DI SUSUN OLEH :
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Salawat dan salam semoga
tercurahkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam, keluarga,
sahabat, dan para pengikutnya yang setia hingga akhir zaman.
Alhamdulillah, berkat izi Allah yang Maha Besar, makalah yang berjudul
Latar Belakang Berdirinya Muhammadiyah ini telah selesai kami garap. Di dalam
makalah ini kami menjelaskan latar belakang berdirinya organisasi
Muhammadiyah dan profil singkat KH. Ahmad Dahlan selaku pendiri
Muhammadiyah.
Kami menyadari, dalam makalah ini masih banyak kesalahan dan
kekurangan, yang disebabkan keterbatasan kemampuan dan pengalaman yang
kami miliki. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan
dan kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya dan pembaca
umumnya.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1. Latar Belakang...........................................................................................1
2.5.1.Bentuk Lambang..................................................................................12
3.1.Kesimpulan..................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................19
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.2.4
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Kesejarteraan umat islam akan tetap berada dibawah garis kemiskinan jika
kebodohan masih melengkupi umat islam indonesia.
Maraknya kristenisasi di indonesia sebegai efek domino dari imperalisme
Eropa ke dunia timur yang mayoritas beragama islam. Proyek kristenisasi satu
paket dengan proyek imperialalisme dan modernisasi bangsa Eropa, selain
keinginan untuk memperluas daerah koloni untuk memasarkan produk-produk
hasil refolusi industeri yang melada erofa.
Imperialisme Eropa tidak hanya membonceng gerilya gerejawan dan para
penginjil untuk menyampaikan ’ajaran jesus’ untuk menyapa umat manusia
diseluruh dunia untuk ’mengikuti’ ajaran jesus. Tetapi juga membawa angin
modernisasi yang sedang melanda erofa. Modernisasi yang terhembus melalui
model pendidikan barat (belanda) di indonesia mengusung paham-paham yang
melahirkan moernisasi erofa, seperti sekularisme, individualisme, liberalisme dan
rasionalisme. Jika penetrasi itu tidak dihentikan maka akan terlahir generasi baru
islam yang rasional tetapi liberal dan sekuler.
3
2.2.1. Faktor Individu KH. Dahlan (Subyektif )
Faktor subyektif2 yang sangat kuat bahkan dapat dikatakan sebagai faktor
utama dan penentu dalam mendorong berdirinya Muhammadiyah adalah
pendalaman dan kajian KH. A. Dahlan terhadap al-Qur’an yang kritis. Ketika
memahami QS. Ali Imron: 104,
banyak bercampur aduk antara apa yang diajarkan oleh Islam dengan
berbagai amalan lain yang yang berasal dari ritual kepercayaan lain.
Sebagai contoh, masih mentradisinya sesaji yang ditujukan kepada para
arwah, kepada roh-roh halus, selamatan saat kematian misalnya menujuh
hari, empat puluh hari, seratus hari, seribu hari dengan dibacakan bacaan
tertentu seperti bacaan tahlil, yasin, ayat kursi dan sebagainya yang
pahalanya dihadiahkan kepada orang yang sudah meninggal. Amalan
tersebut jelas sangat bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam Dalam hal
kepercayaan, masyarakat.
Islam masih banyak yang percaya terhadap perantara (washilah) yang
4
akan menghubungkan antara dirinya dengan Allah, seperti bertawashul
kepada Syaikh Abdul Kadir Jailani, kepada Nabi, Malaikat, para Auliya
(wali) dan lainya. Paham ini jelas bukan dari Islam, bahkan dalam konsep
Islam, Tuhan sangat dekat sekali dengan hambanya, yang oleh karenanya
tidak memerlukan perantara sewaktu memohon kepadanya.
5
terabaikan. Dengan kata lain, doktrin sosial Islam tidak digumulkan dengan
realitas kehidupan umat.
6
memperkenankan misi-misi Kristen, baik Roma Katholik maupun
Protestan untuk beroperasi di Indonesia, dan pekerjaan misi di daerah
koloni dibantu oleh dana negara. Dengan adanya program ini, sejarah
mencatat bahwa setelah tahun 1909 kelompok-kelompok Zending Kristen
sangat cepat memperluas kegiatan mereka di daerah kepuluan indonesia.
7
sebagainya. Sementara terhadap Islam politik, pemerintah dianjurkan tidak
memberikan toleransi sama sekali, bahkan sebaliknya harus ditekan
semaksimal mungkin. Tegasnya bagi pemerintah Belanda dalam menyikapi
umat Islam Indonesia harus membedakan Islam ke dalam dua kategori,
musuh Belanda bukan Islam sebagai agama, akan tetapi yang menjadi
musuh Belanda adalah Islam sebagai doktrin politik.
8
4. sikap acuh tak acuh, malah kadang-kadang sikap merendahkan dari
golongan intelegensi terhadap Islam.
9
2.4 Profil Pendiri Muhammadiyah
Kyai Haji Ahmad Dahlan lahir di Yogyakarta, 1 Agustus 1868, Nama kecil
KH. Ahmad Dahlan adalah Muhammad Darwis. Ia merupakan anak keempat dari
tujuh orang bersaudara yang keseluruhan saudaranya perempuan, kecuali adik
bungsunya. Pendiri Muhammadiyah ini termasuk keturunan yang kedua belas
dari Maulana Malik Ibrahim, salah seorang yang terkemuka di antara Walisongo,
yaitu pelopor penyebaran agama Islam di Jawa.
Silsilahnya tersebut ialah Maulana Malik Ibrahim, Maulana Ishaq, Maulana
'Ainul Yaqin, Maulana Muhammad Fadlullah (Sunan Prapen), Maulana Sulaiman
Ki Ageng Gribig (Djatinom), Demang Djurung Djuru Sapisan, Demang Djurung
Djuru Kapindo, Kyai Ilyas, Kyai Murtadla, KH. Muhammad Sulaiman, KH. Abu
Bakar, dan Muhammad Darwisy (Ahmad Dahlan).
Pada umur 15 tahun, ia pergi haji dan tinggal di Mekah selama lima tahun.
Pada periode ini, Ahmad Dahlan mulai berinteraksi dengan pemikiran-pemikiran
pembaharu dalam Islam, seperti Muhammad Abduh, Al-Afghani, Rasyid Ridha
dan Ibnu Taimiyah. Ketika pulang kembali ke kampungnya tahun 1888, ia
berganti nama menjadi Ahmad Dahlan. Pada tahun 1903, ia bertolak kembali ke
Mekah dan menetap selama dua tahun. Pada masa ini, ia sempat berguru kepada
Syeh Ahmad Khatib yang juga guru dari pendiri NU, KH. Hasyim Asyari. Pada
tahun 1912, ia mendirikan Muhammadiyah di kampung Kauman, Yogyakarta.
Sepulang dari Mekkah, ia menikah dengan Siti Walidah, sepupunya sendiri,
anak Kyai Penghulu Haji Fadhil, yang kelak dikenal dengan Nyai Ahmad
Dahlan, seorang Pahlawanan Nasional dan pendiri Aisyiyah. Dari perkawinannya
dengan Siti Walidah, KH. Ahmad Dahlan mendapat enam orang anak yaitu
Djohanah, Siradj Dahlan, Siti Busyro, Irfan Dahlan, Siti Aisyah, Siti Zaharah.
Disamping itu KH. Ahmad Dahlan pernah pula menikahi Nyai Abdullah,
janda H. Abdullah. la juga pernah menikahi Nyai Rum, adik Kyai Munawwir
Krapyak. KH. Ahmad Dahlan juga mempunyai putera dari perkawinannya
dengan Nyai Aisyah (adik Adjengan Penghulu) Cianjur yang bernama Dandanah.
Ia pernah pula menikah dengan Nyai Yasin Pakualaman Yogyakarta.
10
Dengan maksud mengajar agama, pada tahun 1909 Kiai Dahlan masuk Boedi
Oetomo - organisasi yang melahirkan banyak tokoh-tokoh nasionalis. Di sana
beliau memberikan pelajaran-pelajaran untuk memenuhi keperluan anggota.
Pelajaran yang diberikannya terasa sangat berguna bagi anggota Boedi Oetomo
sehingga para anggota Boedi Oetomo ini menyarankan agar Kiai Dahlan
membuka sekolah sendiri yang diatur dengan rapi dan didukung oleh organisasi
yang bersifat permanen.
Hal tersebut dimaksudkan untuk menghindari nasib seperti pesantren
tradisional yang terpaksa tutup bila kiai pemimpinnya meninggal dunia. Saran itu
kemudian ditindaklanjuti Kiai Dahlan dengan mendirikan sebuah organisasi yang
diberi nama Muhammadiyah pada 18 November 1912 (8 Dzulhijjah 1330).
Organisasi ini bergerak di bidang kemasyarakatan dan pendidikan. Melalui
organisasi inilah beliau berusaha memajukan pendidikan dan membangun
masyarakat Islam.
Nama Kiai Haji Akhmad Dahlan pun semakin tersohor di dunia. Dalam
kancah perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia, peranan dan sumbangan
beliau sangatlah besar. Kiai Dahlan dengan segala ide-ide pembaruan yang
diajarkannya merupakan saham yang sangat besar bagi Kebangkitan Nasional di
awal abad ke-20.
Kiai Dahlan menimba berbagai bidang ilmu dari banyak kiai yakni KH.
Muhammad Shaleh di bidang ilmu fikih; dari KH. Muhsin di bidang ilmu
Nahwu-Sharaf (tata bahasa); dari KH. Raden Dahlan di bidang ilmu falak
(astronomi); dari Kiai Mahfud dan Syekh KH. Ayyat di bidang ilmu hadis; dari
Syekh Amin dan Sayid Bakri Satock di bidang ilmu Al-Quran, serta dari Syekh
Hasan di bidang ilmu pengobatan dan racun binatang.
Pada usia 54 tahun, tepatnya pada tanggal 23 Februari 1923, Kiai Haji
Akhmad Dahlan wafat di Yogyakarta. Beliau kemudian dimakamkan di kampung
Karangkajen, Brontokusuman, wilayah bernama Mergangsan di Yogyakarta.
Atas jasa-jasa Kiai Haji Akhmad Dahlan maka negara menganugerahkan kepada
beliau gelar kehormatan sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional. Gelar
11
kehormatan tersebut dituangkan dalam SK Presiden RI No.657 Tahun 1961, tgl
27 Desember 1961.
Kisah tentang KH Ahmad Dahlan juga diangkat ke layar lebar pada tahun
2010 dengan judul film 'Sang Pencerah' yang menceritakan tentang kisah KH
Ahmad Dahlan dan terbentuknya Muhammadiyah. Tokoh KH Ahmad Dahlan
sendiri dibintangi oleh Iksan Tarore sebagai Tokoh Ahmad Dahlan Muda dan
kemudian Lukman Sardi sebagai KH Ahmad Dahlan. Film ini sendiri disutradarai
oleh Hanung Bramatyo.
12
Muhammadiyah menggambarkan jati diri, gerak, serta manfaatnya
sebagaimana matahari. Kalau matahari menjadi penyebab lahiriyah
berlangsungnya kehidupan secara biologis bagi seluruh makhluk hidup yang
ada di bumi, maka Muhammadiyah akan menjadi penyebab lahiriyah
berlangsungnya kehidupan secara spiritual, rohaniah bagi semua orang yang
mau menerima pancaran sinarnya yang berupa ajaran Islam sebagaimana
termuat dalam al-Qur’an dan as-Sunnah. Ajaran Islam yang hak dan lagi
sempurna itu seluruhnya berintikan dua kalimat syahadat. Kehidupan
ruhaniah karena sinar dua kalimat syahadat itulah digambarkan oleh QS al-
Anfal: 24.
13
Hai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penolong (agama) Allah
sebagaimana Isa ibnu Maryam Telah Berkatakepadapengikut-
pengikutnya yang setia: “Siapakah yang akan menjadi penolong-
penolongku (untuk menegakkan agama) Allah?” pengikut-pengikut
yang setia itu berkata: “Kamilah penolong-penolong agama Allah”,
lalu segolongan dari Bani Israil beriman dan segolongan lain kafir;
Maka kami berikan kekuatan kepada orang-orang yang beriman
terhadap musuh-musuh mereka, lalu mereka menjadi orang-orang
yang menang.(QS al-Shaff (61): 14.
Warna putih pada seluruh gambar matahari melambangkan kesucian
dan keikhlasan. Keikhlasan yang menjadi inti ajaran Islam sebagaimana
yang diajarkan rasulullah, dijadikan jiwa dan ruh perjuangan
Muhammadiyah, dan yang sejak awal sudah ditanamkan oleh KH. A.Dahlan.
Oleh karena itu, Muhammadiyah dalam berjuang untuk menegakan dan
menjunjung tinggi agama Islam semata-mata mengharapkan keridhaan
Allah. Karena keyakinan yang sungguh-sungguh pada setiap perjuangan
yang didasari oleh iman dan ikhlas, maka kekuatan apapun tidak ada yang
mampu mematahkanya.
14
2.6.2. Sesudah Muhammadiyah meluas ke luar Yogyakarta
Setelah Muhammadiyah mengalami perkembangan yang
menggembirakan di luar daerah Yogyakarta, maka maksud dan tujuannya
harus juga dirubah, yaitu:
1. Memajukan dan mengembirakan pengajaran dan pelajaran
agama Islam di Hindia Belanda, dan
2. Memajukan dan menggembirakan hidup sepanjang kemauan
agama Islam kepada sekutu-sekutunya.
3. Pada era pendudukan Jepang (1942-1945)
Pada era pendudukan Jepang, di mana segala bentuk pergerakan
mendapat pengawasan yang sangat ketat, tak terkecuali Muhammadiyah,
maka pada masa itu Jepang ikut berusaha mendekte rumusan maksud dan
tujuan Muhammadiyah, sehingga berubah menjadi:
Sesuai dengan kepercayaan untuk mendirikan kemakmuran bersama
seluruh Asia Timur raya di bawah pimpinan Dai Nippon, dan memang
diperintahkan oleh Tuhan Allah, maka perkumpulan ini :
1. Hendak menyiarkan agama Islam, serta melatihkan hidup yang
selaras dengan tuntunannya.
2. Hendak melakukan pekerjaan kebaikan umum
3. Hendak memajukan pengetahuan dan kepandaian serta budi
pekerti yang baik kepada anggota-anggotanya.
Kesemuanya itu, ditujukan untuk berjaya mendidik masyarakat
ramai.
15
sebenar-benarnya”.
16
tetap berbunyi: “Menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam,
sehingga terwujud masyarakat utama, adil, dan makmur yang diridlai
Allah SWT”.
17
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Muhammadiyah adalah salah satu oraganisasi Islam besar di Indonesia.
Nama organisasi ini diambil dari nama Nabi Muhammad Shallallaahu ‘alaihi
wa sallam, sehingga Muhammadiyah juga dapat dikenal sebagai orang-orang
yang menjadi pengikut Nabi Muhammad Shallallaahu ‘alaihi wa sallam.
Muhammadiyah didirikan di Kampung Kauman Yogyakarta, pada tanggal 8
Dzulhijjah 1330 H/18 Nopember 1912 oleh seorang yang bernama
Muhammad Darwis, kemudian dikenal dengan Kiyai Haji Ahmad Dahlan.
Beliau adalah pegawai kesultanan Kraton Yogyakarta sebagai seorang Khatib
dan sebagai pedagang. Melihat keadaan ummat Islam pada waktu itu dalam
keadaan jumud, beku dan penuh dengan amalan-amalan yang bersifat mistik,
beliau tergerak hatinya untuk mengajak mereka kembali kepada ajaran Islam
yang sebenarnya berdasarkan Qur`an dan Hadist.
18
DAFTAR PUSTAKA
A. Syalabi, 1983. Sejarah dan Kebudayaan Islam, Jilid I, terj. Mukhtar Yahya,
Jakarta: Pustaka al-Husna.
Effendi, H. et.al, 2010. Jadilah Guru Sekaligus Murid : Sebuah Upaya Pendidikan
Karakter Bangsa di Sekolah Muhammadiyah. Jakarta: Maarif Institute
Khairul Anwar, M., Jovi Septian Ramadhani, dan Yogi Yana. "Makalah Latar
Belakang Berdirinya Muhammadiyah." (2016).
http://www.biografiku.com/2011/12/biografi-kh-ahmad-dahlan.html. Di akses
pada 9 Oktober 2022.
https://tonijulianto.wordpress.com/2012/12/14/sejarah-berdirinya-
muhammadiyah-di-indonesia/. Di akses pada 10 Oktober 2022.
19