HISTORI MUHAMMADIYAH
Oleh :
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
MEDAN
1
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, dengan segala kerendahan hati, atas rahmat dan karunia yang telah
diberikan Allah SWT, penulis berhasil menyelesaikan penulisan Mata Kuliah Al
Islam dan Kemuhammadiyahan yang diberi judul: “HISTORIS
KEMUHAMMADIYAHAN”.
Tentu saja makalah ini masih memiliki keterbatasan dalam berbagai hal.
Oleh karena itu koreksi, saran dan kritik membangun dari para pembaca akan
menjadi pendorong penulis untuk terus menerus melakukan perbaikan dan
pengembangan pada masa-masa yang akan datang.
Penyusun
DESI MARDIANI
i
DAFTAR ISI
ii
3
BAB I
PENDAHULUAN
1
Artinya: “Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka
itulah orang-orang yang beruntung.”
b. Faktor Objektif
- Faktor Objektif yang bersifat Internal
Terdapat dua faktor objektif internal yang melatar belakangi pendirian
Muhammadiyah yaitu :
Ketidakmurnian amalan Islam akibat tidak dijadikannya Al-Qur’an dan As-Sunah
sebagai satu-satunya rujukan oleh sebagian besar umat Islam Indonesia.
Lembaga Pendidikan yang dimiliki umat Islam belum mampu menyiapkan
organisasi yang siap mengemban misi selaku khalifah Allah dia atas Bumi.
- Faktor Objektif yang bersifat eksternal
Terdapat 3 faktor objektif eksternal yang melatarbelakangi pendirian Muhammadiyah
yaitu :
Semakin meningkatnya Gerakan Kristenisasi di tengah-tengah masyarakat
Indonesia
Penetrasi bangsa-bangsa Eropa, terutama bangsa Belanda ke Indonesia
Pengaruh dari Gerakan Pembaharuan dalam Dunia Islam
2
BAB II
PEMBAHASAN
4
2.3 GAGASAN BERDIRINYA MUHAMMADIYAH
5
2.4 MAKSUD & TUJUAN DIDIRIKANNYA MUHAMMADIYAH
6
2.5 PENGARUH BERDIRINYA MUHAMMADIYAH DI INDONESIA
Sejarah Muhammadiyah menunjukan sikap Kyai Dahlan sebagai pendiri yang mampu
memadukan paham Islam yang ingin kembali kepada Al-Qur’an dan Sunnah Nabi dengan arah
Tajid yang terbuka. kemajuan yang dikait-kaitkan dengan pemikiran dan langkah ini
memberikan karakter tersendiri bagi lahir dan berkembangnya Muhammadiyah di masa depan.
Kyai Dahlan, seperti para pembaharu Islam lainnya, memiliki karakter unik yang membebaskan
umat Islam dari keterbelakangan dan termasuk dalam aspek tauhid (`aqidah), ibadah, mu`amalah,
dan pemahaman tentang tajdid (`aqidah).
Muhammadiyah membangun kehidupan yang sejahtera melalui (pembaruan) ajaran Islam
dan umat Islam dengan kembali ke sumber informasi yang asli, Al-Qur’an dan Sunnah Nabi
Shaki, dengan membuka Ijtihad sebagai berikut: Kehidupan: “Dalam ranah tauhid, KH A.
Dahlan ingin mensucikan Aqidah Islam dari segala macam Syirik, dalam bidang ibadah, tata cara
ibadah dari bid’ah, bidang Mumara, bidang akidah tahayul dan bidang pemahaman ajaran dari
Islam. Dia memodifikasi Taqlid untuk memberinya kebebasan dalam Ijtihad.
Langkah- langkah yang sifatnya “reformasi” itu terletak pada terobosan pendidikan
“modern” yang menggabungkan pengajaran agama dan pengetahuan umum. Berdasarkan
pendapat Kuntowijoyo, gagasan pendidikan yang dikembangkan oleh Kyai Dahlan adalah
seorang muslim terpelajar yang dapat mengintegrasikan aspek “keyakinan” dan “kemajuan” serta
memodernisasi waktu kehidupan tanpa memecah belah kepribadian. Lembaga pendidikan Islam
“modern” bahkan menjadi ciri utama dari sejarah Muhammadiyah mulai berkembang dan
menjadi pembeda dengan pesantren- pesantren saat itu.
Pendidikan Islam “modern” ala Muhammadiyah kemudian diadopsi dan umumnya
menjadi lembaga pendidikan bagi umat Islam. Sejarah muhammadiyah di masa lalu ini
merupakan gerakan reformasi yang sukses dan menghasilkan generasi Muslim terdidik yang
tentu saja akan berbeda karena konteks yang diukur dengan keberhasilan Islam saat ini.
Reformasi Islam yang bermula pada Kyai Dahlan dapat ditelusuri kembali ke pemahaman dan
pengamalan Surah al-Maung. Gagasan dan ajaran Surat Al-Maun adalah contoh monumental
lain dari reformasi filantropi berorientasi kesejahteraan, yang kemudian menjadi sebuah
lembaga yang disebut Penolong Kesengsaraan Oemoem (PKU).
Langkah penting dalam wacana Islam modern ini dikenal sebagai “teologi transformasi”.
Karena Islam berurusan dengan pemecahan masalah tertentu melalui manusia, bukan hanya
doktrin ritual ibadah dan “Habrumin Allah” atau hubungan dengan Tuhan. Inilah tipikal “teologi
7
amal” Kyai Dahlan yang menjadi awal mula keberadaan Muhammadiyah sebagai bentuk lain
dari pemikiran dan amal pembaruan di tanah air.
Kyai Dahlan juga merawat umat Islam dengan cara yang bijak dan anggun agar mereka
tidak dikorbankan untuk misi Christian Zending. Kyai melakukan diskusi dan debat langsung
dan terbuka dengan banyak biksu di Yogyakarta. Memahami bahwa ada persamaan selain
perbedaan antara Al Quran sebagai kitab suci Muslim dan kitab suci sebelumnya
Pelopor reformasi Kyai Dahlan yang menjadi tonggak sejarah berdirinya
Muhammadiyah, tercermin dalam kegiatan perintis Gerakan Wanita Aisyiah 1917. “Kita harus
bertindak proaktif untuk menyampaikan ajaran masyarakat, khususnya Islam, dan memajukan
kehidupan perempuan” adalah salah satu statement mereka. Langkah reformasi ini dilakukan
oleh Afghani, Abdu, Ahmad Khan dan lainnya, yang membedakan Kay Darlan dari reformis
Islam lainnya.
Karya rintisan ini lahir dari pemahaman intelektual dan gairahnya tentang Tajdid, status
dan peran seorang wanita. Meskipun Kyai tidak bersentuhan langsung dengan gerakan feminism
seperti yang popular saat ini.
Jadi Kyai Dahlan bersama dengan pendirinya Muhammadiyah, menampilkan Islam
sebagai “sistem kehidupan manusia dalam segala hall.” Di dalam Muhammadiyah, ajaran Islam
dilihat secara keseluruhan, tidak hanya mencakup Aqidah dan Ibada, tetapi juga perilaku moral
dan sekuler. Selain itu, aspek akidah dan ibadah dalam akhlak dan pergaulan harus
dimutakhirkan agar Islam benar- benar eksis dalam realitas pemeluknya. Oleh karena itu,
Muhammadiyah memulai gerakannya dengan meluruskan dan memperluas pemahaman Islam
yang seharusnya diamalkan dalam kehidupan nyata.
Kyai Dahlan benar- benar mengajarkan Islam dengan sangat mendalam, luas, kritis dan
intelektual. Menurutnya Muslim adalah seorang fanatik yang mencari kebenaran yang hakiki,
memikirkan mana yang benar dan mana yang salah, tidak jujur dan buta akan kebenarannya,
serta menimbang-nimbang hakikat kehidupan. dan berpikir secara teoritis dan sekaligus praktis.
Kyai Dahlan tidak ingin umat Islam taat beragama dan tertinggal dalam perjalanan hidupnya.
Oleh karena itu, memahami Islam harus mencapai akar, kebenaran atau esensinya dengan
menggunakan kekuatan akal dan ijtihad secara penuh. Ketika mengajarkan Al-Qur’an Al Ma’un
untuk memahami Al-Qur’an, Kyai Dahlan mempelajari syair- syair Al-Qur’an satu, dua, atau
tiga ayat sekaligus, dan kemudian memintanya untuk membaca dan mendengarkannya secara
tartil dan tadabbur.
8
Menurut Mukti Ali, model pemahaman yang kemudian menjadi tokoh Muhammadiyah
ini terkenal dengan ilmu agamanya, lulusan Al Azhar Kairo dan akrab dengan pemikirannya dan
berbagai persoalan kehidupan yang dikembangkan oleh KH Mas Mansoer yang berpandangan
luas.
Kelahiran Muhammadiyah dengan ide- ide intelektual dan pembaharuan pendirinya Kyai
Haji Ahmad Dahlan didorong oleh perjuangannya menghadapi realitas kehidupan umat Islam
dan bangsa Indonesia saat itu. Ada beberapa faktor- faktor yang mendukung lahirnya organisasi
Muhammadiyah adalah seperti berikut ini:
1. Islam tidak lagi bersinar dalam cahaya murninya
2. Kurangnya persatuan dan kesatuan umat Islam sebagai akibat gagalnya penegakan Uhuwah
Islamiyah dan lemahnya organisasi yang kuat
3. Beberapa lembaga pendidikan Islam tidak mampu menghasilkan eksekutif-eksekutif Islam
karena tidak lagi memenuhi tuntutan zaman
4. Sebagian besar umat Islam hidup dalam kisaran sempit fanatisme, keyakinan buta,
pemikiran dogmatis, konservatisme, formalisme, dan tradisionalisme
5. Dari persepsi bahaya Islam yang mengancam jiwa, dan sehubungan dengan misi dan
kegiatan pusat Kristen di Indonesia yang semakin mempengaruhi penduduk
Berdasarkan penjelasan sejarah Muhammadiyah di atas, maka dapat kita simpulkan
bahwa berdirinya Muhammadiyah karena alasan dan tujuan sebagai berikut ini:
1. Pemurnian pengaruh dan adat-istiadat non-Islam dari Islam Indonesia
2. Merekonstruksi Islam dengan pandangan ke pemikiran kontemporer
3. Reformasi pengajaran dan pendidikan Islam
4. Melindungi Islam dari pengaruh dan serangan luar
Fenomena baru yang menonjol dari keberadaan organisasi Muhammadiyah ini adalah
gerakan Islam yang murni dan progresif dihadirkan melalui sistem yang terorganisir, bukan
melalui jalur individu. Presentasi gerakan Islam melalui organisasi dibentuk oleh budaya
tradisional di mana umat Islam bergantung pada kelompok lokal seperti pesantren.
Saat peran Kyai sebagai pemimpin informal sangat dominan, itu adalah peristiwa yang
membuat perkembangan zaman. Organisasi jelas merupakan fenomena modern abad ke-20, dan
Kyai Dahlan secara cerdas dan adaptif mengadopsinya sebagai “washira” (alat, alat) untuk
mewujudkan cita-cita Islam.
9
Formalisasi organisasi gerakan Islam yang terkait dengan lahirnya Muhammadiyah tidak
hanya bersifat teknis, tetapi juga berdasarkan referensi keagamaan yang digunakan oleh para
ulama sehubungan dengan Kaida “mâlâorphanal wâjibillâbihi fahuwâwâjib”. Alat-alat yang unik
itu penting jika suatu perkara tidak akan sempurna tanpanya. Pada dasarnya, sejarah
Muhammadiyah sebagai gerakan Islam juga telah mendapat rujukan teologis melalui sistem
organisasinya. Tercermin dalam makna/interpretasi Surah Ali Imran ayat 104, dan itu tidak
terjadi.
Syair Al-Qur’an ini kemudian dikenal sebagai “puisi” Muhammadiyah. Terinspirasi Al-Qur’an
Surah Ali Imran 104, Muhammadiyah ingin menghadirkan Islam sekaligus doktrin
“transendental” yang mengundang rasa keimanan hanya dalam konteks tauhid. Tidak hanya
Islam murni, tetapi acuh tak acuh terhadap kehidupan.
Terlebih lagi, Islam murni hanya dipahami sebagian saja. Namun di samping itu, Islam
telah mengubah umat manusia di dunia nyata melalui gerakan-gerakan “humanisasi” atau ajakan
kebaikan dan “pembebasan” atau “liberation”, yakni pembebasan dari segala kejahatan yang
menunjukkan dirinya sebagai kekuatan yang dinamis. Islamnya telah diperbarui sebagai agama
surgawi yang membumi yang menandai dimulainya fajar baru reformisme dan modernisme
Islam di Indonesia.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
a. Muhammadiyah adalah suatu persyarikatan yang merupakan “Gerakan Islam”. Maksud
geraknya adalah “Dakwah Islam dan Amar Makruf Nahi Munkar” yang ditujukan kepada
dua bidang yaitu perseorangan dan masyarakat.
b. Pada bulan Zulhijah atau 8 Dzulhijjah 1330 H, yakni 18 November 1912 adalah sebuah
peristiwa penting bagi sejarah Muhammadiyah. Ini menandai lahirnya gerakan Islam
modernis terbesar di Indonesia yang mempelopori pemurnian dan pembaruan Islam di
negara berpenduduk agama Islam terbesar di dunia. Sebuah gerakan yang didirikan oleh
Kyai reformis yang taat dan intelektual, yakni Kyai Haji Ahmad Dahlan atau dikenal juga
Muhammad Darwis yang berasal dari kota santri Kauman Yogyakarta. Kata
“Muhammadiyah” secara harfiah berarti “orang-orang yang beriman kepada Nabi
Muhammad.” Penggunaan kata “Muhammadiyah” dimaksudkan untuk menghubungkan
(menisbahkan) ajaran dan jejak perjuangan Nabi Muhammad.
c. Tujuan Muhammadiyah dilakukan untuk mengarahkan masyarakat Islam agar lebih
memahami prinsip Islam yang sebenar-benarnya agar masyarakan Islam bisa
menjalankan dengan baik tanpa adanya pengaruh tradisi atau budaya lain yang
bertentangan
d. Sejarah Muhammadiyah menunjukan sikap Kyai Dahlan sebagai pendiri yang mampu
memadukan paham Islam yang ingin kembali kepada Al-Qur’an dan Sunnah Nabi
dengan arah Tajid yang terbuka. kemajuan yang dikait-kaitkan dengan pemikiran dan
langkah ini memberikan karakter tersendiri bagi lahir dan berkembangnya
Muhammadiyah di masa depan. Kyai Dahlan, seperti para pembaharu Islam lainnya,
memiliki karakter unik yang membebaskan umat Islam dari keterbelakangan dan
termasuk dalam aspek tauhid (`aqidah), ibadah, mu`amalah, dan pemahaman tentang
tajdid (`aqidah).
e. Muhammadiyah membangun kehidupan yang sejahtera melalui (pembaruan) ajaran Islam
dan umat Islam dengan kembali ke sumber informasi yang asli, Al-Qur’an dan Sunnah
Nabi Shaki, dengan membuka Ijtihad sebagai berikut: Kehidupan: “Dalam ranah tauhid,
KH A. Dahlan ingin mensucikan Aqidah Islam dari segala macam Syirik, dalam bidang
ibadah, tata cara ibadah dari bid’ah, bidang Mumara, bidang akidah tahayul dan bidang
pemahaman ajaran dari Islam. Dia memodifikasi Taqlid untuk memberinya kebebasan
dalam Ijtihad.
11
DAFTAR PUSTAKA
Syuja”.2009. Islam Berkemajuan: Kisah Perjuangan K.H. Ahmad Dahlan dan Muhammadiyah
Masa Awal.Tangerang:al-wasath.
12