SP AIK III
OLEH:
Assallamuallaikum Wr.Wb.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan karunia-
Nya sehingga penyusunan makalah mata kuliah Aik III tentang
“MUHAMMADIYAH SEBAGAI GERAKAN PENDIDIKAN” ini dapat
terselesaikan dengan lancar dan tepat waktu. Pada kesempatan ini saya
mengucapkan banyak terima kasih yang tak terhingga atas bimbingan Dosen dan
semua pihak sehingga makalah ini dapat saya selesaikan dengan baik.
Apabila ada kekurangan dalam makalah ini saya mohon maaf yang sebesar
-besarnya. Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya
harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, saya sampaikan terima
kasih kepada Dosen dan semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan
makalah ini dari awal sampai akhir.
Wassallamuallaikum Wr.Wb.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGATAR.................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .........................................................................................1
1.3 Tujuan............................................................................................................1
BAB II TINJAUAN TEORI....................................................................................3
2.1 Faktor Yang Melatar belakangi Gerakan Muhammadiyah
Dibidang Pendidikan.......................................................................................3
2.2 Cita-Cita Pendidikan Muhammadiyah............................................................5
2.3 Bentuk Dan Model Pendidikan Muhammadiyah............................................6
2.4 Pemikiran Dan Praktis Pendidikan Muhammadiyah......................................7
2.5 Tantangan Dan Revitalisasi Pendidikan Muhammadiyah..............................8
BAB III PENUTUP..................................................................................................14
3.1 Kesimpulan......................................................................................................14
3.2 Saran................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................15
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
5. Untuk mengetahui Tantangan dan revitalitalisasi pendidikan
Muhammadiyah.
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
3
yang muslim maupun bukan, menjadi Kristen. Kristenisasi ini
mendapatkan peluang bahkan didukung sepenuhnya oleh pemerintah
Kolonialisme Belanda. Misi Kristen, baik Katholik maupun Protestan di
Indonesia, memiliki dasar hukum yang kuat dalam Konstitusi
Belanda. Bahkan kegiatan – kegiatan Kristenisasi ini didukung dan
dibantu dana – dana negara Belanda. Efektifitas penyebaran agama
Kristenisasi inilah yang terutama menggugah K.H. Ahmad Dahlan untuk
membentengi umat Islam dari pemurtadan.
2) Kolonialisme Belanda
Penjajahan Belanda telah membawa pengaruh yang sangat buruk
bagi perkembangan Islam di wilayah Nusantara ini, baik secara sosial
politik, ekonomi maupun kebudayaan. Ditambah dengan praktek politik
Islam Pemerintah Hindia Belanda yang secara sadar dan terencana ingin
menjinakkan kekuatan Islam, semakin menyadarkan umat Islam untuk
melakukan perlawanan. Menyikapi hal ini, K.H. Ahmad Dahlan dengan
mendirikan Muhammadiyah berupaya melakukan perlawanan terhadap
kekuatan penjajahan melalui pendekatan kultural, terutama upaya
meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui jalur pendidikan.
3) Gerakan Pembaharuan Timur Tengah
Gerakan Muhammadiyah di Indonesia pada dasarnya merupakan
salah satu mata rantai dari sejarah panjang gerakan pebaharuan yang
dipelopori oleh Ibnu Taymiyah, Ibnu Qayyim, Muhammad bin Abdul
Wahhab, dan lain sebagainya. Persentuhan itu terutama diperoleh
melalui tulisan – tulisan Jamaluddin al – Afgani yang dimuat dala
majalah al-Urwatul Wutsqa yang dibaca oleh K.H. Ahmad
Dahlan. Tulisan – tulisan yang membawa angin segar pembaharuan itu,
ternyata sangat mempengaruhi K.H. Ahmad Dahlan, dan merealisasikan
gagasan – gagasan pembaharuan ke dalam tindakan amal yang riil secara
terlembaga. Dalam melihat seluruh latar belakang kelahiran
Muhammadiyah, dapat dikatakan bahwa K.H. Ahmad Dahlan telah
melakukan lompatan besar dalam beritijhad. Prinsip – prinsip dasar
perjuangan Muhammadiyah tetap berpijak kuat pada Al-Quran dan
Sunnah, namun implementasi dalam operasionalisasinya yang memiliki
karakter dinamis dan terus berubah-ubah sesuai dengan perkembangan
zaman Muhammadiyah banyak memungut dari berbagai pengalaman
sejarah secara terbuka ( misalnya sistem kerja organisasi yang banyak
diilhami dari yayasan-yayasan Katolik dan Protestan yang ba;nyak
muncul di Yogyakarta waktu itu).
5
4) Madrasah Diniyah, dan lain-lain.
6
pembelajaran hingga sistem administatif yang tertata rapi. Model pendidikan
Muhammadiyah yang didasarkan atas nilai-nilai tertentu.
1. Pendidikan Muhammadiyah merujuk pada nilai-nilai yang bersumber pada
Al-Qur’an dan Sunnah Nabi sebagai sumber sepanjang masa.
2. Ikhlas dan inspiratif dalam ikhtiar menjalankan tujuan pendidikan.
3. Menerapakan prinsip musyawarah dan kerjasama dengan tetap memelihara
sikap kritis.
4. Selalu memelihara dan menghidupkan prinsip inovatif dalam menjalankan
tujuan pendidikan.
5. Memiliki kultur atau budaya memihak kepada kaum yang mengalami
kesengsaraan dengan melakukan proses-proses kreatif. Hal tersebut, sesuai
dengan tantangan dan perkembangan yang terjadi pada masyarakat
Indonesia.
6. Memperhatikan dan menjalankan prinsip keseimbangan dalam mengelolah
lembaga pendidikan antara akal sehat dan kesucian hati. Model pendidikan
Muhammadiyah lebih cenderung pada sistem pendidikan moral atau yang
sekarang lebih dikenal dengan pendidikan berbasis karakter.
7
yang mengandung ilmu agama Islam dan pengetahuan umum di beranda
rumahnya.
Lembaga pendidikan tersebut sejatinya sekolah Muhammadiyah, yakni
sekolah agama yang tidak diselenggarakan di surau seperti pada umumnya
kegiatan umat Islam pada waktu itu, tetapi bertempat tinggal di dalam sebuah
gedung milik ayah KH Dahlan, dengan menggunakan meja dan papan tulis, yang
mengajarkan agama dengan cara baru, juga diajarkan ilmu-ilmu umum
(Djarnawi Hadikusuma,t.t : 64).
8
Kondisi demikian menyebabkan timbulnya proses alkulturasi. Dari
sinilah terdapat tantangan bagi pendidikan-pendidikan islam yaitu dengan
adanya alkulturasi tersebut maka akan mudah masuk pengaruh negatif
bagi kebudayaan, moral dan akhlak anak.
d. Permasalahan Strategi Pembelajaran
Menurut Suyanto era globalisasi dewasa ini mempunyai pengaruh
yang sangat signifikan terhadap pola pembelajaran yang mampu
memberdayakan para peserta didik. Tuntutan global telah mengubah
paradigma pembelajaran dari paradigma pembelajaran tradisional ke
paradigma pembelajaran baru. Terdapat tuntutan pergeseran paradigma
pembelajaran dari model tradisional ke arah model baru, namun
kenyataannya menunjukkan praktek pembelajaran lebih banyak
menerapkan strategi pembelajaran tradisional dari pembelajaran baru.
Hal ini agaknya berkaitan erat dengan rendahnya professionalisme guru.
e. Masalah Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Pengaruh negatif dari teknologi elektronik dan informatika dapat
melemahkan fungsi-fungsi kejiwaan lainya seperti kecerdasan pikiran,
ingatan, kemauan dan perasaan (emosi) diperlemah kemampuan
aktualnya dengan alat-alat teknologi-elektronis dan
informatika. Tantangan era globalisasi terhadap pendidikan agama Islam
di antaranya, krisis moral. Melalui tayangan acara-acara di media
elektronik dan media massa lainnya, yang menyuguhkan pergaulan
bebas, konsumsi alkohol dan narkotika, perselingkuhan, pornografi,
kekerasan, dan lain-lain. Hal ini akan berimbas pada perbuatan negatif
generasi muda seperti tawuran, pemerkosaan, hamil di luar nikah, malas
belajar dan krisis akhlaq lainnya.
f. Dampak negatif dari era globalisasi adalah krisis kepribadian.
Di era globalisasi sekarang ini, bangsa Indonesia sedang mengalami
sebuah perubahan yang besar disegala sektor. Ini dibuktikan dengan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu cepat. Dengan
kemajuan teknologi dan informasi seperti televisi, komputer, internet,
9
media cetak dan elektronik mengakibatkan bangsa Indonesia dapat
dengan mudah mengakses informasi baik dari dalam negeri maupun luar
negeri. Selain itu, dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi juga
dapat menimbulkan kemerosotan norma-norma dalam kehidupan
bermasyarakat, kebobokran akhlak (perilaku), serta bentuk
penyimpangan lainnya yang kini telah merebak dalam masyarakat
Indonesia khususnya generasi muda dalam hal ini pelajar atau
mahasiswa. Mereka lebih mementingkan urusan duniawi daripada urusan
akhirat. Dari semua bentuk penyimpangan ini membutuhkan suatu upaya
yang sangat serius untuk mengatasinya.
2. Revitalisasi Pendidikan Muhammadiyah
Kata “revitalisasi” itu berarti upaya untuk melakukan perbaikan
(pementingan) dari beberapa kekurangan yang yang ada dan diketahui
sebelumnya. Perbaikan, maksud arti dari kata revitalisasi biasanya lebih
sering digunakan untuk hal-hal yang tidak nampak secara kasat mata.
Seperti paradigma, konsep dan yang lain-lain.
a. Pendidikan
Prinsip dari rencana pendidikan itu biasanya dilakukan dengan
penuh sadar untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kemampuan dan keterampilan yang diperlukan
dirinya untuk terjun di tengah-tengah masyarakat.
b. Pendidikan Muhammadiyah
Dalam usia Muhammadiyah menjelang satu abad dengan jumlah
lembaga pendidikan mulai dari Taman Kanak-kanak sampai dengan
Perguruan Tinggi ribuan, adalah suatu yang aneh Muhammadiyah
belum mempunyai filsafat pendidikan. Dengan demikian, sudah tinggi
waktunya untuk bergegas mencoba menjajagi kemungkinan munculnya
satu alternatif rumusan pendidikan Muhammadiyah sebagai ikhtiar
meniti jalan baru pendidikan Muhammadiyah. Menyatakan bahwa
pendidikan Muhammadiyah belum memiliki rumusan filosofis bukan
10
berarti tidak ada sama sekali perbincangan ke arah itu. Karya terakhir
yang patut dipertimbangkan adalah buku Paradigma Intelektual
Muslim: Pengantar Filsafat Pendidikan Islam dan Dakwah karya Abdul
Munir Mulkhan, seorang aktifis Muhammadiyah. Menurutnya,
kemacetan intelektualisme Islam serta kemandegan ilmu pengetahuan
dan teknologi di dunia Muslim akibat berkembangnya semacam
“ideologi ilmiah” yang menolak apapun yang bukan berasal dari Islam.
c. Problem Pendidikan Muhammadiyah
Problem pendidikan Muhammadiyah terletak pada empat hal, yakni :
1) Problem ideologi
Problem ideologi ialah banyak dan berlalu-lalangnya paham-
paham keagamaan lainnya yang tidak sevisi dengan
Muhammadiyah. Kehadiran paham-paham tersebut tentu saja
disebabkan karena begitu lemahnya daya kontrol persyarikatan
terhadap amal usaha pendidikan. Karena itu, menjadi wajar apabila
para Muhammadiyah dadakan dapat lebih leluasa dalam membuka
palang pintu masuknya paham-paham keagamaan non
Muhammadiyah di lembaga pendidikan yang dipimpinnya.
2) Problem paradigmatic
Problem ini sesungguhnya muncul akibat “kegagalan” para
pimpinan amal usaha pendidikan dalam menafsirkan serta
memahami maksud dan tujuan Muhammadiyah. “Kegagalan” yang
dimaksud terletak pada satu bentuk kesalahan dalam memaknai
sejarah. Para pimpinan amal usaha pendidikan tidak lagi melihat
sejarah secara kritis, sehingga seringkali terjebak pada romantisme
sejarah itu sendiri. Dalam hal ini, kejayaan sejarah
Muhammadiyah, terlebih kesuksesan amal usaha pendidikan yang
dikelolanya, bukan lagi ditempatkan sebagai epos masa lalu yang
mengandung hikmah dan ibrah untuk dijadikan bekal dalam
menatap masa depan. Dengan demikian menjadi wajar apabila
banyak ditemukan institusi pendidikan Muhammadiyah yang
11
cenderung bangga dengan kemapanan, sehingga hal itu ber-
dampak pada keringnya inovasi untuk mengembangkan diri . Di
samping itu, problem paradigmatik juga dapat dilihat pada
hilangnya orientasi para pimpinan amal usaha pendidikan dalam
menafsir ulang maksud dan tujuan Muhammadiyah secara sinergis
dengan visi lembaga yang dipimpinnya. Hal ini yang kadang kala
menjadikan visi di antara keduanya justru berlainan, dan bahkan
juga ada yang saling berseberangan.
3) Problem profesionalisme manajemen.
Dari sisi positif, lembaga pendidikan memiliki kekuatan
besar untuk dapat “bertahan hidup”, meskipun jumlah siswanya
sedikit. Semangat yang tiada pernah mengenal kata menyerah
untuk melaksanakan dakwah melalui jalur pendidikan tiada
kunjung surut. Namun, pada sisi negatifnya yaitu, lembaga
pendidikan terkadang justru dikelola seadanya, tidak teratur, dan
tidak terencana dengan baik. Hal inilah yang terkadang menjadi
salah satu penyebab “lemahnya” lembaga pendidikan
Muhammadiyah saat berkompetisi dengan lembaga pendidikan
lainnya. Oleh sebab itu, diperlukan adanya reformasi manajemen.
Reformasi manajemen yang dimaksud ialah suatu upaya untuk
meruntuhkan budaya-budaya pengelolaan sekolah Muhammadiyah
bersifat konvensional dan dialihkan menjadi manajemen mutu
terpadu.
4) Problem pengembangan pendidikan
Problem ini sesungguhnya tidak sepenuhnya menjadi
tanggungjawab pengelola lembaga pendidikan, seperti Kepala dan
warga sekolah. Dalam hal ini, problem pengembangan pendidikan
Muhammadiyah lebih ditujukan kepada pihak penyelenggara,
yakni persyarikatan dan khususnya Majelis Pendidikan Dasar dan
Menengah (Dikdasmen). Sampai saat ini, Majelis Dikdasmen
belum memiliki blue print yang jelas mengenai pola
12
pengembangan pendidikan Muhammadiyah . Kerja-kerja praktis
administratif dan birokratis telah menjebak penyelenggara
pendidikan Muhammadiyah dalam menjalankan kegiatan-kegiatan
rutinan.
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan materi mengenai Muhammadiyah dan Pendidikan dapat
disimpulkan bahwa Muhammadiyah sebagai gerakan Islam yang memelopori
pendidikan Islam modern. Sistem yang digunakan dalam pendidikan
Muhammadiyah seperti sistem sorogan, bandongan, dan wetonan. Ciri khas
lembaga pendidikan Muhammadiyah adalah dimasukkannya mata pelajaran
AIK/lsmuba di semua lembaga pendidikan (formal) milik Muhammadiyah.
Model pendidikan Muhammadiyah antara lain:
1. Pendidikan Muhammadiyah bersumber pada Al-Qur’an dan Sunnah.
2. Ikhlas dan inspiratif dalam ikhtiar dalam pendidikan.
3. Menerapakan prinsip musyawarah dan kerjasama.
4. Memelihara dan menghidupkan prinsip inovatif.
5. Memiliki budaya memihak kepada kaum yang mengalami kesengsaraan
6. Menjalankan prinsip keseimbangan dalam mengelolah lembaga
pendidikan antara akal sehat dan kesucian hati.
14
DAFTAR PUSTAKA
15