Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

SEJARAH MUHAMMADIYAH
Disusun untuk memenuhi tugas Al Islam Kemuhammadiyahan yang di bina
Oleh
Chamim Thohari

Disusun Oleh:
Shelva Shendy Bennedicta (20191440012)
Heriyanto (20191440041)
Cintya Noerhalimah (20191440027)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA


FAKULTAS HUKUM
PRODI S1 ILMU HUKUM
2021

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................................
B. Rumusan Masalah.............................................................................................
C. Tujuan dan Manfaat..........................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Faktor Objektif (Kondisi Sosial Keagamaan Bangsa Indonesia Zaman
Colonial)............................................................................................................
B. Faktor Subjektif (Keprihatinan dan Keterpanggilan KH. Ahmad Dahlan
Terhadap Umat dan Bangsa)..............................................................................
C. Profil Dan Pemikiran Pembaharuan KH. Ahmad Dahlan...................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.......................................................................................................
B. Saran.................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mempelajari sejarah dan perkembangan Muhammmadiyah adalah hal yang
paling besar dalam perjalanan perjuangan Islam di Indonesia. Secara garis besar kita
membahas Islam di Indonesia dan umumnya membahas sejarah bangsa di Indonesia.
Muhammadiyah merupakan bagian mata rantai umat Islam di Indonesia. Hal ini juga
tidak terlepas karena Muhammadiyah adalah organisasi Islam pertama kali yang
didirikan oleh Muhammad Darwis atau lebih dikenal dengan K.H. Ahmad Dahlan.
Menurut Mukti Ali, Muhammadiyah sering disebut sebagai gerakan modern. Dimana
Muhammadiyah memiliki pemikiran yang berbeda, yakni dengan cara memahami
Islam langsung berpegang pada Al-Qur’an dan Assunnah lewat jalan Ijtihad, dalam
permulaan abad 20 dimana pada umumnya umat Islam, memahami ajaran Islam
dengan cara taklid serta mengikuti para imam mazhab.
Dalam konteks kesejarahan, berdirinya Muhammadiyah merupakan tuntutan
dan keharusan sejarah agar bangsa Indonesia memiliki jati diri dan daya tawar yang
tinggi dimata penjajah. Berdirinya Muhammadiyah sebenarnya didorong oleh
kegelisahan dan keprihatinan terhadap model dakwah dan pola pemikiran keagamaan
konvensional-tradisional saat itu. Dalam doktrin Islam disebutkan : “kuntum khaira
ummah”, namun kenyataan hampir seluruh bangsa yang mayoritas penduduknya
beragama Islam hidup dalam tekanan penjajah. Dalam makalah ini akan dibahas
faktor-faktor apa saja yang mendorong lahirnya Muhammadiyah dan juga profil
beserta pemikiran pembaharuan KH. Ahmad Dahlan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana faktor objektif (kondisi sosial dan keagamaan bangsa Indonesia zaman
colonial)?
2. Bagaimana faktor subjektif ( keprihatinan dan keterpanggilan KH. Ahmad Dahlan
terhadap umat dan bangsa)?
3. Bagaimana profil dan pemikiran pembaharuan KH. Ahmad Dahlan?

1
C. Tujuan dan Manfaat
1. Mengetahui faktor objektif (kondisi sosial keagamaan bangsa Indonesia zaman
colonial).
2. Mengetahui faktor subjektif (keprihatinan dan keterpanggilan KH. Ahmad Dahlan
terhadap umat dan bangsa).
3. Mengetahui profil dan pemikiran pembaharuan KH. Ahmad Dahlan.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Faktor Objektif (Kondisi Sosial Keagamaan Bangsa Indonesia Zaman Colonial)


Secara umum faktor pendorong kelahiran Muhammadiyah bermula dari
beberapa kegelisahan dan keprihatinan social religius, dan moral. Kegelisahan social
ini terjadi disebabkan oleh suasana kebodohan, kemiskinan, dan keterbelakangan
umat. Kegelisahan religius muncul karena melihat praktik keagamaan yang
mekanistik tanpa terlihat kaitannya dengan perilaku social dan positif di samping sarat
dengan takhayul, bid’ah dan khurafat. Kegelisahan moral disebabkan oleh kaburnya
batas antara baik dan buruk, pantas dan tidak pantas. Berdasarkan faktor objektif
faktor pendorong berdirinya Muhammadiyah adalah sebagai berikut:
1) Ketidakmurnian dan tidak selarasnya Amalan Islam dengan Qur’an dan Sunnah.
Dalam realitas empirik, praktek-praktek ritual (ubudiyah) masih banyak
bercampur aduk antara apa yang diajarkan oleh Islam dengan berbagai amalan
lain yang yang berasal dari ritual kepercayaan lain. Sebagai contoh, masih
mentradisinya sesaji yang ditujukan kepada para arwah, kepada roh-roh halus.
Amalan tersebut jelas sangat bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam dalam hal
kepercayaan.
2) Tidak Terdapat Lembaga Pendidikan Islam yang Memadai.
Lembaga pendidikan Islam yang ada pada saat itu adalah pesantren yang
hanya mengajarkan ’mata pelajaran agama’. Sedangkan mata pelajaran yang
bersangkut paut dengan urusan keduniaan (muamalah duniawiyah), yang sering
disebut ilmu pengetahuan sama sekali tidak diperkenalkan di lembaga pendidikan
Pesantren. Padahal lewat ilmu-ilmu pengetahuan ini, seorang muslim akan
mampu melaksanakan tugas-tugas keduniaan yang penting. Melihat

2
situasisemacam ini, KH. Ahmad Dahlan berikhtiar untuk menyempurnakan
pendidikan yang ada dengan mengintegrasikan dengan ilmu-ilmu pengetahuan
umum.
3) Kelemahan Kepemimpinan Islam.
Menurut KH. Ahmad Dahlan, ada tiga kelemahan pemimpin : (1) terbatasnya
pengetahuan; (2) lebih banyak berbicara dari pada berbuat; (3) lebih
mementingkan kelompok daripada kepentingan umum. Bagi KH. Ahmad Dahlan
persaudaraan dan kebahagiaan hidup bersama adalah suatu kebenaran. Dalam
perspektif ini kelahiran Muhammadiyah didorong oleh kesadaran yang dalam
tentang tanggung jawab sosial yang pada masa itu sangat terabaikan. Dengan kata
lain, doktrin sosial Islam tidak digumulkan dengan realitas kehidupan umat.
4) Meningkatnya Gerakan Misi Agama Lain ke Masyarakat Indonesia
Pemerintah Hindia Belanda menggarap penduduk bumi putra lewat dua
langkah besar, yaitu: program asosiasi dan Kristenisasi. Program asosiasi ialah
program pembudayaan yaitu mengembangkan budaya barat sedemikian rupa
hingga orang Indonesia mau menerima kebudayaan barat sebagai kebudayaan
mereka walaupun tanpa mengesampingkan kebudayaanya sendiri. Program ini
sering juga disebut dengan program westernisasi. Sementara program kristenisasi,
yaitu program yang ditujukan untuk mengubah agama penduduk, yang Islam
maupun yang bukan menjadi Kristen.
5) Tekanan Dunia Barat, Terutama Bangsa Belanda ke Indonesia
Hadirnya bangsa-bangsa Eropa Belanda ke Indonesia, khususnya dalam aspek
kebudayaan, peradaban dan keagamaan telah membawa pengaruh buruk terhadap
perkembangan Islam Indonesia. Lewat pendidikan model barat yang mereka
kembangkan, dengan ciri-cirinya yang sangat menonjolkan sifat intelektualisme,
individualisme, elitis, diskriminatik, serta sama sekali tidak memperhatikan
dasar-dasar moral keagamaan (sekuler), maka lahirlah suatu generasi baru bangsa
Indonesia yang terkena pengaruh paham rasionalisme dan individualisme dalam
pola fikir mereka.

B. Faktor Subjektif (Keprihatinan dan Keterpanggilan KH. Ahmad Dahlan


Terhadap Umat dan Bangsa)
Faktor subjektif berdirinya Muhammadiyah berupa kerisauan K.H. Ahmad
Dahlan terhadap permasalahan yang dihadapi umat Islam; keterbelakangan,

3
kemiskinan, dan kebodohan. Faktor subyektif yang sangat kuat bahkan
dapatdikatakan sebagai faktor utama dan penentu dalam mendorong berdirinya
Muhammadiyah adalah pendalaman dan kajian KH. A. Dahlan terhadap Al-Qur’an
yang kritis. Ketika memahami QS. Ali Imron: 104,

ۡ ۡ َ‫ُوف َويَ ۡنه‬ ۡ َ‫ ر وي‬CCC‫د ُعونَ إلَى ۡٱلخ َۡي‬CCC


ۡ ِ‫أ ُمرُونَ ب‬CCC ۡ َ‫ة ي‬ٞ ‫َو ۡلتَ ُكن ِّمن ُكمۡ أُ َّم‬
ِ ۚ ‫ونَ َع ِن ٱل ُمن َك‬CCC
• ‫ر‬CCC ِ ‫ٱل َم ۡعر‬CC َ ِ ِ
ٓ
‫َوأُوْ ٰلَئِ َكهُ ُم ۡٱل ُم ۡفلِحُون‬
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan,menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar,
merekalah orang-orang yang beruntung. (QS. Ali Imron: 104)

Ayat tersebut benar-benar dapat menginspirasi KH. A. Dahlan sehingga


tergerak hatinya untuk membangun sebuah perkumpulan, organisasi, atau
persyarikatan yang teratur, dan rapi yang tugasnya berkhidmat melaksanakan misi
dakwah Islam amar makruf nahi munkar di tengah-tengah masyarakat luas.

C. Profil dan Pemikiran Pembaharuan KH. Ahmad Dahlan


K.H. Ahmad Dahlan ketika kecil bernama Muhammad Darwis. Lahir pada
tahun 1868 M di Kampung Kauman sebelah Barat Alun-alun Utara Yogyakarta.
Dahlan berasal dari keluarga Muslim yang taat. Ayah dan kakek dari pihak ibunya
adalah seorang pegawai masjid (penghulu), salah seorang dari 12 penghulu di
lingkungan Keraton Yogyakarta. Nama ayahnya adalah Abu Bakar, ulama dan Khotib
di Masjid Besar Kasultanan Yogyakarta. Ibunya adalah putri dari H. Ibrahim yang
menjabat penghulu Kasultanan. Muhammad Darwis masih keturunan Maulana Malik
Ibrahim yaitu salah satu Wali Sembilan (Wali Songo) yg terkenal. Ahmad Dahlan
merupakan keturunan ke-12.
Pendidikan Dahlan dimulai dari lingkungan keluarga, sekolah, masjid,
kemudian ke Mekkah. Pada tahun 1883 ketika berusia 15 tahun, ia menunaikan
ibadah haji yang pertama dan bermukimdi tanah suci sekitar lima tahun dengan
mempelajari berbagai macam disiplin ilmu, seperti Al Qur’an, teologi, astronomi, dan
hukum agama (fiqh), termasuk didalamnya mempelajari karya-karya Muhammad
Abduh. Gurunya yang terkenal adalah Syaikh Ahmad Khatib, yang juga guru KH.
Hasyim Asy’ari. Ketika usia 20 tahun (yaitu pada tahun 1888) ia pulang

4
kekampungnya, dan berganti nama dari Muhammad Darwis menjadi Ahmad Dahlan,
kemudian diangkat sebagai Khotib Amin di lingkungan Kasultanan Yogyakarta.
K.H. Ahmad Dahlan merupakan salah satu tokoh penting yang berperan dalam
pembaharuan Islam di Indonesia melalui dasar-dasar pemikiran dan organisasi yang ia
dirikan , yaitu Muhammadiyah. Pembaharuan Islam dalam pemikiran K.H. Ahmad
Dahlan meliputi bidang keagamaan, pendidikan, politik dan sosial masyarakat.
Dalam bidang keagamaan pemikiran K.H. Ahmad Dahlan meliputi
memperbaiki arah kiblat dan melakukan pembaharuan dalam cara berpikir dan
beramal menurut agama Islam dengan mengajak masyarakat untuk hidup menurut
tuntunan Al-Quran dan Hadis.
Dalam bidang pendidikan K.H. Ahmad Dahlan melakukan pembaharuan
dengan menciptakan model sekolah berbasis integrasi ilmu agama dan ilmu umum.
Langkah yang diambil adalah dengan mengadopsi sistem pendidikan barat dan
mereformasi pendidikan pesantren yang tidak jelas jenjangnya dan tidak efektif
metodenya karena hanya mengutamakan menghafal dan tidak merespon ilmu
pengetahuan umum.
Pembaharuan K.H. Ahmad Dahlan dalam bidang politik yaitu dengan
menerapkan politik duplikasi dalam menghadapi misi kristenisasi. Melalui politik
duplikasi ini K.H. Ahmad Dahlan berusaha mempertahanka kekuasaan di masyarakat
tanpa melakukan penolakan terhadap kebijakan politik yang telah ada dengan cara
melawan gagasan dengan gagasan melawan aksi dengan aksi. Berbagai pelayanan
masyarakat yang didirikan oleh zending dan misi di respon K.H. Ahmad Dahlan
dengan meniru dan melakukan cara yang sama seperti yang dilakukan penyebar
agama Kristen tanpa melakukan tindakan radikal. Politik duplikasi menjadi bentuk
resistensi Muhammadiyah dengan cara yang kooperatif jujur dan terbuka dalam
menghadapi masalah kristenisasi.
Pembaharuan K.H. Ahmad Dahlan dalam bidang sosial masyarakat yaitu
dengan melakukan gerakan Al-ma’un dan mendirikan PKO Muhammadiyah. PKO
mendirikan berbagai layanan masyarakat seperti Rumas sakit, Rumah yatim dan
Rumah miskin. Pembaharuan sosial lainnya yang K.H. Ahmad Dahlan lakukan adalah
dengan membentuk Aisyiyah bersama istrinya siti walidah, pada tahun 1917 sebagai
wadah pergerakan perempuan Muhammadiyah dan pelopor pembaharuan keterlibatan
perempuan dalam masyarakat.

5
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara umum faktor pendorong kelahiran Muhammadiyah bermula dari
beberapa kegelisahan dan keprihatinan social religius, dan moral. Jika dilihat dari
faktor objektif, faktor pendorong berdirinya Muhammadiyah adalah ketidakmurnian
dan tidak selarasnya amalan islam dengan qur’an dan sunnah, tidak terdapat lembaga
pendidikan Islam yang memadai, kelemahan kepemimpinan Islam, meningkatnya
gerakan misi agama lain ke masyarakat Indonesia, tekanan dunia barat, terutama
bangsa Belanda ke Indonesia. Selain itu jika dilihat dari faktor objektifnya, faktor
pendorong berdirinya Muhammadiya berupa kerisauan K.H. Ahmad Dahlan terhadap
permasalahan yang dihadapi umat Islam; keterbelakangan, kemiskinan, dan
kebodohan. Faktor subyektif yang sangat kuat bahkan dapatdikatakan sebagai faktor
utama dan penentu dalam mendorong berdirinya Muhammadiyah adalah pendalaman
dan kajian KH. A. Dahlan terhadap Al-Qur’an yang kritis. Ketika memahami QS. Ali
Imron: 104.
K.H. Ahmad Dahlan merupakan salah satu tokoh penting yang berperan dalam
pembaharuan Islam di Indonesia melalui dasar-dasar pemikiran dan organisasi yang ia
dirikan , yaitu Muhammadiyah. Pembaharuan Islam dalam pemikiran K.H. Ahmad
Dahlan meliputi bidang keagamaan, pendidikan, politik dan sosial masyarakat.

B. Saran
Penulis menyarankan agar pembaca dapat menjadikanpemikiran K.H. Ahmad
Dahlan sebagai pedoman dan pembelajaran dengan meneladani amal usaha dan
perjuangan beliau.

6
DAFTAR PUSTAKA

Miawanto, Agus. 2012. “SEJARAH ISLAM Dan KEMUHAMMADIYAHAN”. Magelang: P3SI


UMM.

Mustafa Kamal Pasha dan Adabi Darban. 2003. “Muhammadiyah Sebagai Gerakan Islam
dalam Perspektif Historis dan Idiologis”. LPPI UMY.

Safitri, Yeny . 2020. “K.H. AHMAD DAHLAN DALAM PEMBAHARUAN ISLAM DI


INDONESIA 1912-1922”. Jember: Repository Universitas Jambi.

Anda mungkin juga menyukai