Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

HISTORI MUHAMMADIYAH

Untuk memenuhi tugas kelompok Mata Kuliah Al – Islam dan


Kemuhammadiyahan
Magister Akuntansi

Yang dibimbing oleh :

Prof. Dr. H. Nawir Yuslem, M.A.

Oleh :

Desi Mardiani 2120050038

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
MEDAN

1
i
KATA PENGANTAR

Terpujilah Allah, dengan segala Kemutlakan-Nya, Penciptaan-Nya,


kekuasaan dan kekuatan-Nya, Kesucian-Nya, Kemurahan-Nya dan segala ke-
Maha-an yang hanya Milik-Nya semata, yang tiada sesuatu kekuatan pun yang
bisa menandingi-Nya. Keagungan, kehormatan dan kesejahteraan tertuju pula
kepada pembawa risalah-Nya, Rasulullah SAW.

Alhamdulillah, dengan segala kerendahan hati, atas rahmat dan karunia yang telah
diberikan Allah SWT, penulis berhasil menyelesaikan penulisan Mata Kuliah Al
Islam dan Kemuhammadiyahan yang diberi judul: “HISTORIS
KEMUHAMMADIYAHAN”.
Tentu saja makalah ini masih memiliki keterbatasan dalam berbagai hal.
Oleh karena itu koreksi, saran dan kritik membangun dari para pembaca akan
menjadi pendorong penulis untuk terus menerus melakukan perbaikan dan
pengembangan pada masa-masa yang akan datang.

Akhirnya, dengan segala kelebihan dan kelemahan yang terdapat dalam


makalah ini, kritik dan saran penulis harapkan untuk perbaikan selanjutnya.

Medan, Mei 2022

Penyusun

DESI MARDIANI

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………... I

DAFTAR ISI ……………………………………………………………. ii

BAB I PENDAHULUAN ……………….…………………………….. 1


1.1 Latar Belakang Berdirinya Muhammadiyah ……………… 2
1.2 Rumusan Masalah ..………………………………………... 2
1.3 Tujuan Penelitian ..………………………………………… 2
BAB II PEMBAHASAN ………………………………………………. 3
2.1 Penjelasan Tetang Muhammadiyah ……….……………… 3
2.2 Sejarah Berdirinya Muhammadiyah…… ………………… 3
2.3 Gagasan Berdirinya Muhammadiyah ……………………. 5
2.4 Maksud dan Tujuan Muhammadiyah ……………………. 6
2.5 Pengaruh Berdirinya Muhammadiyah di Indonesia …….. 7
11
BAB III PENUTUP ……………………………………………………..
3.1 Kesimpulan ………………………………………………...
11
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………...
12

ii
3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Berdirinya Muhammadiyah


Fakor yang menjadi latar belakang berdirinya organisasi Islam Muhammadiyah adalah
ketika KH Ahmad Dahlan menyadari banyaknya masyarakat Indonesia yang menganut Islam
dengan berbagai macam pengaruh mistik yang merupakan dampak dari adaptasi masyarakat
antara beberapa tradisi yang bertentangan dengan prinsip-prinsip ajaran Islam. Serta karena
adanya pengaruh Negara penjajah yang datang ke Indonesia lalu mulai menyebarkan paham
moderenisasi Eropa mulai dari paham Individualisme, liberalisme, rasionalisme hingga
sekulerisme.
Tujuan Muhammadiyah dilakukan untuk mengarahkan masyarakat Islam agar lebih
memahami prinsip Islam yang sebenar-benarnya agar masyarakan Islam bisa menjalankan
dengan baik tanpa adanya pengaruh tradisi atau budaya lain yang bertentangan
Berdirinya Muhammadiyah diawali dari pendirian sebuah sekolah oleh K.H.
Ahmad .Sebuah sekolah yang mengaajarkan pelajaran agama islam dan pengetahuan sekolah
biasa. Selain di sekolah didirikan pula organisasi pendukung sekolah tersebut. Beliau dibantu
oleh para pengurus Budi Utomo cabang Yogyakarta. Nama organisasi yang dipilih adalah
“Muhammadiyah”. Nama Muhammadiyah dipilih dengan harapan anggotanya dapat mrncontoh
dan meneladani jejak perjuangan Nabi Muhammad SAW, dalam rangka menegakkan dan
menjunjung tinggi agama islam.
Secara garis besar factor yang mempengaruhi berdirinya persyarikatan Muhammadiyah
adalah :
a. Faktor Subjektif
Faktor subjektif dapat dikatakan sebagai factor utama dan penentu yang Mendorong
berdirinya Muhammadiyah. K.H. Ahmad Dahlan sangat mendalami Al-Qur’an baik
dalam hal gemar membaca maupun menelaah, membahas dan mengkaji isinya. Sikap
seperti ini pula yang dilakukan K.H. Ahmad dahlan ketika menatap Surat Ali Imran ayat
104 yang berbunyi :
‫ٰۤل‬
‫ َو ْلَتُك ْن ِّم ْنُك ْم ُاَّم ٌة َّيْدُع ْو َن ِاَلى اْلَخْيِر َو َيْأُم ُرْو َن ِباْلَم ْع ُرْو ِف َو َيْنَهْو َن َع ِن اْلُم ْنَك ِرۗ َو ُاو ِٕىَك ُهُم اْلُم ْفِلُحْو َن‬.

1
Artinya: “Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka
itulah orang-orang yang beruntung.”
b. Faktor Objektif
- Faktor Objektif yang bersifat Internal
Terdapat dua faktor objektif internal yang melatar belakangi pendirian
Muhammadiyah yaitu :
 Ketidakmurnian amalan Islam akibat tidak dijadikannya Al-Qur’an dan As-Sunah
sebagai satu-satunya rujukan oleh sebagian besar umat Islam Indonesia.
 Lembaga Pendidikan yang dimiliki umat Islam belum mampu menyiapkan
organisasi yang siap mengemban misi selaku khalifah Allah dia atas Bumi.
- Faktor Objektif yang bersifat eksternal
Terdapat 3 faktor objektif eksternal yang melatarbelakangi pendirian Muhammadiyah
yaitu :
 Semakin meningkatnya Gerakan Kristenisasi di tengah-tengah masyarakat
Indonesia
 Penetrasi bangsa-bangsa Eropa, terutama bangsa Belanda ke Indonesia
 Pengaruh dari Gerakan Pembaharuan dalam Dunia Islam

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah makalah ini adalah :
1. Apakah Muhammadiyah itu ?
2. Sejarah berdirinya Muhammadiyah ?
3. Apa gagasan lahirnya Muhammadiyah ?
4. Maksud dan Tujuan Berdirinya Muhammadiyah ?

1.3 Tujuan Penilitian


Tujuan Makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui dan memahami tentang Muhammadiyah
2. Untuk memahami bagaimana berdirinya Muhammadiyah
3. Untuk mengetahui gagasan lahirnya Muhammadiyah
4. Untuk mengetahui maksud dan tujuan berdirinya Muhammadiyah

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENJELASAN TENTANG MUHAMMADIYAH


Muhammadiyah adalah suatu persyarikatan yang merupakan “Gerakan Islam”. Maksud
geraknya adalah “Dakwah Islam dan Amar Makruf Nahi Munkar” yang ditujukan kepada dua
bidang yaitu perseorangan dan masyarakat.
Dakwah dan amar makruf nahi munkar pada bidang yang perseorangan terbagi kepada
dua golongan yaitu :
a. Kepada yang telah Islam bersifat Tajdid (Pembaharuan) yaitu mengembalikan kepada
ajaran Islam yang asli murni
b. Kepada yang belum Islam bersifat seruan dan ajakan untuk memeluk agama Islam
Dakwah dan amar makruf nahi munkar pada bidang Masyarakat yaitu kepada masyarakat
bersifat perbaikan, bimbingan dan peringatan.
Kesemuanya itu dilaksanakan bersama dengan bermusyawarah atas dasar taqwa dan
mengharap keridaan Allah SWT semata. Dengan melaksanakan dakwah dan amar makruf nahi
munkar dengan caranya masing-masing. Muhammadiyah menggerakkan masyarakat menuju
tujuannya “Terwujudnya masyarakat utama, adil dan makmur yang diridhai Allah SWT”.

2.2 SEJARAH BERDIRINYA MUHAMMADIYAH


Pada bulan Zulhijah atau 8 Dzulhijjah 1330 H, yakni 18 November 1912 adalah sebuah
peristiwa penting bagi sejarah Muhammadiyah. Ini menandai lahirnya gerakan Islam modernis
terbesar di Indonesia yang mempelopori pemurnian dan pembaruan Islam di negara berpenduduk
agama Islam terbesar di dunia. Sebuah gerakan yang didirikan oleh Kyai reformis yang taat dan
intelektual, yakni Kyai Haji Ahmad Dahlan atau dikenal juga Muhammad Darwis yang berasal
dari kota santri Kauman Yogyakarta.
Kata “Muhammadiyah” secara harfiah berarti “orang-orang yang beriman kepada Nabi
Muhammad.” Penggunaan kata “Muhammadiyah” dimaksudkan untuk menghubungkan
(menisbahkan) ajaran dan jejak perjuangan Nabi Muhammad.
Penamaan tersebut menurut H. Djarnawi Hadikusuma, memiliki arti sebagai berikut,
“Dan tujuannya adalah untuk memahami dan mengamalkan Islam sebagai ajaran dan
keteladanan Nabi Muhammad SAW agar dapat menjalani kehidupan dunia selama yang
3
diinginkannya. Oleh karena itu, ajaran Islam yang murni dan benar dapat menginspirasi
kemajuan umat Islam dan masyarakat Indonesia pada umumnya”.
Kelahiran dan keberadaan Muhammadiyah pada saat awal berdirinya juga tidak terlepas
dari perjuangan pendirinya, yakni Kyai Haji Ahmad Dahlan. Setelah Kyai Dahlan berziarah ke
tanah suci dan menetap untuk kedua kalinya pada tahun 1903, ia mulai menabur benih untuk
pembaruan di Indonesia. Kyai Dahlan muncul dengan ide reformasi setelah belajar dengan para
imam Indonesia yang tinggal di Mekah, seperti Syekh Ahmad Khatib di Minangkabau, Kyai
Nawawi di Banten, Kyai Mas Abdullah di Surabaya, dan Kyai Faqih di Maskumambang.
Selain itu juga membaca pemikiran-pemikiran para pembaharu Islam seperti Ibnu
Taimija, Muhammad bin Abduh Wahab, Jamaldin al Afghani, Muhammad Abduh, dan Rasyid
Ridha. Dengan membaca karya intelektual dan pertukaran selama tinggal di Arab Saudi serta
para pembaharu pemikiran Islam, Kyai Dahlan menabur benih-benih gagasan pembaruan. Jadi,
sekembalinya dari Arab Saudi, Kyai Dahlan tidak konservatif dan justru membawa ide dan
gerakan reformasi.
Embrio lahirnya sejarah Muhammadiyah sebagai organisasi untuk mewujudkan ide-
idenya adalah hasil interaksi dengan teman- temannya di organisasi Boedi Oetomo yang tertarik
dengan tema-tema keagamaan, yakni R. Budi Harjo dan Sosros Gondo. Ide ini juga merupakan
usulan dari salah satu santri Kyai Dahlan di Kweekschool Jetis. Di sana, Kyai mengajar agama di
luar sekolah dan sering datang ke rumah Kyai, menyarankan agar kegiatan pendidikan yang
diprakarsai oleh Kyai Dahlan tidak boleh diarahkan oleh Kyai sendiri. Melainkan melalui
organisasi agar ada kesinambungan setelah kematian Kyai.
Menurut catatan sejarawan UGM Adaby Darban yang lahir di Kauman, nama
“Muhammadiyah” awalnya diusulkan oleh kerabat sekaligus sahabat Kyai Ahmad Dahlan
bernama Muhammad Sangidu. Ia adalah seorang Ketib Anom Keraton Yogyakarta dan juga
salah satu tokoh pembaharuan yang menjadi penghulu Kraton Yogyakarta. Peristiwa tersebut
menandakan bahwa pilihan mendirikan Muhammadiyah memiliki dimensi spiritual yang tinggi,
yakni tradisi Kyai dan dunia pesantren

4
2.3 GAGASAN BERDIRINYA MUHAMMADIYAH

Gagasan mendirikan organisasi Muhammadiyah, selain mewujudkan gagasan reformasi


Kyai Dahlan, menurut Adam By Durban adalah mewadahi madrasah ibtidaiyah secara praktis
dan sistematis yang dibangun pada 1 Desember 1911. Sekolah tersebut didirikan sebagai bentuk
tindakan lanjutan dari kegiatan yang dilakukan Kyai Dahlan dalam menjelaskan ajaran Islam
yang dikembangkannya secara informal dan pengajaran pengetahuan umum di beranda
rumahnya.
Berdasarkan tulisan Djarnawi Hadikusuma, tempat yang dibagun tahun 1911 di kampung
Kauman Yogyakarta tersebut adalah ”Sekolah Muhammadiyah”, yakni sebuah sekolah agama
yang tidak diselenggarakan di surau- surau seperti biasanya yang dilakukan umat Islam saat itu.
Namun sekolah tersebut bertempat di dalam sebuah gedung milik ayah Kyai Dahlan dengan
menggunakan meja dan papan tulis yang mengajarkan agama dengan dengan cara baru. Selain
itu disana juga diajarkan ilmu-ilmu umum.
Itulah sebabnya di tanggal 18 November 1912 Miladiyah atau 8 Dzulhijjah 1330 Hijriyah
didirikanlah sebuah organisasi yang bernama ”Muhammadiyah” di Yogyakarta. Organisasi
islam yang baru ini mengajukan pengesahannya tanggal 20 Desember 1912 dengan mengirim
”Statuten Muhammadiyah” atau bentuk Anggaran Dasar Muhammadiyah yang pertama di tahun
1912). Kemudian organisasi ini baru disahkan oleh Gubernur Jenderal Belanda pada 22 Agustus
1914. Statuten Muhammadiyah yang pertama bertanggal resmi yang diajukan ialah tanggal
Miladiyah yaitu 18 November 1912.

5
2.4 MAKSUD & TUJUAN DIDIRIKANNYA MUHAMMADIYAH

Maksud didirikan organisasi islam ini adalah sebagai berikut:


1. Menyebarkan pengajaran Agama islam berdasarkan panutan Nabi Muhammad SAW kepada
penduduk Bumiputra di dalam residensi Yogyakarta
2. Memajukan hal Agama kepada anggota-anggotanya, yakni memajukan pendidikan dan
pembelajaran agama di Hindia Belanda
3. Memajukan dan menikmati hidup (way of life) selama kehendak Islam mencapai akhir
Menurut Djarnawi Hadikusuma, kata-kata sederhana ini memiliki makna yang sangat
dalam dan luas. Artinya, jika umat Islam lemah dan terbelakang karena tidak memahami ajaran
Islam yang sebenarnya, Muhammadiyah mengungkapkan dan menekankan ajaran Islam yang
murni, mendorong umat Islam untuk mempelajarinya secara umum. Ulama mengajari mereka
suasana dan hal-hal menarik yang mendorong mereka untuk belajar dengan cara yang lebih
maju.
Dengan dikeluarkannya Undang-Undang Keormasan tahun 1985, prinsip-prinsip Islam
digantikan oleh prinsip-prinsip Pancasila. Tujuan berdirinya organisasi Muhammadiyah adalah
berubah menjadi “Islam yang mewujudkan masyarakat yang besar, adil dan makmur yang
diridhoi oleh Allah SWT. Diselenggarakan di Jakarta pada tahun 2000, umur Muhammad yang
ke-44 mengembalikan dasar dan tujuan Islam kepada “Masyarakat Islam Sejati” AD
Muhammadiyah.

6
2.5 PENGARUH BERDIRINYA MUHAMMADIYAH DI INDONESIA
Sejarah Muhammadiyah menunjukan sikap Kyai Dahlan sebagai pendiri yang mampu
memadukan paham Islam yang ingin kembali kepada Al-Qur’an dan Sunnah Nabi dengan arah
Tajid yang terbuka. kemajuan yang dikait-kaitkan dengan pemikiran dan langkah ini
memberikan karakter tersendiri bagi lahir dan berkembangnya Muhammadiyah di masa depan.
Kyai Dahlan, seperti para pembaharu Islam lainnya, memiliki karakter unik yang membebaskan
umat Islam dari keterbelakangan dan termasuk dalam aspek tauhid (`aqidah), ibadah, mu`amalah,
dan pemahaman tentang tajdid (`aqidah).
Muhammadiyah membangun kehidupan yang sejahtera melalui (pembaruan) ajaran Islam
dan umat Islam dengan kembali ke sumber informasi yang asli, Al-Qur’an dan Sunnah Nabi
Shaki, dengan membuka Ijtihad sebagai berikut: Kehidupan: “Dalam ranah tauhid, KH A.
Dahlan ingin mensucikan Aqidah Islam dari segala macam Syirik, dalam bidang ibadah, tata cara
ibadah dari bid’ah, bidang Mumara, bidang akidah tahayul dan bidang pemahaman ajaran dari
Islam. Dia memodifikasi Taqlid untuk memberinya kebebasan dalam Ijtihad.
Langkah- langkah yang sifatnya “reformasi” itu terletak pada terobosan pendidikan
“modern” yang menggabungkan pengajaran agama dan pengetahuan umum. Berdasarkan
pendapat Kuntowijoyo, gagasan pendidikan yang dikembangkan oleh Kyai Dahlan adalah
seorang muslim terpelajar yang dapat mengintegrasikan aspek “keyakinan” dan “kemajuan” serta
memodernisasi waktu kehidupan tanpa memecah belah kepribadian. Lembaga pendidikan Islam
“modern” bahkan menjadi ciri utama dari sejarah Muhammadiyah mulai berkembang dan
menjadi pembeda dengan pesantren- pesantren saat itu.
Pendidikan Islam “modern” ala Muhammadiyah kemudian diadopsi dan umumnya
menjadi lembaga pendidikan bagi umat Islam. Sejarah muhammadiyah di masa lalu ini
merupakan gerakan reformasi yang sukses dan menghasilkan generasi Muslim terdidik yang
tentu saja akan berbeda karena konteks yang diukur dengan keberhasilan Islam saat ini.
Reformasi Islam yang bermula pada Kyai Dahlan dapat ditelusuri kembali ke pemahaman dan
pengamalan Surah al-Maung. Gagasan dan ajaran Surat Al-Maun adalah contoh monumental
lain dari reformasi filantropi berorientasi kesejahteraan, yang kemudian menjadi sebuah
lembaga yang disebut Penolong Kesengsaraan Oemoem (PKU).
Langkah penting dalam wacana Islam modern ini dikenal sebagai “teologi transformasi”.
Karena Islam berurusan dengan pemecahan masalah tertentu melalui manusia, bukan hanya
doktrin ritual ibadah dan “Habrumin Allah” atau hubungan dengan Tuhan. Inilah tipikal “teologi

7
amal” Kyai Dahlan yang menjadi awal mula keberadaan Muhammadiyah sebagai bentuk lain
dari pemikiran dan amal pembaruan di tanah air.
Kyai Dahlan juga merawat umat Islam dengan cara yang bijak dan anggun agar mereka
tidak dikorbankan untuk misi Christian Zending. Kyai melakukan diskusi dan debat langsung
dan terbuka dengan banyak biksu di Yogyakarta. Memahami bahwa ada persamaan selain
perbedaan antara Al Quran sebagai kitab suci Muslim dan kitab suci sebelumnya
Pelopor reformasi Kyai Dahlan yang menjadi tonggak sejarah berdirinya
Muhammadiyah, tercermin dalam kegiatan perintis Gerakan Wanita Aisyiah 1917. “Kita harus
bertindak proaktif untuk menyampaikan ajaran masyarakat, khususnya Islam, dan memajukan
kehidupan perempuan” adalah salah satu statement mereka. Langkah reformasi ini dilakukan
oleh Afghani, Abdu, Ahmad Khan dan lainnya, yang membedakan Kay Darlan dari reformis
Islam lainnya.
Karya rintisan ini lahir dari pemahaman intelektual dan gairahnya tentang Tajdid, status
dan peran seorang wanita. Meskipun Kyai tidak bersentuhan langsung dengan gerakan feminism
seperti yang popular saat ini.
Jadi Kyai Dahlan bersama dengan pendirinya Muhammadiyah, menampilkan Islam
sebagai “sistem kehidupan manusia dalam segala hall.” Di dalam Muhammadiyah, ajaran Islam
dilihat secara keseluruhan, tidak hanya mencakup Aqidah dan Ibada, tetapi juga perilaku moral
dan sekuler. Selain itu, aspek akidah dan ibadah dalam akhlak dan pergaulan harus
dimutakhirkan agar Islam benar- benar eksis dalam realitas pemeluknya. Oleh karena itu,
Muhammadiyah memulai gerakannya dengan meluruskan dan memperluas pemahaman Islam
yang seharusnya diamalkan dalam kehidupan nyata.
Kyai Dahlan benar- benar mengajarkan Islam dengan sangat mendalam, luas, kritis dan
intelektual. Menurutnya Muslim adalah seorang fanatik yang mencari kebenaran yang hakiki,
memikirkan mana yang benar dan mana yang salah, tidak jujur dan buta akan kebenarannya,
serta menimbang-nimbang hakikat kehidupan. dan berpikir secara teoritis dan sekaligus praktis.
Kyai Dahlan tidak ingin umat Islam taat beragama dan tertinggal dalam perjalanan hidupnya.
Oleh karena itu, memahami Islam harus mencapai akar, kebenaran atau esensinya dengan
menggunakan kekuatan akal dan ijtihad secara penuh. Ketika mengajarkan Al-Qur’an Al Ma’un
untuk memahami Al-Qur’an, Kyai Dahlan mempelajari syair- syair Al-Qur’an satu, dua, atau
tiga ayat sekaligus, dan kemudian memintanya untuk membaca dan mendengarkannya secara
tartil dan tadabbur.

8
Menurut Mukti Ali, model pemahaman yang kemudian menjadi tokoh Muhammadiyah
ini terkenal dengan ilmu agamanya, lulusan Al Azhar Kairo dan akrab dengan pemikirannya dan
berbagai persoalan kehidupan yang dikembangkan oleh KH Mas Mansoer yang berpandangan
luas.
Kelahiran Muhammadiyah dengan ide- ide intelektual dan pembaharuan pendirinya Kyai
Haji Ahmad Dahlan didorong oleh perjuangannya menghadapi realitas kehidupan umat Islam
dan bangsa Indonesia saat itu. Ada beberapa faktor- faktor yang mendukung lahirnya organisasi
Muhammadiyah adalah seperti berikut ini:
1. Islam tidak lagi bersinar dalam cahaya murninya
2. Kurangnya persatuan dan kesatuan umat Islam sebagai akibat gagalnya penegakan Uhuwah
Islamiyah dan lemahnya organisasi yang kuat
3. Beberapa lembaga pendidikan Islam tidak mampu menghasilkan eksekutif-eksekutif Islam
karena tidak lagi memenuhi tuntutan zaman
4. Sebagian besar umat Islam hidup dalam kisaran sempit fanatisme, keyakinan buta,
pemikiran dogmatis, konservatisme, formalisme, dan tradisionalisme
5. Dari persepsi bahaya Islam yang mengancam jiwa, dan sehubungan dengan misi dan
kegiatan pusat Kristen di Indonesia yang semakin mempengaruhi penduduk
Berdasarkan penjelasan sejarah Muhammadiyah di atas, maka dapat kita simpulkan
bahwa berdirinya Muhammadiyah karena alasan dan tujuan sebagai berikut ini:
1. Pemurnian pengaruh dan adat-istiadat non-Islam dari Islam Indonesia
2. Merekonstruksi Islam dengan pandangan ke pemikiran kontemporer
3. Reformasi pengajaran dan pendidikan Islam
4. Melindungi Islam dari pengaruh dan serangan luar
Fenomena baru yang menonjol dari keberadaan organisasi Muhammadiyah ini adalah
gerakan Islam yang murni dan progresif dihadirkan melalui sistem yang terorganisir, bukan
melalui jalur individu. Presentasi gerakan Islam melalui organisasi dibentuk oleh budaya
tradisional di mana umat Islam bergantung pada kelompok lokal seperti pesantren.
Saat peran Kyai sebagai pemimpin informal sangat dominan, itu adalah peristiwa yang
membuat perkembangan zaman. Organisasi jelas merupakan fenomena modern abad ke-20, dan
Kyai Dahlan secara cerdas dan adaptif mengadopsinya sebagai “washira” (alat, alat) untuk
mewujudkan cita-cita Islam.

9
Formalisasi organisasi gerakan Islam yang terkait dengan lahirnya Muhammadiyah tidak
hanya bersifat teknis, tetapi juga berdasarkan referensi keagamaan yang digunakan oleh para
ulama sehubungan dengan Kaida “mâlâorphanal wâjibillâbihi fahuwâwâjib”. Alat-alat yang unik
itu penting jika suatu perkara tidak akan sempurna tanpanya. Pada dasarnya, sejarah
Muhammadiyah sebagai gerakan Islam juga telah mendapat rujukan teologis melalui sistem
organisasinya. Tercermin dalam makna/interpretasi Surah Ali Imran ayat 104, dan itu tidak
terjadi.
Syair Al-Qur’an ini kemudian dikenal sebagai “puisi” Muhammadiyah. Terinspirasi Al-Qur’an
Surah Ali Imran 104, Muhammadiyah ingin menghadirkan Islam sekaligus doktrin
“transendental” yang mengundang rasa keimanan hanya dalam konteks tauhid. Tidak hanya
Islam murni, tetapi acuh tak acuh terhadap kehidupan.
Terlebih lagi, Islam murni hanya dipahami sebagian saja. Namun di samping itu, Islam
telah mengubah umat manusia di dunia nyata melalui gerakan-gerakan “humanisasi” atau ajakan
kebaikan dan “pembebasan” atau “liberation”, yakni pembebasan dari segala kejahatan yang
menunjukkan dirinya sebagai kekuatan yang dinamis. Islamnya telah diperbarui sebagai agama
surgawi yang membumi yang menandai dimulainya fajar baru reformisme dan modernisme
Islam di Indonesia.

10
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
a. Muhammadiyah adalah suatu persyarikatan yang merupakan “Gerakan Islam”. Maksud
geraknya adalah “Dakwah Islam dan Amar Makruf Nahi Munkar” yang ditujukan kepada
dua bidang yaitu perseorangan dan masyarakat.
b. Pada bulan Zulhijah atau 8 Dzulhijjah 1330 H, yakni 18 November 1912 adalah sebuah
peristiwa penting bagi sejarah Muhammadiyah. Ini menandai lahirnya gerakan Islam
modernis terbesar di Indonesia yang mempelopori pemurnian dan pembaruan Islam di
negara berpenduduk agama Islam terbesar di dunia. Sebuah gerakan yang didirikan oleh
Kyai reformis yang taat dan intelektual, yakni Kyai Haji Ahmad Dahlan atau dikenal juga
Muhammad Darwis yang berasal dari kota santri Kauman Yogyakarta. Kata
“Muhammadiyah” secara harfiah berarti “orang-orang yang beriman kepada Nabi
Muhammad.” Penggunaan kata “Muhammadiyah” dimaksudkan untuk menghubungkan
(menisbahkan) ajaran dan jejak perjuangan Nabi Muhammad.
c. Tujuan Muhammadiyah dilakukan untuk mengarahkan masyarakat Islam agar lebih
memahami prinsip Islam yang sebenar-benarnya agar masyarakan Islam bisa
menjalankan dengan baik tanpa adanya pengaruh tradisi atau budaya lain yang
bertentangan
d. Sejarah Muhammadiyah menunjukan sikap Kyai Dahlan sebagai pendiri yang mampu
memadukan paham Islam yang ingin kembali kepada Al-Qur’an dan Sunnah Nabi
dengan arah Tajid yang terbuka. kemajuan yang dikait-kaitkan dengan pemikiran dan
langkah ini memberikan karakter tersendiri bagi lahir dan berkembangnya
Muhammadiyah di masa depan. Kyai Dahlan, seperti para pembaharu Islam lainnya,
memiliki karakter unik yang membebaskan umat Islam dari keterbelakangan dan
termasuk dalam aspek tauhid (`aqidah), ibadah, mu`amalah, dan pemahaman tentang
tajdid (`aqidah).
e. Muhammadiyah membangun kehidupan yang sejahtera melalui (pembaruan) ajaran Islam
dan umat Islam dengan kembali ke sumber informasi yang asli, Al-Qur’an dan Sunnah
Nabi Shaki, dengan membuka Ijtihad sebagai berikut: Kehidupan: “Dalam ranah tauhid,
KH A. Dahlan ingin mensucikan Aqidah Islam dari segala macam Syirik, dalam bidang
ibadah, tata cara ibadah dari bid’ah, bidang Mumara, bidang akidah tahayul dan bidang
pemahaman ajaran dari Islam. Dia memodifikasi Taqlid untuk memberinya kebebasan
dalam Ijtihad.

11
DAFTAR PUSTAKA

Yusuf, Chusnan.1995. Kemuhammadiyahab, Yogyakarta.PP Muhammadiyah Majlis Dikdasmen.

Kamal, Musthafa dan Yusuf, Chusnan.1992. Muhammadiyah Sebagai Gerakan Islam,


Yogyakarta: Persatuan

Mujahid, Abu.2013. Sejarah Muhammadiyah: Gerakan Tajdid di Indonesia. Bandung: Toobagus


Publishing.

Mu’arif.2012.Modernisasi Pendidikan Islam: Sejarah dan Perkembangan


KwekschoolnMoehammadiyah 1923-1932.Yogyakarta:Gramasurya.

Syuja”.2009. Islam Berkemajuan: Kisah Perjuangan K.H. Ahmad Dahlan dan Muhammadiyah
Masa Awal.Tangerang:al-wasath.

Fadjar,A.Malik,1994,Mencari Dasar Filosofi Pendidikan Islam Sebuah Tinjauan Pendidikan


Kemuhammadiyahan dan Al Islam.Dalam Imron Nazri dan Hasan Kunio(Ed).Di
Seputar Pendidikan Muhammadiyah,Yogyakarta:Pustaka SM

Thoyar Husni,2008.Al Islam dan Kemuhammadiyahan,Yogyakarta:Mentari Pustaka

12

Anda mungkin juga menyukai