Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

SP AIK III

“MUHAMMADIYAH SEBAGAI GERAKAN


PENDIDIKAN”

OLEH:

SITI SINTIYA PALOWA


C01416093

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO
2020
KATA PENGANTAR

Assallamuallaikum Wr.Wb.
            Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan karunia-
Nya sehingga penyusunan makalah mata kuliah Aik III tentang
“MUHAMMADIYAH SEBAGAI GERAKAN PENDIDIKAN” ini dapat
terselesaikan dengan lancar dan tepat waktu. Pada kesempatan ini saya
mengucapkan banyak terima kasih yang tak terhingga atas bimbingan Dosen dan
semua pihak sehingga makalah ini dapat saya selesaikan dengan baik.
            Apabila ada kekurangan dalam makalah ini saya mohon maaf yang sebesar
-besarnya. Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya
harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, saya sampaikan terima
kasih kepada Dosen dan semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan
makalah ini dari awal sampai akhir.

Wassallamuallaikum Wr.Wb.

Gorontalo, 26 Desember 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGATAR.................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .........................................................................................1
1.3 Tujuan............................................................................................................1
BAB II TINJAUAN TEORI....................................................................................3
2.1 Faktor Yang Melatar belakangi Gerakan Muhammadiyah
Dibidang Pendidikan.......................................................................................3
2.2 Cita-Cita Pendidikan Muhammadiyah............................................................5
2.3 Bentuk Dan Model Pendidikan Muhammadiyah............................................6
2.4 Pemikiran Dan Praktis Pendidikan Muhammadiyah......................................7
2.5 Tantangan Dan Revitalisasi Pendidikan Muhammadiyah..............................8
BAB III PENUTUP..................................................................................................14
3.1 Kesimpulan......................................................................................................14
3.2 Saran................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Saat kolonial Belanda menjajah bumi nusantara, Pendidikan Islam telah


tersebar luas dalam wujud “pondok pesantren”, dimana islam diajarkan di
musholla/langgar/masjid. Sistem yang digunakan seperti sistem sorogan,
bandongan, dan wetonan. Sudah barang tentu di sekolah Belanda para
murid tidak diperkenalkan pendidikan Islam sehingga menjadikan cara
berfikir dan tingkah laku mereka banyak yang menyimpang dari ajaran
Islam. Melihat kenyataan ini K.H Ahmad Dahlan beserta para tokoh
bertekad untuk memperbaharui pendidikan bagi umat Islam. Pembaharuan
yang dimaksud meliputi dua segi, yaitu segi cita-cita dan segi teknik.
Dalam makalah ini kami inshaallah akan membahasnya secara lebih
jelas lagi selain karena tugas dari mata kuliah, agar dapat menjadi
pembaharuan dalam pemikiran.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang makalah ini, maka penyusun membuat
suatu rumusan masalah, yaitu:
1. Faktor-faktor yang melatar belakangi pendidikan muhammadiyah ?
2. Cita-cita pendidikan muhammadiyah ?
3. Bentuk dan model pendidikan muhammdiyah ?
4. Pemikiran dan praksis pendidikan muhammadiyah ?
5. Tantangan dan revitalitalisasi pendidikan Muhammadiyah ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui faktor- faktor yang melatar belakangi
pendidikan  muhammadiyah.
2. Untuk mengetahui Cita-cita pendidikan muhammadiyah.
3. Untuk mengetahui Bentuk dan model pendidikan muhammadiyah.
4. Untuk mengetahui Pemikiran dan praksis pendidikan muhammadiyah.

1
5. Untuk mengetahui Tantangan dan revitalitalisasi pendidikan
Muhammadiyah.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Faktor Yang Melatarbelakangi Gerakan Muhammadiyah Di Bidang


Pendidikan
1. Faktor Internal (dari dalam diri umat Islam sendiri)
a. Sikap Beragama Umat Islam.
Kelemahan praktek ajaran agama Islam dapat dijelaskan melalui dua
bentuk :
1) Tradisionalisme
Pemahaman dan praktek Islam tradisionalisme ini ditandai dengan
pengukuhan yang kuat terhadap khasanah intelektual Islam masa lalu
dan menutup kemungkinan untuk melakukan ijtihad dan
pembaharuan – pembaharuan dalam bidang agama.  Paham dan
praktek agama seperti ini mempersulit agenda umat untuk dapat
beradaptasi dengan perkembangan baru yang banyak datang dari luar
(barat). 
2) Sinkretisme
Pertemuan Islam dengan budaya lokal disanping telah memperkaya
khasanah budaya Islam, pada sisi lainnya telah melahirkan format-
format sinkretik, percampuradukkan antara sistem kepercayaan asli
masyarakat-masyarakat budaya setempat. Kepercayaan terhadap roh-
roh halus, pemujaan arwah nenek moyang, takut pada yang angker,
kuwalat dan sebagainya menyertai kepercayaan orang Jawa.  Islam,
Hindu, Budha, dan animisme hadir secara bersama – sama dalam
sistem kepercayaan mereka, yang dalam aqidah Islam banyak yang
tidak dapat dipertanggung jawabkan secara Tauhid.
2. Faktor Eksternal
1) Kristenisasi
Faktor eksternal yang paling banyak mempengaruhi kelahiran
Muhammadiyah adalah Kristenisasi, yakni kegiatan – kegiatan yang
terprogram dan sistematis untuk mengubah agama penduduk asli, baik

3
yang muslim maupun bukan, menjadi Kristen.  Kristenisasi ini
mendapatkan peluang bahkan didukung sepenuhnya oleh pemerintah
Kolonialisme Belanda.  Misi Kristen, baik Katholik maupun Protestan di
Indonesia, memiliki dasar hukum yang kuat dalam Konstitusi
Belanda.  Bahkan kegiatan – kegiatan Kristenisasi ini didukung dan
dibantu dana – dana negara Belanda. Efektifitas penyebaran agama
Kristenisasi inilah yang terutama menggugah K.H. Ahmad Dahlan untuk
membentengi umat Islam dari pemurtadan.
2) Kolonialisme Belanda
Penjajahan Belanda telah membawa pengaruh yang sangat buruk
bagi perkembangan Islam di wilayah Nusantara ini, baik secara sosial
politik, ekonomi maupun kebudayaan. Ditambah dengan praktek politik
Islam Pemerintah Hindia Belanda yang secara sadar dan terencana ingin
menjinakkan kekuatan Islam, semakin menyadarkan umat Islam untuk
melakukan perlawanan.  Menyikapi hal ini, K.H. Ahmad Dahlan dengan
mendirikan Muhammadiyah berupaya melakukan perlawanan terhadap
kekuatan penjajahan melalui pendekatan kultural, terutama upaya
meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui jalur pendidikan.
3) Gerakan Pembaharuan Timur Tengah
Gerakan Muhammadiyah di Indonesia pada dasarnya merupakan
salah satu mata rantai dari sejarah panjang gerakan pebaharuan yang
dipelopori oleh Ibnu Taymiyah, Ibnu Qayyim, Muhammad bin Abdul
Wahhab, dan lain sebagainya.  Persentuhan itu terutama diperoleh
melalui tulisan – tulisan Jamaluddin al – Afgani yang dimuat dala
majalah al-Urwatul Wutsqa yang dibaca oleh K.H. Ahmad
Dahlan.  Tulisan – tulisan yang membawa angin segar pembaharuan itu,
ternyata sangat mempengaruhi K.H. Ahmad Dahlan, dan merealisasikan
gagasan – gagasan pembaharuan ke dalam tindakan amal yang riil secara
terlembaga. Dalam melihat seluruh latar belakang kelahiran
Muhammadiyah, dapat dikatakan bahwa K.H. Ahmad Dahlan telah
melakukan lompatan besar dalam beritijhad.  Prinsip – prinsip dasar
perjuangan Muhammadiyah tetap berpijak kuat pada Al-Quran dan
Sunnah, namun implementasi dalam operasionalisasinya yang memiliki
karakter dinamis dan terus berubah-ubah sesuai dengan perkembangan
zaman Muhammadiyah banyak memungut dari berbagai pengalaman
sejarah secara terbuka ( misalnya sistem kerja organisasi yang banyak
diilhami dari yayasan-yayasan Katolik dan Protestan yang ba;nyak
muncul di Yogyakarta waktu itu).

2.2 Cita-cita Pendidikan Muhammadiyah


Sebagai gerakan dakwah Islam amar ma’ruf nahi munkar, Muhammadiyah
dituntut untuk mengkomunikasikan pesan dakwahnya dengan menanamkan
khazanah pengetahuan melalui jalur pendidikan. Secara umum dapat dipastikan
bahwa ciri khas lembaga pendidikan Muhammadiyah yang tetap dipertahankan
sampai saat adalah dimasukkannya mata pelajaran AIK/lsmuba di semua
lembaga pendidikan (formal) milik Muhammadiyah. Hal tersebut sebagai salah
satu upaya Muhammadiyah agar setiap individu senantiasa menyadari bahwa ia
diciptakan oleh Allah semata-mata untuk berbakti kepada-Nya.
Usaha Muhammadiyah mendirikan dan menyelenggarakan sistem
pendidikan modern, karena Muhammadiyah yakin bahwa Islam bisa
menjadi rahmatan lil-‘alamin, menjadi petunjuk dan rahmat bagi hidup dan
kehidupan segenap manusia jika disampaikan dengan cara-cara modern.
Dasarnya adalah Allah berfirman: “Wahai jama’ah jin dan manusia, jika kalian
sanggup menembus (melintasi) pejuru langit dan bumi, maka lintasilah. Kamu
sekalian tidak akan sanggup melakukannya melainkan dengan kekuatan (ilmu
pengetahuan)”(QS. Ar-rahman/55:33).
Muhammadiyah konsekuen untuk mencetak elit muslim terdidik lewat jalur
pendidikan. Ada beberapa tipe pendidikan Muhammadiyah:
1) Tipe Muallimin/Mualimat Yogyakarta (pondok pesantren)
2) Tipe madrasah/Depag; Ibtidaiyah, Tsanawiyah dan Aliyah
3) Tipe sekolah/Diknas; TK, SD, SMP, SMA/SMK, Universitas/ ST/ Politeknik/
Akademi

5
4) Madrasah Diniyah, dan lain-lain.

Orientasi pembaharuan di bidang pendidikan menjadi prioritas utama yang


ingin dicapai oleh Muhammadiyah, hal ini tergambar dari tujuan pendidikan
dalam Muhammadiyah, untuk mencetak peserta didik/lulusan sekolah
Muhammadiyah, sebagai berikut:
1) Memiliki jiwa Tauhid yang murni
2) Beribadah hanya kepada Allah
3) Berbakti kepada orang tua serta bersikap baik terhadap kerabat
4) Memiliki akhlaq yang mulia
5) Berpengetahuan luas serta memiliki kecakapan, dan
6) Berguna bagi masyarakat, bangsa dan agama

Untuk mewujudkan hal tersebut, maka setiap lembaga pendidikan


Muhammadiyah diwajibkan memasukkan mata pelajaran Al-Islam /
Kemuhammadiyahan (AIK) sebagai bagian integral dari kurikulum dengan
harapan dapat mempengaruhi karakter para peserta didik baik selama proses
pendidikan berlangsung terlebih setelah mereka lulus. Secara teoritik, ada tiga
alasan mengapa pendidikan AIK perlu diajarkan:
1) Mempelajari AIK pada dasarnya agar menjadi bangsa Indonesia yang
beragama Islam dan mempunyai alam fikiran modern/tajdid/dinamis.
2) Memperkenalkan alam fikiran tajdid, dan diharapkan peserta didik dapat
tersentuh dan sekaligus mengamalkannya.
3) Perlunya etika/akhlak peserta didik yang menempuh pendidikan di lembaga
pendidikan Muhammadiyah.

2.3 Bentuk dan Model Pendidikan Muhammadiyah


Pandangan pendidikan yang diinginkan oleh KH. Ahmad Dahlan inilah
yang sekarang akan digunakan sebagai pendidikan karakter. Sebenarnya,
pendidikan karakter sudah ada sejak organisasi Muhammadiyah berdiri.
Mengapa pendidikan Muhammadiyah dapat berkembang dengan pesat ? Sebab,
Muhammadiyah memiliki model yang berbeda dalam kemasannya. Mulai sistem

6
pembelajaran hingga sistem administatif yang tertata rapi. Model pendidikan
Muhammadiyah yang didasarkan atas nilai-nilai tertentu.  
1. Pendidikan Muhammadiyah merujuk pada nilai-nilai yang bersumber pada
Al-Qur’an dan Sunnah Nabi sebagai sumber sepanjang masa. 
2. Ikhlas dan inspiratif dalam ikhtiar menjalankan tujuan pendidikan. 
3. Menerapakan prinsip musyawarah dan kerjasama dengan tetap memelihara
sikap kritis. 
4. Selalu memelihara dan menghidupkan prinsip inovatif dalam menjalankan
tujuan pendidikan. 
5. Memiliki kultur atau budaya memihak kepada kaum yang mengalami
kesengsaraan dengan melakukan proses-proses kreatif. Hal tersebut, sesuai
dengan tantangan dan perkembangan yang terjadi pada masyarakat
Indonesia. 
6. Memperhatikan dan menjalankan prinsip keseimbangan dalam mengelolah
lembaga pendidikan antara akal sehat dan kesucian hati. Model pendidikan
Muhammadiyah lebih cenderung pada sistem pendidikan moral atau yang
sekarang lebih dikenal dengan pendidikan berbasis karakter.

2.4 Pemikiran dan Praktis Pendidikan Muhammadiyah


Muhammadiyah dikenal sebagai gerakan Islam yang memelopori
pendidikan Islam modern. Kini pendidikan Muhammadiyah telah berkembang
pesat dengan segala kesuksesannya, tetapi masalah dan tantangan pun tidak
kalah berat. Dalam sejumlah hal bahkan dikritik kalah bersaing dengan
pendidikan lain yang unggul. Pendidikan Muhammadiyah merupakan bagian
yang terintegrasi dengan gerakan Muhammadiyah dan telah berusia sepanjang
umur Muhammadiyah. Jika diukur dari berdirinya Madrasah Ibtidaiyah Diniyah
Islamiyah (1 Desember 1911) Pendidikan Muhammadiyah berumur lebih tua
ketimbang organisasinya (Adaby Darban,2000 : 13). Sekolah tersebut
merupakan rintisan lanjutan dari “sekolah” (kegiatan Kyai dalam menjelaskan
ajaran Islam) yang dikembangkan Kyai Dahlan secara informal dalam pelajaran

7
yang mengandung ilmu agama Islam dan pengetahuan umum di beranda
rumahnya.
Lembaga pendidikan tersebut sejatinya sekolah Muhammadiyah, yakni
sekolah agama yang tidak diselenggarakan di surau seperti pada umumnya
kegiatan umat Islam pada waktu itu, tetapi bertempat tinggal di dalam sebuah
gedung milik ayah KH Dahlan, dengan menggunakan meja dan papan tulis, yang
mengajarkan agama dengan cara baru, juga diajarkan ilmu-ilmu umum
(Djarnawi Hadikusuma,t.t : 64).

2.5 Tantangan dan Revitalisasi Pendidikan Muhammadiyah


1. Tantangan Pendidikan Muhammadiyah
a. Masalah Kualitas Pendidikan
Perkembangan amal usaha Muhammadiyah khususnya dalam bidang
pendidikan yang sangat pesat secara kuantitatif belum diimbangi
peningkatan kualitas yang sepadan, sehingga sampai batas tertentu
kurang memiliki daya saing yang tinggi, serta kurang memberikan
sumbangan yang lebih luas dan inovatif bagi pengembangan kemajuan
umat dan bangsa. Kedepan diperlukan peningkatan kualitas yang lebih
inovatif, sehingga amal usaha Muhammadiyah khususnya bidang
pendidikan dapat lebih unggul serta mampu mengemban misi dakwah
dan tajdid Muhammadiyah.
b. Permasalahan Profesionalisme Guru
Guru merupakan variable penting bagi keberhasilan
pendidikan. Namun kenyataan dilapangan menunjukkan adanya guru
terlebih- lebih guru honorer, yang tidak berasal dari pendidikan guru, dan
mereka memasuki pekerjaan sebagai guru tanpa melalui system seleksi
profesi. Inilah salah satu permasalahan internal yang harus menjadi
“pekerjaan rumah” bagi pendidikan Muhammadiyah masa kini.
c. Masalah kebudayaan (alkulturasi)
Suatu perkembangan kebudayaan dalam abad moderen saat ini
adalah tidak dapat terhindar dari pengaruh kebudayan bangsa lain.

8
Kondisi demikian menyebabkan timbulnya proses alkulturasi. Dari
sinilah terdapat tantangan bagi pendidikan-pendidikan islam yaitu dengan
adanya alkulturasi tersebut maka akan mudah masuk pengaruh negatif
bagi kebudayaan, moral dan akhlak anak.
d. Permasalahan Strategi Pembelajaran
Menurut Suyanto era globalisasi dewasa ini mempunyai pengaruh
yang sangat signifikan terhadap pola pembelajaran yang mampu
memberdayakan para peserta didik. Tuntutan global telah mengubah
paradigma pembelajaran dari paradigma pembelajaran tradisional ke
paradigma pembelajaran baru. Terdapat tuntutan pergeseran paradigma
pembelajaran dari model tradisional ke arah model baru, namun
kenyataannya menunjukkan praktek pembelajaran lebih banyak
menerapkan strategi pembelajaran tradisional dari pembelajaran baru.
Hal ini agaknya berkaitan erat dengan rendahnya professionalisme guru.
e. Masalah Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Pengaruh negatif dari teknologi elektronik dan informatika dapat
melemahkan fungsi-fungsi kejiwaan lainya seperti kecerdasan pikiran,
ingatan, kemauan dan perasaan (emosi) diperlemah kemampuan
aktualnya dengan alat-alat teknologi-elektronis dan
informatika. Tantangan era globalisasi terhadap pendidikan agama Islam
di antaranya, krisis moral. Melalui tayangan acara-acara di media
elektronik dan media massa lainnya, yang menyuguhkan pergaulan
bebas, konsumsi alkohol dan narkotika, perselingkuhan, pornografi,
kekerasan, dan lain-lain. Hal ini akan berimbas pada perbuatan negatif
generasi muda seperti tawuran, pemerkosaan, hamil di luar nikah, malas
belajar dan krisis akhlaq lainnya.
f. Dampak negatif dari era globalisasi adalah krisis kepribadian.
Di era globalisasi sekarang ini, bangsa Indonesia sedang mengalami
sebuah perubahan yang besar disegala sektor. Ini dibuktikan dengan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu cepat. Dengan
kemajuan teknologi dan informasi seperti televisi, komputer, internet,

9
media cetak dan elektronik mengakibatkan bangsa Indonesia dapat
dengan mudah mengakses informasi baik dari dalam negeri maupun luar
negeri. Selain itu, dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi juga
dapat menimbulkan kemerosotan norma-norma dalam kehidupan
bermasyarakat, kebobokran akhlak (perilaku), serta bentuk
penyimpangan lainnya yang kini telah merebak dalam masyarakat
Indonesia khususnya generasi muda dalam hal ini pelajar atau
mahasiswa. Mereka lebih mementingkan urusan duniawi daripada urusan
akhirat. Dari semua bentuk penyimpangan ini membutuhkan suatu upaya
yang sangat serius untuk mengatasinya.
2. Revitalisasi Pendidikan Muhammadiyah
Kata “revitalisasi” itu berarti upaya untuk melakukan perbaikan
(pementingan) dari beberapa kekurangan yang yang ada dan diketahui
sebelumnya. Perbaikan, maksud arti dari kata revitalisasi biasanya lebih
sering digunakan untuk hal-hal yang tidak nampak secara kasat mata.
Seperti paradigma, konsep dan yang lain-lain.
a. Pendidikan
Prinsip dari rencana pendidikan itu biasanya dilakukan dengan
penuh sadar untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kemampuan dan keterampilan yang diperlukan
dirinya untuk terjun di tengah-tengah masyarakat.
b. Pendidikan Muhammadiyah
Dalam usia Muhammadiyah menjelang satu abad dengan jumlah
lembaga pendidikan mulai dari Taman Kanak-kanak sampai dengan
Perguruan Tinggi ribuan, adalah suatu yang aneh Muhammadiyah
belum mempunyai filsafat pendidikan. Dengan demikian, sudah tinggi
waktunya untuk bergegas mencoba menjajagi kemungkinan munculnya
satu alternatif rumusan pendidikan Muhammadiyah sebagai ikhtiar
meniti jalan baru pendidikan Muhammadiyah. Menyatakan bahwa
pendidikan Muhammadiyah belum memiliki rumusan filosofis bukan

10
berarti tidak ada sama sekali perbincangan ke arah itu. Karya terakhir
yang patut dipertimbangkan adalah buku Paradigma Intelektual
Muslim: Pengantar Filsafat Pendidikan Islam dan Dakwah karya Abdul
Munir Mulkhan, seorang aktifis Muhammadiyah. Menurutnya,
kemacetan intelektualisme Islam serta kemandegan ilmu pengetahuan
dan teknologi di dunia Muslim akibat berkembangnya semacam
“ideologi ilmiah” yang menolak apapun yang bukan berasal dari Islam.
c. Problem Pendidikan Muhammadiyah
Problem pendidikan Muhammadiyah terletak pada empat hal, yakni :
1) Problem ideologi
Problem ideologi ialah banyak dan berlalu-lalangnya paham-
paham keagamaan lainnya yang tidak sevisi dengan
Muhammadiyah. Kehadiran paham-paham tersebut tentu saja
disebabkan karena begitu lemahnya daya kontrol persyarikatan
terhadap amal usaha pendidikan. Karena itu, menjadi wajar apabila
para Muhammadiyah dadakan dapat lebih leluasa dalam membuka
palang pintu masuknya paham-paham keagamaan non
Muhammadiyah di lembaga pendidikan yang dipimpinnya.
2) Problem paradigmatic
Problem ini sesungguhnya muncul akibat “kegagalan” para
pimpinan amal usaha pendidikan dalam menafsirkan serta
memahami maksud dan tujuan Muhammadiyah. “Kegagalan” yang
dimaksud terletak pada satu bentuk kesalahan dalam memaknai
sejarah. Para pimpinan amal usaha pendidikan tidak lagi melihat
sejarah secara kritis, sehingga seringkali terjebak pada romantisme
sejarah itu sendiri. Dalam hal ini, kejayaan sejarah
Muhammadiyah, terlebih kesuksesan amal usaha pendidikan yang
dikelolanya, bukan lagi ditempatkan sebagai epos masa lalu yang
mengandung hikmah dan ibrah untuk dijadikan bekal dalam
menatap masa depan. Dengan demikian menjadi wajar apabila
banyak ditemukan institusi pendidikan Muhammadiyah yang

11
cenderung bangga dengan kemapanan, sehingga hal itu ber-
dampak pada keringnya inovasi untuk mengembangkan diri . Di
samping itu, problem paradigmatik juga dapat dilihat pada
hilangnya orientasi para pimpinan amal usaha pendidikan dalam
menafsir ulang maksud dan tujuan Muhammadiyah secara sinergis
dengan visi lembaga yang dipimpinnya. Hal ini yang kadang kala
menjadikan visi di antara keduanya justru berlainan, dan bahkan
juga ada yang saling berseberangan.
3) Problem profesionalisme manajemen.
Dari sisi positif, lembaga pendidikan memiliki kekuatan
besar untuk dapat “bertahan hidup”, meskipun jumlah siswanya
sedikit. Semangat yang tiada pernah mengenal kata menyerah
untuk melaksanakan dakwah melalui jalur pendidikan tiada
kunjung surut. Namun, pada sisi negatifnya yaitu, lembaga
pendidikan terkadang justru dikelola seadanya, tidak teratur, dan
tidak terencana dengan baik. Hal inilah yang terkadang menjadi
salah satu penyebab “lemahnya” lembaga pendidikan
Muhammadiyah saat berkompetisi dengan lembaga pendidikan
lainnya. Oleh sebab itu, diperlukan adanya reformasi manajemen.
Reformasi manajemen yang dimaksud ialah suatu upaya untuk
meruntuhkan budaya-budaya pengelolaan sekolah Muhammadiyah
bersifat konvensional dan dialihkan menjadi manajemen mutu
terpadu.
4) Problem pengembangan pendidikan
Problem ini sesungguhnya tidak sepenuhnya menjadi
tanggungjawab pengelola lembaga pendidikan, seperti Kepala dan
warga sekolah. Dalam hal ini, problem pengembangan pendidikan
Muhammadiyah lebih ditujukan kepada pihak penyelenggara,
yakni persyarikatan dan khususnya Majelis Pendidikan Dasar dan
Menengah (Dikdasmen). Sampai saat ini, Majelis Dikdasmen
belum memiliki blue print yang jelas mengenai pola

12
pengembangan pendidikan Muhammadiyah . Kerja-kerja praktis
administratif dan birokratis telah menjebak penyelenggara
pendidikan Muhammadiyah dalam menjalankan kegiatan-kegiatan
rutinan.

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan materi mengenai Muhammadiyah dan Pendidikan dapat
disimpulkan bahwa Muhammadiyah sebagai gerakan Islam yang memelopori
pendidikan Islam modern. Sistem yang digunakan dalam pendidikan
Muhammadiyah seperti sistem sorogan, bandongan, dan wetonan. Ciri khas
lembaga pendidikan Muhammadiyah adalah dimasukkannya mata pelajaran
AIK/lsmuba di semua lembaga pendidikan (formal) milik Muhammadiyah.
Model pendidikan Muhammadiyah antara lain:
1. Pendidikan Muhammadiyah bersumber pada Al-Qur’an dan Sunnah.
2. Ikhlas dan inspiratif dalam ikhtiar dalam pendidikan.
3. Menerapakan prinsip musyawarah dan kerjasama.
4. Memelihara dan menghidupkan prinsip inovatif.
5. Memiliki budaya memihak kepada kaum yang mengalami kesengsaraan
6. Menjalankan prinsip keseimbangan dalam mengelolah lembaga
pendidikan antara akal sehat dan kesucian hati.

Dalam penyelenggaraannya pendidikan Muhammadiyah memiliki model


yang tidak selebihnya mengikuti pendidikan yang diselenggarakan
pemerintah atau sekolah umum lainnya. Model pendidikan Muhammadiyah
yang sekarang lebih dikenal dengan pendidikan berbasis karakter.
3.2 Saran
Dalam pembuatan makalah ini kelompok kami masih memiliki banyak
kesalahan dan kekurangan. Untuk  itu kami mengharapkan saran atau kritik
yang membangun guna  untuk  membuat makalah yang lebih baik
kedepannya.

14
DAFTAR PUSTAKA

Makalah Kemuhammadiyahan (Uhammadiyah Sebagai Gerakan Islam)


(Makalahmatakuliahpbsi.Blogspot.Com)

15

Anda mungkin juga menyukai