitu
menyebarluaskan agama islam. Kegiatan penyebaran agama islam
dilakuka melalui jalur pendidikan dan kegiatan sosial. Selain itu, gerakan
Muhammadiyah memiliki tujuan lain yaitu meluruskan keyakinan yang
sudah tidak searah serta menghilangkan bid’ah.
Guna mencapai tujuan tersebut, maka dilakukanlah usaha – usaha
sebagai berikut :
1. Mengadakan dakwah islam
2. Memajukan pendidikan dan pengajaran
3. Menghidupkan masyarakat yang tolong – menolong
4. Mendirikan dan memelihara tempat ibadah dan waqaf
5. Mendidik dan mengasuh anak – anak dan pemuda – pemuda, supaya
kelak menjadi orang islam yang berarti
6. Berusaha kearah perbaikan penghidupan dan kehidupan yang sesui
dengan ajaran islam
7. Berusaha dengan segala kebijaksanaan, supaya kehendak dan peraturan
islam berlaku dalam masyarakat.

Kelahiran Muhammadiyah 9
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Muhammadiyah adalah salah satu oraganisasi Islam besar di Indonesia.
Nama organisasi ini diambil dari nama Nabi Muhammad Shallallaahu ‘alaihi wa
sallam, sehingga Muhammadiyah juga dapat dikenal sebagai orang-orang yang
menjadi pengikut Nabi Muhammad Shallallaahu ‘alaihi wa sallam.
Muhammadiyah didirikan di Kampung Kauman Yogyakarta, pada tanggal 8
Dzulhijjah 1330 H/18 Nopember 1912 oleh seorang yang bernama Muhammad
Darwis, kemudian dikenal dengan Kiyai Haji Ahmad Dahlan. Beliau adalah
pegawai kesultanan Kraton Yogyakarta sebagai seorang Khatib dan sebagai
pedagang. Melihat keadaan ummat Islam pada waktu itu dalam keadaan jumud,
beku dan penuh dengan amalan-amalan yang bersifat mistik, beliau tergerak
hatinya untuk mengajak mereka kembali kepada ajaran Islam yang sebenarnya
berdasarkan Qur`an dan Hadist.

3.2 Saran
Makalah ini dibuat sedemikian rupa agar bisa membantu pembaca
dalam memahami sedikit rasa keingintahuan mengenai Kelahiran
Muhammadiyah. Semoga makalah ini dapat bermanfaat sebagaimana
mestinya.

Kelahiran Muhammadiyah 10
DAFTAR PUSTAKA

1. https://library.umy.ac.id/page/muhammadiyahcorner
2. https://www.referensimakalah.com/2012/07/faktor-pendorong-lahirnya-
muhammadiyah.html
3. https://nasional.tempo.co/read/1529971/inilah-salah-satu-yang-mendasari-kh-
ahmad-dahlan-mendirikan-muhammadiyah
4. https://belajardenganbaik.com/faktor-apakah-yang-mendorong-kh-ahmad-
dahlan-mendirikan-muhammadiyah
5. https://www.kompasiana.com/parlindungansiregar/54f8ff00a3331149508b47
c6/sejarah-berdirinya-muhammadiyah

Kelahiran Muhammadiyah 11

Anda mungkin juga menyukai